Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 15
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Akuntansi sewa dan kebijakan akuntansi serta isu lain seputar akuntansi
keuangan” dalam mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah, serta karena berkat
rahmat dan hidayahnya sehingga tugas penulisan makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
bagi para pembaca tentang pajak penghasilan, serta untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pemahaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 15
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Akuntansi Sewa ........................................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Sewa................................................................................ 4
2.1.2 Proses Sewa ...................................................................................... 5
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Sewa ...................................................... 6
2.1.4 Klasifikasi Sewa ............................................................................... 7
2.1.5 Akuntansi Sewa Untuk Lessee Menurut SAK BAB 17 ................... 9
2.2 Kewajiban Akuntansi ................................................................................ 9
2.2.1 Pengertian Kebijakan Akuntansi ...................................................... 9
2.2.2 Pemilihan Dan Penerapan Kebijakan Akuntansi ............................ 10
2.2.3 Ciri-Ciri Dasar Kebijakan Akuntansi ............................................. 11
2.2.4 Pertimbangan Pemilihan Kebijakan Akuntansi .............................. 11
2.2.5 Perubahan Kebijakan Akuntansi .................................................... 12
2.2.6 Estimasi Akuntansi ......................................................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan fungsi pelaksanaan APBD
(Weskornis, & Suraida, 2018). Dengan demikian akan terjadi keselarasan antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pelaporan keuangan daerah.
2
1.4 Metode Penulisan
3
BAB II PEMBAHASAN
4
2.1.2 Proses Sewa
Pihak – pihak yang tersangkut dalam perjanjian (kontrak) sewa atau dapat
pula disebut sebagai subjek dalam perjanjian sewa terdiri dari beberapa pihak yang
dapat saling berkaitan satu sama lain, yaitu :
1) Lessor
Lessor merupakan pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari
beberapa perusahaan.
2) Lessee
Lessee merupakan pihak yang menikmati barang tersebut dengan
membayar sewa dan yang memiliki hak opsi.
3) Creditur dan Lender
Creditur dan Lender disebut juga Debt – Holders atau Loan Participant
dalam transaksi sewa. Biasanya terdiri dari Bank, atau lembaga
keuangan lainnya.
4) Supplier
Supplier merupakan penjual ataupun pemilik barang yang disewakan,
dapat terdiri dari perusahaan (manufacturers) yang berada di dalam
negeri atau yang memiliki kantor pusat diluar negeri.
5
5. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
Aset yang di sewa dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor,
seperti yang tercantum dalam perjanjian sewa menyewa. Antara lessor dan
pihak asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.
6. Perjanjian pembelian Aset akan ditandatangani lessor dengan supplier.
7. Supplier dapat mengirim Aset yang disewa ke lokasi lessee. Untuk
mempertahankan serta memelihara kondisi Aset tersebut, supplier akan
menandatangani perjanjian pelayanan purna jual.
8. Lessee menandatangani tanda terima Aset dan menyerahkan kepada
supplier.
9. Supplier menyerahkan surat tanda terima (yang diterima dari lessee)
sebagai bukti pemilikan serta pemindahan pemilikan kepada lessor.
10. Lessor membayar harga Aset yang disewa kepada supplier.
11. Lessee membayar sewa secara periodic sesuai dengan jadwal pembayaran
yang telah ditentukan dalam prejanjian sewa menyewa.
6
c. Perjanjian pada sewa lebih fleksibel karena lebih bebas dibandingkan
dengan perjanjian utang lainnya. Lessor yang pintar akan dapat
menyesuaikan perjanjian sewa terhadap kebutuhan perusahaan.
d. Dana pembiayaan jauh lebih mudah dibandingkan pembiayaan
sekaligus.
e. Sewa tidak menambah pos utang di neraca dan tidak mempengaruhi
resiko leverage apabila sewa yang dipilih adalah sewa operasi.
7
suatu asset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak.
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sudah
memenuhi beberapa faktor berikut ini :
1) Sewa mengalihkan kepemilikan asset kepada lessee pada akhir masa sewa.
2) Lessee memiliki opsi untuk membeli asset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan,
sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan
dilaksanakan.
3) Masa sewa adalah sebagian besar umur ekonomis meskipun hak milik tidak
dialihkan.
4) Pada awal masa sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum
secara substansial mendekati nilai wajar asset sewaan.
5) Aset sewaan bersifat khusus dimana hanya lessee yang dapat
menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.
2. Sewa Operasi
Suatu sewa dikatakan sebagai sewa operasi apabila tidak memenuhi
criteria sewa pembiayaan. Namun PSAK No. 30 hanya diperuntukan
kepada perusahaan yang sudah go publik atau perusahaan yang sudah
memiliki akuntabilitas publik dimana perusahaan yang belum memiliki
akuntabilitas publik sedangkan menurut SAK ETAP BAB 17 mengenai
sewa, suatu sewa diklasifikasikan menjadi dua yaitu sewa pembiyaan dan
sewa operasi.
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) merupakan suatu
standar yang digunakan oleh sebuah perusahaan yang telah go public dalam
menyusun laporan keuangannya dimana laporan keuangan tersebut
digunakan oleh para pihak eksternal baik itu kreditur, pemerintah maupun
pihak – pihak lain yang berkepentingan. SAK ETAP BAB 17, merupakan
standar akuntansi keuangan yang diperuntukan kepada entitas tanpa
akuntabilitas publik. Berikut ini adalah tabel perbandingan PSAK dengan
SAK ETAP khususnya dalam hal akuntansi sewa yaitu PSAK 30 dengan
SAK ETAP BAB 17.
8
2.1.5 Akuntansi Sewa Untuk Lessee Menurut SAK BAB 17
Pada waktu perjanjian sewa diadakan antara pihak lessor dan lessee, maka
pada saat itu telah ditentukan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pencatatan
transaksi sewa menurut Standard Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik BAB 17 untuk lessee adalah sebagai berikut :
1. Sewa Pembiayaan
1) Perlakuan akuntansi pada awal perjanjian sewa yang harus dilakukan
lessee adalah mengakui hak serta kewajiban berupa pengakuan Aset
sebesar harga pasar serta pengakuan maupun pencatatan berkaitan
dengan pembayaran security deposit yang disetorkan kepada lessor.
Namun pada kenyataannya terdapat penundaan pembayaran sewa
pertama sehingga perhitungan Present Value atau nilai sekarang
menggunakan metode Present Value Of A Deferred Annuity
2) Perlakuan akuntansi yang dilakukan selama masa sewa berkaitan
dengan pembayaran sewa dianggap sebagai angsuran pelunasan Utang
sewa dan pembayaran bunga majemuk.
3) Perlakuan akuntansi terhadap beban depresiasi dilakukan sesuai dengan
kebijakan yang ada pada lessee
2. Sewa Operasi
1) Perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh lessee dalam melakukan
pengakuan serta pencatatan peristiwa maupun aktivitas sewa operasi
dilakukan selama masa sewa.
9
perubahan yang terjadi pada posisi keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk
pembuatan laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar,
konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat
digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan atau pemilihan perlu
disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling
tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk
keadaan keuangan dan hasil operasi.
10
1. Ketentuan dalam SAK yang berkaitan.
2. Definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran aset, liabilitas,
penghasilan, dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan.
3. Standar akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar
akuntansi lainnya yang menggunakan kerangka dasar yang sama, sepanjang
tidak bertentangan dengan poin 1 dan 2.
1. Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut harusnya diakui
dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan
penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan.
2. Substansi Mengungguli Bentuk
11
Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai
dengan hakekat transaksi dan realitas kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk
hukum transaksi atau kejadian.
3. Materialitas
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup
material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan. Laporan
keuangan harus jelas dan dapat dimengerti, berdasar pada kebijakan akuntansi yang
berbeda di antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain, dalam satu negara
maupun antar negara. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan
dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Pengungkapan
kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
keuangan. Pengungkapan hal ini sangat membantu pemakai laporan keuangan,
karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk suatu
komponen neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, atau laporan lainnya terbias
dari pengungkapan kebijakan terpilih.
Sesuai ketentuan PSAK 25, entitas mencatat penerapan awal suatu PSAK
berdasarkan ketentuan transisi. Jika tidak ada ketentuan transisi, atau perubahan
kebijakan dilakukan secara sukarela, maka perubahan diterapkan secara
retrospektif. Penerapan retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi pada
transaksi, peristiwa, atau kondisi seolah-olah kebijakan tersebut sudah diterapkan
sejak transaksi, peristiwa, atau kondisi itu mula-mula terjadi. Penerapan retrospektif
12
dilakukan sepanjang praktis. Jika tidak praktis untuk menentukan dampak
perubahan sejak awal transaksi, peristiwa, kondisi terjadi, entitas dapat menentukan
periode awal di mana penerapan retrospektif dianggap praktis, dan menyesuaikan
komponen ekuitas yang terpengaruh pada periode tersebut. Jika masih tidak praktis
juga, PSAK 25 memperbolehkan perubahan kebijakan tersebut diperhitungkan
secara prospektif sejak tanggal paling awal yang dapat diterapkan. Penerapan suatu
ketentuan dianggap tidak praktis jika entitas tidak dapat menerapkan ketentuan itu
setelah semua upaya rasional telah dilakukan. Penerapan retrospektif menjadi tidak
praktis ketika:
13
dengan menyesuaikan jumlah tercatat aset, liabilitas, atau ekuitas terkait pada
periode perubahan. Pengungkapan perubahan estimasi akuntansi tidak sekompleks
pengungkapan perubahan kebijakan akuntansi. Entitas yang melakukan perubahan
estimasi akuntansi harus mengungkapkan:
3.1 Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
15