OLEH
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1. Febrianus Ardi Seran 33119175
2. Ayub Alvenden Mautorin 33119167
3. Albertiana susilo dajum 33119172
4. Yohana A.G. Wangge 33119204
5. Teresa sinthia indramaya 33119198
6. Mariana patricia dua nita 33119191
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucap Puji dan Syukur kepada Tuhan yang Mahakuasa,karena dengan
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertentangan
dengan’Akuntansi Pajak atas Akuisisi atau Merger.
Makalah ini disusun atas memenuhi tugas kuliah Akuntansi Perpajakan,dengan penuh
kesabaran terutama pertolongan dari Tuhan yang maha kuasa yang akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh pembaca,kami menyadari banyak sekali
kekurangan oleh karena itu kami mohon dari teman teman untuk kritik dan saran.
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………
1.1. LATAR
BELAKANG……………………………………………………………………
1.2. RUMUSAN
MASALAH…………………………………………………………………
1.3. TUJUAN………………………………………………………………………………
…..
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………………..
2.1. PENGERTIAN MERGER DAN AKUISISI……………………………………………
2.2. PERBEDAAN MERGER DAN AKUISISI………………………………………………
2.3. PERLAKUKAN PAJAK TERHADAP MERGER DAN AKUISISI……………………………………………………..
2.4. JENIS-JENIS MARGER DAN AKUISISI………………………………………………………………………………
2.5.KLASIFIKASI UNTUK MERGER DAN AKUISISI……………………………………………………………………
2.6.ALASAN MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI……………………………………………………………….
2.7. PROSES MERGER DAN AKUISISI…………………………………………………..
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………
3.1. KESIMPULAN………………………………………………………………………….
3.2. SARAN…………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Merger menurut definisi akuntansi adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan
terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan
perusahaan lain atau memperoleh kendali (kontrol) atas aktiva dan operasional
perusahaan lain. Merger dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akuisisi dan penyatuan
kepemilikan. Akuisisi adalah penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu
pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang
diakuisisi, dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau
mengeluarkan saham. Sedangkan penyatuan kepemilikan adalah suatu penggabungan
usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung secara bersama-sama
memiliki kendali atas seluruh aktiva dan operasional perusahaan yang tergabung serta
memiliki tanggung jawab bersama sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasikan
sebagai pengakuisisi.Konsekuensi dari proses merger, apapun jenis dan metode
pencatatannya, adalah adanya perpindahan aktiva yang tentunya terkait dengan
perpajakan. Setidaknya ada transfer tax (PPN, PPh Final 4 ayat 2 dan BPHTB) dan
keuntungan atas selisih aktiva yang merupakan objek Pajak Penghasilan (PPh). Untuk
perlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), awalnya, UU PPN Tahun 1983 dan
perubahannya Tahun 1994, pengalihan aktiva perusahaan sehubungan dengan proses
merger tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan
tidak terutang PPN. Namun, sejak Tahun 2001, pengalihan aktiva dalam rangka merger
ini dikenakan PPN karena tidak termasuk dalam daftar negatif jenis barang kena pajak
yang tidak dikenakan PPN. Terakhir, sesuai dengan UU PPN yang baru Tahun 2009,
kembali lagi pada ketentuan semula, dimana penyerahan barang kena pajak dalam
rangka merger tidak terutang PPN.Setiap pengalihan aktiva atau harta berupa tanah dan
bangunan akan dikenakan PPh final dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB). Demikian juga, apabila pengalihan dilakukan dalam rangka merger
perusahaan. PPh final yang dikenakan adalah sebesar 5% dari harga jual sedangkan
untuk BPHTB dikenakan tarif 5% dari nilai jual kena pajak – selisih antara harga jual
dengan nilai jual objek pajak tidak kena pajak. Atas keuntungan yang diterima
perusahaan dalam rangka merger, merupakan objek PPh sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 UU PPh, dimana yang termasuk dalam pengertian
penghasilan adalah keuntungan karena pengalihan harta termasuk keuntungan karena
likuidasi, penggabungan (merger), peleburan, pemekaran atau pemecahan. Sehingga,
atas keuntungan tersebut akan dikenakan tarif pasal 17 UU PPh. Persoalan muncul
ketika ada opsi penggunaan nilai buku dalam merger
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. APA PENGERTIAN MERGER DAN AKUISISI
2. BAGAIMANA PERBEDAAN MERGER DAN AKUISISI
Merger atau yang bisa disebut sebagai koalisi merupakan suatu penggabungan
atau peleburan antara 2 perusahaan atau lebih untuk menjadikan 1 perusahaan
saja dengan nama salah satu perusahaan atau membuat perusahaan baru. Dalam
penggabungan atau peleburan ini terjadi dengan cara baik kedua belah pihak
perusahaan menyatukan saham berupa aset dan non aset yang dimiliki
perusahaan yang kemudian akan di merger.
Syarat untuk kedua perusahaan yang melakukan proses merger ini paling tidak
memiliki 50% saham dari masing-masing perusahaan dan sisanya bisa dimiliki oleh
investor masing-masing diluar perusahaan.
Sebaliknya, Akuisisi merupakan pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain
atau oleh kelompok investor lain yang bertujuan untuk menjaga ketersediaan
pasokan bahan baku atau jaminan peningkatan daya serap produk yang terjadi di
pasar.
3. Merger konglomerat
adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak
dalam industri yang tidak terkait. Merger dan akuisisi konglomerat terjadi
apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya
dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis
semula. Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terus
menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi.
Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam
industri yang berbeda.
Putu Gede Ary Suta (Yeni, 2006) berpendapat bahwa sebenarnya ada empat
alasan ekonomis dalam melakukan merger dan akuisisi, yaitu:
a. Keuntungan dari segi operasional (operation advantage)
Tindakan untuk melakukan takeover maupun merger karena alasan skala
ekonomis yang kemungkinan dapat tercapai. Alasan yang paling sering diungkapkan
sebagai pembenaran. Skala ekonomis (economic of scale) adalah situasi dimana
perusahaan dapat melakukan penurunan dalam beban rata-rata untuk memproduksi
dan menjual suatu jenis produk dengan semakin meningkatnya volume produksi.
b. Keuntungan dari segi finansial (financial advantage).
Perusahaan hasil merger dapat memeroleh manfaat dipasar uang maupun pasar
modal karena meningkatnya ukuran (size), termasuk efisiensi. Melalui takeover atau
merger perusahaan akan lebih besar sehingga dapat meningkatkan kapasitas untuk
memeroleh pinjaman. Hal itu dapat menurunkan biaya modal perusahaan yang
selanjutnya dapat meningkatkan perolehan dana lebih tinggi melalui penerbitan
surat berharga melalui pasar modal dengan biaya emisi rendah karena
perusahaan yang lebih besarfloating cost-nya jauh lebih rendah.
c. Tingkat pertumbuhan
Melalui merger dan akuisisi perusahaan dapat mengakselerasi tingkat pertumbuhan
dibandingkan melalui ekspansi eksternal. Disamping itu usaha untuk melakukan
ekspansi pada jenis pasaran produk baru atau membeli fasilitas produksi dalam
rangka meningkatkan produk yang sudah ada, dapat dilakukan lebih cepat dan
biaya serta risiko yang lebih rendah.
d. Diversifikasi
Melalui merger dan akuisisi dapat dilakukan diversifikasi atas kegiatan usaha
perusahaan. Dengan demikian dapat dijaga perolehan tingkat keuntungan agar tidak
berfluktuatif.
Proses merger dan akuisisi menurut Dian Purnomo Jati (Yeni, 2006)
memiliki beberapa tahapan, yaitu:
Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini terdapat dua proses, yaitu identifikasi awal dan screening.
Pada proses identifikasi awal berarti perusahaan mencari dan mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin perusahaan-perusahaan mana saja yang potensial
untuk diajak bergabung.
Tahap Proses Merger dan Akuisisi
Tahapan ini terdiri dari empat proses yaitu penawaran formal, due diligenco,
negosiasi/deal dan closing. Proses penawaran formal merupakan pendekatan
formal yang dilakukan oleh perusahaan melalui pemberitahuan secara tertulis
dan resmi tentang maksud penggabungan usaha terhadap manajemen puncak
perusahaan target. Kedua belah pihak melakukan penjajakan dan pembicaraan
tentang harga yang akan disepakati.
Tahap Pasca Akuisisi
Tahapan pasca akuisisi merupakan tahapan baru setelah perusahaan melakukan
penggabungan usaha sebagai suatu kesatuan entita
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dalam perlakukan pajaknya, terdapat ketentuan-ketentuan yang membahas tentang
perlakukan pajak terhadap proses keduanya , yaitu diantaranya adalah :
a) Pajak Penghasilan ( PPh )
Dalam PPh terdapat 2 bagian, yaitu PPh atas badan yang berdasarkan UU No.36
tahun 2008 Pasal 4 ayat 1d merupakan objek pajak badan dan PPh final atas
pengalihan tanah dan bangunan yang berdasarkan PP 34 tahun 2016 pasal 1 ayat 1
dikenakan tarif sebesar 2,5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan
bangunan.
b) Pajak Pertambahan Nilai ( PPN)
Berdasarkan yang sebagaimana dimaksud dalam UU No.42 tahun 2009 pasal 1a
ayat 2d yaitu Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat
pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak, maka kegiatan yang berhubungan dengan peleburan,
pemekaran, dan pengambilalihan usaha bukan merupakan objek PPN.
c) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan atau BPHTB
Berdasarkan sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.20 tahun 2000 pasal 5,
bahwa pihak yang menerima Pengalihan hak atas tanah dan bangungan akan
terutang BPHTB dengan tarif sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak kena
pajak.
3.2. SARAN
Menurut pendapat kami Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan
suatu transaksi jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan
beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena
perusahaan didirikan atas saham- saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik
saham menjual saham-saham mereka kepada pembeli/pengakuisisi.