Anda di halaman 1dari 9

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya Kami masih
diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini yang membahas tentang “Pengisian
SPT 1770ss dan SPT 1770s”. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen
yaitu Rachmat Fadly, S.Pd.,MM yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun makalah ini.
Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan,baik itu yang datang dari diri
kami maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah kami dapat
bermanfaat bagi para pembaca, khususnya pada mahasiswa Universitas Bina Sarana informatika
yang membaca makalah ini. Dan mudah - mudahan juga dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca . Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kami mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 4
1. Latar Belakang....................................................................................... 4
2. Perumusan Masalah.............................................................................. 5
3. Tujuan Penulisan.................................................................................... 5
4. Manfaat Penulisan.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 6
A. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)................................................. 5
B. Dasar Hukum Surat Pemberitahuan (SPT)............................................. 6
C. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)......................................................... 10
D. Proses Pelaporan /Penyampaian dan Pembayaran
Surat Pemberitahuan (SPT).............................................................. 12
E. Jenis – jenis Surat Pemberitahuan (SPT)................................................ 5
F. Bentuk – bentuk Surat Pemberitahuan (SPT)........................................ 5
G. Sanksi Pelaksanaan Surat Pemberitahuan (SPT).................................... 5

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 6


Kesimpulan ......................................................................................................... 5
Saran ...............................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan UUD 45 yang menjunjung


tinggi hak dan kewajiban setiap orang. Pajak merupakan wujud dari peran serta
masyarakat dalam mendukung pembangunan maupun perekonomian di Indonesia"
sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab, peran pajak bagi
suatu Negara menjadi sangat dominan. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara,
iuran tersebut berupa uang, bukan barang. Pajak yang dipungut berdasarkan ketentuan
UUD dan aturan pelaksanaannya tanpa jasa timbal balikdadri Negara. Pajak yang
digunakan untuk biaya rumah tangga yaitu pengeluaran – pengeluaran yang bermanfaat
bagi masyarakat luas dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi.Namun dalam pembayaran pajak
masih banyak Wajib Pajak yang salah menyetornya penyetoran, misalnya lebih bayar
(LB) atau kurang bayar (KB) maka Wajib Pajak yang telah mempunyai NPWP perlu
diberikan Surat Pemberitahuan (SPT) dan perlu diberi himbauan.
Dewasa ini, banyak dikalangan masyarakat kita yang belum mengetahui persis apa itu
SPT. Hal ini dimungkinkan karena latar belakang pendidikan masyarakat yang masih rendah,
sehingga tidak banyak dari mereka yang tidak tahu apa itu SPT. Jadi dengan adanya penulisan
makalah ini, semoga menjadi pedoman bagi masyarakat untuk mengetahui SPT dan
memberikan manfaat yang besara bagi masyarakat yang belum memahami SPT.

2. Perumusan Masalah

a. Apa Yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan (SPT)?

b. Apa yang menjadi dasar hukum Surat Pemberitahuan (SPT)?

c. Apa sajakah yang menjadi fungsi dari Surat Pemberitahuan (SPT)?

d. Apa saja yang menjadi proses pelaporan SPT dan pembayaran SPT?

e. Apa sajakah yang termasuk kedalam jenis-jenis SPT?

f. Apa sajakah yang termasuk kedalam bentuk SPT?

g. Apa sajakah yang termasuk kedalam sanksi dalam pelaksanaan SPT?

4
3. Tujuan Penulisan

a. Tujuan penulisan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan memahami
SPT.

b. Agar pembaca dapat memahami bagaimana alur dan proses pelaksanaan SPT.

c. Dapat memahami proses pelaporan SPT dan pembayaran SPT.

4. Manfaat Penulisan

a. Pembaca dapat menerapkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan SPT.

b. Memberikan ilmu pengetahuan tentang SPT.

c. Menjadi pedoman pembaca dalam pelaksanaan kegiatan dalam SPT.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak
dan atau harta dan kewajiban' menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
SPT Masa Pajak adalah SPT yang memiliki jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib
pajak untuk menghitung' menyetor' dan melaporkan pajak yang terutang dalam jangka waktu
tertentu. Masa pajak sama dengan 1 bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan
Peraturan Menteri keuangan paling lama 3 bulan kalender. SPT masa ini dipakai oleh pemotong
atau pemungut pajak untuk melaporkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan dalam
setiap masa.

B. DASAR HUKUM SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

1. PMK-181/PMK.34/2007 s.t.d.d tentang bentuk dan isi, serta tata cara


pengambilan, pengisisn, penandatanganan, dan penyampaian SPT.
2. PMK-252/PMK.03/2008 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.
3. PMK-262/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan PPh Pasal 21 bagi pejabat
Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunan atas Penghasilan
yang dibebankan pada APBN/APBD.
4. PMK-16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan PPh Pasal 21 atas uang Pesangon,
uang Manfaat Pensiun, THT/JHT, atau Pembayaran Sejenis yang dibayarkan Sekaligus.
5.

C. Apa itu UU HPP dan mengapa UU tersebut disahkan 5

UU HPP atau Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan telah disahkan oleh Pemerintah
bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tenanggal 7 Oktober 2021 lalu. Lalu, Presiden
Joko Widodo resmi mengundangkan Rancangan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan ini menjadi UU Nomor 7 Tahun 2021 pada tanggal 29 Oktober 2021. Undang-undang
ini akan berlaku pada tahun pajak 2022.

6
Latar belakang di sahkannya UU HPP tersebut adalah yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan
perekonomian yang berkelanjutan dan mendukung percepatan pemulihan perekonomian nasional.

Secara tematik, keberlakuan UU HPP terbagi menjadi sebagai berikut. Perubahan UU


KUP(Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) dan perubahan UU Cukai berlaku mulai
tanggal diundangkan. Perubahan UU PPh berlaku pada tahun pajak 2022. Perubahan UU
PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan pajak karbon mulai berlaku 1 April 2022. Sedangkan,
program pengungkapan sukarela berlaku 1 Januari sampai dengan 30 Juni 2022.Selanjutnya,
penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai NPWP Orang Pribadi, perubahan
besarnya sanksi, asistensi penagihan pajak global, mutual agreement procedure(MAP),
consensus pemajakan global, kuasa hukum wajib pajak, dan penegakan hukum pidana.
Poin-poin penting yang ada dalam perubahan UU PPh, antara lain: perlakuan pajak atas
natura dan/atau kenikmatan, perubahan brackettarif pajak untuk wajib pajak orang pribadi,
pengenaan tarif pajak sebesar 35% untuk penghasilan di atas Rp 5 miliar, tarif PPh Badan
untuk tahun pajak 2022 dan seterusnya sebesar 22%, dan adanya batas peredaran bruto tidak
kena pajak bagi wajib pajak orang pribadidengan omset sampai dengan 500 Juta tidak dikenai
pajak.

D. Kasus Perhitungan Pajak Penghasialan Pasal 21 Sebelum & Setelah UU HPP

disediakan 2 kasus, di mana kasus pertama mendapatkan PKP sebanyak 100 juta, dan kasus
kedua mendapatkan PKP sebanyak 10 miliar, sebagai upaya untuk menunjukkan perbedaan
perhitungan PPh 21 sebelum dan setelah Undang-undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
Sebagai catatan, harus diperhatikan bahwa kedua kasus menggunakan PKP setahun.

Sebelum UU HPP

Tarif Batas PKP Dialokasikan Sisa PKP PPh 21

100,000,000

5% 50,000,000 50,000,000 50,000,000 2,500,000

15% 250,000,000 50,000,000 - 7,500,000

25% 500,000,000 - - -

30% - - -

100,000,000 PPh Terutang 100,000,000

Setelah UU HPP

7
Tarif Batas PKP Dialokasikan Sisa PKP PPh 21

100,000,000
5% 60,000,000 60,000,000 40,000,000 3,000,000
15% 250,000,000 40,000,000 - 6,000,000
25% 500,000,000 - - -
30% 5,000,000,000 - - -
35% - - - -
100,000,000 PPh Terutang 9,000,000

Dari Kasus A, dapat diperhatikan bahwa setelah disahkan UU HPP, pajak yang terutang mengecil
sebagai akibat dari batas atas dari lapisan pertama (5%) ditingkatkan menjadi 60 juta. Ini
menyebabkan terdapat PKP senilai 10 juta yang dihitungkan pada lapisan pertama daripada
lapisan kedua (15%) yang memiliki tarif lebih tinggi dan secara otomatis mengakibatkan nilai
terutang yang lebih tinggi.

Sebelum UU HPP
Tarif Batas PKP Dialokasikan Sisa PKP PPh 21

5% 50,000,000 50,000,000 2,500,000


15% 250,000,000 250,000,000 37,500,000
25% 500,000,000 500,000,000 125,000,000
30% - 9,200,000,000 2,760,000,000
10,000,000,000 PPh Terutang 2,925,000

Setelah UU HPP
Tarif Batas PKP Dialokasikan Sisa PKP PPh 21
10,000,000,000
5% 60,000,000 60,000,000 9,940,000,000 3,000,000
15% 250,000,000 250,000,000 9,690,000,000 37,500,000
25% 500,000,000 500,000,000 9,190,000,000 125,000,000
30% 5,000,000,000 5,000,000 4,190,000,000 1,500,000,000
35% - 4,190,000,000 - 1,466,500,000
10,000,000,000 PPh Terutang 3,132,000,000

Dari kasus B, pajak terutang setelah UU HPP semakin meningkat. Mengingat kembali ke
kasus A sebelumnya di mana pada lapisan pertama ditingkatkan batas atasnya sebanyak 10 juta.
Ini tidak mengurang PPh terutang setelah UU HPP dikarenakan ditambahkan lapisan kelima
(35%) dengan tarif yang lebih tinggi lagi dari tarif tertinggi sebelum UU HPP, yakni lapisan

8
keempat (30%). Tarif yang lebih tinggi ini secara otomatis mengenakan PPh terutang lebih
banyak seiring dengan bertambahnya penghasilan.

E. Apakah Undang-Undang HPP memberikan dampak positif terhadap Perhitungan Pajak


Penghasilan Pasal 21
F. Apakah dengan adanya UU HPP kas yang diterima pemerintah bertambah atau tidak

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai