OLEH:
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “AKUNTANSI PAJAK ATAS
SEWA GUNA”ini dengan baik dan tepat waktu.Penulisan makalah ini bertujuan untuk
mengetahui biaya dibayar di muka dalam dunia akuntansi perpajakan yang dibuat oleh pihak
perusahaan maupun pemerintah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih dari jauh kata sempurna baik
dari segi penyusunan bahasa maupun penulisannya.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya.Harapan kami
semoga makalah tentang akuntansi pajak atas sees guna ini dapat memberikan pengetahuan baru
bagi para pembaca.
Kupang,14 Juni
2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan ( joint venture) bersama perusahaan
swasta nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna usaha sebagai
alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di indonesia,
disamping itu cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan.
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih ( optie) bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Perusahaan sewa guna usaha ( leasing
company) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara Finance lease maupun Operating lease yang digunakan oleh penyewa
guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembiayaan secara berkala.
Perusahaan yang memerlukan sebagian barang modal tertentu dalam suatu proses
produksi tetapi tidak mempunyai dana tunai yang cukup dapat mengadakan perjanjian sewa guna
usaha ( leasing ) untuk mengatasinya. Dengan melakukan sewa guna usaha ( leasing ) akan lebih
menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli secara tunai.
Munculnya lembaga sewa guna usaha ( leasing) merupakan alternatif yang menarik bagi para
pengusaha karena saat ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah untuk kegiatan
operasional perusahaan.
Perencanaan pajak ( tax planning) adalah upaya untuk menghemat pajak dengan cara
merekayasa agar beban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada.
Perencanaan pajak merupakan upaya legal yang bisa dilakukan wajib pajak. Tindakan tersebut
legal karena penghematan pajak hanya dilakukan wajib hanya dilakukan dengan memanfaatkan
hal-hal yang tidak diatur. Dengan pembiayaan secara tunai, jumlah yang dapat dibiayakan dalam
rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah biaya penyusutannya ditentukan oleh metode
penyusutan dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan. Sedangkan
pembelian melalui kredit, jumlah yang boleh dibebankan sebagai biaya dalam rangka
menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar biaya penyusutan, biaya bunga atas pinjaman
pajak bank, ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan penyelesaian
administrasi kredit bank. Besarnya biaya penyusutan antara lain ditentukan oleh masa manfaat
(umur ekonomis) dan metode penyusutan yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Menurut PSAK No. 30 ( revisi 2007 ), sewa guna usaha ( leasing ) adalah suatu
perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama
periode waktu yang disepakati bersama. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau
serangkaian pembayaran kepada lessor.
a) Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau dalam hal ini pihak yang memiliki hak
kepemilikan atas barang.
b) Lessee adalah perusahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi pada
akhir perjanjian.
c) Supplier adalah pihak penjual barang yang disewa guna usahakan.
2.2 Pihak- pihak Yang Terlibat Dalam Sewa Guna Usaha (Leasing)
Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang
berkepentingan yaitu lessor, lessee, supplier dan bank atau kreditur.
a) Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk modal barang. Lessor dalam financial lease
bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk
membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan
dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan
barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta
pengoperasian barang modal tersebut.
b) Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau
secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut.
Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan
harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi
kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa
risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
c) Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang
untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam
mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee
tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya,
dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau
berkala.
d) Bank. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak
terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang
peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme
leverage lease di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit
bank. Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari
bank, untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek
leasing kepada lessee atau lessor.
2.3 Proses Dan Mekanisme Transaksi Sewa Guna Usaha (Leasing)
Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain bidang
perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari defenisi leasing yang telah dibahas dapat
disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu perjanjian antara pemilik barang (lessor)
dengan pemakai barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam
suatu transaksi leasing (basic lease). Pihak lessee berkewajiban membayar sewa secara
periodic kepada lessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut (lihat Gambar
7-4). Dalam definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan lessee padahal dalam
praktiknya pihak supplier merupakan pihak yang terlibat dalam suatu mekanisme transaksi
leasing (lihat Gambar 7-5).
Kontrak Leasing
Lessor Lessor
Angsuran ( Lease Payment )
Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis
besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu :
a) Finance lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor
adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee)
biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing,
sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta
pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa leasing,
lessee melakukan pembayaran nilai sisa (residual value). Kalau ada, akan mencakup
pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang
merupakan pendapatan perusahaan leasing.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa finace lease atau kadang-
kadang pula disebut full-pay out leasing adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara
kontrak antara lessor dengan lessee di mana :
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek leasing dapat
berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki umur maksimum sama
dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan jumlah
dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan angsuran
atau lease payment yang terdiri atas biaya perolehan barang ditambah dengan semua
biaya lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan atau spread yang
diinginkan lessor
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak
mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomis termasuk
biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan barang yang di-lease
tersebut ditanggung oleh lessee
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut
sesuai dengan nilai sisa atau residual value yang disepakati, atau mengembalikan pada
lessor, atau memperpanjang masa lease sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui
bersama. Pembayaran berkala pada masa perpanjanngan lease tersebut biasanya jauh
lebih rendah daripada angsuran sebelumnya.
Ciri-ciri finance lease antara lain :
g. Transaksi keuangan
h. Full pay out
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-
lease-kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh
pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Operating lease atau kadang-kadang
juga disebut dengan sewa guna usaha biasa adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor
dengan lessee di mana:
Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee
untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur
ekonomis barang modal tersebut.
Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara
berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya
perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out
lease
Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barangbarang
tersebut
Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor
1). Leasing digolongkan sebagai finance lease apabila memenuhi semua criteria berikut :
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor.
b. Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurangkurangnya :
- 2 tahun untuk Golongan I
2). Leasing digolongkan sebagai operating lease apabila memenuhi kriteria berikut :
a. Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat menutupi
harga perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor
b. Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessor
kontrak
- Mengembalikan
kepada lessor
2.6 Perjanjian Sewa Guna Usaha
Setiap transaksi sewa guna usaha wajib diikat dalam suatu perjanjian sewa guna usaha
( leasing agreement). Perjanjian tersebut sekurang-kurangnya harus memuat hal-hal sebagai
berikut:
a). pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee
adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
b). Lessee wajib memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha
tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor.
c). Pasal 17 ayat 2a mengatur tentang perlakuan pembayaran leasing oleh lessor. Disini
dijelaskan bahwa pembayaran leasing dari lessee kepada lessor untuk transaksi operational
lease diperlukan pemotongan pajak penghasilan pasal 23 karena menurut pajak diperlakukan
sebagai sewa-menyewa biasa.
a). Berdasarkan ketentuan pasal 13 Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 1994 huruf d dan e
dan pasal 1 angka 4 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep 05/PJ/1994, penyerahan
jasa dalam yang terutang PPN, karena lessor sebagai perusahaan jasa persewaan barang
dengan demikian adalah pengusaha kena pajak.
b). Pengalihan barang dalam transaksi operating lease bukan merupakan penyerahan barang
kena pajak karena pengalihan barang tersebut dalam rangka persewaan biasa.
c). Besarnya PPN yang terutang adalah 10% dari nilai penggantian
d). PPN sebagaimana dimaksud dalam angka 3 merupakan PPN keluaran bagi lessor dan
merupakan PPN masukan bagi lessee dalam hal lessee adalah pengusaha kena pajak. PPN
yang dibayar atas perolehan barang kena pajak (BKP) yang dilease merupakan PPN pajak
masukan yang dapat dikreditkan dengan PPN pajak keluaran lessor.
Dalam hal transaksi sale dan lease back tanpa hak opsi, PPN masukan atas perolehan
barang tidak boleh dikreditkan oleh lessee. Dalam hal ini lessee kemudian melease kembali
barang tersebut, maka lessor harus mengenakan PPN yang terutang atas jasa persewaan
barang yang dilakukan.
Contoh soal :
PT ABC melakukan leasing mobil truck dari PT XYZ finance dengan persyaratan sbb:
Penyelesaian:
Penyusutan/amortisasi GL
Beban amortisasi atas truck leasing Rp 50.038.385
Akumulasi amortisasi atas truck leasing Rp 50.038.385
Pencatatan pembayaran leasing
Kewajiban menurut Capital leasing Rp 40.980.807
Beban bunga Rp 19.019.193
Kas RP 60.000.000
Kas Rp 60.000.000
Piutang pembayaran leasing Rp 240.000.000
Truck yang dibeli untuk leasing Rp 250.191.927
Pendapatan bunga diterima dimuka Rp 49.808.073
Pencatatn pembayaran leasing
Kas Rp 60.000.000
Piutang pembayaran leasing Rp 60.000.000
Pencatatan pendapatan bunga
Kas Rp 64.800.000
PPN-PK Rp 6.000.000
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perjanjian sewa guna usaha yang lahir pada prosedur mekanisme leasing terdiri dari
ketentuan-ketentuan yang salah satunya adalah ketentuan mengenai tanggung jawab para
pihak terhadap obyek leasing. Pembagian dari pengaturan mengenai tanggung jawab para
pihak terhadap obyek leasing tersebut pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan oleh jenis
pembiayaan yang terdapat dalam perjanjian leasing itu sendiri, namun secara khusus
pembagian dan pengaturan tersebut pada dasarnya harus didasarkan pada kesepakatan para
pihak dalam perjanjian, sedangkan untuk pelaksanaanya harus dilakukan berdasarkan
undang-undang.
3.2 Saran
Semoga materi yang dibahas mengenai akuntansi pajak atas sewa guna usaha dapat
memberikan manfaat dan edukasi yang lebih luas bagi para pembaca umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.coursehero.com/file/61576534/Akuntansi-Pajak-atas-Sewa-Gunadocx/
http://www.pajakita.net/2014/10/aspek-perpajakan-pada-kegiatan-sewa.html?m=1