Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

AKUNTANSI SEWA DAN KEBIJAKAN AKUNTANSI SERTA ISU


LAIN SEPUTAR AKUNTANSI KEUANGAN

Dosen Pengampu:

1. Dr. Pujiati, M.Pd.


2. Suroto, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 15

1. Galuh Pangestuti Wardani 2113031045


2. Nur Fitriani 2113031011
3. Nia Puspitasari 2113031001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Akuntansi sewa dan kebijakan akuntansi serta isu lain seputar akuntansi
keuangan” dalam mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah, serta karena berkat
rahmat dan hidayahnya sehingga tugas penulisan makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
bagi para pembaca tentang pajak penghasilan, serta untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pemahaman, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 02 Desember 2022

Kelompok 15

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Akuntansi Sewa ........................................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Sewa................................................................................ 4
2.1.2 Proses Sewa ...................................................................................... 5
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Sewa ...................................................... 6
2.1.4 Klasifikasi Sewa ............................................................................... 7
2.1.5 Akuntansi Sewa Untuk Lessee Menurut SAK BAB 17 ................... 9
2.2 Kewajiban Akuntansi ................................................................................ 9
2.2.1 Pengertian Kebijakan Akuntansi ...................................................... 9
2.2.2 Pemilihan Dan Penerapan Kebijakan Akuntansi ............................ 10
2.2.3 Ciri-Ciri Dasar Kebijakan Akuntansi ............................................. 11
2.2.4 Pertimbangan Pemilihan Kebijakan Akuntansi .............................. 11
2.2.5 Perubahan Kebijakan Akuntansi .................................................... 12
2.2.6 Estimasi Akuntansi ......................................................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi semakin


marak. Dengan berkembangnya dunia bisnis ini, kebutuhan dana menjadi hal yang
tak dapat dielakkan lagi baik oleh kalangan usahawan perseorangan maupun
usahawan yang tergabung dalam suatu badan hukum di dalam mengembangkan
usahanya maupun didalam meningkatkan mutu produknya, sehingga dapat dicapai
suatu keuntungan yang memuaskan maupun tingkat kebutuhan bagi kalangan
lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang
yang mendirikan suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan
dana ataupun barang yang akan dipergunakan oleh pihak lain di dalam
mengembangkan usahanya.
Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah
sewa. Saat ini, sewa merupakan salah satu cara perusahaan memperoleh asset atau
kepemilikan tanpa harus melalui proses yang berkepanjangan. Semuanya telah
diatur oleh perusahaan leasing yang disediakan oleh berbagai
perusahaan. sewa juga merupakan salah satu langkah penghindaran resiko tinggi
yang saat ini sudah disadari oleh para usahawan yang ada.
Kebijakan akuntansi berkaitan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang telah
dipilih berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan untuk diterapkan dalam
penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan (Cairns, dkk., 2011). Kebijakan
akuntansi pemerintah daerah berisi unsur-unsur pokok dari Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) yang dijabarkan dalam pemilihan suatu metode akuntansi, baik
dalam pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan. Oleh karena itu, kebijakan
akuntansi merupakan suatu pedoman operasional akuntansi bagi fungsi-fungsi
akuntansi di setiap organisasi perangkat daerah (Mulyani & Suryawati, 2011).
Selain itu, kebijakan akuntansi juga harus berpedoman pada fungsi-fungsi di
pemerintah daerah, antara lain: fungsi perencanaan, fungsi penyusun Anggaran

1
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan fungsi pelaksanaan APBD
(Weskornis, & Suraida, 2018). Dengan demikian akan terjadi keselarasan antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pelaporan keuangan daerah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akuntansi sewa?


2. Bagaimana proses akuntansi sewa?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian sewa?

4. Apa saja klasifikasi akuntansi sewa?

5. Bagaimana akuntansi sewa untuk lessee menurut SAK BAB 17

6. Apa yang dimaksud dengan kebijakan akuntansi?

7. Bagaimana pemilihan dan penerapan dari kebijakan akuntansi?

8. Apa saja ciri-ciri dasar informasi akuntansi?

9. Bagaimana pertimbangan dalam kebijakan akuntansi?

10.Bagaimana perubahan kebijakan akuntansi?


11. Bagaimana Estimasi kebijakan akuntansi?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang pengertian akuntansi sewa.


2. Untuk mengetahui tentang proses-proses akuntansi sewa.
3. Untuk mengetahui tentang keuntungan dan kerugian akuntansi sewa.
4. Untuk mengetahui tentang klasifikasi akuntansi sewa.
5. Untuk mengetahui tentang akuntansi sewa untuk lessee menurut SAK BAB
17.
6. Untuk mengetahui tentang pengertian kebijakan akuntansi.
7. Untuk mengetahui tentang pemilihan dan penerapan dari kebijakan
akuntansi.
8. Untuk mengetahui tentang ciri-ciri dasar informasi akuntansi.
9. Untuk mengetahui tentang pertimbangan kebijakan akuntansi.
10.Untuk mengetahui perubahan kebijakan akuntansi.
11. Untuk mengetahui estimasi akuntansi.

2
1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penyusun mendapatkan materi yang diperlukan


dengan menggunakan metode studi pustaka. Studi pustaka adalah metode
pengumpulan data dengan mencari informasi lewat buku, majalah, koran, dan
literatur lainnya.

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi Sewa

2.1.1 Pengertian Sewa

Sewa adalah perjanjian kontrak antara lessee (penyewa) dengan lessor


(pemberi sewa) di mana lessee diberikan hak oleh lessor untuk menggunakan aset
tertentu milik lessor pada periode yang telah disepakati. Atas diperolehnya hak,
lessee diharuskan melakukan pembayaran sewa selama masa sewa kepada lessor.
Perjanjian sewa memungkinkan aset tersebut menjadi milik lessee atau
dikembalikan kepada lessor pada akhir masa sewa.
Menurut Sadono Sukirno (2003:376) sewa adalah bagian pembayaran ke
atas sesuatu faktor produksi yang melebihi dari pendapatan yang diterimanya dari
pilihan pekerjaan lain yang terbaik yang mungkin dilakukannya. Di dalam definisi
ini sesuatu faktor produksi dipandang sebagai mempunyai beberapa kegunaan.
Sedangkan menurut Aliminsyah, dkk dalam bukunya Kamus Istilah Akuntansi
(2002:283) mendefinisikan sewa sebagai sejumlah uang/ barang yang dibayarkan
kepada pemilik tanah oleh pihak yang menggunakan tanah sebagai balas jasa untuk
penggunaan tanah tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan, Sewa adalah suatu
perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu
aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan
pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Lessor adalah pemilik
aset yang memberikan hak penggunaan kepada pihak lessee. Lessee adalah pihak
yang diberi hak untuk menggunakan aset dalam periode yang disepakati.

4
2.1.2 Proses Sewa

Pihak – pihak yang tersangkut dalam perjanjian (kontrak) sewa atau dapat
pula disebut sebagai subjek dalam perjanjian sewa terdiri dari beberapa pihak yang
dapat saling berkaitan satu sama lain, yaitu :
1) Lessor
Lessor merupakan pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari
beberapa perusahaan.
2) Lessee
Lessee merupakan pihak yang menikmati barang tersebut dengan
membayar sewa dan yang memiliki hak opsi.
3) Creditur dan Lender
Creditur dan Lender disebut juga Debt – Holders atau Loan Participant
dalam transaksi sewa. Biasanya terdiri dari Bank, atau lembaga
keuangan lainnya.
4) Supplier
Supplier merupakan penjual ataupun pemilik barang yang disewakan,
dapat terdiri dari perusahaan (manufacturers) yang berada di dalam
negeri atau yang memiliki kantor pusat diluar negeri.

Adapun proses maupun prosedur dari mekanisme kegiatan sewa yang


menyangkut pihak-pihak terkait diatas, secara garis besarnya dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Lessee bebas memilih dan menentukan Aset yang dibutuhkan,
mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier.
2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lessee, mengirimkan kepada
lessor disertai dokumen pelengkap.
3. Lessor mengevaluasi kinerja serta kelayakan kredit lessee serta
memutuskan untuk memberikan fasilitas sewa dengan syarat dan kondisi
yang disetujui.
4. Lessee (seperti lama kontrak serta pembayaran sewa), maka perjanjian
sewa menyewa dapat ditandatangani.

5
5. Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
Aset yang di sewa dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor,
seperti yang tercantum dalam perjanjian sewa menyewa. Antara lessor dan
pihak asuransi terjalin perjanjian kontrak utama.
6. Perjanjian pembelian Aset akan ditandatangani lessor dengan supplier.
7. Supplier dapat mengirim Aset yang disewa ke lokasi lessee. Untuk
mempertahankan serta memelihara kondisi Aset tersebut, supplier akan
menandatangani perjanjian pelayanan purna jual.
8. Lessee menandatangani tanda terima Aset dan menyerahkan kepada
supplier.
9. Supplier menyerahkan surat tanda terima (yang diterima dari lessee)
sebagai bukti pemilikan serta pemindahan pemilikan kepada lessor.
10. Lessor membayar harga Aset yang disewa kepada supplier.
11. Lessee membayar sewa secara periodic sesuai dengan jadwal pembayaran
yang telah ditentukan dalam prejanjian sewa menyewa.

2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Sewa

Keuntungan serta kerugian sewa tergantung dari situasi masing – masing


perusahaan yang berbeda – beda menyebabkan faktor – faktor yang menunjang
pada satu kasus tidaklah dapat diterapkan pada kasus lain. Salah satu keuntungan
– keuntungan berikut ini mungkin akan menjelaskan lebih lanjut sehingga
menyebabkan perjanjian sewa ini dapat menjadi alternative yang menarik untuk
dijadikan penyediaan modal / biaya (financing) pada situasi tertentu. Beberapa
keuntungan serta kerugian pembiayaan melalui sewa yang meliputi sebagai
berikut:
1. Keuntungan bagi lessee
a. Lessee akan terhindar dari kebutuhan dana besar serta biaya bunga yang
tinggi.
b. Sewa mengurangi resiko keuangan, karena dapat mengoperkan barang
yang disewakan kepada lessor apabila tidak diikuti dengan hak opsi.

6
c. Perjanjian pada sewa lebih fleksibel karena lebih bebas dibandingkan
dengan perjanjian utang lainnya. Lessor yang pintar akan dapat
menyesuaikan perjanjian sewa terhadap kebutuhan perusahaan.
d. Dana pembiayaan jauh lebih mudah dibandingkan pembiayaan
sekaligus.
e. Sewa tidak menambah pos utang di neraca dan tidak mempengaruhi
resiko leverage apabila sewa yang dipilih adalah sewa operasi.

2. Kerugian bagi lessee


a. Lessee wajib memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan lessor
untuk melindungi peralatannya. Misalnya dalam bentuk pembatasan
pengoperasian barang sewaan aupun perlindungan asuransi.
b. Lessee bisa saja kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan
barang pada saat akhir masa sewa untuk beberapa jenis barang.
c. Sewa khususnya financial lease mungkin kurang tepat apabila lessee
hanya membutuhkan Aset dalam jangka pendek, karena apabila
dilakukan pembatalan dapat meimbulkan biaya yang cukup besar.
d. Pembiayaan secara sewa merupakan pembiayaan yang relative mahal
dibandingkan dengan kredit investasi dari bank. Hal ini dikarenakan
sumber dana yang digunakan oleh lessor pada umumnya didapatkan
dari bank atau lembaga keuangan lain bukan bank.

2.1.4 Klasifikasi Sewa

Aturan yang mengatur kebijakan akuntansi serta pengungkapan yang sesuai


mengenai akuntansi sewa baik bagi lessee maupun lessor dalam hubungannya
dengan sewa pada awalnya diatur oleh PSAK No. 30. Dalam PSAK No. 30 diatur
mengenai klasifikasi yang dibagi menjadi dua yaitu sewa pembiayaan serta sewa
operasi, dimana pada masing-masing klasifikasi diatur bagaimana mengatur serta
mengungkapkan akuntansi sewa.
1. Sewa Pembiayaan
Sewa pembiayaan adalah sewa yang mengalihkan secara
substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan

7
suatu asset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak.
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sudah
memenuhi beberapa faktor berikut ini :
1) Sewa mengalihkan kepemilikan asset kepada lessee pada akhir masa sewa.
2) Lessee memiliki opsi untuk membeli asset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan,
sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan
dilaksanakan.
3) Masa sewa adalah sebagian besar umur ekonomis meskipun hak milik tidak
dialihkan.
4) Pada awal masa sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum
secara substansial mendekati nilai wajar asset sewaan.
5) Aset sewaan bersifat khusus dimana hanya lessee yang dapat
menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.

2. Sewa Operasi
Suatu sewa dikatakan sebagai sewa operasi apabila tidak memenuhi
criteria sewa pembiayaan. Namun PSAK No. 30 hanya diperuntukan
kepada perusahaan yang sudah go publik atau perusahaan yang sudah
memiliki akuntabilitas publik dimana perusahaan yang belum memiliki
akuntabilitas publik sedangkan menurut SAK ETAP BAB 17 mengenai
sewa, suatu sewa diklasifikasikan menjadi dua yaitu sewa pembiyaan dan
sewa operasi.
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) merupakan suatu
standar yang digunakan oleh sebuah perusahaan yang telah go public dalam
menyusun laporan keuangannya dimana laporan keuangan tersebut
digunakan oleh para pihak eksternal baik itu kreditur, pemerintah maupun
pihak – pihak lain yang berkepentingan. SAK ETAP BAB 17, merupakan
standar akuntansi keuangan yang diperuntukan kepada entitas tanpa
akuntabilitas publik. Berikut ini adalah tabel perbandingan PSAK dengan
SAK ETAP khususnya dalam hal akuntansi sewa yaitu PSAK 30 dengan
SAK ETAP BAB 17.

8
2.1.5 Akuntansi Sewa Untuk Lessee Menurut SAK BAB 17

Pada waktu perjanjian sewa diadakan antara pihak lessor dan lessee, maka
pada saat itu telah ditentukan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Pencatatan
transaksi sewa menurut Standard Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik BAB 17 untuk lessee adalah sebagai berikut :
1. Sewa Pembiayaan
1) Perlakuan akuntansi pada awal perjanjian sewa yang harus dilakukan
lessee adalah mengakui hak serta kewajiban berupa pengakuan Aset
sebesar harga pasar serta pengakuan maupun pencatatan berkaitan
dengan pembayaran security deposit yang disetorkan kepada lessor.
Namun pada kenyataannya terdapat penundaan pembayaran sewa
pertama sehingga perhitungan Present Value atau nilai sekarang
menggunakan metode Present Value Of A Deferred Annuity
2) Perlakuan akuntansi yang dilakukan selama masa sewa berkaitan
dengan pembayaran sewa dianggap sebagai angsuran pelunasan Utang
sewa dan pembayaran bunga majemuk.
3) Perlakuan akuntansi terhadap beban depresiasi dilakukan sesuai dengan
kebijakan yang ada pada lessee

2. Sewa Operasi
1) Perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh lessee dalam melakukan
pengakuan serta pencatatan peristiwa maupun aktivitas sewa operasi
dilakukan selama masa sewa.

2.2 Kewajiban Akuntansi

2.2.1 Pengertian Kebijakan Akuntansi

Kebijakan Akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip


akuntansi yang spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebbut
yang dinilai oleh manajemen dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai
dengan kondisi yang ada untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan,

9
perubahan yang terjadi pada posisi keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk
pembuatan laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar,
konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat
digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan atau pemilihan perlu
disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling
tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk
keadaan keuangan dan hasil operasi.

2.2.2 Pemilihan Dan Penerapan Kebijakan Akuntansi

Menurut PSAK 25, pemilihan kebijakan akuntansi harus mengikuti aturan


sebagai berikut:

1. Jika terdapat standar akuntansi keuangan (SAK) yang spesifik untuk


transaksi, peristiwa, atau kondisi tertentu, SAK tersebut digunakan dalam
penerapan kebijakan akuntansi dengan mempertimbangkan panduan
aplikasi terkait.
2. Jika tidak ada SAK yang spesifik, maka manajemen menggunakan
pertimbangan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan akuntansi
yang menghasilkan informasi yang:
a. Relevan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pengguna, dan
b. Andal, di mana laporan keuangan (i) menyajikan secara jujur posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas, (ii) mencerminkan
substansi ekonomi, bukan hanya bentuk hukum dari transaksi,
peristiwa, atau kondisi, (iii) netral, {iv) berdasarkan pada
pertimbangan sehat, dan (v) lengkap untuk semua hal yang material.

Sumber-sumber yang dapat digunakan manajemen dalam membuat


pertimbangan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai
prioritas adalah sebagai berikut:

10
1. Ketentuan dalam SAK yang berkaitan.
2. Definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran aset, liabilitas,
penghasilan, dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan.
3. Standar akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar
akuntansi lainnya yang menggunakan kerangka dasar yang sama, sepanjang
tidak bertentangan dengan poin 1 dan 2.

Setelah entitas memilih suatu kebijakan akuntansi, kebijakan akuntansi itu


harus diterapkan secara konsisten untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi serupa
lainnya. Kebijakan dapat pula diterapkan pada kelompok item secara konsisten jika
diatur oleh PSAK, seperti penggunaan rumus biaya FIFO untuk kelompok
persediaan satu dan rata-rata tertimbang untuk kelompok persediaan lainnya.

2.2.3 Ciri-Ciri Dasar Kebijakan Akuntansi

Ciri-ciri dasar informasi akuntansi adalah informasi itu tersedia untuk


umum dengan sedikit biaya/tidak sama sekali, biaya publikasi dan produksinya
ditanggung perusahaan. Beberapa teori akuntansi dapat berfokus pada masalah
khusus, seperti preferensi manajemen, akuntan, perorangan, atau pasar, atau
kelompok lain. Tetapi, kebijakan akuntansi nasional harus mempertimbangkan
kesejahteraan sosial yang lebih luas.

2.2.4 Pertimbangan Pemilihan Kebijakan Akuntansi

Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi yang paling


tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:

1. Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut harusnya diakui
dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan
penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan.
2. Substansi Mengungguli Bentuk

11
Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai
dengan hakekat transaksi dan realitas kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk
hukum transaksi atau kejadian.

3. Materialitas
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup
material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan. Laporan
keuangan harus jelas dan dapat dimengerti, berdasar pada kebijakan akuntansi yang
berbeda di antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain, dalam satu negara
maupun antar negara. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan
dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Pengungkapan
kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
keuangan. Pengungkapan hal ini sangat membantu pemakai laporan keuangan,
karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk suatu
komponen neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, atau laporan lainnya terbias
dari pengungkapan kebijakan terpilih.

2.2.5 Perubahan Kebijakan Akuntansi

Entitas diperbolehkan mengubah kebijakan akuntansi hanya jika perubahan


tersebut memang diwajibkan oleh suatu PSAK, atau perubahan tersebut
menghasilkan laporan keuangan yang lebih relevan dan andal. Penerapan kebijakan
untuk suatu transaksi, peristiwa, atau kondisi yang berbeda secara substansi dengan
yang terjadi sebelumnya, atau yang belum pernah terjadi sebelumnya atau tidak
material, bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi.

Sesuai ketentuan PSAK 25, entitas mencatat penerapan awal suatu PSAK
berdasarkan ketentuan transisi. Jika tidak ada ketentuan transisi, atau perubahan
kebijakan dilakukan secara sukarela, maka perubahan diterapkan secara
retrospektif. Penerapan retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi pada
transaksi, peristiwa, atau kondisi seolah-olah kebijakan tersebut sudah diterapkan
sejak transaksi, peristiwa, atau kondisi itu mula-mula terjadi. Penerapan retrospektif

12
dilakukan sepanjang praktis. Jika tidak praktis untuk menentukan dampak
perubahan sejak awal transaksi, peristiwa, kondisi terjadi, entitas dapat menentukan
periode awal di mana penerapan retrospektif dianggap praktis, dan menyesuaikan
komponen ekuitas yang terpengaruh pada periode tersebut. Jika masih tidak praktis
juga, PSAK 25 memperbolehkan perubahan kebijakan tersebut diperhitungkan
secara prospektif sejak tanggal paling awal yang dapat diterapkan. Penerapan suatu
ketentuan dianggap tidak praktis jika entitas tidak dapat menerapkan ketentuan itu
setelah semua upaya rasional telah dilakukan. Penerapan retrospektif menjadi tidak
praktis ketika:

• Dampak penerapan retrospektif tidak dapat ditentukan.


• Penerapan retrospektif memerlukan asumsi terkait maksud atau intensi
manajemen pada periode lalu.
• Penerapan retrospektif memerlukan estimasi signifikan suatu jumlah
tertentu dan tidak mungkin untuk membedakan secara obyektif antara
informasi mengenai estimasi jumlah itu dengan informasi mengenai
estimasi yang akan tersedia pada laporan keuangan dari informasi lain.

Entitas yang melakukan perubahan kebijakan akuntansi harus mengungkapkan


perubahan kebijakan akuntansi itu pada periode berjalan. Laporan keuangan
periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan tersebut.

2.2.6 Estimasi Akuntansi

Estimasi akuntansi diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan sebagai


akibat dari ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis. Contoh estimasi
akuntansi adalah estimasi dalam menentukan piutang tidak tertagih, nilai wajar
instrumen keuangan, umur manfaat aset tetap, dan kewajiban garansi. Estimasi
akuntansi dapat berubah karena adanya informasi baru atau tambahan pengalaman.

Perubahan estimasi akuntansi diperlakukan secara prospektif pada periode


perubahan, atau pada periode perubahan dan periode mendatang jika dampaknya
lebih dari satu periode. Perubahan estimasi akuntansi yang mengakibatkan
berubahnya aset dan liabilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, harus diakui

13
dengan menyesuaikan jumlah tercatat aset, liabilitas, atau ekuitas terkait pada
periode perubahan. Pengungkapan perubahan estimasi akuntansi tidak sekompleks
pengungkapan perubahan kebijakan akuntansi. Entitas yang melakukan perubahan
estimasi akuntansi harus mengungkapkan:

1. Sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang berpengaruh pada


periode berjalan, atau diperkirakan akan berdampak pada periode
mendatang, jika mengestimasi dampak pada periode mendatang praktis
dilakukan.
2. Ketidakpraktisan dalam mengungkapkan dampak pada periode mendatang
sehingga tidak diungkapkan.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akuntansi sewa merupakan perjanjian antara lessee (penyewa) dengan


lessor (pemberi sewa) di mana lessee diberikan hak oleh lessor untuk menggunakan
aset milik lessor pada periode yang telah disepakati. Dalam PSAK No. 30 diatur
mengenai klasifikasi yang dibagi menjadi dua yaitu sewa pembiayaan serta sewa
operasi, dimana pada masing-masing klasifikasi diatur bagaimana mengatur serta
mengungkapkan akuntansi sewa.
Kebijakan akuntansi merupakan prinsip dasar, konvensi, peraturan, dan
praktik tertentu yang diterapkan dalam penyususnan dan penyajian laporan
keuangan. Dalam pemilihan dan penerapan akuntansi harus relevan dan handal.
3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan


baik dari isi dan cara penulisan. Untuk itu, kami sebagai penulis mohon maaf
apabila pembaca merasa kurang puas dengan hasil yang disajikan. Kritik beserta
saran juga diharapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki
penulisan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Kurniawan. (2013). Kebijakan Akuntansi. Diakses pada 01 Desember 2022


dari https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/01/11/kebijakan-
akuntansi/

Erna. (2020). Analisis Implementasi Kebijakan Akuntansi Dan Kualitas Laporan


Keungangan. Jurnal Syntax Admiration. Vol. 1 No. 5 September 2020.
ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356.
Mulyani, P., & Suryawati, R. F. (2011). Analisis peran dan fungsi sistem
pengendalian intern pemerintah (SPIP/PP NO. 60 TAHUN 2008) dalam
meminimalisasi tingkat salah saji pencatatan akuntansi keuangan
pemerintah daerah. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 7(2), 102-116.
Ningtyas, P. E., & Widyawati, D. (2015). Pengaruh Efektivitas Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 4(1).
Pristiani, P., & Mahmud, A. (2016). Perbedaan Pemahaman Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual Berdasarkan Demografi Pegawai.
Accounting Analysis Journal, 5(1).
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Analisis Implementasi Kebijakan Akuntansi Dan Kualitas
Laporan Keuangan.

15

Anda mungkin juga menyukai