Anda di halaman 1dari 9

PERPAJAKAN

“BEA MATERAI”

Oleh Kelompok 8 :

Ni Kadek Septya Wulan Dhari 1833121181

Ketut Rara Prananingrum 1833121182

Ni Luh Putu Melly Anawati 1833121184

Ayu Oktavina Rosita 1833121185

Ni Kadek Desmiari 1833121269

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

2019/2020
1. Pengertian Bea Materai

Berapa materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen berupa kertas yang
menurut Undang-undang Bea Materai menjadi objek Bea Materai.
Dasar hukum pengenaan Bea Materai adalah Undang-undang Nomor 13
Tahun 1985 atau disebut juga Undang-undang Bea Materai. Undang-undang ini
berlaku sejak tanggal 1 Januari 1986. Selain itu, untuk mengatur pelaksanaannya,
telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif
Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang dikenakan Bea
Materai.

Prinsip Umum Pemungutan / Pengenaan Bea Meterai:

a. Bea Meterai dikenakan atas dokumen (merupakan pajak atas dokumen


b. Satu dokumen hanya terutang satu Bea Meterai
c. Rangkap/tindasan (yang ikut ditandatangani) terutang Bea Meterai sama dengan
aslinya.

2. Objek Bea Materai

Objek pemungutan bea materai diatur berdasarkan Aturan Bea Materai 1921
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang nomor 13 tahun
1985 adalah dokumen.
Dokumen yang menjadi objek pemungutan adalah dokumen yang ditulis di
atas kertas. Dokumen yang tidak di tulis di atas kertas tidak termasuk ke dalam objek
dari pemungutan bea materai.
Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan meterai adalah dokumen
menyatakan nilai nominal sampai jumlah tertentu, dokumen yang bersifat
perdata dan dokumen yang digunakan di muka pengadilan, antara lain :
a. alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat
perdata.
b. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
c. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk
rangkap-rangkapnya. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan
tujuan untuk digunakan sebagai
d. Surat yang memuat jumlah uang yaitu:
 yang menyebutkan penerimaan uang;
 yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening
bank;
 yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
 Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah
dilunasi atau diperhitungkan.
e. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek.
f. Dokumen yang dikenakan Bea Meterai juga terhadap dokumen yang akan
digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan yaitu surat-surat biasa dan
surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan
Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau
digunakan oleh orang lain, lain dan maksud semula.

3. Dokumen yang Dikenakan Bea Materai (Tarif Bea Materai)


Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Taun 1985 atau disebut juga Undang-
undang Bea Materai dan PP Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan PP
Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas
Pengenaan Harga Nominal yang dikenakan Bea Materai, menyatakan bahwa dokumen-
dokumen yang dikenakan tarif Bea Materai antara lain:
a. Tarif Bea Meterai Rp 6.000 untuk dokumen sebagai berikut:
- Surat Perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan
untuk digunakan sebagai alat pembuktianmengenai perbuatan,
kenyataan atau keadaan yang bersifat pendata.
- Akta-akta Notaris termasuk salinannya: Rp 6.000
- Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-
rangkapnya Rp 6.000
- Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep Rp 6.000
- Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
Pengadilan Rp 6.000, yaitu:
1) surat-surat biasa dan surat-surat kerumah tanggaan.
2) surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan
tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh
orang lain selain dan tujuan semula.
b. Untuk dokumen yang menyatakan jumlah uang, seperti kuintas, billing statement,
dll dengan batasan sebagai berikut:
- nominal sampai Rp250.000,- tidak dikenakan Bea Meterai
- diatas antara Rp250.000,- sampai Rp1.000.000,- dikenakan Bea
Meterai Rp3.000,-
- diatas Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-
c. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,- tanpa
batas pengenaan besarnya harga nominal.
d. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal
sampai dengan Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,- sedangkan yang
mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp
6.000,-.

4. Tidak Dikenakan Bea Materai

Secara umum dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah


dokumen yang berhubungan dengan transaksi intern perusahaan, berkaitan dengan
pembayaran pajak dan dokumen Negara. Terdapat beberapa pendapat yang mengatakan
bahwa tidak ada surat tanda tanpa bea materai, namun berdasarkan Pasal 4 undang-
undang Nomor 13 Tahun 1985 disebutkan bahwa terdapat dokumen-dokumen tertentu
tidak dikenakan bea materai adalah:
- Dokumen yang berupa:
1. surat penyimpanan barang;
2. konosemen;
3. surat angkutan penumpang dan barang;
4. bukti pengiriman dan penerimaan barang
5. bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
6. surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
7. surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas.
- Segala bentuk ijazah
- Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya
yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itu.
- Tanda bukti penerimaan uang negara dan kas negara, kas pemerintah daerah dan
bank.
- Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
disamakan dengan itu ke kas negara, kas pemerintah daerah dan bank.
- Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.
- Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada
penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang
tersebut.
- Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.
- Tanda pembagian keuntungan atau bunga dan Efek, dengan nama dan bentuk
apapun

5. Saat terhutang bea materai


a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, adalah pada saat dokumen itu diserahka dan
diterima oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat,jadi bukan pada
saa ditandatangani, misalnya: kuitansi tanda terima uang terutang bea materai pada
saat kuitansi tersebut diserahkan.
b. Dokumen yang dibuat lebih dari salah satu pihak, adalah pada saat selesai dibuat
yang ditutup dengan pembubuhan tanda tangan dari yang bersangkutan.
Contoh: dokumen perjanjian hutang piutang, terutang bea materai setelah dokumen
hutang piutang tersebut ditandatangani oleh kedua belah pihak.
c. Dokumen yang dibuat diluar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia. Bea
materai yang terutang dilunasi dengan cara pemateraian.
Contoh: dokumen perjanjian antara Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
dengan Perusahaan Kontraktor di Perancis dalam rangka pembuatan system
pengeboran minya lepas pantai. Perjanjian di buat di Paris maka atas dokumen
perjanjian tersebut terutang bea materai pada saat dimulainya pelaksanaan
perjanjian tersebut di Indonesia
6. Tata Cara Pelunasan Bea Materai
Pelunasan bea materai teradap dokumen yang terutang bea materai dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Menggunakan benda materai/materai temple;
Pelunasan dengan materai temple/benda materai diatur berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor 122A/PJ/2000 tanggal 1 Mei tahun 2000.
Pelaksanaan pelunasan dilakukan dengan menempelkan materai di tempat di mana
tanda tangan akan dibubuhkan dan tanda tangan tersebut harus dibubuhkan
sebagian di atas materai temple dan sebagian di atas dokumen.
2. Menggunakan kertas materai/ertas segel;
Pelunasan bea materai dengan menggunakan kertas materai atau sering dikenal
dengan kertas segel yakni dengan menggunakan kertas materai/kertas segel yang
sah dikeluarkan oleh pemerintah dengan bentuk, ukuran dan warna sesuai dengan
Peraaturan Pemerinta nomor 42 tahun 2000. Keputusan Menteri Keuangan nomor
13/KMK.04/2000, yaitu ukuran kertas A3 atau kopur Rp 6000.
3. Menggunakan mesin tera bea materai (taxograph);
Pelunasan bea mateai dengan mesin tera bea materai dapat dilakuan dengan izin
tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dan hasil pencetakan bea materai lunas dibayar
dilaporkan ke Direktur Jenderal Pajak (Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
133B/KMK.04/2000), dengan ketentuan pelunasan dengan membubuhkan tanda
materai lunas dibayar, sebagai berikut :
Cara pelunasan dengan mesin tera hanya diperkenankan kepada penerbit dokumen
yang melakukan pemeteraian dengan jumlah rata-rata setiap hari minimal 50
dokumen. Berikut ini beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam hal penerbitan
dokumen yang menggunakan mesin tera, antara lain:
a. Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan bea materai dengan mesin
tera bea materai harus mengajukan izin secara tertulis kepada Kantor
Pelayanan Pajak setempat dengan mencantumkan jenis/merek dan tahun
pembuatan mesin tera yang dipergunakan. Dilampiri surat pernyataan tentang
jumlah rata-rata dokumen yang harus dilunasi bea materai setiap hari;
b. Sebelum menggunakan mesin tera bea materai, harus melakukan penyetoran di
muka minimal sebesar Rp 15.000.000 ke Kas Negara (melalui bank persepsi);
c. Kepada penerbit dokumen yang mendapat izin penggunaan mesin tera bea
materai berkewajiban untuk:
- Menyampaikan laporan bulanan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat,
paling lambat tanggal 15 setiap bulan.
- Apabila mesin tera tidak dipakai lagi harus membuat laporan paling
lambat satu bulan setelah mesin tera tidak dipakai.
d.Izin penggunaan mesin tera bea meterai berlaku 2 tahun, apabila sudah
melewati batas waktu 2 tahun dan tidak diperpanjang izinnya, maka
izin penggunaan mesin tera bea meterai tersebut dicabut.
e. Laporan ke kantor Pelayanan Pajak akan mengakibatkan pencabutan
izin penggunaan mesin tera bea meterai.
4. Menggunakan alat cetak;

Pelunasan bea meterai dengan menggunakan alat cetak, dilaksanakan


oleh Perum PERURI dan/atau Perusahaan Sekuriti yang mendapat izin
dari Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (BASUPAL) yang
ditunjuk oleh Bank Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:
b. Diperkenankan untuk dokumen yang berbentuk cek, bilyet giro dan
efek dengan nama atau bentuk apapun;
c. Harus dilakukan pembayaran di muka sejumlah dokumen yang harus
dilunasi bea meterai ke Kas Negara melalui Bank Persepsi;

d. Mengajukan izin ke Direktur Jenderal Pajak;

e. Perum PERURI harus lapor bulanan ke Direktur Jenderal Pajak


paling lambat tanggal 10 di bulan berikutnya;
f. Tanpa izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dapat dikenakan
sanksi pidana selama-lamanya 7 tahun.
5. Menggunakan Sistem Komputerisasi

Pelunasan dengan sistem komputerisasi dilaksanakan hanya untuk dokumen


yang berbentuk surat:
a. Yang menyebutkan jumlah uang;

b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam


rekening bank;
c. Yang berisi pengakuan bahwa utang yang seluruhnya atau sebagian
telah dilunasi.
Pelaksanaan penggunaan sistem komputerisasi dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pelaksanaannya harus mengajukan izin tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak dengan mencantumkan jenis dokumen dan
perkiraan jumlah rata-rata dokumen yang akan dilunasi bea
meterai setiap hari;
b. Penerbit dokumen dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas
dengan sistem komputer, harus terlebih dahulu melakukan
pembayaran bea meterai di muka, minimal sebesar perkiraan
jumlah dokumen yang harus dilunasi bea meterai setiap bulannya
ke rekening Kas Negara, yang mana penyetorannya melalui bank
persepsi;
c. Pelunasan dengan menggunakan komputerisasi harus membuat
laporan bulanan tentang realisasi penggunaan (paling lambat
tanggal 15 setiap bulannya);
d. Saldo bea meterai yang lebih dibayar pada saat mengajukan izin
masih mencukupi kebutuhan untuk pemeteraian 1 bulan;
e. Penggunaan pelunasan bea meterai dengan sistem komputerisasi
tanpa izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dapat dikenakan
sanksi pidana sesuai dengan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1985, dipidana maksimal 7 (tujuh) tahun;
f. Bea meterai kurang bayar yang disebabkan oleh kelebihan
pemakaian dari pembayaran di muka dikenakan sanksi denda
administrasi sebesar 200% dari bea meterai yang kurang dibayar ;
g. Apabila melewati masa berlakunya izin yang diberikan, maka
dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin;

h. Apabila laporan ke Direktorat Jenderal Pajak melewati batas


waktu dikenakan sanksi pencabutan izin.

Apabila dokumen tidak atau kurang dilunasi bea meterai sebagaimana


mestinya maka akan dikenakan denda administrasi sebesar 200% (dua ratus
persen) dari bea meterai yang tidak atau kurang dibayar. Pemeteraian
kemudian atas dokumen tersebut dilakukan oleh pejabat pos menurut tata cara
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang
dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea
meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya. Pemeteraian kemudian
dilakukan atas:
a. Dokumen yang semula tidak terutang bea meterai, namun akan digunakan
sebagai alat pembuktian di muka pengadilan;
b. Dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana
mestinya; dan
c. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia.

7. Daluawarsa

Kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda administrasi yang terutang


mempunyai daluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun sejak tanggal dokumen
dibuat. Hal ini berlaku untuk seluruh dokumen termasuk kuitansi.

Anda mungkin juga menyukai