Anda di halaman 1dari 26

L o a d i n g

Oleh Taxsam.co Learning Center


No : 00538/BD-Mul/VII/2022 Tanggal 28 Juli 2022
SUDIRMAN PARK
Jl. K.H. Mas Mansyur Kav. 35 Unit B-5, Unit B-8, & Unit C-
12 Jakarta
Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ......................................................................................................... 1
1. Dasar Hukum................................................................................................... 1
2. Subjek Bea Meterai ......................................................................................... 2
3. Objek Bea Meterai ........................................................................................... 3
4. Dokumen Yang Tidak Dikenakan Bea Meterai ................................................ 4
5. Tarif Bea Materai ............................................................................................. 5
6. Latihan Soal Dasar Pemahaman Bea Meterai ................................................ 5
II. Saat Terutang Bea Meterai ................................................................................... 8
1. Latihan Soal Tarif Bea Meterai ........................................................................ 9
III. Pelunasan Bea Meterai......................................................................................... 9
1. Meterai Tempel.............................................................................................. 10
2. Meterai Elektronik .......................................................................................... 10
3. Meterai dalam Bentuk Lain yang Ditentukan oleh Menteri ............................ 11
4. Pembayaran Meterai Menggunakan Surat Setoran Pajak ............................. 15
5. Latihan Soal Pelunasan Bea Meterai ............................................................ 16
IV. Pemeteraian Kemudian ...................................................................................... 17
1. Bea Meterai yang Wajib Melalui Pemeteraian Kemudian .............................. 17
2. Pembayaran Pemeteraian Kemudian ............................................................ 17
3. Pengesahan Pemeteraian Kemudian ............................................................ 17
4. Ketentuan Lain – Lain .................................................................................... 20
V. Keabsahan Meterai ............................................................................................. 20
VI. Fasilitas Pembebasan Bea Meterai .................................................................... 21
VII.Ketentuan Khusus dan Pidana ........................................................................... 21
1. Ketentuan Khusus ......................................................................................... 21
2. Ketentuan Pidana .......................................................................................... 22

i
I. Pendahuluan

Bea meterai adalah pajak atas dokumen yang memiliki wujud label atau carik dalam
bentuk tempel, elektronik, atau bentuk lainnya yang memiliki ciri dan mengandung
unsur pengaman yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang
digunakan untuk membayar pajak atas dokumen. Pengaturan bea meterai
dilaksanakan berdasarkan asas berikut ini :

● Kesederhanaan: pengaturan Bea Meterai harus dapat memberikan kemudahan


pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajibannya

● Efisiensi: pengaturan Bea Meterai harus berorientasi pada minimalisasi


penggunaan sumber daya untuk mencapai hasil kerja yang terbaik

● Keadilan: pengaturan Bea Meterai menjunjung tinggi keseimbangan hak dan


kewajiban setiap pihak yang terlibat.

● Kepastian hukum: pengaturan Bea Meterai harus dapat mewujudkan ketertiban


dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.

● Kemanfaatan: pengaturan Bea Meterai bermanfaat bagi kepentingan negara,


bangsa, dan masyarakat, khususnya dalam memajukan kesejahteraan umum.

Pengaturan bea meterai sendiri memiliki tujuan sebagai berikut :

● mengoptimalkan penerimaan negara guna membiayai pembangunan nasional


secara mandiri menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera;

● memberikan kepastian hukum dalam pemungutan Bea Meterai;

● menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat;

● menerapkan pengenaan Bea Meterai secara lebih adil; dan

● menyelaraskan ketentuan Bea Meterai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan lainnya.

1. Dasar Hukum

Dasar hukum Bea Meterai adalah sebagai berikut:

● Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai diubah terakhir


Dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 2020 Tentang Bea Meterai (“UU
10/2020”);

● Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea


Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea
Meterai (“PP 24/2000”);

1
● Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.03/2021 tentang
Pembayaran Bea Meterai, Ciri Umum dan Ciri Khusus Meterai Tempel,
Kode Unik dan Keterangan Tertentu pada Meterai Elektronik, Meterai dalam
Bentuk Lain, dan Penentuan Keabsahan Meterai, serta Pemeteraian
Kemudian (“PMK134/2021”)

● Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-66/PJ/2010 tentang Tata


Cara Pelunasan Bea Meterai dengan Membubuhkan Tanda Bea Meterai
Lunas dengan Mesin Teraan Meterai Digital (“PER 66/2010”)

● Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-122c/PJ/2000 tentang Tata


Cara Pelunasan Bea Meterai dengan Membubuhkan Tanda Bea Meterai
Lunas dengan Teknologi Percetakan (“KDJP 122c/PJ/2000”);

● Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-122d/PJ/2000 tentang Tata


Cara Pelunasan Bea Meterai dengan Membubuhkan Tanda Bea Meterai
Lunas dengan Sistem Komputerisasi (“KDJP 122d/PJ/2000”);

● Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 29/PJ.5/2000 Tentang


Dokumen Perbankan yang Dikenakan Bea Meterai (“SDJP 29/PJ.5/2000”).

2. Subjek Bea Meterai

Dengan memperhatikan pengertian bahwa bea meterai adalah salah satu


ragam dari pajak, maka nilai pajak tersebut terutang pada suatu subjek
hukum. Adapun subjek bea meterai meliputi pihak yang terutang bea meterai
serta pemungut bea meterai.

● Pihak-pihak yang terutang bea meterai adalah sebagai berikut:

➢ Untuk dokumen yang dibuat sepihak, bea meterai terutang oleh pihak
yang menerima dokumen;

➢ Untuk dokumen yang dibuat oleh 2 pihak atau lebih, bea meterai
terutang oleh masing-masing pihak atas dokumen yang diterimanya;

➢ Dikecualikan dari ketentuan dalam 2 poin di atas adalah dokumen


berupa surat berharga yang rinciannya adalah surat berharga dengan
nama dan dalam bentuk apapun;

➢ Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, bea meterai


terutang oleh pihak yang mengajukan dokumen;

➢ Dokumen yang secara spesifik dinyatakan sebagai objek bea meterai


dalam UU 10/2020 yang dibuat di luar negeri dan digunakan di
Indonesia, dalam hal ini bea meterai terutang oleh pihak yang menerima
manfaat atas dokumen;

2
➢ Pihak yang terutang pun dapat ditentukan lain oleh para pihak dalam
kesepakatan dalam perjanjian.

● Pemungut Bea Meterai

Pemungut bea meterai merupakan hak yang wajib memungut Bea Meterai
yang terutang atas Dokumen tertentu dari Pihak Yang Terutang,
menyetorkan Bea Meterai ke kas negara, dan melaporkan pemungutan dan
penyetoran Bea Meterai ke Direktorat Jenderal Pajak. Pemungut Bea
Meterai wajib:

➢ Memungut Bea Meterai yang terutang atas Dokumen tertentu dari Pihak
Yang Terutang;

➢ Menyetorkan Bea Meterai ke kas negara; dan

➢ Melaporkan pemungutan dan penyetoran Bea Meterai ke kantor


Direktorat Jenderal Pajak.

Pemungut bea meterai yang tidak menjalankan kewajiban memungut dan


menyetorkan bea meterai yang terutang ke kas negara akan diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak atau SKP sesuai dengan ketentuan Undang Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jumlah kekurangan bea
meterai dalam SKP tersebut akan dikenai sanksi administratif sebesar 100%
dari bea meterai yang tidak atau kurang dipungut dan/atau tidak atau kurang
disetor. Selain itu pemungut bea meterai yang terlambat menyetorkan bea
meterai dan/atau tidak atau terlambat melaporkan pemungutan dan
penyetoran bea meterai diterbitkan Surat Tagihan Pajak atau STP sesuai
dengan Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

3. Objek Bea Meterai

Setelah mengetahui mengenai subjek dari bea meterai, berikutnya akan


dibahas mengenai objek bea meterai. Terdapat dua kriteria dokumen yang
wajib dikenakan bea meterai, yang rinciannya adalah sebagai berikut:

● Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu


kejadian yang bersifat perdata; dan

● Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan

Dokumen yang bersifat perdata sebagaimana dimaksud dalam penjelasan


sebelumnya dapat dilihat dalam rincian sebagai berikut:

● Surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya


yang sejenis, beserta rangkapnya;

● Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya;

3
● Akta-akta Notaris termasuk salinannya;

● Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (“PPAT”)


termasuk rangkap-rangkapnya;

● Surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apapun;

● Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi


kontrak berjangka dengan nama dan dalam bentuk apapun;

● Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah


lelang, salinan risalah lelang, dan grosse risalah lelang;

● Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari
Rp. 5,000,000 (lima juta rupiah) yang:

➢ Menyebutkan penerimaan uang; atau

➢ Berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya telah


dilunasi atau diperhitungkan; dan

● Dokumen lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

4. Dokumen Yang Tidak Dikenakan Bea Meterai

Tidak semua dokumen wajib dilekatkan bea meterai. Adapun rincian


dokumen-dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah sebagai
berikut:

● Dokumen yang terkait dengan lalu lintas orang dan barang:

➢ Surat penyimpanan barang

➢ Konosemen

➢ Surat angkutan penumpang dan barang;

➢ Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang

➢ Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; dan

➢ Surat-surat lainnya yang dapat dipersamakan dengan surat


sebagaimana dijelaskan dalam poin sebelumnya

● Segala Bentuk Ijazah;

● Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan


pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta
surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran yang
dimaksud;

4
● Tanda bukti penerimaan uang Negara dari Kas Negara, Kas Pemerintah
Daerah, dan bank dan lembaga lainnya yang ditunjuk oleh negara
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

● Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu yang berasal dari kas negara, kas pemerintahan
daerah, bank, dan lembaga lainnya yang ditunjuk berdasarkan ketentuan
peraturan perundang undangan;

● Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi

● Dokumen yang menyebutkan simpanan uang atau surat berharga,


pembayaran uang simpanan kepada penyimpan oleh bank, koperasi dan
badan lainnya yang menyelenggarakan penyimpanan uang, atau
pengeluaran surat berharga oleh kustodian kepada nasabah;

● Surat gadai;

● Tanda pembagian keuntungan, bunga, atau imbal hasil dari surat berharga
dengan nama dan bentuk apapun; dan

● Dokumen yang diterbitkan atau dihasilkan oleh Bank Indonesia dalam


rangka pelaksanaan kebijakan moneter.

5. Tarif Bea Materai

Terhadap dokumen-dokumen yang wajib dikenakan bea meterai, berdasarkan


Pasal 5 Undang-undang No. 10/2020 (“UU 10/2020”) dikenakan tarif bea
meterai senilai Rp. 10,000,000. Tarif ini mulai diberlakukan pada 1 Januari
2021. Pada saat ini, terdapat dua jenis tarif meterai yang berlaku yakni meterai
Rp. 3,000 dan Rp. 6,000. Adapun ketentuan dalam Undang-undang No.
10/2020 (“UU 10/2020”) menyatakan bahwa bea meterai yang diterbitkan
sebelum diundangkannya Undang-undang No. 10/2020 (“UU 10/2020”)
memiliki waktu keberlakuan maksimal 1 tahun setelah berlakunya Undang-
undang No. 10/2020 (“UU 10/2020”) dengan ketentuan digunakan dengan nilai
total minimal Rp. 9,000 untuk meterai tempel. Selain itu besarnya tarif ini dapat
dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kondisi perekonomian nasional dan
tingkat pendapatan masyarakat.

6. Latihan Soal Dasar Pemahaman Bea Meterai

No Latihan Soal Pembahasan

1. Khairul hendak menjual telefon Undang-undang No. 10/2020 (“UU


genggamnya pada Anwar. 10/2020”) menentukan bahwa untuk
Adapun ketentuan dalam perjanjian sepihak, bea meterai
transaksi tersebut ditentukan terutang pada pihak yang menerima

5
secara sepihak oleh Khairul, dokumen, meskipun begitu, para pihak
namun disepakati dalam diizinkan untuk menyimpangi
perjanjian tersebut bahwa ketentuan tersebut selama telah ada
pihak yang terutang bea kesepakatan.
meterai adalah Khairul. Apakah
tindakan tersebut sesuai
dengan ketentuan mengenai
bea meterai?

2. Apabila William mengirimkan Surat tersebut tidak menjadi objek


surat cinta kepada Maria dan pajak karena tidak termasuk ke dalam
dibubuhi meterai tempel, kriteria dokumen yang merupakan
apakah surat cinta tersebut objek bea meterai.
menjadi objek pajak? Apabila
surat tersebut menjadi objek
pajak, kepada siapa utang
pajak terutang?

3. Apa dan siapa saja yang Subjek yang Terutang Bea Meterai
menjadi subjek dan objek Bea ● Untuk dokumen yang dibuat
Meterai? sepihak, bea meterai terutang oleh
pihak yang menerima dokumen;
● Untuk dokumen yang dibuat oleh 2
pihak atau lebih, bea meterai
terutang oleh masing-masing pihak
atas dokumen yang diterimanya;
● Dikecualikan dari ketentuan dalam
2 poin di atas adalah dokumen
berupa surat berharga yang
rinciannya adalah surat berharga
dengan nama dan dalam bentuk
apapun;
● Dokumen yang digunakan sebagai
alat bukti di pengadilan
● Dokumen yang secara spesifik
dinyatakan sebagai objek bea
meterai dalam Undang-undang No.
10/2020 (“UU 10/2020”) yang
dibuat di luar negeri dan digunakan
di Indonesia, dalam hal ini bea
meterai terutang oleh pihak yang
menerima manfaat atas dokumen

6
● Pihak yang terutang pun dapat
ditentukan lain oleh para pihak
dalam kesepakatan dalam
perjanjian.
Objek Bea Meterai
1. Dokumen yang dibuat sebagai
alat untuk menerangkan
mengenai suatu kejadian yang
bersifat perdata dengan rincian
sebagai berikut:
● Surat perjanjian, surat
keterangan, surat pernyataan,
atau surat lainnya yang sejenis,
beserta rangkapnya;
● Akta Pejabat Pembuat Akta
Tanah beserta salinan dan
kutipannya
● Akta-akta Notaris termasuk
salinannya;
● Akta-akta yang dibuat oleh
Pejabat Pembuat Akta Tanah
(“PPAT”) termasuk rangkap-
rangkapnya;
● Surat berharga dengan nama
dan dalam bentuk apapun;
● Dokumen transaksi surat
berharga, termasuk Dokumen
transaksi kontrak berjangka
dengan nama dan dalam
bentuk apapun;
● Dokumen lelang yang berupa
kutipan risalah lelang, minuta
risalah lelang, salinan risalah
lelang, dan grosse risalah
lelang;
● Dokumen yang menyatakan
jumlah uang dengan nilai
nominal lebih dari Rp.
5,000,000 (lima juta rupiah)
yang:

7
● Menyebutkan penerimaan
uang; atau
● Berisi pengakuan bahwa
utang seluruhnya atau
sebagiannya telah dilunasi
atau diperhitungkan; dan
● Dokumen lain yang ditetapkan
dengan Peraturan
Pemerintah.
2. Dokumen yang digunakan
sebagai alat bukti di pengadilan

II. Saat Terutang Bea Meterai

Saat terutangnya bea meterai adalah sebagai berikut:

● Dokumen dibubuhi Tanda Tangan, untuk:

➢ surat perjanjian beserta rangkapnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal


3 ayat (2) huruf a;

➢ akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya

➢ akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c.

● Dokumen selesai dibuat, untuk:

➢ surat berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d; dan

➢ Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak


berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e.

● Dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa Dokumen tersebut dibuat,


untuk:

➢ surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis,


beserta rangkapnya;

➢ Dokumen lelang; dan

➢ Dokumen yang menyatakan jumlah uang

8
● Dokumen diajukan ke pengadilan, untuk Dokumen yang digunakan sebagai
alat bukti di pengadilan

● Dokumen digunakan di Indonesia yang dibuat di luar negeri.

Selain saat terutang bea meterai di atas, Menteri dapat menentukan saat lain
terutangnya Bea Meterai.

Daluwarsa bea meterai terutang adalah 5 tahun sejak saat terutang.

1. Latihan Soal Tarif Bea Meterai


No. Latihan Soal Pembahasan

1. Tuan Miller sebagai seorang ● Dokumen pembayaran pajak tidak


pengusaha memiliki bisnis dan terutang bea meterai.
melaksanakan transaksi ● Dokumen pembayaran utang
sebagai berikut: kepada supplier atas pembelian
1) Membayar pajak senilai Rp. 100 buah batang besi terutang
700 ,000 bea meterai sebesar Rp. 6,000.
2) Membayar utang kepada Namun perlu dicatat bahwa untuk
supplier atas pembelian 100 transaksi mendatang, tarif meterai
buah batang besi dengan adalah Rp. 10,000 berdasarkan
masing-masing batang besi Undang-undang No. 10/2020
seharga Rp. 150,000,000 (“UU 10/2020”).
pada tanggal 20 Juli 2020.
Bagaimana perlakuan bea
meterai atas dokumen-
dokumen diatas?

III. Pelunasan Bea Meterai

Pelunasan Bea Meterai atas dokumen menggunakan cara diantaranya:

● Menggunakan meterai;

● Menggunakan surat setoran pajak jika dalam hal pembayaran bea meterai
menggunakan meterai dianggap tidak efisien atau bahkan tidak dimungkinkan.
Contoh untuk dokumen sebagai alat bukti di pengadilan dalam jumlah besar
yang pembayarannya melalui pemeteraian kemudian.

Adapun yang dimaksud dengan meterai adalah sebagai berikut:

● Meterai tempel;

9
● Meterai elektronik;

● Meterai dalam bentuk lain yang ditetapkan oleh Menteri.

1. Meterai Tempel

Meterai tempel memiliki ciri umum dan ciri khusus. Adapun rincian ciri dari meterai
tempel adalah sebagai berikut:

● Ciri Umum Meterai Tempel

➢ Gambar lambang negara Garuda Pancasila;

➢ Frasa “Meterai Tempel”; dan

➢ Angka yang menunjukkan nilai nominal.

● Ciri Khusus Meterai Tempel

➢ Ciri khusus pada meterai tempel dapat bersifat terbuka atau overt yaitu
ciri meterai yang dapat diketahui tanpa menggunakan alat bantu, semi
tertutup atau semicovert merupakan ciri meterai tempel yang dapat
diketahui dengan menggunakan alat bantu, dan tertutup atau covert yaitu
ciri meterai tempel yang hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan
forensik;

➢ Ciri khusus fisik meterai tempel, dalam hal ini desain, bahan, dan teknik
cetak

Cara penggunaan meterai tempel adalah sebagai berikut:

● Meterai Tempel direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas
dokumen yang dikenakan Bea Meterai.

● Meterai Tempel direkatkan di tempat tanda tangan akan dibubuhkan.

● Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal, bulan, dan


tahun dilakukan Meterai Tempel.

● Jika digunakan lebih dari satu Meterai Tempel, tanda tangan harus dibubuhkan
sebagian di atas semua Meterai Tempel dan sebagian di atas kertas.

● Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan Meterai Tempel namun tidak


memenuhi ketentuan di atas, dokumen yang bersangkutan dianggap tidak
bermaterai.

2. Meterai Elektronik

Meterai elektronik memiliki kode unik dan keterangan tertentu. Pembayaran


bea meterai dengan menggunakan meterai elektronik dilakukan dengan

10
membubuhkan meterai elektronik melalui sistem meterai elektronik pada
dokumen yang terutang bea meterai. Kode unik yang ada dalam meterai
elektronik berupa 22 digit nomor seri meterai elektronik yang dihasilkan oleh
sistem meterai elektronik. Keterangan tertentu yang dimaksud terdiri dari :

2. gambar lambang negara Garuda Pancasila;

3. tulisan "METERAI ELEKTRONIK"; dan

4. angka dan tulisan yang menunjukkan tarif Bea Meterai

3. Meterai dalam Bentuk Lain yang Ditentukan oleh Menteri

Terdapat beberapa cara pelunasan bea meterai salah satunya adalah melalui
meterai dalam bentuk lain. Meterai dalam bentuk lain yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan meliputi meterai yang dibuat dengan mesin teraan meterai
digital, sistem komputerisasi, teknologi percetakan, dan sistem atau teknologi
lainnya.

a. Meterai Teraan

Meterai teraan merupakan meterai berupa label yang penggunaannya


dilakukan dengan cara dibubuhkan pada dokumen dengan menggunakan
mesin teraan meterai digital. Pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-66/PJ/2010 (“PER 66/2010”)

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang dimaksud dengan Wajib
Pajak adalah Penerbit dokumen yang melakukan pelunasan Bea Meterai
dengan membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan
Meterai Digital.

Wajib Pajak yang bermaksud melakukan pelunasan Bea Meterai dengan


membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan Meterai
Digital harus mengajukan Surat Permohonan Izin kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar, dengan melampirkan data
sebagai berikut:

● Surat Keterangan Layak Pakai dari distributor Mesin Teraan Meterai


Digital; dan

● Surat Pernyataan Kepemilikan Mesin Teraan Meterai Digital


sebagaimana ditetapkan;

● Petugas Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan meng input data yang
disampaikan oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ke Aplikasi e-Meterai;

11
● Petugas Kantor Pelayanan Pajak mencetak Surat Izin Pembubuhan
Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Mesin teraan Materai Digital dari
Aplikasi e-Meterai sebagaimana ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini.

● Kepala Kantor Pelayanan Pajak wajib menerbitkan Surat Izin


Pembubuhan tanda Bea Meterai Lunas Dengan Mesin Teraan Meterai
Digital paling lambat 7 (tujuh) hari sejak Surat Permohonan Izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diterima lengkap.

● Wajib Pajak yang bermaksud menggunakan Mesin Teraan Meterai Digital


untuk membubuhkan tanda Bea Meterai Lunas harus menyetor deposit
sebesar Rp. 15,000,000 (Lima Belas Juta Rupiah) atau kelipatannya,
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Kas Negara melalui Kantor
Penerima Pembayaran.

● Penyetoran deposit sebesar Rp. 15,000,000 (Lima Belas Juta Rupiah)


atau kelipatannya sebagaimana dimaksud pada ayat 1) harus tercantum
dalam satu Surat Setoran Pajak Kode Akun Pajak untuk penyetoran
deposit Mesin Teraan Meterai Digital adalah 411611.

Kode Jenis Setoran untuk penyetoran deposit Mesin Teraan Meterai Digital
adalah:

Digit pertama adalah angka “2” yaitu kode untuk pelunasan Bea Meterai
dengan membubuhkan tanda Bea Meterai lunas dengan Mesin Teraan
Meterai Digital, dan Digit kedua dan ketiga diisi: angka “01”, dalam hal Wajib
Pajak hanya memiliki 1 (satu) unit Mesin Teraan Meterai Digital; atau sesuai
dengan nomor urut dilakukannya pendaftaran Mesin Teraan Meterai Digital
dalam hal Wajib Pajak memiliki lebih dari 1 (satu) unit Mesin Teraan Meterai
Digital.

● Wajib Pajak harus menyetor ulang deposit dalam hal terjadi kesalahan
sebagai berikut:

➢ Melakukan penyetoran deposit namun tidak sebesar Rp. 15,000,000


(Lima Belas Juta Rupiah) atau kelipatannya dalam satu Surat
Setoran Pajak

➢ Melakukan penyetoran deposit namun tidak menggunakan Kode


Akun Pajak sebagaimana dimaksud;

➢ Melakukan penyetoran deposit namun tidak menggunakan Kode


Jenis Setoran Sebagaimana dimaksud dalam; atau

12
➢ Identitas Wajib Pajak pada Surat Setoran Pajak yang berbeda dengan
identitas Wajib Pajak pada Surat Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai
Lunas Dengan Mesin Teraan Meterai Digital;

Wajib Pajak setelah membayar deposit Mesin Teraan Meterai Digital akan
memperoleh Kode Deposit paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal
pembayaran deposit dilakukan. Agar dapat menggunakan Mesin Teraan
Meterai Digital, Wajib Pajak harus memasukkan Kode Deposit ke dalam
Mesin Teraan Meterai Digital yang akan digunakan, baik secara manual
(entry langsung) maupun menggunakan cara lain sesuai dengan
spesifikasi Mesin Teraan Meterai Digital yang akan digunakan.
Pembubuhan meterai teraan akan mengurangi saldo deposit yang
disetorkan sebelumnya.

Kesalahan Prosedur dalam memasukkan Kode Deposit mengakibatkan


Mesin Teraan Meterai Digital terkunci, dan hanya dapat dibuka kembali
melalui prosedur unlock (pembukaan).

b. Meterai Percetakan

Meterai percetakan merupakan meterai berupa label yang penggunaannya


dilakukan dengan cara dibubuhkan pada dokumen dengan menggunakan pada
dokumen dengan menggunakan teknologi percetakan. Dokumen yang
menggunakan meterai percetakan hanya diperkenankan untuk dokumen surat
berharga berupa cek dan bilyet giro. Pelaksanaannya diatur dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-122c/PJ/2000 (“KEP-122c 2000”).

Persyaratan yang harus dipenuhi penerbit dokumen yang akan melakukan


pelunasan Bea Meterai dengan teknologi percetakan yaitu:

● Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan Bea Meterai dengan


membubuhkan tanda Bea Meterai lunas dengan mesin teraan meterai
harus mengajukan permohonan izin secara tertulis kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak setempat.

● Mencantumkan jenis/merek dan tahun pembuatan mesin teraan materai


yang akan digunakan.

● Pembubuhan meterai percetakan dilakukan berdasarkan permintaan


pemungut bea meterai tanpa didahului deposit.

● Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri)


dan perusahaan sekuritas yang melakukan pembubuhan tanda Bea
Meterai Lunas pada cek dan bilyet giro, harus menyampaikan laporan
bulanan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat tanggal 10 setiap
bulan.

13
● Meterai percetakan memiliki unsur yang meliputi:

➢ tulisan "METERAI PERCETAKAN";

➢ logo Kementerian Keuangan;

➢ angka yang menunjukkan tarif Bea Meterai; dan

➢ nama Pembuat Meterai

c. Sistem Komputerisasi

Meterai Komputerisasi adalah Meterai berupa label yang penggunaannya


dilakukan dengan cara dibubuhkan pada Dokumen dengan menggunakan
sistem komputerisasi. Pelunasan dengan membubuhkan tanda Bea Materai
Lunas dengan Sistem Komputerisasi diatur dalam Ketentuan Direktorat
Jenderal Pajak 122d/PJ/2000. Pembuat meterai komputerisasi yang akan
membubuhkan meterai komputerisasi wajib melakukan deposit. Pembubuhan
meterai komputerisasi akan mengurangi saldo deposit sebesar nilai nominal
meterai. Dokumen yang dapat dibubuhi tanda Bea Materai Lunas dengan
Sistem Komputerisasi:

● Yang menyebutkan penerimaan uang

● Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam


rekening di bank

● Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank, atau

● Yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya


telah dilunasi atau diperhitungkan, dengan jumlah rata-rata pemateraian
setiap hari minimal sebanyak 100 dokumen.

Persyaratan yang harus dipenuhi penerbit dokumen yang akan melakukan


pelunasan Bea Materai dengan sistem komputerisasi:

● Penerbit dokumen harus membayar Bea Materai di muka minimal sebesar


perkiraan jumlah dokumen yang harus dilunasi Bea Materai setiap bulan,
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Kas Negara melalui bank
persepsi.

● Mengajukan permohonan ijin secara tertulis kepada Direktur Jenderal


Pajak dengan mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan jumlah rata-
rata dokumen yang akan dilunasi Bea Materai setiap hari.

● Menyampaikan laporan bulanan tentang realisasi penggunaan dan saldo


Bea Materai kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat tanggal 15
setiap bulan.

14
Meterai Komputerisasi memiliki unsur yang meliputi:

● tulisan "BEA METERAI LUNAS"; dan

● angka yang menunjukkan tarif Bea Meterai.

4. Pembayaran Meterai Menggunakan Surat Setoran Pajak

● Pembayaran bea meterai dengan menggunakan SSP dilakukan untuk


pembayaran bea meterai oleh pihak yang terutang dalam hal :

➢ Pemeteraian kemudian dengan jumlah lebih dari 50 dokumen

➢ Pembayaran bea meterai dengan menggunakan meterai tempel tidak


memungkinkan karena meterai tempel tidak tersedia atau tidak dapat
digunakan

➢ Pembayaran bea meterai dengan menggunakan meterai elektronik tidak


memungkinkan karena terjadi kegagalan sistem meterai elektronik

● Jika pembayaran meterai menggunakan meterai tempel atau meterai


elektronik tidak memungkinkan untuk dilakukan pada saat bea meterai
terutang maka pembayaran menggunakan SSP maksimal 30 hari kalender
terhitung sejak saat terutangnya bea meterai.

● Ketentuan pembayaran bea meterai menggunakan SSP adalah sebagai


berikut :

➢ menyetorkan Bea Meterai yang terutang ke kas negara dengan


menggunakan formulir SSP atau Kode Billing dengan kode akun pajak
411611 (empat satu satu enam satu satu) dan kode jenis setoran 100 (
satu nol nol);

➢ membuat daftar Dokumen, dalam hal pembayaran Bea Meterai dengan


menggunakan SSP dilakukan atas 2 (dua) atau lebih Dokumen yang
terutang Bea Meterai dengan contoh format daftar dokumen sebagai
berikut :

15
➢ melekatkan SSP sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang telah
mendapatkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (“NTPN”) dengan
Dokumen yang terutang Bea Meterai atau daftar Dokumen sebagaimana
dimaksud dalam huruf b

5. Latihan Soal Pelunasan Bea Meterai


No. Latihan Soal Pembahasan

1. Bagaimana cara pelunasan Bea meterai dapat dilunasi dengan


bea meterai pada dokumen? menggunakan:
● Meterai Tempel;
● Meterai Elektronik;
● Meterai dalam bentuk lain yang
ditetapkan oleh Menteri.

2. Apakah diperkenankan Pelunasan Bea Meterai dengan


pelunasan bea meterai dengan membubuhkan tanda Bea Meterai
membubuhkan tanda bea Lunas dengan mesin teraan meterai
meterai lunas dengan mesin hanya diperkenankan kepada penerbit
teraan meterai kepada penerbit dokumen yang melakukan
dokumen yang melakukan pemeteraian dengan jumlah rata-rata
pemeteraian dengan jumlah setiap hari minimal sebanyak 50
rata-rata setiap hari sebanyak dokumen berdasarkan Ketentuan
40 dokumen? Direktorat Jenderal Pajak
122b/PJ/2000

16
IV. Pemeteraian Kemudian

Pemeteraian kemudian dilakukan untuk dokumen yang menjadi objek bea meterai
sesuai dengan Pasal 3 Ayat (2) Undang-undang No. 10 Tahun 2020 (“UU
10/2020”) namun bea meterainya tidak atau kurang dibayar, dan/atau dokumen
yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan. Pihak yang wajib membayar bea
meterai melalui pemeteraian kemudian adalah pihak yang terutang bea meterai.

1. Bea Meterai yang Wajib Melalui Pemeteraian Kemudian

Bea meterai yang wajib dibayar melalui pemeteraian kemudian adalah


dokumen beserta besarannya yang harus dibayar adalah sebagai berikut :

● Untuk dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dibayar


(terutang sejak 1 Januari 2021) : Bea Meterai yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada
saat terutangnya Bea Meterai ditambah dengan sanksi administratif
sebesar 100% (seratus persen) dari Bea Meterai yang terutang.

● Untuk dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dibayar


(terutang sebelum 1 Januari 2021) : Bea Meterai yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada
saat terutangnya Bea Meterai ditambah dengan sanksi administratif
sebesar 200% (dua ratus persen) dari Bea Meterai yang terutang.

● Untuk dokumen yang menjadi alat bukti di Pengadilan : Bea Meterai


yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku pada saat Pemeteraian Kemudian dilakukan.

2. Pembayaran Pemeteraian Kemudian

Pembayaran pemeteraian kemudian dilakukan dengan menggunakan


meterai tempel, meterai elektronik, atau SSP. Sedangkan untuk pembayaran
sanksi administratif dilakukan dengan menggunakan formulir SSP atau Kode
Billing dengan kode akun pajak 411611 (empat satu satu enam satu satu)
dan kode jenis setoran 512 (lima satu dua).

3. Pengesahan Pemeteraian Kemudian

● Pengesahan pembayaran bea meterai melalui pemeteraian kemudian


disahkan oleh Pejabat Pos atau Pejabat Pengawas.

● Pejabat pos hanya dapat melakukan pengesahan pembayaran


pemeteraian kemudian yang dilakukan dengan menggunakan meterai
tempel.

17
● Pengesahan pembayaran pemeteraian kemudian menggunakan meterai
tempel dilakukan oleh pejabat pos atau pejabat pengawas untuk
memastikan :

➢ Meterai tempel sah dan berlaku serta belum pernah dipakai untuk
pembayaran bea meterai atas suatu dokumen.

➢ kebenaran SSP yang telah mendapat Nomor Transaksi Penerimaan


Negara (NTPN) yang digunakan untuk membayar sanksi administratif
dengan melakukan konfirmasi pada saluran tertentu yang disediakan
DJP.

➢ kesesuaian nilai pembayaran dalam SSP yang telah mendapatkan


Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dengan jumlah sanksi
administratif yang wajib dibayar melalui Pemeteraian Kemudian.

➢ kesesuaian kode akun pajak dan kode jenis setoran.

● Pengesahan pembayaran pemeteraian kemudian menggunakan meterai


elektronik dilakukan oleh pejabat pengawas untuk memastikan:

➢ Meterai Elektronik yang digunakan untuk membayar Bea Meterai yang


terutang dibubuhkan melalui Sistem Meterai Elektronik

➢ Kebenaran SSP yang telah mendapatkan Nomor Transaksi Penerimaan


Negara (NTPN) yang digunakan untuk membayar sanksi administratif,
dengan melakukan konfirmasi pada saluran tertentu yang disediakan
oleh DJP

➢ Kesesuaian nilai pembayaran dalam SSP yang telah mendapatkan


Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dengan jumlah sanksi
administratif yang wajib dibayar melalui Pemeteraian Kemudian

➢ Kesesuaian kode akun pajak dan kode jenis setoran

● Pengesahan pembayaran pemeteraian kemudian menggunakan SSP


dilakukan oleh pejabat pengawas untuk memastikan :

➢ Kebenaran SSP yang telah mendapatkan Nomor Transaksi Penerimaan


Negara (NTPN) yang digunakan untuk membayar Bea Meterai yang
terutang dan/ atau sanksi administratif, dengan melakukan konfirmasi
pada saluran tertentu yang disediakan oleh DJP.

➢ Kesesuaian nilai pembayaran dalam SSP yang telah mendapatkan


Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dengan jumlah Bea
Meterai yang wajib dibayar melalui Pemeteraian Kemudian.

➢ kesesuaian kode akun pajak dan kode jenis setoran.

18
● Jika persyaratan pengesahan di atas telah terpenuhi, pejabat pos
atau pejabat pengawas melakukan pengesahan dengan
membubuhkan cap pemeteraian kemudian pada dokumen atau daftar
dokumen yang bea meterainya telah dibayar melalui Pemeteraian
Kemudian; dan/ atau SSP yang telah mendapatkan Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN).

● Pihak Yang Terutang dapat meminta pengesahan Pejabat Pengawas


atas Dokumen yang Bea Meterainya dipungut oleh Pemungut Bea
Meterai tetapi belum dibubuhi Meterai. Pejabat melakukan
pengesahan dengan membubuhkan cap Pemeteraian Kemudian
pada Dokumen atau daftar Dokumen dalam hal Pihak Yang Terutang
dapat membuktikan bahwa Pemungut Bea Meterai telah menyetorkan
Bea Meterai yang terutang.

● Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan kepada Pihak Yang
Terutang atas Bea Meterai yang tidak atau kurang dibayar dan sanksi
administratif dalam hal Pihak Yang Terutang tidak melakukan
Pemeteraian Kemudian atas Dokumen yang Bea Meterainya tidak
atau kurang dibayar. Pihak Yang Terutang menyetorkan Bea Meterai
yang ditetapkan dengan surat ketetapan pajak ke kas negara.

● Pihak yang terutang dapat meminta pengesahan pejabat pengawas


atas dokumen yang bea meterainya ditetapkan dengan surat
ketetapan pajak. Dalam hal ini, pejabat pengawas melakukan
penelitian mengenai:

➢ Kebenaran SSP yang telah mendapatkan Nomor Transaksi


Penerimaan Negara (NTPN) yang digunakan untuk membayar Bea
Meterai yang ditetapkan dengan surat ketetapan pajak, dengan
melakukan konfirmasi pada saluran tertentu yang disediakan oleh
DJP.

➢ Kesesuaian nilai pembayaran dalam SSP yang telah mendapatkan


Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dengan jumlah Bea
Meterai yang ditetapkan dengan surat ketetapan pajak.

➢ Kesesuaian kode akun pajak dan kode jenis setoran

Jika ketentuan di atas terpenuhi, maka pejabat pengawas melakukan


pengesahan dengan membubuhkan cap pemeteraian kemudian pada
dokumen atau daftar dokumen yang bea meterainya ditetapkan dengan
surat ketetapan pajak.

● Format cap pemeteraian kemudian adalah sebagai berikut :

19
4. Ketentuan Lain – Lain

● Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Pihak Yang Terutang terdaftar


menyampaikan pemberitahuan kepada kepala KPP tempat Pemungut Bea
Meterai terdaftar dalam hal ditemukan data bahwa Dokumen yang Bea
Meterainya tidak atau kurang dibayar merupakan Dokumen yang Bea
Meterainya seharusnya dipungut oleh Pemungut Bea Meterai.

● Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemungut Bea Meterai terdaftar


menindaklanjuti pemberitahuan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Bea Meterai.

V. Keabsahan Meterai

● Pembayaran Bea Meterai dengan menggunakan meterai tempel dianggap sah


jika memenuhi ketentuan :

➢ pembayaran Bea Meterai dilakukan dengan menggunakan Meterai Tempel


yang sah dan berlaku, serta belum pernah dipakai untuk pembayaran Bea
Meterai atas suatu Dokumen

➢ memenuhi ketentuan Pasal 4 Ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan No.


134/PMK.03/2021 (“PMK 134/2021”).

● Pembayaran bea meterai menggunakan meterai elektronik dianggap sah jika


memenuhi ketentuan :

➢ pembubuhan meterai elektronik dilakukan melalui sistem meterai elektronik

➢ Meterai elektronik yang dibubuhkan pada dokumen memiliki kode unik dan
keterangan tertentu

➢ deposit mencukupi untuk melakukan pembubuhan Meterai Teraan atau


Meterai Komputerisasi, atau pembubuhan Meterai Percetakan dilakukan
berdasarkan permintaan Pemungut Bea Meterai.

➢ meterai Dalam Bentuk Lain yang dibubuhkan pada Dokumen memenuhi


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Peraturan Menteri
Keuangan No. 134/PMK.03/2021 (“PMK 134/2021”).

20
● Pembayaran Bea Meterai tidak sah dan Dokumen dianggap tidak dibubuhi
Meterai dalam hal ketentuan di atas tidak terpenuhi.

● Direktur Jenderal Pajak menentukan keabsahan Meterai dalam hal


diperlukan penentuan keabsahan Meterai berdasarkan permintaan
penentuan keabsahan Meterai dari Pihak Yang Terutang atau pihak lain.

● Permintaan penentuan keabsahan Meterai harus dilampiri dengan Meterai


yang dimintakan penentuan keabsahannya.

● Keabsahan Meterai ditentukan berdasarkan hasil penelitian keabsahan


Meterai. Dalam hal diperlukan untuk penelitian keabsahan Meterai, Direktur
Jenderal Pajak dapat meminta keterangan atau penjelasan dari pihak yang
melaksanakan pencetakan Meterai Tempel atau pembuatan Meterai
Elektronik.

VI. Fasilitas Pembebasan Bea Meterai

Bea meterai yang terutang dapat diberikan fasilitas pembebasan dari pengenaan
bea meterai, baik untuk sementara waktu maupun selamanya, untuk:

● Dokumen yang menyatakan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan


dalam rangka percepatan proses penanganan dan pemulihan kondisi sosial
ekonomi suatu daerah akibat bencana alam yang ditetapkan sebagai bencana
alam;

● Dokumen yang menyatakan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan


yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang semata-mata bersifat
keagamaan dan/atau sosial yang tidak bersifat komersial;

● Dokumen dalam rangka mendorong atau melaksanakan program pemerintah


dan/atau kebijakan lembaga yang berwenang di bidang moneter atau jasa
keuangan; dan/atau

● Dokumen yang terkait pelaksanaan perjanjian internasional yang telah


mengikat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perjanjian internasional atau berdasarkan asas timbal balik.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas pembebasan dari pengenaan


Bea Meterai diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

VII. Ketentuan Khusus dan Pidana

1. Ketentuan Khusus

Pemeteraian kemudian atas dokumen dilakukan oleh Pejabat Pos terhadap


dokumen diantaranya:

21
● Dokumen yang dibuat di luar negeri pada saat digunakan di Indonesia harus
telah dilunasi Bea Meterai yang terhutang dengan cara pemeteraian
kemudian.
● Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana
mestinya dikenakan denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari
Bea Meterai yang tidak atau kurang dibayar. Pemegang dokumen atas
dokumen dimaksud harus melunasi Bea Meterai yang terhutang berikut
dendanya dengan cara pemeteraian kemudian.
● Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan.

Pejabat pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris dan pejabat umum lainnya,
masing-masing dalam tugas atau jabatannya tidak dibenarkan:

● Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang Bea


Meterainya tidak atau kurang dibayar.
● Melekatkan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar sesuai
dengan tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan.
● Membuat Salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen yang Bea
Meterainya tidak atau kurang bayar.
● Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang
dibayar sesuai dengan tarif bea Meterainya

Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud diatas


dikenakan sanksi administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Kewajiban pemenuhan bea Meterai dan denda administrasi yang terhutang


menurut undang-undang ini daluwarsa setelah lampau waktu lima tahun,
terhitung sejak tanggal dokumen dibuat.

2. Ketentuan Pidana

Dipidana sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana


(KUHP):

● Barangsiapa meniru atau memalsukan meterai tempel dan kertas meterai


atau meniru dan memalsukan tandatangan yang perlu untuk mensahkan
meterai.
● Barangsiapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan
atau memasukkan ke Negara Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau
yang dibuat dengan melawan hak.
● Barangsiapa dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan,
menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau dimasukkan ke Negara
Indonesia meterai yang mereknya, capnya, tanda tangannya, tanda sahnya,
atau tanda waktunya mempergunakan telah dihilangkan seolah-olah meterai

22
itu belum dipakai dan atau menyuruh orang lain menggunakannya dengan
melawan hak.
● Barangsiapa menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang
diketahuinya digunakan untuk melakukan salah satu kejahatan untuk meniru
dan memalsukan benda meterai.
● Barangsiapa dengan sengaja menggunakan cara lain (sebagaimana
dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf b Undang-Undang Bea Meterai) tanpa
izin Menteri Keuangan, Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 7
(tujuh) tahun dan tindak pidana tersebut adalah suatu kejahatan.

23

Anda mungkin juga menyukai