Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BEA MATERAI

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Perpajakan”

Disusun Oleh: Kelompok 10

Nur Zalzabila 2004020191

Dosen Pengampu:

JABALUDDIN HAMUD, S.TP., MM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIPALOPO
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hukum Bea Matera……………………………………………..4

B. Prinsip Bea Materai.....................................................................................................4

C. Dokumen yang Dikenakan Bea Materai (Tarif Bea Materai).....................................5

D. Tata Cara Pelunasan Bea Materai...............................................................................6

E. Daluwarsa ...................................................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut Undang-

undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Atas setiap dokumen yang menjad objek Bea

Meterai harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan

cara lain sebelum dokumen itu digunakan. Prinsip umum dari bea materai adalah bea materai

dikenakan atas dokumen, satu dokumen hanya satu terhutang bea materai dan rangkap bea
materai sama dengan aslinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bea materai dan hukum bea materai ?

2. Apa saja yang prinsip bea materai?

3. Berapa tarif bea materai?

4. Bagaimana cara pelunasan bea materai?

C. Tujuan

1. Memahami apa yang dimaksud dengan bea materai dan hukum bea materai

2. Memahami apa saja yang prinsip bea materai

3. Memahami berapa tarif bea materai

4. Memahami bagaimana cara pelunasan bea materai

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bea Materai

Berapa materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen berupa kertas yang menurut

Undang-undang Bea Materai menjadi objek Bea Materai.

Dasar hukum pengenaan Bea Materai adalah Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 atau

disebut juga Undang-undang Bea Materai. Undang-undang ini berlaku sejak tanggal 1 Januari
1986. Selain itu, untuk mengatur pelaksanaannya, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang

dikenakan Bea Materai.

B. Prinsip Bea Materai

Prinsip Umum Pemungutan / Pengenaan Bea Meterai:

a. Bea Meterai dikenakan atas dokumen (merupakan pajak atas dokumen

b. Satu dokumen hanya terutang satu Bea Meterai

c. Rangkap/tindasan (yang ikut ditandatangani) terutang Bea Meterai sama dengan

aslinya.

C. Dokumen yang Dikenakan Bea Materai (Tarif Bea Materai)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Taun 1985 atau disebut juga Undang-undang

Bea Materai dan PP Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 24

Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga

Nominal yang dikenakan Bea Materai, menyatakan bahwa dokumen-dokumen yang dikenakan

tarif Bea Materai antara lain:

a. Tarif Bea Meterai Rp 6.000 untuk dokumen sebagai berikut:

4
- Surat Perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan

untuk digunakan sebagai alat pembuktianmengenai perbuatan, kenyataan

atau keadaan yang bersifat pendata.

- Akta-akta Notaris termasuk salinannya: Rp 6.000

- Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-

rangkapnya Rp 6.000

- Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep Rp 6.000

- Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan


Rp 6.000, yaitu:

1) surat-surat biasa dan surat-surat kerumah tanggaan.

2) surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan

tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh

orang lain selain dan tujuan semula.

b. Untuk dokumen yang menyatakan jumlah uang, seperti kuintas, billing statement, dll

dengan batasan sebagai berikut:

- nominal sampai Rp250.000,- tidak dikenakan Bea Meterai

- diatas antara Rp250.000,- sampai Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai

Rp3.000,-

- diatas Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-

c. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,- tanpa

batas pengenaan besarnya harga nominal.

d. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal

sampai dengan Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,- sedangkan yang

mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp

6.000,-.

5
D. Tata Cara Pelunasan Bea Materai

Pelunasan bea materai teradap dokumen yang terutang bea materai dapat dilakukan

dengan berbagai cara, antara lain:

1. Menggunakan benda materai/materai temple;

Pelunasan dengan materai temple/benda materai diatur berdasarkan Keputusan

Direktur Jenderal Pajak Nomor 122A/PJ/2000 tanggal 1 Mei tahun 2000. Pelaksanaan

pelunasan dilakukan dengan menempelkan materai di tempat di mana tanda tangan

akan dibubuhkan dan tanda tangan tersebut harus dibubuhkan sebagian di atas materai
temple dan sebagian di atas dokumen.

2. Menggunakan kertas materai/ertas segel;

Pelunasan bea materai dengan menggunakan kertas materai atau sering dikenal dengan

kertas segel yakni dengan menggunakan kertas materai/kertas segel yang sah

dikeluarkan oleh pemerintah dengan bentuk, ukuran dan warna sesuai dengan

Peraaturan Pemerinta nomor 42 tahun 2000. Keputusan Menteri Keuangan nomor

13/KMK.04/2000, yaitu ukuran kertas A3 atau kopur Rp 6000.

3. Menggunakan mesin tera bea materai (taxograph);

Pelunasan bea mateai dengan mesin tera bea materai dapat dilakuan dengan izin

tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dan hasil pencetakan bea materai lunas dibayar

dilaporkan ke Direktur Jenderal Pajak (Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor

133B/KMK.04/2000), dengan ketentuan pelunasan dengan membubuhkan tanda

materai lunas dibayar, sebagai berikut :

Cara pelunasan dengan mesin tera hanya diperkenankan kepada penerbit dokumen

yang melakukan pemeteraian dengan jumlah rata-rata setiap hari minimal 50

dokumen. Berikut ini beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam hal penerbitan

dokumen yang menggunakan mesin tera, antara lain:

a. Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan bea materai dengan mesin tera

bea materai harus mengajukan izin secara tertulis kepada Kantor Pelayanan Pajak

6
setempat dengan mencantumkan jenis/merek dan tahun pembuatan mesin tera

yang dipergunakan. Dilampiri surat pernyataan tentang jumlah rata-rata dokumen

yang harus dilunasi bea materai setiap hari;

b. Sebelum menggunakan mesin tera bea materai, harus melakukan penyetoran di

muka minimal sebesar Rp 15.000.000 ke Kas Negara (melalui bank persepsi);

c. Kepada penerbit dokumen yang mendapat izin penggunaan mesin tera bea materai

berkewajiban untuk:

- Menyampaikan laporan bulanan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling


lambat tanggal 15 setiap bulan.

- Apabila mesin tera tidak dipakai lagi harus membuat laporan paling lambat

satu bulan setelah mesin tera tidak dipakai.


d.Izin penggunaan mesin tera bea meterai berlaku 2 tahun, apabila sudah
melewati batas waktu 2 tahun dan tidak diperpanjang izinnya, maka izin
penggunaan mesin tera bea meterai tersebut dicabut.
e. Laporan ke kantor Pelayanan Pajak akan mengakibatkan pencabutan izin
penggunaan mesin tera bea meterai.
4. Menggunakan alat cetak;
Pelunasan bea meterai dengan menggunakan alat cetak, dilaksanakan oleh
Perum PERURI dan/atau Perusahaan Sekuriti yang mendapat izin dari Badan
Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (BASUPAL) yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diperkenankan untuk dokumen yang berbentuk cek, bilyet giro dan efek
dengan nama atau bentuk apapun;
b. Harus dilakukan pembayaran di muka sejumlah dokumen yang harus
dilunasi bea meterai ke Kas Negara melalui Bank Persepsi;

c. Mengajukan izin ke Direktur Jenderal Pajak;


d. Perum PERURI harus lapor bulanan ke Direktur Jenderal Pajak paling
lambat tanggal 10 di bulan berikutnya;
e. Tanpa izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dapat dikenakan sanksi

7
pidana selama-lamanya 7 tahun.
5. Menggunakan Sistem Komputerisasi
Pelunasan dengan sistem komputerisasi dilaksanakan hanya untuk dokumen yang
berbentuk surat:
a. Yang menyebutkan jumlah uang;
b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank;
c. Yang berisi pengakuan bahwa utang yang seluruhnya atau sebagian
telah dilunasi.
Pelaksanaan penggunaan sistem komputerisasi dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pelaksanaannya harus mengajukan izin tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak dengan mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan
jumlah rata-rata dokumen yang akan dilunasi bea meterai setiap hari;
b. Penerbit dokumen dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas
dengan sistem komputer, harus terlebih dahulu melakukan
pembayaran bea meterai di muka, minimal sebesar perkiraan jumlah
dokumen yang harus dilunasi bea meterai setiap bulannya ke
rekening Kas Negara, yang mana penyetorannya melalui bank
persepsi;
c. Pelunasan dengan menggunakan komputerisasi harus membuat
laporan bulanan tentang realisasi penggunaan (paling lambat tanggal
15 setiap bulannya);
d. Saldo bea meterai yang lebih dibayar pada saat mengajukan izin
masih mencukupi kebutuhan untuk pemeteraian 1 bulan;
e. Penggunaan pelunasan bea meterai dengan sistem komputerisasi
tanpa izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dapat dikenakan sanksi
pidana sesuai dengan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1985, dipidana maksimal 7 (tujuh) tahun;
f. Bea meterai kurang bayar yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian
dari pembayaran di muka dikenakan sanksi denda administrasi
8
sebesar 200% dari bea meterai yang kurang dibayar ;
g. Apabila melewati masa berlakunya izin yang diberikan, maka
dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin;

h. Apabila laporan ke Direktorat Jenderal Pajak melewati batas waktu


dikenakan sanksi pencabutan izin.

Apabila dokumen tidak atau kurang dilunasi bea meterai sebagaimana mestinya
maka akan dikenakan denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari bea
meterai yang tidak atau kurang dibayar. Pemeteraian kemudian atas dokumen tersebut
dilakukan oleh pejabat pos menurut tata cara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea meterainya belum
dilunasi sebagaimana mestinya. Pemeteraian kemudian dilakukan atas:

a. Dokumen yang semula tidak terutang bea meterai, namun akan digunakan
sebagai alat pembuktian di muka pengadilan;

b. Dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana


mestinya; dan

c. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia.

E. Daluawarsa
Kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda administrasi yang terutang
mempunyai daluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun sejak tanggal dokumen dibuat.
Hal ini berlaku untuk seluruh dokumen termasuk kuitansi.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun


1985. Objek pemungutan bea meterai adalah dokumen. Dokumen yang menjadi objek
pemungutan adalah dokumen yang ditulis di atas kertas. Pada dasarnya, bea meterai
terutang pada saat dokumen tersebut selesai dibuat atau pada saat dokumen tersebut
selesai digunakan. Pihak yang terutang bea meterai adalah pihak yang mendapat
manfaat dari dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan
lain. Pelunasan bea meterai terhadap dokumen yang terutang bea meterai dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain menggunakan benda meterai/meterai
tempel, menggunakan kertas meterai/kertas segel, dan menggunakan mesin tera bea
meterai (taxograph).
Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea meterainya belum
dilunasi sebagaimana mestinya. Pelanggaran dalam pelunasan bea meterai terjadi
sebagai akibat dari pelanggaran formal dan pelanggaran material. Sanksi terkait dengan
bea meterai ini mencakup sanksi administrasi dan sanksi pidana. Kewajiban pemenuhan
bea meterai dan denda administrasi yang terutang mempunyai daluwarsa setelah
melampaui waktu 5 tahun sejak tanggal dokumen dibuat, kecuali untuk kuitansi.

10
Daftar Pustaka

https://documents.tips/documents/bea-materai

https://materikuliahperpajkan.wordpress.com/2016/01/17/pajak-bea-materai

https://klc.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2016/10/BP_APBN-III-1.-Modul-KB-4.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai