Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKUNTANSI PAJAK ATAS


AKUISISI ATAU MERGER

OLEH
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1. Febrianus Ardi Seran 33119175
2. Ayub Alvenden Mautorin 33119167
3. Albertiana susilo dajum 33119172
4. Yohana A.G. Wangge 33119204
5. Teresa sinthia indramaya 33119198
6. Mariana patricia dua nita 33119191

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucap Puji dan Syukur kepada Tuhan yang Mahakuasa,karena dengan
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertentangan
dengan’Akuntansi Pajak atas Akuisisi atau Merger.

Makalah ini disusun atas memenuhi tugas kuliah Akuntansi Perpajakan,dengan penuh
kesabaran terutama pertolongan dari Tuhan yang maha kuasa yang akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh pembaca,kami menyadari banyak sekali
kekurangan oleh karena itu kami mohon dari teman teman untuk kritik dan saran.

Kupang, 22 Juni 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………
1.1. LATAR
BELAKANG……………………………………………………………………
1.2. RUMUSAN
MASALAH…………………………………………………………………
1.3. TUJUAN………………………………………………………………………………
…..
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………………..
2.1. PENGERTIAN MERGER DAN AKUISISI……………………………………………
2.2. PERBEDAAN MERGER DAN AKUISISI………………………………………………
2.3. PERLAKUKAN PAJAK TERHADAP MERGER DAN AKUISISI……………………………………………………..
2.4. JENIS-JENIS MARGER DAN AKUISISI………………………………………………………………………………
2.5.KLASIFIKASI UNTUK MERGER DAN AKUISISI……………………………………………………………………
2.6.ALASAN MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI……………………………………………………………….
2.7. PROSES MERGER DAN AKUISISI…………………………………………………..
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………
3.1. KESIMPULAN………………………………………………………………………….
3.2. SARAN…………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Merger menurut definisi akuntansi adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan
terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan
perusahaan lain atau memperoleh kendali (kontrol) atas aktiva dan operasional
perusahaan lain. Merger dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akuisisi dan penyatuan
kepemilikan. Akuisisi adalah penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu
pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang
diakuisisi, dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau
mengeluarkan saham. Sedangkan penyatuan kepemilikan adalah suatu penggabungan
usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung secara bersama-sama
memiliki kendali atas seluruh aktiva dan operasional perusahaan yang tergabung serta
memiliki tanggung jawab bersama sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasikan
sebagai pengakuisisi.Konsekuensi dari proses merger, apapun jenis dan metode
pencatatannya, adalah adanya perpindahan aktiva yang tentunya terkait dengan
perpajakan. Setidaknya ada transfer tax (PPN, PPh Final 4 ayat 2 dan BPHTB) dan
keuntungan atas selisih aktiva yang merupakan objek Pajak Penghasilan (PPh). Untuk
perlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), awalnya, UU PPN Tahun 1983 dan
perubahannya Tahun 1994, pengalihan aktiva perusahaan sehubungan dengan proses
merger tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan
tidak terutang PPN. Namun, sejak Tahun 2001, pengalihan aktiva dalam rangka merger
ini dikenakan PPN karena tidak termasuk dalam daftar negatif jenis barang kena pajak
yang tidak dikenakan PPN. Terakhir, sesuai dengan UU PPN yang baru Tahun 2009,
kembali lagi pada ketentuan semula, dimana penyerahan barang kena pajak dalam
rangka merger tidak terutang PPN.Setiap pengalihan aktiva atau harta berupa tanah dan
bangunan akan dikenakan PPh final dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB). Demikian juga, apabila pengalihan dilakukan dalam rangka merger
perusahaan. PPh final yang dikenakan adalah sebesar 5% dari harga jual sedangkan
untuk BPHTB dikenakan tarif 5% dari nilai jual kena pajak – selisih antara harga jual
dengan nilai jual objek pajak tidak kena pajak. Atas keuntungan yang diterima
perusahaan dalam rangka merger, merupakan objek PPh sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 UU PPh, dimana yang termasuk dalam pengertian
penghasilan adalah keuntungan karena pengalihan harta termasuk keuntungan karena
likuidasi, penggabungan (merger), peleburan, pemekaran atau pemecahan. Sehingga,
atas keuntungan tersebut akan dikenakan tarif pasal 17 UU PPh. Persoalan muncul
ketika ada opsi penggunaan nilai buku dalam merger
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. APA PENGERTIAN MERGER DAN AKUISISI
2. BAGAIMANA PERBEDAAN MERGER DAN AKUISISI

3. BAGAIMANA PERLAKUKAN PAJAK TERHADAP MERGER DAN


AKUISISI
4. APA SAJA JENIS-JENIS MARGER DAN AKUISISI
5. BAGAIMANA KLASIFIKASI UNTUK MERGER DAN AKUISISI

6. APA ALASAN MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI


7. BAGAIMANA PROSES MERGER DAN AKUISISI
1.3.TUJUAN
1. MENJELASKAN PENGERTIAN MERGER DAN AKUISISI
2. MENJELASKAN PERBEDAAN MERGER DAN AKUISISI
3. MENJELASKAN PERLAKUKAN PAJAK TERHADAP MERGER DAN AKUISISI
4. MEJELASKAN APA SAJA JENIS-JENIS MARGER DAN AKUISISI
5. MENJELASKAN KLASIFIKASI UNTUK MERGER DAN AKUISISI
6. MENJELASKAN ALASAN MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI
7. MENJELASKAN BAGAIMANA PROSES MERGER DAN AKUISISI
BAB 2
PEMBAHASAN
MERGER DAN AKUISISI
2.1. PENGERTIAN MERGER DAN AKUISISI
Ada beberapa pengertian mengenai merger:
1. Merger merupakan penggabungan bersama dua atau lebih perusahaan
menjadi satu bisnis menurut basis yang disetujui semua pihak oleh
manajemen perusahaan dan pemegang saham. Merger merupakan satu bentuk
pertumbuhan eksternal (external growth) yang meliputi perusahaan-
perusahaan yang melakukan ekspansi horisontal, vertikal atau konglomerasi.
2. Penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi satu perusahaan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988 mendefinisikan
merger sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau
lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan
selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
4. Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) no 22 menyatakan bahwa
merger merupakan suatu proses penggabungan usaha, dengan jalan
mengambil alih satu atau lebih perusahaan yang lain. Setelah terjadi
pengambilalihan, maka perusahaan yang diambil alih dibubarkan atau
dilikuidasi, sehingga eksistensinya sebagai badan hukum lenyap, dengan
demikian kegiatan usahanya dilanjutkan oleh perusahaan yang mengambil
alih. Dari berbagai pengertian tentang merger di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa merger adalah suatu proses penggabungan dua
perusahaan atau lebih dimana perusahaan pengambil alih akan tetap
berdiri sedangkan perusahaan yang diambil alih akan lenyap.Pihak yang
masih hidup dalam atau yang menerima merger dinamakan surviving firm
atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing firm). Sementara itu
perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan
merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran yang
semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merger firm dialihkan
ke surviving firm. Perusahaan yang dimerger akan menanggalkan status
hukumnya sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger statusnya
berubah menjadi bagian (unit bisnis) di bawah surviving firm. Dengan
demikian merged firm tidak dapat bertindak hukum atas namanya sendiri.
Dalam teminologi bisnis, akuisisi dapat diartikan sebagai pengambilalihan
kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh
perusaahaan lain (Muhammad Aji, 2010).Pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.27 tahun 1998 tentang penggabungan, peleburan dan
pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan akuisisi sebagai perbuatan
hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk mengambil
alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

Dan menurut Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No.22 menyatakan


bahwa akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh
pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga akan mengakibatkan berpindahnya
kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut. Kendali
perusahaan yang dimaksud adalah kekuatan untuk:

1. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.

2. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.

3. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.


Pengendalian ini yang memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi.
Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain
bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan- perusahaan yang terlibat dalam akuisisi
secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah
terjadi pengalihan oleh pihak pengakuisisi.
2.2. PERBEDAAN MERGER DAN AKUISISI

Merger atau yang bisa disebut sebagai koalisi merupakan suatu penggabungan
atau peleburan antara 2 perusahaan atau lebih untuk menjadikan 1 perusahaan
saja dengan nama salah satu perusahaan atau membuat perusahaan baru. Dalam
penggabungan atau peleburan ini terjadi dengan cara baik kedua belah pihak
perusahaan menyatukan saham berupa aset dan non aset yang dimiliki
perusahaan yang kemudian akan di merger.  
Syarat untuk kedua perusahaan yang melakukan proses merger ini paling tidak
memiliki 50% saham dari masing-masing perusahaan dan sisanya bisa dimiliki oleh
investor masing-masing diluar perusahaan.   
Sebaliknya, Akuisisi merupakan pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain
atau oleh kelompok investor lain yang bertujuan untuk menjaga ketersediaan
pasokan bahan baku atau jaminan peningkatan daya serap produk yang terjadi di
pasar.

2.3. PERLAKUKAN PAJAK TERHADAP MERGER DAN AKUISISI


Dalam perlakukan pajaknya, terdapat ketentuan-ketentuan yang membahas
tentang perlakukan pajak terhadap proses keduanya , yaitu diantaranya adalah :
a) Pajak Penghasilan ( PPh ) 
Dalam PPh terdapat 2 bagian, yaitu PPh atas badan yang berdasarkan UU No.36
tahun 2008 Pasal 4 ayat 1d merupakan objek pajak badan dan PPh final atas
pengalihan tanah dan bangunan yang berdasarkan PP 34 tahun 2016 pasal 1 ayat
1 dikenakan tarif sebesar 2,5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah
dan bangunan. 
b) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN) 
Berdasarkan yang sebagaimana dimaksud dalam UU No.42 tahun 2009 pasal 1a
ayat 2d yaitu Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat
pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak, maka kegiatan yang berhubungan dengan peleburan,
pemekaran, dan pengambilalihan usaha bukan merupakan objek PPN.
c) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan atau BPHTB  
Berdasarkan sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.20 tahun 2000 pasal 5,
bahwa pihak yang menerima Pengalihan hak atas tanah dan bangungan akan
terutang BPHTB dengan tarif sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak kena
pajak.

2.4. JENIS-JENIS MARGER DAN AKUISISI


1. Merger horisontal
adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam
industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini
bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan
utama merger dan akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan
atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas
produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas
administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin
terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya
terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar dapat mengarah pada
bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli
2. Merger vertikal
adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak
dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi
tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu
memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk
mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk
dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna.
Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari
penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input
berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut dapat mengakuisisi atau
merger dengan pemasok. Merger dan akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua
bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward
integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward
integration).

3. Merger konglomerat
adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak
dalam industri yang tidak terkait. Merger dan akuisisi konglomerat terjadi
apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya
dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis
semula. Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terus
menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi.
Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam
industri yang berbeda.

4. Merger ekstensi pasar


adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara
bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini
terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-
masing perusahaan. Merger dan akuisisi ekstensi pasar sering dilakukan
oleh perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan
penetrasi pasar.
Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa
harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan
dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi
keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan
produk terhadap konsumen luar negeri.
5. Merger ekstensi produk
adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk
memperluas lini produk masing- masing perusahaan. Setelah merger
perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga
akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini
dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan
pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui
efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.
2.5. KLASIFIKASI UNTUK MERGER DAN AKUISISI:
a. Klasifikasi berdasarkan pola
Pola adalah sistem bisnis yang diimplementasikan oleh sebuah perusahaan
dan dalam hal ini pola merger adalah sistem bisnis yang aka diadopsi atau
yang akan dijadikan acuan oleh perusahaan hasil merger.
b. Klasifikasi Berdasarkan Metode Pembiayaan
Metode pembiayaan adalah cara pembayaran transaksi merger dan akuisisi
antara pengakuisisi dengan yang diakuisisi. Klasifikasi dalam metode ini
terdiri dari kas, hutang, saham atau kombinasi ketiganya.
c. Klasifikasi Berdasarkan Objek Pajak
Klasifikasi merger dan akuisisi atas dikenakan atau tidaknya pajak
didasarkan pada media transaksi yang dipakai. Jika pembayaran dilakukan
dengan kas berarti transaksi tersebut merupakan objek pajak. Sebaliknya
jika transaksi dilakukan dengan 100% saham maka transaksi tersebut tidak
kena pajak.
d. Klasifikasi Berdasarkan Objek yang Diakuisisi
 Akuisisi Saham. Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan
suatu transaksi jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut
mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual
kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham- saham,
maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham
mereka kepada pembeli/pengakuisisi.
Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling
umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi
tersebut dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh atau
sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan
maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas sebagian
maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan
perseroan yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham
perseroan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut, yang
akan membawa ke arah penguasaan manajemen dan jalannya
perseroan.
 Akuisisi Aset. Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki
perusahaan lain maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva
atau aset perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya
sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akuisisi
parsial. Akuisisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:
 Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset
(sebagai pihak pembeli) dengan pihak yang diakuisisi
asetnya (sebagai pihak penjual), jika akuisisi dilakukan
dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal ini segala
formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus
diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang
harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.

 Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan


suatu kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan
akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan dengan cara tunai.
Dan jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset
merupakan sahamsaham, maka akuisisi tersebut dikenal
dengan nama assets for share exchange, dengan akibat
hukum bahwa perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi
pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi.

e. Klasifikasi Berdasarkan Perlakuan Akuntansi

 Metode Pembelian. Metode pembelian terjadi jika dalam kegiatan


penggabungan usaha melibatkan transaksi pembelian mayoritas
saham perusahaan target secara tunai, yang berakibat beralihnya
pengendalian terhadap manajemen perusahaan. Metode pembelian
mengakui dan mencatat aset dan kewajiban nerdasarkan nilai pasar,
sedangkan laba ditahan dan agio saham tidak diakui dalam laporan
keuangan konsolidasi.

 Metode Penyatuan.Metode penyatuan terjadi ketika pemegang


saham perusahaan yang bergabung tetap melanjutkan
kepemilikannya terhadap perusahaan hasil penggabungan. Dalam
metode penyatuan ini tidak ditemukan proses jual beli antara satu
pihak dengan pihal lainnya, tidak ada pihak yang dianggap sebagai
pengambilalih dan tidak ada pihak yang dominan timbul dari
kegiatan merger dan akuisisi tersebut.

2.6. ALASAN MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI


a. Sinergi (synergy). Kondisi dimana nilai keseluruhan lebih besar daripada hasil
penjumlahan bagian-bagiannya. Merger yang bersifat sinergistik, nilai
perusahaan setelah merger lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-
masing perusahaan sebelum merger.
b. Pertimbangan pajak. Pertimbangan pajak dapat mendorong dilakukannya
sejumlah merger. Misalnya, perusahaan yang menguntungkan dan termasuk
dalam kelompok tarif pajak tertinggi dapat mengambil alih perusahaan yang
memiliki akumulasi kerugian yang besar.
c. Pembelian aktiva di bawah biaya pengganti. Kadang-kadang perusahaan
diambilalih karena nilai pengganti (replacement value) aktivanya jauh lebih
tinggi daripada nilai pasar perusahaan itu sendiri. Nilai sebenarnya dari setiap
perusahaan adalah fungsi daya menghasilkan laba masa depannya, bukan biaya
untuk mengganti aktivanya. Jadi akuisisi harus berdasarkan nilai ekonomi dari
aktiva yang diakuisisi bukan atas biaya penggantinya.
d. Diversifikasi. Manajer berpendapat bahwa diversifikasi menstabilkan laba
perusahaan sehingga bermanfaat bagi pemiliknya. Akan tetapi pada perusahaan
milik keluarga biasanya pemilik tidak mau menjual sebagian saham yang
dimilikinya untuk melakukan diversifikasi karena akan memperkecil
kepemilikan dan mengakibatkan kewajiban pajak yang besar atas keuntungan
modal.
e. Insentif pribadi manajer. Beberapa keputusan bisnis banyak didasarkan pada
motivasi pribadi daripada analisis ekonomi. Tidak ada eksekutif yang akan
mengakui bahwa egonya merupakan alasan utama dibalik suatu merger, akan
tetapi ego memegang peranan penting dalam banyak merger.
f. Nilai pecahan. Para analis mengestimasi nilai pemecahan suatu perusahaan,
yang merupakan nilai masing-masing bagian dari perusahaan itu jika dijual
terpisah. Jika nilai ini lebih tinggi dari nilai pasar berjalan perusahaan, maka
seorang spesialis pengambil alihan dapat mengakuisisi perusahaan itu pada atau
bahkan diatas nilai pasar berjalannya, dijual secara sepotong-sepotong dan
menghasilkan laba yang besar.

Putu Gede Ary Suta (Yeni, 2006) berpendapat bahwa sebenarnya ada empat
alasan ekonomis dalam melakukan merger dan akuisisi, yaitu:
a. Keuntungan dari segi operasional (operation advantage)
Tindakan untuk melakukan takeover maupun merger karena alasan skala
ekonomis yang kemungkinan dapat tercapai. Alasan yang paling sering diungkapkan
sebagai pembenaran. Skala ekonomis (economic of scale) adalah situasi dimana
perusahaan dapat melakukan penurunan dalam beban rata-rata untuk memproduksi
dan menjual suatu jenis produk dengan semakin meningkatnya volume produksi.
b. Keuntungan dari segi finansial (financial advantage).
Perusahaan hasil merger dapat memeroleh manfaat dipasar uang maupun pasar
modal karena meningkatnya ukuran (size), termasuk efisiensi. Melalui takeover atau
merger perusahaan akan lebih besar sehingga dapat meningkatkan kapasitas untuk
memeroleh pinjaman. Hal itu dapat menurunkan biaya modal perusahaan yang
selanjutnya dapat meningkatkan perolehan dana lebih tinggi melalui penerbitan
surat berharga melalui pasar modal dengan biaya emisi rendah karena
perusahaan yang lebih besarfloating cost-nya jauh lebih rendah.
c. Tingkat pertumbuhan
Melalui merger dan akuisisi perusahaan dapat mengakselerasi tingkat pertumbuhan
dibandingkan melalui ekspansi eksternal. Disamping itu usaha untuk melakukan
ekspansi pada jenis pasaran produk baru atau membeli fasilitas produksi dalam
rangka meningkatkan produk yang sudah ada, dapat dilakukan lebih cepat dan
biaya serta risiko yang lebih rendah.
d. Diversifikasi
Melalui merger dan akuisisi dapat dilakukan diversifikasi atas kegiatan usaha
perusahaan. Dengan demikian dapat dijaga perolehan tingkat keuntungan agar tidak
berfluktuatif.

2.7. PROSES MERGER DAN AKUISISI

Proses merger dan akuisisi menurut Dian Purnomo Jati (Yeni, 2006)
memiliki beberapa tahapan, yaitu:
 Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini terdapat dua proses, yaitu identifikasi awal dan screening.
Pada proses identifikasi awal berarti perusahaan mencari dan mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin perusahaan-perusahaan mana saja yang potensial
untuk diajak bergabung.
 Tahap Proses Merger dan Akuisisi
Tahapan ini terdiri dari empat proses yaitu penawaran formal, due diligenco,
negosiasi/deal dan closing. Proses penawaran formal merupakan pendekatan
formal yang dilakukan oleh perusahaan melalui pemberitahuan secara tertulis
dan resmi tentang maksud penggabungan usaha terhadap manajemen puncak
perusahaan target. Kedua belah pihak melakukan penjajakan dan pembicaraan
tentang harga yang akan disepakati.
 Tahap Pasca Akuisisi
Tahapan pasca akuisisi merupakan tahapan baru setelah perusahaan melakukan
penggabungan usaha sebagai suatu kesatuan entita
BAB 3
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dalam perlakukan pajaknya, terdapat ketentuan-ketentuan yang membahas tentang
perlakukan pajak terhadap proses keduanya , yaitu diantaranya adalah :
a) Pajak Penghasilan ( PPh ) 
Dalam PPh terdapat 2 bagian, yaitu PPh atas badan yang berdasarkan UU No.36
tahun 2008 Pasal 4 ayat 1d merupakan objek pajak badan dan PPh final atas
pengalihan tanah dan bangunan yang berdasarkan PP 34 tahun 2016 pasal 1 ayat 1
dikenakan tarif sebesar 2,5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan
bangunan. 
b) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN) 
Berdasarkan yang sebagaimana dimaksud dalam UU No.42 tahun 2009 pasal 1a
ayat 2d yaitu Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat
pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak, maka kegiatan yang berhubungan dengan peleburan,
pemekaran, dan pengambilalihan usaha bukan merupakan objek PPN.
c) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan atau BPHTB  
Berdasarkan sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.20 tahun 2000 pasal 5,
bahwa pihak yang menerima Pengalihan hak atas tanah dan bangungan akan
terutang BPHTB dengan tarif sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak kena
pajak.
3.2. SARAN
Menurut pendapat kami Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan
suatu transaksi jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan
beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena
perusahaan didirikan atas saham- saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik
saham menjual saham-saham mereka kepada pembeli/pengakuisisi.

Anda mungkin juga menyukai