Anda di halaman 1dari 27

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

(NPWP)

Disusun oleh :

Nani Juniarti

PROGRAM STUDI AKUTANSI


STIE GALILEO
BATAM
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

Puji dan syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya dan hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu
tugas dari dosen pada mata kuliah Perpajakan tentang “Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP)”.

Tercurah dari segala kemampuan yang ada , kami berusaha membuat


makalah ini dengan sebaik mungkin, namun demikian kami menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan kami, maka dengan sepenuh hati kami mohon maaf
dan mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan
selanjutnya.

Tujuan kami menyusun makalah ini untuk menjelaskan tentang Nomor


Pokok Wajib Pajak (NPWP), SSP, SPT, SKP, sanksi-sanksi atas pelangaran
dalam perpajakan, dan PTKP. Terakhir kami ucapkan terimakasih untuk
semua pihak yang sudah membantu dan memudahkan penyelesaian
makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Batam, 27 Juli 2023

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. i

Kata Pengantar............................................................................................. ii

Daftar Isi...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)................................................ 3

B. Surat Setoran Pajak (SSP) dan Ketentuan Pembayarannya............. 7

C. Surat pemberitahuan (SPT).............................................................. 8

D. Surat Ketetapan Pajak (SKP)........................................................... 14

E. Metode Pembukuan sebagai Dasar Penentuan Penghasilan

dan Biaya.......................................................................................... 16

F. Sanksi-Sanksi atas Pelanggaran dalam Perpajakan......................... 17

G. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)........................................... 20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu negara untuk menjalankan fungsinya pemerintah atau
penguasa setempat memerlukan dana atau modal. Modal yang diperlukan itu
salah satunya bersumber dari pungutan berupa pajak dari rakyatnya. Pajak juga
merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat, tanpa ada
masyarakat, tidak mungkin ada suatu pajak.
Karena itu, jelaslah bagi kita untuk membiayai seluruh kepentingan
umum, salah satu yang dibutuhkan dan terpenting adalah suatu peran aktif dari
warganya untuk ikut memberikan iuran kepada negaranya dalam bentuk pajak,
sehingga segala keperluan pembangunan dapat dibiayai. Dana selebihnya
merupakan tabungan kesejahteraan bagi masyarakat dan negara demi keadilan
yang merata.
Bagi Wajib Pajak, khususnya para pengusaha, kewajiban dan hak
perpajakan merupakan suatu hal yang sulit untuk dapat dihindari. Sebab setiap
langkah untuk menjadi penguasha formal, seperti izin Pemda, izin Departemen
Perdagangan mempersyaratkan pemenuhan salah satu kewajiban Perpajakan,
yakni kewajiban mendaftarkan di Kantor Pelayanan Pajak untuk mendapatkan
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Selanjutnya selama kegiatan bisnis
berlangsung timbul berbagai kewajiban perpajakan di satu pihak dan hak
perpajakan di lain pihak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak dan apa saja hal-hal yang
menyangkut NPWP?
2. Apa yang dimaksud dengan SSP dan Bagaimana Ketentuan
Pembayarannya?
3. Apa itu SPT dan SKP?

1
4. Bagaimana Metode Pembukuan sebagai Dasar Penentuan Penghasilan
dan Biaya?
5. Apa saja Sanksi-Sanksi atas Pelangaran dalam Perpajakan?
6. Apa yang dimaksud dengan PTKP?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan hal-hal
yang menyangkut NPWP.
2. Menjelaskan tentang SSP dan Ketentuan Pembayarannya.
3. Menjelaskan tentang SPT dan SKP.
4. Menjelaskan tentang Metode Pembukuan sebagai dasar Penentuan
Penghasilan dan Biaya.
5. Menjelaskan tentang Sanksi-Sanksi atas Pelanggaran dalam Perpajakan.
6. Menjelaskan tentang PTKP.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


NPWP adalah nomor identitas wajib pajak sebagai sarana administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. 1
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya.2

Fungsi NPWP adalah :3

1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai


tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak sehingga kepada setiap wajib
pajak hanya diberikan satu nomor wajib pajak.
2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.
3. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan sehingga
semua yang berhubungan dengan dokumen perpajakan harus
mencantumkan NPWP.
4. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan, misalnya dalam Surat
Setoran Pajak.
5. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen-dokumen yang
diwajibkan, misalnya, dokumen impor (PIB) dan dokumen ekspor (PEB),
pinjaman kredit bank dan lain-lain.

1
Agus Setiawan dan Basri Musri, Perpajakan Umum, Jakarta, PT Raja Grafindo, 2006, hlm 3
2
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta, Penerbit Andi, 2013, hlm 25
3
Op.Cit, hlm 4

3
6. Untuk keperluan pelaporan SPT masa dan tahunan.

Wajib Pajak adalah sekumpulan orang atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu
(Pasal 1 butir 1 UU KUP).

Yang wajib mempunyai NPWP adalah wajib pajak (penghasilan). Jadi,


orang atau badan yang bertempat tinggal di Indonesia, yang menerima atau
memperoleh penghasilan bagi perorangan yang jumlahnya setahun melampaui
batas pajak, yaitu yang mempunyai penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) wajib mempunyai NPWP walaupun kepadanya belum atau tidak
dikenakan pajak atau belum atau tidak diberikan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Kewajiban dari wajib pajak yang utama adalah membayar pajak sendiri
dan memungut atau memotong pajak orang lain dan kemudian menyetorkannya
kepada negara melalui bank atau kantor pos.

Wajib pajak dikelompokkan menjadi :

a. Wajib pajak orang pribadi


b. Wajib pajak badan
c. Wajib pajak pemungut/ pemotong

Adanya kewajiban pajak subjektif dalam Pasal 2A Undang-Undang Pajak


Penghasilan 1984, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 17
Tahun 2000, yaitu dimulai pada saat :

a. Orang pribadi tersebut dilahirkan


b. Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 12 bulan, atau erniat untuk
bertempat tinggal di Indonesia
c. Badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia
d. Warisan yang belum dibagi dalam satu kesatuan, menggantikan yang
berhak

4
e. Subjek pajak luar negeri, orang pribadi tidak tinggal di Indonesia kurang
dari 183 hari dalam 12 bulan
f. Bentuk Usaha Tetap (BUT) atau badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia

Landasan hukum pemberian NPWP ini berdasarkan :

1. Pasal 2 UU KUP
2. SK Dirjen Pajak No. Kep. 515/PJ/2000
3. SK Dirjen Pajak No. Kep. 161/PJ/2001
4. SK Dirjen Pajak No. Kep. 338/PJ/2001

Yang wajib mendaftarkan diri dan melaporkan usaha :

1. Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan atau pekerjaan bebas dan
penghasilan netonya di atas PTKP
2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas apabila sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan yang
jumlahnya teah melebihi PTKP setahun.
3. Wajib pajak orang pribadi melakukan kegiatan usaha di beberapa tempat
wajib mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat-
tempat kegiatan wajib pajak.
4. Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula “wanita kawin” yang dikenakan
pajak secara terpisah karena :
a. Hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim
b. Dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta
5. Wajib pajak badan didirikan seperti PT, CV, Firma, Kongsi, Yayasan,
Perkumpulan, Lembaga, Koperasi, BUMN, Ormas, Orospol wajib
melaporkan usahanya adalah setiap pengusaha yang dikenakan pajak
pertambahan nilai yang :
a. Menyerahkan barang kena pajak omzetnya diatas 360 juta
b. Menyerahkan jasa kena pajak omzetna di atas 180 juta

5
Pengusaha ini wajib melaporkan untuk dikukuhkan sebagai PKP dan
kepadanya diberikan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(NPPKP).

Penghapusan NPWP

Dalam Kep. 27/PJ/1995, hal-hal yang menyebabkan NPWP dihapus adalah :

a. Wajib pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan


warisan.
b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta/ penghasilan.
c. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai subjek pajak selesai
dibagi.
d. Wajib pajak badan yang dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Bentuk usaha tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai
BUT.
f. Wajib pajak orang pribadi yang memenuhi syarat lagi untuk digolongkan
wajib pajak.

Untuk pengukuhan PKP dihapus dalam hal :


1. PKP pindah alamat ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak) lain
2. Dibubarkan
3. Tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP

Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak
NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau

6
kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.
Pidana tersebut ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi
pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan
sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara
yang dijatuhkan.
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak idana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak
dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi
pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau perkreditan yang
dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau perkreditan yang dilakukan.
Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka
waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban
mengenakan pajak terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah :
a. Bagi WP orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1 (satu) bulan
setelah saat usaha mulai dijalankan.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak
melakukan perkerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai
dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan
berikutnya.

B. SURAT SETORAN PAJAK (SSP)4 DAN KETENTUAN PEMBAYARAN


Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang
telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara
lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk Menteri Keuangan.

4
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta, Penerbit Andi, 2013, hlm 37

7
Fungsi SSP

SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh
Pejabat Kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah
mendapatkan validasi.

SSP merupakan surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke keas negara. SSP dapat
berupa SSP standar, SSP khusus, SSPCP (surat setoran pabeab, cukai, dan pajak
dalam rangka impor), SSCP (surat setoran cukai atas barang kena cukai dan PPN
hasil tembakau buaan dalam negeri). Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain :5
1. Membayar sendiri pajak yang terutang yang meliputi PPh Pasal 25 dan
PPh Pasal 29.
2. Melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain yang meliputi PPh Pasal
4 Ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPH Pasal 23, PPh
Pasal 26.
3. Melalui pembayaran pajak di luar negeri, yaitu PPh Pasal 24.
4. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau pihak yang ditnjuk pemerintah.

Pembayaran dan penyetoran pajak dapat dilakukan di bank-bank yang


ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Anggaran, kantor pos, bank-bank BUMN
atau BUMD, dan tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan.

C. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)


Surat Pemberitahun (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau
bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.6

5
Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan Perhitungan,
Yogyakarta, Penerbit Andi, 2010, hlm 114
6
Ibid, hlm 31

8
SPT merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara wjib pajak
dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperluakn untuk
menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang. Pengertian SPT dalam Pasal
1 butir 10 UU KUP dijelaskan bahwa, “Surat pemberitahuan adalah surat yang
oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak
yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”7

Fungsi SPT bagi wajib pajak adalah :


a. Memberikan data dan angka yang relevan dengan perhitungan kena pajak
b. Menentukan besarnya pajak yang harus dibayar
c. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri dan/atau melalui pemotongan, pemungutan pihak lain dalam satu
tahun pajak, atau bagian tahun pajak (waji pajak penghasilan).
d. Melaporkan pembayarqan darikegiatan pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain (wajib pajak penghasilan).
e. Melaporkan pembayaran pajak yang dipungut dalam hal ini adalah pajak
pertambahan nilai dan pajak atas penjualan barang mewah (PPN dan
PPnBM), bagi Pengusaha Kena Pajak.

Sesuai dengan prinsip self assesment system, wajib pajak harus melaporkan
pajak bulanan dan pajak tahunan. Pelaporan ini menggunakan surat
pemberitahuan (SPT) yang dapat diambil di Kantor Pelayanan Pajak, atau
dapat diotokopi. Landasan hukum pengaturan SPT ini berdasarkan :

1. Pasal 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 UU KUP
2. STMK No. 534/KMK 04/2000 tanggal 22 Desember 2000
3. STMK No. 535/KMK 04/2000 tanggal 22 Desember 2000
4. STMK No. 536/KMK 04/2000 tanggal 22 Desember 2000
5. SK Dirjen No. 517/PJ/2000

Jenis Surat Pemberitahuan ada 2 macam, yaitu :

7
Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu, Jakarta, Kencana,
2006, hlm 150

9
a. SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam
masa pajak.
b. SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan pembayaran terutang dalam satu tahun
pajak.

Pengisian SPT

Pada prinsipnya SPT harus diisi sendiri oleh wajib pajak, karena wajib
pajaklah yang mengetahui tentang transaksi dan kegiatan yang berhubungan
dengan pajaknya. Apabila tidak paham tentang kerumitan peraturan perundang-
undangan perpajakan, maka dapat dibantu oleh praktisi pajak (jasa konsultan
pajak). Wajib pajak mengisi SPT harus benar sesuai dengan kenyataan dan
lengkap, apabila tidak, maka akan mengakibatkan sanksi administrasi, lebih jauh
akan dikenakan sanksi pidana yang dijatuhkan kepada wajib pajak.

Untuk dapat mengisi data dalam SPT, diperlukan catatan atau pembukuan
wajib pajak. Oleh karena itu, wajib pajak harus menyelenggarakan pembukuan
minimal pencatatan. Sebagai bukti pengisian data SPT tersebut telah sesuai
dengan keadaan sebenarnya, maka perlu dilampirkan neraca dan laporan rugi laba
(untuk pembukuan) dan catatan peredaran harian (untuk pencatatan).

Wajib pajak wajib menandatangani SPT sebagai pertanggungjawaban atas


keenaran data yang dimasukkan dalam SPT. Jika ternyata data yang disampaikan
tidak benar, maka wajib pajak tersebutlah yang akan dikenakan administratif atau
sanksi pidana.

Kuasa pada konsultan pajak atau wakilnya untuk menandatangani SPT


memerllukan surat kuasa dari wajib pajak, dan yang bertanggung jawab adalah
yang diberi kuasa oleh wajib pajak.

10
Penyerahan Kembali SPT

SPT dikembalikan atau disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak


atau Kantor Penyuluhan Pajak, wajib pajak akan diberi tanda terima SPT. Jika
disampaikan melalui kantor pos harus tercatat, resi pos merupakan tanda bukti
tanda terima dan tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal
penerimaan, atau tempat lain yang ditunjuk Dirjen Pajak sesuai Pasal 5 UU KUP.

Batas Waktu Penyampaian SPT

Penyampaian SPT diatur jangka waktunya untuk :

a. SPT Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah akhir masa pajak


b. SPT Tahunan, selambat-lambatnya 3 bulan setelah akhir tahun

Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai


sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah
Pajak ertambahan Nilai dan Pajak enjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan


b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh
Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Jenis SPT

Secara garis besar SPT dibedakan manjadi dua, yaitu :

a. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa


Pajak.
b. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

SPT meliputi :

a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan;

11
b. SPT Masa yang terdiri dari :
1) SPT Masa Pajak Penghasilan;
2) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai; dan
3) SPT Masa Pajak ertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai.

SPT dapat berbentuk :

a. Formulir kertas (hardcopy); atau


b. e-SPT.

Batas Waktu Penyampaian SPT

a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
akhir Masa Pajak. Khusus untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
Masa Pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT

Wajb Pajak dapat memerpanjang jangka waktu penyampaian SPT


Tahunan sebagaimana dimaksud untuk paling lama 2 (dua) bulan sejak batas
waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan.

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dibuat secara tertulis dan


disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak, sebelum batas waktu penyampaian SPT
Tahunan berakhir, dengan dilampiri :

a. Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang


batas waktu penyampaiannya diperpanjang;

12
b. Laporan keuangan sementara; dan
c. Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran
pajak yang terutang.

Pemberitahuan Perpajangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh Wajib


Pajak atau Kuasa Wajib Pajak. Dalam hal Pemberitahuan Perpajakan SPT
Tahunan ditandangani oleh Kuasa Wajib Pajak, Pemberitahuan Perpanjangan
SPT Tahunan harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dapat disampaikan :

a. Secara langsung;
b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. Dengan cara lain, yang meliputi :
1. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat, atau
2. e-Filling melalui ASP.

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang tidak memenuhi


ketentuan sebagaimana dianggap bukan merupakan Perpanjangan SPT Tahunan.

Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT

Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang


telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat
Pemberitahuan, dikeai sanksi administrasi berupa denda sebesar :

a. Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai.
b. Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa
Lainnya.
c. Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan.

13
d. Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.8

D. SURAT KETETAPAN PAJAK (SKP)


Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. (Pasal 1
huruf 15 UU KUP).9
Surat Ketetapan Pajak (SKP) terdiri dari surat keterangan berupa Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Nihil.10
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
SKPKB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam jangka 5 tahun
setelah terutangnya pajak apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan pajak yang terutang tidak atau
kurang bayar.
b. Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan dalam
jangka waktu sebagaimana tercantum dalam surat teguran.
c. Apabila berdasar hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN
dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih
pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%.
d. Apabila kewajiban pembukuan dan pemeriksaan tidak terpenuhi sehingga
tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
e. Apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan NPWP dan/atau dikukuhkan
sebagai PKP secara jabatan.

8
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta, Penerbit Andi, 2013, hlm 37
9
Djoko Muljono, Panduan Brevet Pajak – Akuntansi Pajak dan Ketentuan Umum Perpajakan,
Yogyakarta, Penerbit Andi, 2010, hlm 136
10
Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia: Mekanisme dan
Perhitungan, Yogyakarta, Penerbit Andi, 2010, hlm 16-17

14
Apabila telah melebihi jangka waktu 5 tahun sejak terutangnya pajak
ternyata tidak diberikan SKPKB maka dianggap pajak yang telah dibayar
adalah benar adanya. Jumlah kekurangan pajak yang tercantum dalam
SKPKB yang dikarenakan oleh poin a dan e akan dikenakan sanksi
adminirasi berupa kenaikan sebesar 50% dai PPh yang tidak atau kurang
dibayar, serta 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau
kurang dipungut atau dipotong, dipungut tetapi kurang disetor, dan PPN atau
PPnBM yang kurang dibayar.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)


Merupakan surat keputusan yang menentukan jumlah tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan. Jika hasil temuan (kurang bayar tambahan)
diungkapkan oleh Wajib Pajak sendiri makan tidak akan dikenakan sanksi
perpajakan, sedangkan kalau temuan tersebut terungkap setelah dilakukannya
pemeriksaan oleh Direktur Jenderal Pajak maka Wajib Pajak akan dikenakan
sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah kekurangan paja.
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Besar (SKPLB)
Merupakan surat keputusan yang menentukan jumlah kebelihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besae dari pajak yang terutang atau
tidak seharusnya terutang. Prosedur penerbitan SKPLB adalah sebagai berikut
:
a. Wajib pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur
Pajak melalui pengisian kolom dalam SPT ataud engan surat tersendiri.
b. Setelah melakukan pemeriksaan, Direktur Jenderal Pajak harus
menerbitkan SKPLB paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan
diterima secara lengkap.
c. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan SKPLB belum diterbitkan maka
permohonan dianggap diterima dan SKPLB harus diterbitkan dalam
jangka waktu paling lama 1 bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir.
d. Apabila SKPLB terlambat diterbitkand alam jangka waktu 1 bulan
setelah jangka waktu tersebut berakhir maka Wajib Pajak diberikan

15
imbalan bunga sebesar 2% per bulan dihitung sejak berakhirnya jangka
waktu tersebut sampai dengan saat diterbitkan SKPLB.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Merupakan surat ketentuan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besanya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.

E. METODE PEMBUKUAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN


PENGHASILAN DAN BIAYA
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan
berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan

1. Wajib Pajak (WP) Badan;


2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam
satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (Empat milyar delapan ratus
juta rupiah).
Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan11

1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan


keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau
dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas.

11
http://www.pajak.go.id/content/seri-kup-pembukuan-dan-pencatatan-bagi-wajib-pajak (diakses
tanggal 08 September 2016)

16
4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri
Keuangan.
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.

Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan

Tujuannya adalah untuk mempermudah:

1. Pengisian SPT;
2. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak;
3. Penghitungan PPN dan PPnBM;
4. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan
hasil kegiatan usaha/pekerjaan bebas.

F. SANKSI DI BIDANG PERPAJAKAN


Sanksi adalah pagar pembatas yang nyata bagi pelaksanaan suatu
peraturan yang bermaterikan hak dan kewajiban. Sanksi merupakan wujud dari
pelanggaran atas hak suatu pihak atau tidak dipenuhinya kewajiban yang telah
ditentukan.
Suatu peraturan dapat dikatakan ideal dalam segi keadilan bagi masing-
masing pihak jika ancaman sanksi ada yang mengikat seluruh pihak yang
berkepentingan. UU KUP juga telah menetapkan beragam sanksi yang mengikat
tidak hanya kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak, tetapi juga mengikat
Aparat Pajak [fiskus] dan pihak ketiga yang terlibat semisal Kuasa, Pejabat selain
Pejabat Pajak, dan sebagainya.
Berdasarkan jenisnya, sanksi dibidang perpajakan dapat dikelompokan
menjadi dua kategori, yaitu:
1. Sanksi Administrasi

17
Sanksi Administrasi merupakan pembayaran kerugian terhadap
negara yang bisa berupa Denda, Administrasi Bunga, atau Kenaikan Pajak
yang terutang.
a) Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam
UU Perpajakan. Terkait besarannya, denda dapat ditetapkan sebesar
jumlah tertentu, presentasi dari jumlah tertentu, atau suatu angka
perkalian dari jumlah tertentu.
b) Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang
menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung
berdasarkan persentase tertentu dari suatu jumlah, mulai dari saat
bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima
dibayarkan.
c) Sanksi kenaikan pajak yang terutang adalah sanksi yang paling
ditakuti oleh Wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi
tersebut, jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat
ganda.sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung dengan angka
persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.
2. Sanksi Pidana
Menurut ketentuan dalam UU Perpajakan, ada 3 macam sanksi pidana,
yaitu:
a) Denda Pidana
Sanksi berupa denda pidana dikenakan kepada Wajib Pajak dan
diancamkan juga kepada pejabat pajak atau pihak ketiga yang
melanggar norma, denda pidana dikenakan kepada tindak pidana yang
bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan.
b) Pidana Kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang
bersifat pelanggaran. Dapat ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak
ketiga. Karena pidana kurungan diancamkan kepada si pelanggar
norma itu ketentuannya sama dengan yang diancamkan dengan denda

18
pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana
sekian itu diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya sekian.
c) Pidana Penjara
Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman
perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap
kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditujukan kepada
pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada Wajib Pajak.

Berdasarkan pihak yang dapat dikenai sanksi dibidang perpajakan dibagi


menjadi:

1. Sanksi bagi Wajib Pajak atau Penanggung Pajak


Contoh: SKPKBT terbit lewat 5 tahun karena wajib pajak dipidana, maka
perhitungan sanksinya maksimal bunga 48% (pasal 15 (4)).
2. Sanksi bagi Petugas Pajak
Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan
tugas dibidang perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan Wajib
Pajak yang menyangkut masalah perpajakan.
Pelanggaran atas larangan mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak
tersebut dapat diancam sanksi pidana sebagai berikut:
a. pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban
merahasiakan hal kerahasiaaan Wajib Pajak, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.
4000.000,00 (empat juta rupiah).
b. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat,
dipidana dengan pidana penjara paling 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
3. Sanksi bagi Pihak Ketiga
Setiap orang yang menurut ketentuan wajib memberikan keterangan atau
bukti yang diminta tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau
bukti; atau memberi keterangan atau bukti yang tidak benar, dipidana

19
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling paling
banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang
menganjurkan atau membantu melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan.

G. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)


Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) adalah besarnya penghasilan yang
menjadi batasan tidak kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi, dengan kata lain
apabila penghasilan netto wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha dan
atau pekerjaan bebas jumlahnya dibawah PTKP tidak akan dikenakan pajak
penghasilan (PPh) pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau
penerima penghasilan sebagai objek PPh pasal 21, maka penghasilan tersebut
tidak akan dilakukan pemotongan PPh pasal 21.

Besarnya PTKP untuk tahun pajak 2016, 2015, dan 2014 terdiri dari :

Besarnya PTKP untuk tahun pajak 2016 sebagai berikut:

1. Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta ribu rupiah) untuk diri wajib
pajak orang pribadi.
2. Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk wajib
pajak yang menikah.
3. Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta ribu rupiah) tambahan untuk
seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang No.36
tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
4. Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak tiga (3) orang untuk setiap keluarga.

20
PTKP ini berlaku mulai masa Januari Tahun Pajak 2016 bagi wajib pajak
orang pribadi dalam menjalankan kewajiban PPh Pasal 21 dan PPh orang
pribadi

Besarnya PTKP untuk Tahun Pajak 2015

1. Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta ribu rupiah) untuk diri Wajib
Pajak orang pribadi.
2. Rp. 3.000.000,00 (tiga juta ribu rupiah) tambahan untuk wajib pajak yang
menikah.
3. Rp. 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta ribu rupiah) tambahan untuk
seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang No.36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
5. Rp. 3.000.000,00 (tiga juta ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak tiga (3)
orang untuk setiap keluarga.

PTKP ini berlaku mulai Tahun Pajak 2015 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam menjalankan kewajiban PPh Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi.

Besarnya PTKP untuk Tahun Pajak 2014 dan 2013

1. Rp. 24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk
Wajib Pajak orang pribadi.
2. Rp. 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang menikah.
3. Rp. 24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) tambahan
untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
4. Rp. 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis

21
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak tiga (3) orang untuk setiap keluarga.

PTKP ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2013 bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam menjalankan kewajiban PPh Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya.
Berdasarkan ketentuan, setiap badan (PT, CV, Yayasan, Koperasi dsb)
wajib memiliki NPWP. Sedangkan untuk orang pribadi, yang wajib memiliki
NPWP adalah orang yang penghasilannya dalam satu tahun melebihi jumlah
tertentu yang disebut Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Masing-masing orang atau badan berbeda-beda kewajibannya sesuai
dengan kondisinya masing-masing. Untuk badan misalnya, kewajiban pajak
hampir meliputi semua jenis kewajiban tersebut. Untuk orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha, kewajiban pajaknya biasanya adalah PPh Pasal 25
bulanan, dan pelaporan SPT PPh Tahunan. Kalau dia punya karyawan,
kewajibannya juga meliputi PPh Pasal 21. Bagi orang pribadi yang statusnya
hanya sebagai karyawan, kewajibannya hanya menyampaikan SPT Tahunan
setiap tahun.

23
DAFTAR PUSTAKA

Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu.
Jakarta: Kencana.

Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Muljono, Djoko. 2010. Panduan Brevet Pajak – Akuntansi Pajak dan Ketentuan
Umum Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Purwono, Herry. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta:


Erlangga.

Setiawan, Agus dan Basri Musri. 2006. Perpajakan Umum. Jakarta : PT Raja
Grafindo.

Supramono dan Theresia Woro Damayanti. 2010. Perpajakan Indonesia.


Mekanisme dan Perhitungan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

www.pajak.go.id/content/seri-kup-pembukuan-dan-pencatatan-bagi-wajib-pajak
(08 September 2016)

Anda mungkin juga menyukai