Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT ), Surat Ketetapan Pajak (SKP),
dan Surat Tagihan Pajak (STP), serta Surat Pemberitahuan (SPbr).

Dosen pembimbing: Dr (c). Ingrid Panjaitan, SE., M.Sc., Ak., CA

Di Susun Oleh :

Siti Barokah 1634030009


Dolorosa 1734030002
Khoirunisa Alfiany 1734030004
Nita Rumantir 1734030018

PROGRAM SARJANA (s1)

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, dan hidayahnya kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen yang
telah memberikan pengajaran dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang mau meluangkan waktunya untuk
Bersama-sama mengerjakan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyajian dari makalah ini jauh dari kata
sempurna. Harapan kami dalam membentuk makalah ini adalah mudah-mudahan
apa yang telah kami susun ini bermanfaat, baik untuk kami sendiri, teman-teman,
maupun orang lain yang ingin menambah referensi pegetahuan megenai KETENTUAN
UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN khususnya tentang Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT ), Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan Surat Tagihan Pajak (STP), serta
Surat Pemberitahuan(SPbr).

Jakarta, 12 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................... 4

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................ 4


1.2 Tujuan ................................................................... 4
1.3 Metode Penulisan .................................................... 5
1.4 Rumusan Masalah ................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................ 6

2.1 Pengertian dan Kategori Surat Pemberitahuan (SPT) ...... 6


2.2 Jenis Formulir dan Tata Cara Pelaporan SPT ................. 8
2.3 Surat Ketetapan Pajak (SKP)...................................... 9
2.4 STP (Surat Tagihan Pajak) ....................................... 11
2.5 SPbr (Surat Pemberitaan) ........................................ 12

BAB III PENUTUP .............................................................. 13

3.1 Kesimpulan ........................................................... 13


3.2 Saran .................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berdasarkan Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan yang mengacu
pada Pasal 1 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. (Mardiasmo, 2009 : 19).
Pajak merupakan sektor pendapatan yang paling utama di Indonesia. Untuk
itu pemerintah sangat mengoptimalkan pendapatan pada sektor perpajakan,
dukungan serta peran aktif masyarakat sebagai warga negara sangat
dibutuhkan, mengingat masyarakat merupakan peran serta utama sebagai
wajib pajak yang merupakan faktor yang vital terwujudnya pendapatan pajak
yang optimal.
Surat Pemberitahuan adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk
melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak, penghasilan, harta, objek
pajak, atau kewajiban pajak lainnya yang disebutkan dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Surat Pemberitahuan merupakan instrumen yang memuat informasi seputar
jumlah pajak terutang serta pelunasan pajak yang telah dilakukan dalam
periode tertentu. Segala informasi yang termuat dalam Surat Pemberitahuan
harus diungkapkan secara benar, lengkap, dan jelas.
Wajib Pajak sebagai pihak pelapor juga harus bertanggung jawab atas
informasi yang termuat dalam Surat Pemberitahuan. Jika saja terdapat
informasi yang tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan dari petugas pajak,
Direktorat Jendral Pajak (DJP) sebagai penyelenggara kegiatan pajak dapat
meminta keterangan dan pertanggungjawaban pada Wajib Pajak. Dan tentunya
bisa berujung kepada sanksi atau denda yang seharusnya bisa Anda hindari jika
Anda bisa melaporkan Surat Pemberitahuan secara baik dan benar, lengkap dan
jelas. Melaporkan Surat Pemberitahuan adalah kewajiban bagi setiap wajib
pajak baik orang pribadi maupun badan.

1.2 Tujuan
Selain untuk menyelesaikan tugas mata kuliah KETENTUAN UMUM DAN
TATA CARA PERPAJAKAN dari dosen pembimbing, tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta wawasan mengenai
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT ), Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan Surat
Tagihan Pajak (STP), serta Surat Pemberitahuan(SPbr), serta diharapkan agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca.

4
1.3 Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode kepustakaan. Cara-cara yang
digunakan dalam menulis makalah ini adalah dengan melakukan Studi
Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan
dengan penulisan tugas ini dan browsing serta mengutip materi dari berbagai
sumber dalam internet.

1.4 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
• Apa Pengertian dan Kategori Surat Pemberitahuan (SPT) ?
• Apa saja Jenis Formulir dan Tata Cara Pelaporan SPT ?
• Apa saja Ketetentuan Umum Mengenai Surat Ketetapan Pajak (SKP) ?
• Apa saja Ketetentuan Umum Mengenai Surat Tagihan Pajak (STP) ?
• Apa saja Ketetentuan Umum Mengenai Surat Pemberitaan (SPbr) ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Kategori Surat Pemberitahuan (SPT)


Surat Pemberitahuan (SPT) adalah laporan pajak yang disampaikan
kepada pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan
mengenai SPT diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dalam undang-undang tersebu
ditegaskan, pemerintah mengharuskan seluruh wajib pajak untuk melaporkan
SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Secara garis besar kita dapat fungsi dari SPT adalah:
• Melaporkan pelunasan atau pembayaran pajak yang sudah dilakukan, baik
secara personal maupun melalui pemotongan penghasilan dari perusahaan
dalam jangka waktu satu tahun.
• Melaporkan harta benda yang dimiliki di luar penghasilan tetap dari pekerjaan
utama.
• Melaporkan penghasilan lainnya yang termasuk ke dalam kategori objek pajak
maupun bukan objek pajak.
SPT juga terbagi menjadi dua kategori, yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan.
1. SPT Masa
SPT Masa adalah formulir yang digunakan untuk pelaporan pajak dalam kurun
waktu tertentu (biasanya bulanan). Di Indonesia terdapat 10 jenis SPT Masa.
SPT Masa tersebut dinamakan berdasarkan nomor pasal, di mana aturan pajak
tersebut diatur, 10 jenis SPT Masa tersebut adalah:
• PPh Pasal 21/26.
• PPh Pasal 22.
• PPh Pasal 23/26.
• PPh Pasal 25.
• PPh Pasa 4 ayat (2).
• PPh Pasal 15.
• PPN (Pajak Pertambahan Nilai).
• PPN bagi Pemungut .
• PPN bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang menggunakan nilai
lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak.
• Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
a. Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa
• Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 Ayat 2, PPh
Pasal 15, PPh Pasal 21/26, dan PPh Pasal 23/26 batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah tanggal 10 bulan berikutnya.
Sedangkan batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah
tanggal 20 bulan berikutnya.

6
• Khusus PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, PPh Pasal 23,
PPN dan PPnBM bagi WP Kriteria Tertentu, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah sesuai batas waktu per Surat
Pemberitahuan Masa, sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat
Pemberitahuan Masa-nya adalah pada tanggal 20 setelah berakhirnya
Masa Pajak terakhir.
• Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25 (angsuran
pajak). untuk WP OP dan Badan, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah tanggal 15 bulan berikutnya,
sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masanya
adalah tanggal 20 bulan berikutnya. Untuk PPh Pasal 25 (angsuran pajak)
bagi WP Kriteria Tertentu (diperbolehkan melaporkan beberapa Masa Pajak
dalam satu pelaporan SPT Masa), batas waktu pembayaran/penyetoran
pajak adalah pada akhir masa pajak terakhir. Sedangkan batas waktu
pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya adalah tanggal 20 bulan
berikutnya.
• Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 22
✓ Bagi PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM oleh Bea Cukai, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah 1 (satu) hari setelah dipungut.
Sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya
adalah pada hari kerja terakhir minggu berikutnya (melapor secara
mingguan).
✓ PPh Pasal 22 Bendahara Pemerintah memiliki batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak pada hari yang sama saat penyerahan
barang. Dan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya
adalah tanggal 14 bulan berikutnya.
✓ PPh Pasal 22 Pertamina, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak
adalah sebelum delivery order dibayar.
✓ PPh Pasal 22 Pemungut Tertentu memiliki batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak pada tanggal 10 bulan berikutnya.
Sedangkan untuk batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa-nya
adalah tanggal 20 bulan berikutnya.
• Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPN Dan PPnBM bagi
Pengusaha Kena Pajak (PKP), batas waktu pembayaran/penyetoran pajak
adalah pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan
sebelum SPT Masa PPN disampaikan. Sedangkan untuk batas waktu
pelaporan SPT Masa-nya adalah pada akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak.
✓ untuk PPN dan PPn BM bagi Bendaharawan, batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada tanggal 7 bulan berikutnya,
sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah pada
tanggal 14 bulan berikutnya.

7
✓ Bagi PPN dan PPn BM bagi Pemungut Non Bendaharawan, maka batas
waktu pembayaran/penyetoran pajak adalah pada tanggal 15 bulan
berikutnya, sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah
pada tanggal 20 bulan berikutnya.
b. Denda atas Keterlambatan Pelaporan SPT
Sesuai dengan ketentuan resmi dari DJP, keterlambatan pelaporan untuk SPT
Masa PPN dikenakan denda sebesar Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah).
Untuk keterlambatan pelaporan SPT Masa lainnya dikenakan denda sebesar
Rp100.000 (seratus ribu rupiah)
2. SPT Tahunan
SPT Tahunan merupakan laporan pajak yang disampaikan satu tahun
sekali (tahunan) baik oleh wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi, yang
berhubungan dengan perhitungan dan pembayaran pajak penghasilan, objek
pajak penghasilan, dan/atau bukan objek pajak penghasilan, dan/atau harta
dan kewajiban sesuai dengan peraturan pajak untuk satu tahun pajak, atau
bagian dari tahun pajak. Terdapat dua kategori SPT Tahunan, yaitu SPT
Tahunan Orang Pribadi (OP) dan SPT Tahunan Badan.
a. Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
(OP) dan Badan.
• Untuk PPh WP OP, maka batas waktu pembayaran/penyetoran pajak
adalah sebelum SPT Tahunan PPh WP OP disampaikan, sedangkan untuk
batas waktu pelaporan SPT Tahunan-nya adalah pada akhir bulan ketiga
setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak.
• Bagi SPT Tahunan PPh WP Badan, maka batas waktu pembayaran/
penyetoran pajak adalah sebelum SPT Tahunan PPh WP Badan
disampaikan.
• Sedangkan untuk batas waktu pelaporan SPT Tahunan-nya adalah pada
akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak.
b. keterlambatan pelaporan SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi akan
dikenakan denda sebesar Rp100.000 (seratus ribu rupiah). Dan
keterlambatan pelaporan SPT Tahunan PPh WP Badan dikenakan denda
sebesar Rp1.000.000 (satu juta rupiah).

2.2 Jenis Formulir dan Tata Cara Pelaporan SPT


Setiap pekerja/pegawai pasti menerima bukti potong sebagai bukti setoran
pajak yang telah dipungut dan dilaporkan oleh perusahaan pemberi kerja.
Formulir bukti potong tersebut terbagi menjadi dua yakni :
1. Formulir 1721 A1 khusus untuk para karyawan yang bekerja di perusahaan
milik swasta.
2. Formulir 1721 A2 untuk karyawan yang menjabat sebagai Pegawai Negeri
Sipil.

8
Sementara SPT Tahunan Badan hanya menggunakan satu jenis formulir
yaitu SPT Tahunan 1771. SPT Tahunan Orang Pribadi terbagi ke dalam tiga
jenis formulir SPT PPh Orang Pribadi, yaitu :
1. Formulir 1770 yang ditujukan bagi wajib pajak yang bekerja tanpa ikatan
kerja tertentu.
2. Formulir 1770 SS yang ditujukan untuk perseorangan atau pribadi dengan
jumlah penghasilan kurang dari atau sama dengan Rp60 juta setahun dan
hanya bekerja pada satu perusahaan.
3. Formulir 1770 S untuk wajib pajak pribadi dengan penghasilan tahunan
lebih dari Rp60 juta dan bekerja pada dua perusahaan atau lebih
Tata Cara Penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan
Kita bisa mendapatkan formulir SPT Masa dan SPT Tahunan di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP). Dan kemudian kita bisa menyerahkan kembali formulir
tersebut secara manual ke KPP setempat. Surat Pemberitahuan (SPT) wajib
diisi dalam Bahasa Indonesia oleh Wajib Pajak dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah (Rp), dan wajib
menandatanginnya sebelum diberikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
terdaftar.
Saat ini dapat mengisi SPT Masa dan SPT Tahunan secara online. Kita bisa
mengunduh aplikasi e-filling di smartphone atau bisa mengunduh aplikasi e-
SPT langsung di laman web resmi DJP. Online Pajak merupakan solusi untuk
melakukan persiapan pelaporan pajak, dari hitung, setor, dan lapor dengan
menggunakan satu sistem pelaporan pajak yang terintegrasi.

2.3 Surat Ketetapan Pajak (SKP)


1. Dasar Hukum Surat Ketetapan Pajak (SKP)
- Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007.
- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 607/KMK.04/1994 Tentang Tata Cara
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan
atau Pembatalan Ketetapan Pajak, Tanggal 21 Desember 1994.
- Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 18/PJ.24/1995 Tentang Perubahan
atas Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 05/PJ.24/1995 Tanggal 3
Februari 1995 Tentang Bentuk Surat Tagihan Pajak dan Surat Ketetapan
Pajak atas Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Tanggal 5 Mei 1995.
- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 542/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan
atau Pembatalan Ketetapan Pajak Tanggal 22 Desember 2000.
2. Pengertian Surat Ketetapan Pajak/SKP (Pasal 1 angka 14 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007) :

9
▪ Surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Nihil.
▪ Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak kewenangan
mengeluarkan surat ketetapan pajak, dilimpahkan kepada KPP.
▪ Surat ketetapan pajak timbul berdasarkan hasil pemeriksaan.
3. Jenis-jenis dari Surat Ketetapan Pajak (SKP) :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pasal 13 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 :
- SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
- Sanksi yang termuat dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) :
• Bunga sebesar 2% sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan
atas pajak yang kurang dibayar.
• Kenaikan:
a) Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan dan telah ditegur:
- sebesar 50 % dari PPh Badan/ orang pribadi yang kurang/tidak
dibayar.
- sebesar 100% dari PPh pemotongan/pemungutan yang kurang
atau tidak dibayar.
- sebesar 100% dari PPN/PPn.BM yang tidak atau kurang dibayar.
b) Sebesar 100% dari PPN/PPnBM yang tidak atau kurang dibayar
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPN/PPnBM
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau
tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol persen)
c) Apabila kewajiban Pasal 28 dan 29 KUP tidak dipenuhi sehingga
tidak diketahui besarnya pajak yang terutang :
- sebesar 50 % dari PPh Badan/ orang pribadi yang kurang/tidak
dibayar.
- sebesar 100% dari PPh pemotongan/pemungutan yang kurang
atau tidak dibayar.
- sebesar 100% dari PPN/PPn.BM yang tidak atau kurang dibayar
b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau seharusnya
tidak terutang. Untuk SPT masa Pajak Pertambahan Nilai bisa disebabkan
karena dalam transaksi awal telah dipungut PPN oleh bendaharawan atau
pemungut pajak, juga karena adanya transaksi ekspor yang memiliki tarif
pajak 0% sehingga selisih lebih bayar karena kredit pajak masukan telah
dibayar PPN 10%. Sedangkan dalam SPT Tahunan PPh disebabkan karena

10
kredit pajak yang lebih besar dibandingkan pajak yang seharusnya
terutang sehingga menyebabkan lebih bayar. Untuk mengembalikan
kelebihan pajak ini kepada Wajib Pajak yang bersangkutan dilakukan
pemeriksaan untuk membuktikan bahwa dokumen dan data-data terkait
telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
d. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan. Timbulnya ketetapan ini biasanya dikarenakan adanya data
baru yang belum terungkap pada saat pemeriksaan sebelumnya pada
tahun pajak yang bersangkutan.

2.4 Surat Tagihan Pajak (STP)


Yaitu surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda. Timbulnya Surat Tagihan Pajak adalah karena
keterlambatan kewajiban melaporkan (Denda Pasal 7), keterlambatan
pembayaran, atau karena terdapat kekurangan pembayaran dari yang
seharusnya, dan tunggakan pajak yang terlambat dibayar (STP bunga
penagihan). Pokok pajak dari kekurangan pembayaran ini dapat menjadi kredit
pajak yang sifatnya mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar dalam
perhitungan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan).
1. Fungsi Surat Tagihan Pajak
• Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib
Pajak.
• Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan atau denda.
• Sarana untuk menagih pajak.
2. Sebab diterbitkannya STP Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak
atau kurang dibayar.
• Berdasarkan penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak
sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
• Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau
bunga.
• Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat
faktur pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.
• Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak mengisi
faktur secara lengkap.
• PKP melaporkan faktur tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak.
• PKP yang gagal berproduksi dan telah dberikan pengembalian pajak
masukan.

11
3. Jenis administrasi yang ditagih dengan Surat Tagihan Pajak
• Denda administrasi bagi wajib pajak yang tidak atau terlambat
menyampaikan SPT masa PPH dan ;
• Denda administrasi bagi wajib pajak yang tidak atau terlambat
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan;
• Denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak bagi pengusaha yang tidak
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, PKP yang tidak
membuat atau tidak lengkap mengisi Faktur pajak;
• Bunga, bagi wajib pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan sehingga
mengakibatkan kurang bayar;
• Bunga, bagi wajib pajak yang terlambat atau tidak membayar pajak
yang sudah jatuh tempo pembayarannya.

2.5 Surat Pemberitaan (SPbr)


Yaitu surat yang berisi pemberitahuan pada wajib pajak bahwa jumlah pajak
yang terutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang sudah dibayar dan
atau dipungut.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
SPT yaitu surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak atau bukan objek
pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. SKP yaitu surat ketetapan yang meliputi
Surat ketetapan pajak bayar, Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan,
Surat ketetapan pajak nihil, atau surat ketetapan pajak lebih bayar. Surat
ketetapan tersebut dihasilkan dari proses pemeriksaan pajak yang
dilaksanakan oleh petugas fungsional pemeriksa pajak maupun penyidik pajak
atau hasil penelitian dari petugas pengawasan dan konsultasi pajakSurat
Tagiha Pajak yaitu surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda. SPbr yaitu surat yang berisi
pemberitahuan pada wajib pajak bahwa jumlah pajak yang terutang sama
besarnya dengan jumlah pajak yang sudah dibayar dan atau dipungut.

3.2 Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan pembaca terutama para akuntan tentang materi megenai
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN khususnya tentang Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan Surat
Tagihan Pajak (STP), serta Surat Pemberitahuan (SPbr).

13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.online-pajak.com/spt-surat-pemberitahuan
http://repository.uin-suska.ac.id/3611/2/BAB%20I.pdf
http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=105
https://www.jurnal.id/id/blog/spt-pajak
https://keuangan.unpas.ac.id/home/uploads/file/Pajak.pdf
https://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=16426

14

Anda mungkin juga menyukai