Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA

OLEH:

1. ISADORA YULI AYU GAGINDEWI (33119168)

2. MARIA ADRIANA GOI (33119187)

3. MELIANA MARSEDIS BANA (33119206)

4. FULGENSIUS OSWIN SANDA (33119166)

5. ARMELINDA GERHANA JEHIMAN (33119178)


6. MARIA ARNOLDA PALA (33119190)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “AKUNTANSI PAJAK ATAS
SEWA GUNA”ini dengan baik dan tepat waktu.Penulisan makalah ini bertujuan untuk
mengetahui biaya dibayar di muka dalam dunia akuntansi perpajakan yang dibuat oleh pihak
perusahaan maupun pemerintah.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih dari jauh kata sempurna baik
dari segi penyusunan bahasa maupun penulisannya.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya.Harapan kami
semoga makalah tentang akuntansi pajak atas sees guna ini dapat memberikan pengetahuan baru
bagi para pembaca.

Kupang,14 Juni
2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sewa guna ( leasing)?................................................................................3


2.2 Pihak –pihak yang terlibat dalam sewa guna usaha (leasing).....................................3
2.3 Proses dan mekanisme transaksi sewa guna usaha (leasing)......................................4
2.4 Teknik-teknik dalam pembiayaan sewa guna usaha (leasing)....................................5
2.5 Perbedaan pembiayaan leasing dengan pembiayaan lainnya......................................6
2.6 Perjanjian sewa guna usaha.........................................................................................7
2.7 Perlakuan finance lease (lessor),lessee dan perlakuan operating lease(lessor),lessee 8
2.8 Keuntungan dan kerugian sewa guna usaha................................................................9
2.9 Aspek perpajakan sewa guna usaha............................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................11
3.2 Saran............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan teknologi, waktu dan perekonomian indonesia


permasalahan yang melibatkan leasing (sewa guna) semakin banyak dan kompleks. Mulai dari
jenis leasing yang paling sederhana sampai yang rumit. Perbedaan jenis leasing menyebabkan
perbedaan dalam pengungkapan laporan keuangan, perlakuan pajak dan akibatnya pada pajak
penghasilan badan akhir tahun. Kegiatan sewa guna usaha (leasing), diperkenalkan untuk
pertama kalinya di indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkan Surat Keputusan Bersama
Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep-122/MK/2/1974,
No. 32/M/SK/2/1974 dan No. 30/Kbp/I/74 tanggal 7 februari 1974 tentang “perijinan usaha
leasing”. Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha dan
transaksi sewa guna usaha semakin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun untuk
membiayai penyediaan barang – barang modal dunia usaha.

Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan ( joint venture) bersama perusahaan
swasta nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna usaha sebagai
alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di indonesia,
disamping itu cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan.
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih ( optie) bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Perusahaan sewa guna usaha ( leasing
company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara Finance lease maupun Operating lease yang digunakan oleh penyewa
guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembiayaan secara berkala.

Perusahaan yang memerlukan sebagian barang modal tertentu dalam suatu proses
produksi tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup dapat mengadakan perjanjian sewa guna
usaha ( leasing ) untuk mengatasinya. Dengan melakukan sewa guna usaha ( leasing ) akan lebih
menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai.
Munculnya lembaga sewa guna usaha ( leasing) merupakan alternatif yang menarik bagi para
pengusaha karena saat ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah untuk kegiatan
operasional perusahaan.

Perencanaan pajak ( tax planning) adalah upaya untuk menghemat pajak dengan cara
merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada.
Perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan wajib pajak. Tindakan tersebut
legal karena penghematan pajak hanya dilakukan wajib hanya dilakukan dengan memanfaatkan
hal-hal yang tidak diatur. Dengan pembiayaan secara tunai, jumlah yang dapat dibiayakan dalam
rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutannya ditentukan oleh metode
penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan. Sedangkan
pembelian melalui kredit, jumlah yang boleh dibebankan sebagai biaya dalam rangka
menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar biaya penyusutan, biaya bunga atas pinjaman
pajak bank, ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyelesaian
administrasi kredit bank. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh masa manfaat
(umur ekonomis) dan metode penyusutan yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan.

Berdasarkan ketentuan perpajakan yang ditetapkan pemerintah, leasing dapat digunakan


sebagai penghematan pengeluaran . Besarnya pengeluaran pajak pada leasing dilakukan dengan
menghitung jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena
pajak. Dengan leasing, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh lease fee dan biaya
penyusutan sebesar nilai opsi. Biaya yang harus dikeluarkan setiap bukan beserta bunga apabila
dijumlahkan maka biaya leasing akan lebih mahal dibandingkan dengan pembelian secara tunai,
tetapi penghematan pajaknya jauh lebih besar karena semua lease fee dapat dibiayakan dan
jangka waktu sewa guna usaha (lease term) lebih pendek dari umur ekonomis. Keringan pajak
pada alternatif pembiayaan secara leasing adalah tentang keberadaan barang modal. Pada neraca
yang mencatat keberadaan aset tetap, antara lessee dengan lessor berbeda tergantung adanya hak
opsi atau tidak ada hak opsi. Berdasarkan pencatatan aset tetap pada neraca tersebut akan timbul
suatu penyusutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengenaan pajak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sewa guna ( leasing)?
2. Siapa saja pihak –pihak yang terlibat dalam sewa guna usaha (leasing)?
3. Bagaimana proses dan mekanisme transaksi sewa guna usaha (leasing)?
4. Apa saja teknik-teknik dalam pembiayaan sewa guna usaha (leasing)?
5. Apa perbedaan pembiayaan leasing dengan pembiayaan lainnya?
6. Apa perjanjian sewa guna usaha?
7. Bagaimana Perlakuan finance lease (lessor),lessee dan perlakuan operating
lease(lessor),lessee ?
8. Apa saja keuntungan dan kerugian sewa guna usaha?
9. Apa saja aspek perpajakan sewa guna usaha?

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui maksud dari sewa guna usaha


 Untuk mengetahui pihak –pihak yang terlibat dalam sewa guna usaha (leasing)
 Untuk mengetahui proses dan mekanisme transaksi sewa guna usaha (leasing)
 Untuk mengetahui teknik-teknik dalam pembiayaan sewa guna usaha (leasing)
 Untuk mengetahui perbedaan pembiayaan leasing dengan pembiayaan lainnya
 Untuk mengetahui kelebihan leasing sebagai sumber pembiayaan
 Untuk mengetahui perjanjian sewa guna usaha
 Untuk mengetahui Perlakuan finance lease (lessor),lessee dan perlakuan operating
lease(lessor),lessee
 Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sewa guna usaha
 Untuk mengetahui aspek perpajakan sewa guna usaha
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sewa Guna Usaha

Menurut PSAK No. 30 ( revisi 2007 ), sewa guna usaha ( leasing ) adalah suatu
perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama
periode waktu yang disepakati bersama. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau
serangkaian pembayaran kepada lessor.

Sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991


tanggal 21 november 1991 tentang kegiatan sewa guna usaha. Sewa guna usaha adalah hak opsi (
finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi ( operating lease), untuk digunakan oleh
lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang
dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessee pada akhir masa
kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang
disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa
guna usaha. Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi
dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu
melibatkan 3 pihak utama yaitu :

a) Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau dalam hal ini pihak yang memiliki hak
kepemilikan atas barang.
b) Lessee adalah perusahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi pada
akhir perjanjian.
c) Supplier adalah pihak penjual barang yang disewa guna usahakan.

2.2 Pihak- pihak Yang Terlibat Dalam Sewa Guna Usaha (Leasing)
Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang
berkepentingan yaitu lessor, lessee, supplier dan bank atau kreditur.

a) Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk modal barang. Lessor dalam financial lease
bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk
membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan
dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan
barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta
pengoperasian barang modal tersebut.
b) Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau
secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut.
Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan
harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi
kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa
risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
c) Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam
mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee
tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya,
dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau
berkala.
d) Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak
terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang
peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme
leverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit
bank. Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari
bank, untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek
leasing kepada lessee atau lessor.
2.3 Proses Dan Mekanisme Transaksi Sewa Guna Usaha (Leasing)

Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain bidang
perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi leasing yang telah dibahas dapat
disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu perjanjian antara pemilik barang (lessor)
dengan pemakai barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam
suatu transaksi leasing (basic lease). Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara
periodic kepada lessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut (lihat Gambar
7-4). Dalam definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan lessee padahal dalam
praktiknya pihak supplier merupakan pihak yang terlibat dalam suatu mekanisme transaksi
leasing (lihat Gambar 7-5).

Kontrak Leasing
Lessor Lessor
Angsuran ( Lease Payment )

2.4 Teknik-teknik Pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing)

Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis
besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu :

a) Finance lease

Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor
adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee)
biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing,
sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa leasing,
lessee melakukan pembayaran nilai sisa (residual value). Kalau ada, akan mencakup
pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang
merupakan pendapatan perusahaan leasing.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa finace lease atau kadang-
kadang pula disebut full-pay out leasing adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara
kontrak antara lessor dengan lessee di mana :

a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek leasing dapat
berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki umur maksimum sama
dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan jumlah
dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan angsuran
atau lease payment yang terdiri atas biaya perolehan barang ditambah dengan semua
biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan atau spread yang
diinginkan lessor
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak
mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomis termasuk
biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan barang yang di-lease
tersebut ditanggung oleh lessee
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut
sesuai dengan nilai sisa atau residual value yang disepakati, atau mengembalikan pada
lessor, atau memperpanjang masa lease sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui
bersama. Pembayaran berkala pada masa perpanjanngan lease tersebut biasanya jauh
lebih rendah daripada angsuran sebelumnya.
Ciri-ciri finance lease antara lain :

a. Objek leasing tetap milik lessor sampai dilakukannya hak opsi

b. Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak / tidak bergerak

c. Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya

d. Jumlah lease payment = jumlah biaya perolehan + biaya-biaya lainnya + spread


e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-cancellablea), atau
akan dikenakan denda
f. Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung lessee

g. Transaksi keuangan
h. Full pay out

i. Disertai hak opsi beli sesuai dengan residual value

j. Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal

Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23


b) Operating Lease

Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-
lease-kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh
pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Operating lease atau kadang-kadang
juga disebut dengan sewa guna usaha biasa adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor
dengan lessee di mana:

 Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur
ekonomis barang modal tersebut.
 Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara
berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya
perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out
lease
 Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barangbarang
tersebut
 Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor

 Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktuwaktu


atau disebut cancelable
Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu keahlian khusus
terutama untuk pemeliharaannya dan pemasaran kembali barang modal yang dilease-kan
tersebut. Oleh karena itu berbeda dengan finance lease objek leasing di akhir masa
kontrak merupakan hak milik lessor untuk kemudian dilakukan pemasaran kembali
barang modal tersebut. Lessor dalam operating lease bertanggung jawab atas segala biaya
pelaksanaan lease antara lain misalnya, biaya asuransi, pembayaran pajak dan
pemeliharaan barang modal. Perbedaan lain dengan finance lease adalah angsuran
operating lease tidak menggambarkan keseluruhan biaya perolehan barang. Hal ini
disebabkan lessor mengharapkan keuntungan dari kontrak leasing berikutnya.

Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 27


Nopember 1991 kegiatan leasing dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)

Penggolongan suatu transaksi leasing menurut ketentuan Menteri Keuangan tersebut di


atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1). Leasing digolongkan sebagai finance lease apabila memenuhi semua criteria berikut :

a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor.
b. Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurangkurangnya :
- 2 tahun untuk Golongan I

- 3 tahun untuk Golongan II dan III

- 7 tahun untuk Golongan bangunan

c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan, mengenai hak opsi

2). Leasing digolongkan sebagai operating lease apabila memenuhi kriteria berikut :

a. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi
harga perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor
b. Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessor

2.5 Perbedaan Pembiayaan Leasing Dengan Pembiayaan Lainnya

Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok


dengan metode pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan lain
misalnya bank atau dengan teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa menyewa dan
sewa beli.

Table pembiayaan leasing dengan pembiayaan lainnya

Penjelasan Metode Pembiayaan

Leasing Sewa Beli Sewa Menyewa Kredit Bank


Jenis barang Barang bergerak Barang bergerak Barang bergerak Semua jenis
& tidak bergerak perlu investasi
Penyewa/pembeli Perusahaanatau Perusahaan atau pemeliharaan
perseorangan perseorangan Perusahaanatau Perusahaanatau
Bentuk perusahaan Badan hukum Supplier perseorangan perseorangan
Pemilikan barang Perusahaan Pemilik barang Supplier Bank
leasing Pemilik barang Debitur

Jangka waktu Menengah Pendek Menengah/ Pendek/menengah


pendek/ jangka
Besarnya 100% 80% panjang 80%
Lebih rendah
pembiayaan Biaya
bunga Bunga + margin Tinggi Interbank rate +
Bunga+margin
spread
Akhir kontrak - Menggunakan Barang menjadi - Kredit lunas
hak opsi untuk milik penyewa Barang kembali - Jaminan kembali
membeli kepada pemilik
seharga nilai ke
debitor sisa
- Memperpanjang

kontrak
- Mengembalikan

kepada lessor
2.6 Perjanjian Sewa Guna Usaha

Setiap transaksi sewa guna usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian sewa guna usaha
( leasing agreement). Perjanjian tersebut sekurang-kurangnya harus memuat hal-hal sebagai
berikut:

c) Jenis transaksi sewa guna usaha


d) Nama dan alamat masing-masing pihak
e) Nama, jenis, type dan lokasi penggunaan barang modal
f) Harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa guna usaha, nilai sisa, simpanan
jaminan dan ketentuan asuransi atas barang modal yang disewa guna usahakan
g) Masa sewa guna usaha
h) Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa guna usaha yang dipercepat dan
penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee dalam hal barang modal yang disewa
guna usaha dengan hak opsi hilang, rusak atau tidak berfungsi karena sebab apapun
i) Opsi bagi penyewa guna usaha dalam hal transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi
j) Tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewa guna usaha.
Perjanjian sewa guna usaha itu wajib dibuat dalam bahasa Indonesia dan apabila
dipandang perlu dapat diterjemahkan kedalam bahasa orang asing atau tergantung dengan
tempat penyewa barang misalnya menyewa barang diluar negeri maka menggunakan
bahasa asing, jika penyewaannya didalam negeri maka harus menggunakan baahasa
Indonesia supaya komunikasi dalam penyewaan berjalan dengan lancar.

2.7 Perlakuan finance lease (lessor),lessee dan perlakuan operating lease(lessor),lessee

a) Perlakuan finance lease (lessor)


 Penghasilan lessor (obyek PPh) adalah imbalan jasa sewa guna usaha
( pendapatan bunga), yaitu dihitung dari seluruh pembayaran sewa guna usaha
dikurangi angsuran pokok
 Lessor tidak diperbolehkan menyusutkan aktiva yang disewakan
 Lessor dapat membentuk dana cadangan piutang tidak tertagih yang dapat
dibiayakan maksimal 2,5% x Saldo rata-rata piutang sewa guna usaha
 Angsuran PPh pasal 23 dihitung berdasarkan laporan keuangan triwulan yang
disetahunkan
 Pembayaran sewa guna usaha tidak dikenakan PPN
b) Perlakuan finance lease (lessee)
 Lessee tidak boleh menyusutkan aktiva tetap yang disewa. Hal ini berbeda dengan
perlakuan akuntansi komersial. Dalam akuntansi komersial aktiva tetap sewa guna
usaha disusutkan oleh lessee
 Angsuran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang kepada lessor ( angsuran
pokok maupun bunga) diakui sebagai biaya. Hal ini juga berbeda dengan
perlakuan akuntansi komersial. Dalam akuntansi komersial angsuran pokok sewa
guna usaha diperlakukan sebagai pembayaran (pelunasan ) hutang sewa guna
usaha, sedangkan bunganya merupakan biaya (expense).
c) Perlakuan operating lease ( lessor)
 Seluruh pembayaran yang diterima/diperoleh lessor merupakan penghasilan
(obyek PPh)
 Lessor berhak menyusutkan aset yang disewakan ( penyusutan sesuai ketentuan
fiskal)
 Lessor wajib mengenakan PPN atas jasa sewa tersebut
d) Perlakuan operating lease( lessee)
 Jumlah sewa yang dibayar atau terutang pada tahun yang bersangkutan
merupakan biaya yang dapat dikurangkan.
 Lessee tidak berhak menyusutkan aktiva yang disewanya
 Lessee wajib memotong PPh pasal 23 atas sewa

2.8 Keuntungan dan Kerugian Sewa Guna Usaha


a. Keuntungan bagi lessor
 Secara hukum lessor berhak untuk menjual barang yang disewa
 Secara akuntansi lessor masih mempunyai hak untuk menyusutkan aset tetap yang
disewa, karena hak kepemilikan masih berada pada lessor
b. Kerugian bagi lessor
 Mempunyai resiko yang besar, apabila barang yang disewa mendapat tuntutan dari
pihak ketiga
 Tidak dapat melakukan tuntutan (complaint lessor) kepada pabrik atau langsung
kepada pemasok ( seharusnya lessor sebagai pengguna barang)
c. Keuntungan bagi lessee
 Lessee dapat menghindarkan diri dari kebutuhan dana besar dengan bunga yang
tinggi
 Resiko keuangan dapat dihindari atau dikurangi karena lessee dapat menukarkan
kepada lessor setelah pemakaian
 Perjanjian kontrak leasing lebih fleksibel
 Biaya perusahaan lebih rendah atau murah
 Utang di laporan keuangan tidak berubah sehingga rasio leverage tidak terpengaruh
d. Kerugian bagi lessee
 Pihak lessee harus memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan lessor untuk
melindungi barang dalam bentuk pembatasan pengoperasian asuransi dan sebagainya
 Kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan pada saat akhir sewa
 Barang yang diterima tidak dapat dijadikan jaminan credit karena tidak dicatat
sebagai aset
 Hak penggunaan atas barang sewa merupakan aset tak berwujud yang tidal dapat
disajikan sebagai aset tetap
 Dalam hal menggunakan khususnya sewa pembiayaan akan menjadi kurang tepat
apabila lessee hanya membutuhkan aset jangka pendek. Hal ini dapat menjadi biaya
besar, apabila terjadi pembatasan sebelum perjanjian selesai.
2.9 Aspek Perpajakan Sewa Guna Usaha

1). Pajak Penghasilan (PPh)

Berdasarkan Undang-undang No 17 tahun 2000 dan surat Keputusan Menteri Keuangan


RI No 1169/KMK.01/1991 pasal 16 ayat 2 menyatakan “ lessee tidak memotong pajak
penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang berdasarkan
perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi”. Dalam pasal tersebut dengan jelas menyatakan
bahwa angsuran –angsuran atau pembayaran yang diterima lessor dari lessee untuk jenis
transaksi finance lessee tidak dikenakan pemotongan pajak penghasilan. Pasal 17 aya 2
menyatakan bahwa :

a). pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee
adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

b). Lessee wajib memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha
tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.

c). Pasal 17 ayat 2a mengatur tentang perlakuan pembayaran leasing oleh lessor. Disini
dijelaskan bahwa pembayaran leasing dari lessee kepada lessor untuk transaksi operational
lease diperlukan pemotongan pajak penghasilan pasal 23 karena menurut pajak diperlakukan
sebagai sewa-menyewa biasa.

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Perlakuan PPN atas transaksi finance lease adalah sebagai berikut:

a). Berdasarkan ketentuan pasal 13 Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 1994 huruf d dan e
dan pasal 1 angka 4 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep 05/PJ/1994, penyerahan
jasa dalam yang terutang PPN, karena lessor sebagai perusahaan jasa persewaan barang
dengan demikian adalah pengusaha kena pajak.

b). Pengalihan barang dalam transaksi operating lease bukan merupakan penyerahan barang
kena pajak karena pengalihan barang tersebut dalam rangka persewaan biasa.

c). Besarnya PPN yang terutang adalah 10% dari nilai penggantian
d). PPN sebagaimana dimaksud dalam angka 3 merupakan PPN keluaran bagi lessor dan
merupakan PPN masukan bagi lessee dalam hal lessee adalah pengusaha kena pajak. PPN
yang dibayar atas perolehan barang kena pajak (BKP) yang dilease merupakan PPN pajak
masukan yang dapat dikreditkan dengan PPN pajak keluaran lessor.

Dalam hal transaksi sale dan lease back tanpa hak opsi, PPN masukan atas perolehan
barang tidak boleh dikreditkan oleh lessee. Dalam hal ini lessee kemudian melease kembali
barang tersebut, maka lessor harus mengenakan PPN yang terutang atas jasa persewaan
barang yang dilakukan.

Contoh soal :

PT ABC melakukan leasing mobil truck dari PT XYZ finance dengan persyaratan sbb:

 Perode lease 5 tahun dimulai dari tanggal 1 January 2007


 Jumlah sewa Rp 60.000.000 pertahun dibayar dimuka setiap tahun
 Taksiran umur ekonomis truck 5 tahun
 Taksiran nilai residu truk pada akhir periode leasing tidak ada

Penyelesaian:

Table pembayaran Lease

Tanggal Keterangan jumlah Beban Pembayaran Kewajiban


bunga pokok lease
01-01-2007 Saldo awal 250.191.927
01-01-2007 pembayaran 60.000.000 60.000.000 190.191.927
01-01-2008 pembayaran 60.000.000 19.019.192 40.980.807 149.211.119
01-01-2009 pembayaran 60.000.000 14.921.112 45.078.888 104.132.231
01-01-2010 pembayaran 60.000.000 10.413.223 49.586.777 54.545.455
01-01-2011 pembayaran 60.000.000 5.454.545 54.545.455 0
Jumlah 300.000.000 49.808.073 250.191.927

a). Finance lease


Jurnal akuntansi lease

 Pencatatan lease pada awal periode


Truck leasing Rp 250.191.927
Kewajiban menurut Capital lease Rp 190.191.927
Kas Rp 60.000.000

 Penyusutan/amortisasi GL
Beban amortisasi atas truck leasing Rp 50.038.385
Akumulasi amortisasi atas truck leasing Rp 50.038.385
 Pencatatan pembayaran leasing
Kewajiban menurut Capital leasing Rp 40.980.807
Beban bunga Rp 19.019.193
Kas RP 60.000.000

b). Jurnal akuntansi lessor

 Pencatatan pada awal periode

Kas Rp 60.000.000
Piutang pembayaran leasing Rp 240.000.000
Truck yang dibeli untuk leasing Rp 250.191.927
Pendapatan bunga diterima dimuka Rp 49.808.073
 Pencatatn pembayaran leasing

Kas Rp 60.000.000
Piutang pembayaran leasing Rp 60.000.000
 Pencatatan pendapatan bunga

Pendapatan bunga diterima dimuka Rp 19.019.192


Pendapatan bunga Rp 19.019.192

c). Operating lease


Jurnal akuntansi lessee

Beban sewa Rp 60.000.000


PPN-PM Rp 6.000.000
Hutang PPh pasal 23 Rp 1.200.000
Kas Rp 64.800.000

d). Jurnal akuntansi lessor

Kas Rp 64.800.000

PPh pasal 23 dibayar dimuka Rp 1.200.000

Pendapatan sewa Rp 60.000.000

PPN-PK Rp 6.000.000
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perjanjian sewa guna usaha yang lahir pada prosedur mekanisme leasing terdiri dari
ketentuan-ketentuan yang salah satunya adalah ketentuan mengenai tanggung jawab para
pihak terhadap obyek leasing. Pembagian dari pengaturan mengenai tanggung jawab para
pihak terhadap obyek leasing tersebut pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan oleh jenis
pembiayaan yang terdapat dalam perjanjian leasing itu sendiri, namun secara khusus
pembagian dan pengaturan tersebut pada dasarnya harus didasarkan pada kesepakatan para
pihak dalam perjanjian, sedangkan untuk pelaksanaanya harus dilakukan berdasarkan
undang-undang.

3.2 Saran

Semoga materi yang dibahas mengenai akuntansi pajak atas sewa guna usaha dapat
memberikan manfaat dan edukasi yang lebih luas bagi para pembaca umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

“(PPT) Pajak Atas Sewa Guna Usaha Lukmahadi Lukmahadi-Academi.edu”


https://www.academia.edu/11346654/Pajak_Atas_Sewa_Guna_Usaha

https://www.coursehero.com/file/61576534/Akuntansi-Pajak-atas-Sewa-Gunadocx/

“Aspek perpajakan pada kegiatan Sewa Guna Usaha(Leasing)|PAJAKITA”

http://www.pajakita.net/2014/10/aspek-perpajakan-pada-kegiatan-sewa.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai