Dosen Pengampu:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
E. Daluwarsa ...................................................................................................................9
A. Kesimpulan…................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang menurut Undang-
undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Atas setiap dokumen yang menjad objek Bea
Meterai harus sudah dibubuhi benda meterai atau pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan
cara lain sebelum dokumen itu digunakan. Prinsip umum dari bea materai adalah bea materai
dikenakan atas dokumen, satu dokumen hanya satu terhutang bea materai dan rangkap bea
materai sama dengan aslinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bea materai dan hukum bea materai ?
C. Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan bea materai dan hukum bea materai
3
BAB II
PEMBAHASAN
Berapa materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen berupa kertas yang menurut
Dasar hukum pengenaan Bea Materai adalah Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 atau
disebut juga Undang-undang Bea Materai. Undang-undang ini berlaku sejak tanggal 1 Januari
1986. Selain itu, untuk mengatur pelaksanaannya, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang
aslinya.
Bea Materai dan PP Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 24
Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga
Nominal yang dikenakan Bea Materai, menyatakan bahwa dokumen-dokumen yang dikenakan
4
- Surat Perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan
- Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-
rangkapnya Rp 6.000
b. Untuk dokumen yang menyatakan jumlah uang, seperti kuintas, billing statement, dll
Rp3.000,-
c. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,- tanpa
d. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal
6.000,-.
5
D. Tata Cara Pelunasan Bea Materai
Pelunasan bea materai teradap dokumen yang terutang bea materai dapat dilakukan
Direktur Jenderal Pajak Nomor 122A/PJ/2000 tanggal 1 Mei tahun 2000. Pelaksanaan
akan dibubuhkan dan tanda tangan tersebut harus dibubuhkan sebagian di atas materai
temple dan sebagian di atas dokumen.
Pelunasan bea materai dengan menggunakan kertas materai atau sering dikenal dengan
kertas segel yakni dengan menggunakan kertas materai/kertas segel yang sah
dikeluarkan oleh pemerintah dengan bentuk, ukuran dan warna sesuai dengan
Pelunasan bea mateai dengan mesin tera bea materai dapat dilakuan dengan izin
tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dan hasil pencetakan bea materai lunas dibayar
Cara pelunasan dengan mesin tera hanya diperkenankan kepada penerbit dokumen
dokumen. Berikut ini beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam hal penerbitan
a. Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan bea materai dengan mesin tera
bea materai harus mengajukan izin secara tertulis kepada Kantor Pelayanan Pajak
6
setempat dengan mencantumkan jenis/merek dan tahun pembuatan mesin tera
c. Kepada penerbit dokumen yang mendapat izin penggunaan mesin tera bea materai
berkewajiban untuk:
- Apabila mesin tera tidak dipakai lagi harus membuat laporan paling lambat
7
pidana selama-lamanya 7 tahun.
5. Menggunakan Sistem Komputerisasi
Pelunasan dengan sistem komputerisasi dilaksanakan hanya untuk dokumen yang
berbentuk surat:
a. Yang menyebutkan jumlah uang;
b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank;
c. Yang berisi pengakuan bahwa utang yang seluruhnya atau sebagian
telah dilunasi.
Pelaksanaan penggunaan sistem komputerisasi dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pelaksanaannya harus mengajukan izin tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak dengan mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan
jumlah rata-rata dokumen yang akan dilunasi bea meterai setiap hari;
b. Penerbit dokumen dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas
dengan sistem komputer, harus terlebih dahulu melakukan
pembayaran bea meterai di muka, minimal sebesar perkiraan jumlah
dokumen yang harus dilunasi bea meterai setiap bulannya ke
rekening Kas Negara, yang mana penyetorannya melalui bank
persepsi;
c. Pelunasan dengan menggunakan komputerisasi harus membuat
laporan bulanan tentang realisasi penggunaan (paling lambat tanggal
15 setiap bulannya);
d. Saldo bea meterai yang lebih dibayar pada saat mengajukan izin
masih mencukupi kebutuhan untuk pemeteraian 1 bulan;
e. Penggunaan pelunasan bea meterai dengan sistem komputerisasi
tanpa izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dapat dikenakan sanksi
pidana sesuai dengan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1985, dipidana maksimal 7 (tujuh) tahun;
f. Bea meterai kurang bayar yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian
dari pembayaran di muka dikenakan sanksi denda administrasi
8
sebesar 200% dari bea meterai yang kurang dibayar ;
g. Apabila melewati masa berlakunya izin yang diberikan, maka
dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin;
Apabila dokumen tidak atau kurang dilunasi bea meterai sebagaimana mestinya
maka akan dikenakan denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari bea
meterai yang tidak atau kurang dibayar. Pemeteraian kemudian atas dokumen tersebut
dilakukan oleh pejabat pos menurut tata cara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea meterainya belum
dilunasi sebagaimana mestinya. Pemeteraian kemudian dilakukan atas:
a. Dokumen yang semula tidak terutang bea meterai, namun akan digunakan
sebagai alat pembuktian di muka pengadilan;
E. Daluawarsa
Kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda administrasi yang terutang
mempunyai daluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun sejak tanggal dokumen dibuat.
Hal ini berlaku untuk seluruh dokumen termasuk kuitansi.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
10
Daftar Pustaka
https://documents.tips/documents/bea-materai
https://materikuliahperpajkan.wordpress.com/2016/01/17/pajak-bea-materai
https://klc.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2016/10/BP_APBN-III-1.-Modul-KB-4.pdf
11