Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERSEROAN TERBATAS, MERGER, KONSOLIDASI,


AKUISISI DAN PAILIT SERTA LIKUIDASI

Dosen Pengajar: Roy Fachraby Ginting, SH, MKN.

Disusun oleh :
1. ANNISA HIDAYAT BR GINTING (210503050)
2. FILDZAH ALYANI (210503088)
3. MUHAMMAD RAFIANSYAH (210503080)
4. NURHABIBAH RAMBE (210503048)
5. NOVIANI SAKINAH (210503053)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

telah memberi kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah hukum bisnis ini dengan baik

dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Roy Fachraby Ginting, SH,

MKN. selaku dosen mata kuliah Hukum Bisnis yang membimbing kami dalam pengerjaan

tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu

setia membantu dalam hal mengumpulkan anggota dan data dalam pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Perseroan Terbatas, Merger, Konsolidasi,

Akuisisi dan Pailit serta Likuidasi,

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.

Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi

tercapainya makalah yang sempurna. Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan.

Medan, 13 Oktober 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
3. Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Perseroan Terbatas .............................................................................. 3
1. Pengertian Perseroan Terbatas ............................................................... 3
2. Jenis Perseroan Terbatas ........................................................................ 3
3. Modal Perseroan Terbatas ...................................................................... 4
B. Merger .................................................................................................. 5
1. Pengertian Merger .................................................................................. 5
2. Model Merger ........................................................................................ 5
3. Tujuan Melakukan Merger ..................................................................... 6
4. Kelebihan dan Kekurangan Merger ........................................................ 6
C. Konsolidasi ........................................................................................... 8
1. Pengertian Konsolidasi........................................................................... 8
2. Ciri-Ciri Konsolidasi .............................................................................. 9
3. Alasan Perusahaan Melakukan Konsolidasi ........................................... 9
4. Peraturan Konsolidasi di Indonesia ...................................................... 11
D. Akuisisi dan Pailit .............................................................................. 12
1. Pengertian Akuisisi .............................................................................. 12
2. Model-Model Akuisisi ......................................................................... 12
3. Dasar Hukum Akuisisi ......................................................................... 12
4. Pengertian Kepailitan ........................................................................... 13
5. Syarat Pailit.......................................................................................... 14

ii
E. Likuidasi ............................................................................................. 19
1. Pengertian Likuidasi ............................................................................ 19
2. Jenis-Jenis Likuidasi ............................................................................ 19
3. Tahap-Tahap Likuidasi ........................................................................ 20
BAB III PENUTUP..................................................................................... 23
1. Kesimpulan .......................................................................................... 23
2. Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Dalam kegiatan bisnis tentu kita sering mendengar tentang perseroan terbatas,
Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang. Dan di dalam suatu perseroan terbatas
tentu ada kegiatan-kegiatan yang dapat mengungtungkan suatu perusahaan namun ada juga
yang dapat merugikan yang berdampak perusahaan terjadi kegagalan.

Kegiatan yang dapat menunjang dan mengembangkan perusahaan sering kita dengar seperti
Merger, Akuisisi dan Konsolidasi. Ini merupakan strategi bisnis yang lazim digunakan dalam
dunia usaha agar mampu membangun keunggulan bersaing perusahaan, yang pada saatnya
nanti dapat meningkatkan nilai perusahaan sekaligus memaksimumkan kemakmuran pemilik
perusahaan atau pemegang saham. Untuk mencapai tujuan normatif di atas, pembuat
keputusan memerlukan rencana dan langkah-langkah strategis serta informasi yang akurat
agar terhindar dari resiko kegagalan. Serti kepailitan yang dapat menyebabkan liuidasi. Dan
dampak pasar dari merger, akusisi dan konsolidasi penting untuk dianalisis karena hal
tersebut dapat memiliki akibat hukum yang signifikan bagi pelaku usaha, sehingga metode
penelitian yang digunakan adalah secara yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris.
Dalam prakteknya kegiatan merger, akuisisi dan konsolidasi bersinggungan dengan regulasi
di sektor lain, terutama perbankan dan pasar modal. Artinya, perlu ada kesamaan persepsi dan
interpretasi antar lembaga-lembaga yang mengeluarkan kebijakan.

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas (PT)?


2. Apa yang dimaksud dengan Merger?
3. Apa yang dimaksud dengan Konsolidasi?
4. Apa yang dimaksud dengan Akuisisi?
5. Apa yang dimaksud dengan Pailit?
6. Apa yang dimaksud dengan Likuidasi?

3. Tujuan

Makalah ini di buat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum
Bisnis, dimana makalah ini menjelaskan seputar hal tentang Perseroan Terbatas, Merger,
Konsolidasi, Akuisisi dan Pailit serta Likuidasi, serta hal hal lain di dalamnya. Selain itu
makalah ini menjelaskan tentang Pengertian Perseroan Terbatas dan apa di dalamnya dan
juga bagaimana suatu perusahaan dapat melakukan kegiatan bisnis seperti Merger,

1
Konsolidasi, Akuisisi dan Pailit serta Likuidasi. Makalah ini juga disertai dengan
penjelasan mengenai apa saja yang ada dalam kegiatan bisnis ini dan menjelaskan tahap
dan jenisnya, dasar hukumnya dan lain sebagainya. Makalah ini akan membantu para
pembaca untuk lebih mengenal tentang Perseroan Terbatas dan kegiatan di dalamnya
yang dapat meningkatkan suatu nilai perusahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perseroan Terbatas

1. Pengertian Perseroan Terbatas


Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang.

2. Jenis Perseroan Terbatas


Berdasarkan macamnya, Perseroan Terbatas ada dua macam yaitu :

1. Perseroan Terbatas Tertutup atau Perseroan Terbatas Biasa, dan

2. Perseroan Terbatas Terbuka yaitu Perseroan Terbatas yang melakukan penawaran umum
sesuai dengan Undang-undang Pasar Modal. Sesuai dengan karakteristik Perseroan Terbatas,
maka Perseroan Terbatas merupakan asosiasi atau kumpulan modal; kekayaan dan utang
Perseroan Terbatas terpisah dari kekayaan dan utang pemegang saham; tanggungjawab
pemegang saham terbatas; adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan direksi;
memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas; dan kekuasaan tertinggi berada pada
Rapat Umum Pemegang Saham.

Tanggung jawab terbatas bagi Pemegang Saham Perseroan Terbatas tidak berlaku apabila :

1. Persyaratan Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum belum atau tidak terpenuhi.
2. Adanya itikad buruk memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi.
3. Pemegang Saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh perseroan.
4. Menggunakan kekayaan perseroan secara melawan hukum.

Tanggungjawab tidak terbatas juga berlaku terhadap Direksi apabila :

1. Bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.

2. Dalam hal kepailitan yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi dan kekayaan
perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian, maka setiap anggota direksi bertanggung
jawab secara tanggung renteng. Adapun untuk pendaftaran Perseroan Terbatas, Perseroan
Terbatas itu dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia, kemudian adanya
pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, selanjutnya
melakukan pendaftaran pada daftar perusahaan dan pengumuman dalam Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia.

3
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa Organ Perseroan Terbatas itu terdiri dari 3 (tiga)
Organ yaitu :

1. RUPS yaitu organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan
memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan/atau komisaris.

2. Direksi yaitu organ perseroan yang fungsinya untuk pengurusan perseroan.

3. Komisaris yaitu organ perseroan yang fungsinya untuk melakukan pengawasan terhadap
jalannya perseroan.

3. Modal Perseroan Terbatas


Untuk permodalan suatu Perseroan Terbatas terdiri dari 3 jenis yaitu :

1. Modal Dasar (authorized capital) yaitu jumlah saham maksimum yang dapat dikeluarkan
oleh perseroan, sehingga terdiri atas seluruh nominal saham.
2. Modal Ditempatkan (issued capital atau subscribed capital) yaitu saham yang telah diambil
dan sebenarnya telah terjual kepada para pendiri maupun pemegang saham perseroan.
3. Modal Disetor (paid up capital) yaitu saham yang telah dibayar penuh kepada perseroan
yang menjadi penyertaan atau penyetoran modal riil yang telah dilakukan oleh pendiri
maupun pemegang saham perseroan.

Selanjutnya untuk berakhirnya suatu Perseroan Terbatas terjadi karena :

 Usulan Direksi;
 Jangka waktunya berakhir;
 Penetapan Pengadilan;
 Permohonan pihak yang berkepentingan.
Demikian sekilas mengenai Perseroan Terbatas semoga ketentuan-ketentuan sebagaimana
sudah diutarakan tersebut diatas dapat menjadi panduan untuk pendirian, pengelolaan
maupun untuk pengakhiran suatu Perseroan Terbatas. Daftar referensi

 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

4
B. Merger
1. Pengertian Merger
Dalam bahasa Indonesia istilah “merger” ini sering juga disebut dengan
“penggabungan” perusahaan. Dengan istilah merger ini, yang dimaksudkan adalah suatu
proses hukum untuk meleburnya suatu perusahaan (biasanya perusahaan yang kurang
penting) ke dalam perusahaan lain yang lebih penting, sehingga akibatnya perusahaan yang
meleburkan diri tersebut menjadi bubar. Sedangkan perusahaan satu lagi tetap eksis setelah
merger.

2. Model Merger
Dalam praktek, banyak model kita temui terhadap merger ini, di antaranya yang terpenting
adalah sebagai berikut :

a. Merger Horizontal
Merger horizontal adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan yang
bergerak dalam bidang bisnis yang sama atau serupa. Contohnya seperti coca-cola dan
pepsi
b. Merger Vertikal
Merger vertikal adalah merger di antara 2 (dua) atau lebiih perusahaan yang bergerak
dalam 1 (satu) aliran produksi terhadap produk yang sama, yakni merger dari
perusahaan hulu dengan hilir. Misalnya, merger antara produsen dengan pihak
supplier.
c. Merger Kon Generik
Merger kon generik adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan yang saling
berhubungan, tetapi bukan terhadap produk yang sama seperti pada merger horizontal
dan bukan pula antara perusahaan hulu dengan hilir seperti dalam merger vertikal.
Contoh dari merger kon generik adalah merger antara bank dengan perusahaan
leasing.
d. Merger Konglomerat
Merger Konglomerat adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan yang satu
sama lain tidak ada ketertaitan usaha sama sekali.

Dasar Hukum Merger

Dasar hukum merger dan ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT). Kemudian, aturan turunannya mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan PT.
Transaksi merger juga harus mempertimbangkan dari sisi hukum persaingan usaha sesuai
dengan UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
dan Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2019. Kemudian, kita
tersebut juga harus mengetahui regulasi khusus per sektor usaha karena ada peraturan-
peraturan lain sesuai lini bisnis usaha perseroan seperti bank, asuransi, pertambangan dan
konstruksi. Dan harus mengetahui tujuan merger yang di tangani. terdapat berbagai tujuan

5
transaksi merger seperti efesiensi, penguasaan aset, penguasaan pasar, penguasaan perizinan
dan pengendalian perseroan.
Tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk penggabungan perusahaan :

1. Memenuhi persyaratan penggabungan


2. Menyusun rancangan penggabungan
3. Persetujuan rancangan penggabungan
4. Membuat akta penggabungan
5. Pengumuman hasil penggabungan.

3. Tujuan Melakukan Merger


Apa saja yang dapat menjadi latar belakang untuk sebuah merger? Bila perlu alasan untuk
mengambil langkah tersebut, berikut adalah beberapa alasannya.

Keragaman Usaha

Merger atau akuisisi dilakukan agar perusahaan dapat tumbuh pesat dilihat dari berbagai
aspek seperti ukuran, saham, bidang usaha dan lain sebagainya.

Meningkatkan Dana

Dengan bergabung dengan pihak lain maka suntikkan dana dapat diperoleh dan
menguntungkan kedua belah pihak.

Sinergi Usaha

Ada tingkatan usaha yang hanya bisa dicapai dengan bergabung dengan perusahaan lain.
Merger menjadi alasan untuk melakukan efisiensi SDM, manajemen dan proses produksi.

Alasan Pajak

Umumnya merger dilakukan sebagai langkah akhir menyelamatkan usaha karena


pengeluaran pajak yang menyebabkan kerugian. Merger dengan perusahaan lain dapat
menutupi kerugian tersebut.

4. Kelebihan dan Kekurangan Merger


Bagi Anda yang sedang mempertimbangkan merger, pertimbangkan kelebihan dan
kekurangannya. Bagaimanapun, kerja sama antara beberapa perusahaan untuk jangka waktu
lama tidaklah mudah.

Kekurangan dari mergeradalah pembagian tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah
dilakukan. Belum lagi penanganan para investor dan pemegang saham dari kedua belah
pihak. Terutama bila salah satu perusahaan memiliki keadaan keuangan yang tidak sehat.

6
Kelebihan dari merger adalah peluang untuk para pelaku bisnis yang terlibat untuk
memperluas bidang usahanya. Perusahaan dapat membagi tugas secara merata di antara para
SDM di dalamnya. Selain itu, merger lebih terjangkau dan lebih mudah dari pada perusahaan
lain mengambil alih perusahaan Anda.

Melakukan merger menjadi solusi untuk jenis usaha tertentu. Selain dapat memperbesar
perusahaan yang sudah ada, Anda tidak berjalan dari nol namun berbekal pengalaman bisnis
dari usaha sebelumnya. Terdapat potensi untuk menjadi perusahaan besar yang memiliki
bisnis berskala besar juga. Bahkan, merger dapat membuka berbagai peluang lainnya.

Melakukan merger bisa menjadi solusi untuk pengembangan bisnis dengan lebih cepat dan
lebih baik. Hal yang perlu diperhatikan sebelum Anda melakukan marger adalah tentang
kesehatan keuangan bisnis Anda atau bisnis yang Anda rencanakan untuk merger. Untuk
mengetahui kesehatan keunagan bisnis Anda bisa memantau semua itu melalui laporan
keuangan pada bisnis terkait. Dan kita juga harus memerhatikan segala faktor yang terkait
begitu juga dampak dan pengaruh dari penggabungan suatu perusahaan dan kita haru
mempertimbangan itu semua.

7
C. Konsolidasi
1. Pengertian Konsolidasi
Konsolidasi adalah penggabungan dua usaha atau lebih, dengan cara mendirikan usaha
baru dan membubarkan usaha lama tanpa melikuidasinya terlebih dahulu. Konsolidasi adalah
dua buah perusahaan yang bergabung bubar demi hukum dan sebagai gantinya didirikan
suatu perusahaan dengan nama yang baru meskipun secara perusahaan baru tersebut
mengambil alih aset hak dan kewajiban dari dua perusahaan yang bubar tersebut.

Pengertian Konsolidasi dalam Berbagai Bidang

1. Konsolidasi adalah penggabungan usaha antara dua perusahaaan atau lebih dimana untuk
meneruskan kegiatan usaha gabungan dibentuk perusahaan baru dan semua perusahaan
yang bergabung menghentikan kegiatannya.
2. Konsolidasi adalah dua buah perusahaan yang bergabung bubar demi hukum dan sebagai
gantinya didirikan suatu perusahaan dengan nama yang baru meskipun secara financial
perusahaan baru tersebut mengambil alih asset hak dan kewajiban dari 2 perusahaan
yang bubar tersebut.
3. Konsolidasi adalah peleburan 2 badan hukum menjadi 1 badan hukum baru.
4. Menurut Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan
Akuisisi Bank, yang dimaksud dengan Konsolidasi adalah penggabungan dari 2 (dua)
buah bank atau lebih, dengan cara mendirikan Bank baru dan membubarkan Bank-bank
tersebut tanpa melikuidasi terlebih dahulu.
5. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1
Ayat (10) Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau
lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru yang karena
hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang meleburkan diri dan status
badan hukum Perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsolidasi merupakan


suatu perbuatan menggabungkan 2 (dua) atau lebih badan atau bank menjadi satu. Bila
merujuk pada PP No. 28 Tahun 1999 di atas, maka akibat hukum konsolidasi akan
menimbulkan satu badan hukum atau bank baru dengan nama baru.

8
2. Ciri-Ciri Konsolidasi
Adapun ciri-ciri konsolidasi ialah sebagai berikut:
1. Terdapat dua atau lebih perusahaan yang meleburkan diri demi membentuk
perusahaan baru.
2. Perusahaan-perusahaan yang meleburkan diri tersebut bubar tanpa adanya proses
likuidasi.
3. Perusahaan baru yang terbentuk dari hasil peleburan harus memperoleh status badan
hukum yang baru.
4. Rancangan konsolidasi dan konsep akta konsolidasi harus disetujui oleh RUPS di
tiap-tiap perseroan.
5. Konsep akta konsolidasi yang telah disetujui oleh RUPS akan dituangkan dalam akta
konsolidasi yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia.
6. Perusahaan hasil konsolidasi akan memperoleh status badan hukum pada tanggal
diterbitkan keputusan Menhukham tentang perusahaan yang meleburkan diri tanpa
proses likuidasi.
7. Aktiva dan pasiva perusahaan yang meleburkan diri akan beralih ke perusahaan baru
hasil konsolidasi sesuai dengan titel umum.

3. Alasan Perusahaan Melakukan Konsolidasi


1. Masalah Permodalan
Jika modal yang dimiliki suatu perusahaan dirasa terlalu kecil sehingga sulit
untuk melakukan ekspansi usaha, maka perusahaan tersebut bisa saja bergabung
dengan satu atau beberapa perusahaan lain agar modal yang dimilikinya menjadi
besar sehingga lebih mudah untuk mengembangkan usahanya.
2. Masalah Manajemen
Manajemen yang kurang profesional akan membuat perusahaan mengalami
kerugian terus-menerus dan sulit untuk berkembang. Hal ini akan mendorong
perusahaan tersebut untuk melakukan konsolidasi dengan perusahaan lain yang
kualitas manajemennya terkenal lebih profesional.
3. Teknologi dan Administrasi
Perusahaan yang memakai teknologi sederhana seringkali menjadi masalah.
Sebab di zaman sekarang ini teknologi sudah semakin canggih. Untuk mendapatkan
teknologi canggih modal yang diperlukan tentu saja tidak sedikit. Karena itulah suatu

9
perusahaan lebih memilih untuk melakukan penggabungan dengan perushaan lain
yang teknologinya lebih canggih. Demikian juga dengan perushaan yang sistem
administrasinya masih sederhana dan kurang teratur. Perusahaan tersebut sebaiknya
melakukan konsolidasi dengan perusahaan lain agar sistem administrasinya menjadi
lebih baik.
4. Ingin Menguasai Pasar
Ingin menguasai pasar juga bisa dijadikan alasan untuk melakukan
konsolidasi, alasan yang satu ini biasanya tidak diumumkan secara jelas kepada pihak
eksternal dan hanya diketahui oleh pihak-pihak yang melakukan konsolidasi. Dengan
adanya konsolidasi dari beberapa perusahaan , maka tentu saja jumlah cabang dan
jumlah konsumen yang dimiliki akan semakin bertambah. Tak hanya itu saja,
konsolidasi juga bisa menghilangkan atau melawan perusahaan pesaing yang ada.

Cara Perusahaan Melakukan Konsolidasi

Adapun tata cara melakukan konsolidasi ialah sebagai berikut:

1. Direksi perusahaan yang akan meleburkan diri harus menyusun usulan rencana
konsolidasi, usulan rencana ini harus disetujui oleh komisaris dari masing-masing
perusahaan.
2. Usulan rencana konsolidasi akan dijadikan bahan untuk menyusun rancangan
konsolidasi, rancangan ini disusun bersama oleh direksi perusahaan yang akan
melakukan peleburan.
3. Ringkasan dari rancangan konsolidasi harus diumumkan direksi dalam dua surat
kabar harian dan diumumkan kepada para karyawan secara tertulis paling lambat dua
minggu sebelum pemanggilan RUPS.
4. Rancangan konsolidasi dan konsep akta konsolidasi harus disetujui oleh RUPS
masing-masing perusahaan. Konsep akta konsolidasi yang telah disetujui akan
dituangkan dalam akta konsolidasi yang dibuat dihadapan notaris dalam bahasa
Indonesia. Jika sudah disahkan oleh notaris, akta konsolidasi bisa digunakan sebagai
dasar pembuatan akta pendirian PT baru.
5. Direksi perusahaan harus mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian PT
baru kepada Menkumham paling lambat dua minggu sejak tanggal keputusan RUPS.

10
6. Menkumham memberikan tanda pengesahan paling lama 60 hari setelah permohonan
diterima, perusahaan yang meleburkan diri akan dianggap bubar terhitung sejak
tanggal akta pendirian PT baru hasil peleburan disahkan oleh Menkumham.
7. Jika telah disahkan Menkumham, akta pendirian PT baru hasil peleburan harus
dimasukkan dalam daftar perusahaan dan diumumkan dalam tambahan berita Negara
RI.

4. Peraturan Konsolidasi di Indonesia


Terdapat Dalam Undang-Undang No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal
122-137 mengatur tentang penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pemisahan.
Pasal 122 menjelaskan:
 Penggabungan dan Peleburan mengakibatkan Perseroan yang
menggabungkan atau meleburkan diri berakhir karena hukum.
 Berakhirnya Perseroan terjadi tanpa dilakukan likuidasi terlebih dahulu.
 Dalam hal berakhirnya Perseroan.

Contoh Perusahaan Konsolidasi

Contoh-contoh perusahaan yang merupakan hasil konsolidasi adalah sebagai berikut:


1. Bank Mandiri, hasil konsolidasi dari Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang
Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), Bank Pembangunan
Indonesia (Bapindo).
2. SmartFren, hasil konsolidasi dari PT. Mobile-8 Telecom Tbk (Mobile-8), PT.
Smart Telecom (Cerdas).
3. Indonesian Professional Reasurer (IPR), hasil konsolidasi dari PT. Reasuransi
Internasional Indonesia (Reindo), PT. Reasuransi Nasional Indonesia (Nas Re),
PT. Tugu Reasuransi Indonesia (Tugu Re), dan PT. Perusahaan Reasuransi
Indonesia (Marein).

11
D. Akuisisi dan Pailit
1. Pengertian Akuisisi
Akuisisi adalah pengambilalihan sebagian besar (lebih dari 50%) atau seluruh kepemilikan
suatu bank. Akuisisi merupakan lembaga hukum yang dalam kontek undang-undang Nomor
40 tahun 2007 tentang PerseroanTerbatas (UUPT) dikenal dengan istilah pengambilalihan,
yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk
mengambil alih saham perseroan yang mengakbatkan beralihnya pengendalian atas perseroan
tersebut. Sementara dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perbankan tetap
disebut sebagai akuisisi, yaitu pengambilalihan kepemilikan suatu bank. Pengertian mengenai
pengambilalihan juga dijumpai dalam ketentuan passal 1 angka 31 Undang-undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pengambilalihan yaitu perbuatan hokum yang
dilakukan oleh badan hokum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Bank
yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Bank tersebut.

Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan


dan/atau akan dikeluarkan oleh perseroan melalui direksi perseroan atau langsung dari
pemegang saham. Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan. Pengambilalihan sebagaimana yang dimaksud adalah pengambilah saham yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhaddap perseroan tersebut. Akuisisi sebagai setiap
perbuatan hukum untuk mengambilalih seluruh atau sebagian besar saham/atau asset dari
perusahaan lain

2. Model-Model Akuisisi
Akuisisi berdasarkan cara yang ditempuh

 Akuisisi saham, yaitu akuisisi yang dilakukan dengan cara membali saham suatu
perusahaan oleh perusahaan yang lain.
 Akuisisi Aset, yakni akuisisi yang dilakukan dengan cara membeli asset dari perusahaan
berupa aktiva/pasiva perusahaan yang akan diakuisisi.

Akuisisi berdasarkan tujuannya

 Akuisisi financial, yaitu akuisisi yang dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan financial semata sehingga yang diperhitungkan adalah untung dan rugi.
 Akuisisi strategis, yaitu akuisisi yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh sinergi

3. Dasar Hukum Akuisisi


Regulasi yang menjadi dasar hukum bagi akuisisi yang dilakukan oleh PT Terbuka secara
khusus berlaku Undang-undang nomor 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal Dan Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar

Modal (BAPEPAM), antara lain:

12
1. Keputusan ketua BAPEPAM Nomor Kep-05/PM/2000 (peraturan nomor IX.E.2) tentang
transaksi material utama dan perubahan kegiatan usaha utama, sebagaimana telah dirubah
dengan keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-02/PM/2001

2. Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-12/PM/1997 (Peraturan Nomor IX.E.1i) tentang


transaksi berbenturan kepentingan, sebagaimana telah diubah dengan keputusan Ketua
BAPEPAM Nomor Kep-32/PM/2000

3. Keputusan kketua BAPEPAM nomor Kep-04/PM/2000 (Peraturan Nomor IX.H.1) tentang


pengambilalihan perusahaan terbuka.

4. Pengertian Kepailitan
Pengertian tentang kepailitan yang dikemukakan para ahli beragam. Black’s Law Dictionary
memberikan definisi pailit atau “bankrupt adalah “the state or

condition of a person (individual, partnership, corporation, municipality) who is unable to


pay its debt as they are, or become due. The term includes a person against whom an
involuntary petition has been filed, or who has filed a voluntary petition, or who has been
adjudged a bankrupt”.

Definisi pailit sebagaimana yang dikemukakan oleh Black’s Law Dictionary


mengindikasikan bahwa pailit sangat erat kaitannya dengan ketidakmampuan dari seorang
debitor untuk melunasi utang-utangnya yang telah jatuh tempo.1 Ketidak mampuan tersebut
harus dilakukan melalui suatu tindakan nyata untuk mengajukan permohonan pailit ke
pengadilan. Permohonan tersebut dapat dilakukan secara sukarela oleh debitor sendiri, mau-
pun atas permintaan pihak ketiga (di luar debitor), suatu permohonan pernyataan pailit ke
pengadilan.

Walaupun demikian, orang sering menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pailit atau
bangkrut itu adalah suatu sitaan umum atas seluruh harta debitor agar di- capainya
perdamaian antara debitor dan para kreditor atau agar harta tersebut dapat dibagi-bagi secara
adil di antara para kreditor.6

Dilihat dari segi tata Bahasa Indonesia, kepailitan memiliki arti segala hal yang berhubungan
dengan pailit. Jika kita baca seluruh ketentuan yang ada dalam Undang- Undang Kepailitan,
kita tidak akan menemui satu rumusan atau ketentuan yang menjelaskan pengertian maupun
definisi kepailitan atau pailit.7

Berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 khususnya dalam Pasal 1 angka 1


dikatakan:

Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan
peberesannya dilakukan oleh curator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini”.

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan kepailitan adalah merupakan sita umum
terhadap semua kekayaan Debitor yang nantinya masuk dalam bundle pailit. Berdasarkan hal

13
tersebut dapat dikatakan status pailit yang diberikan kepada debitor akan memberi
konsekwensi hukum terhadap debitor dimana debitor otomatis tidak lagi memiliki hak atas
penguasaan harta kekayaannya.

5. Syarat Pailit
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (selanjutnya disebut
Undang- Undang Kepailitan) dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat- syarat yuridis agar
suatu perusahaan dapat dinyatakan pailit adalah sebagai berikut:

1. Adanya utang.

2. Minimal satu dari utang sudah jatuh tempo.

3. Minimal satu dari utang dapat ditagih.

4. Adanya debitor.

Apabila ditelusuri, terdapat persamaan antara konsep

kepailitan yang dianut oleh barat dengan konsep kepailitan dalam Islam dimana keduanya
sama-sama mengenal konsep ketidakmampuan debitor untuk melunasi utang- utangnya pada
saat yang telah ditentukan dan debitor memiliki aset yang jumlahnya lebih kecil dari pada
jumlah utangnya terhadap kreditor.

Pada hukum Islam, secara kumulatif terdapat dua persyaratan pernyataan pailit kepada
debitor (Iflas) yang antara lain sebagai berikut:

1. Adanya unsur perdagangan atau bisnis (al-Shifat al-Tijariyah).

2. Ketidakmampuan debitor untuk melunasi utang (al-Tawaqquf’an al-Daf’i).

Iflas merupakan keadaan yang pengaturannya dibuat secara khusus, yaitu hanya untuk
perdagangan atau bisnis. Artinya, segala hal yang berkaitan dengan hukum tentang Iflas tidak
berkaitan dengan hal lainnya.

Pihak Terkait dalam Kepailitan

• Pemohon pailit

Pemohon pailit adalah orang atau pihak yang mengambil inisiatif untuk melakukan
permohonan pailit terhadap debitor pailit. Pasal 2 Undang-Undang Kepailitan yaitu Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2004 mengatur mengenai siapa saja yang berhak menjadi pemohon
pailit sebagaimana berikut:13

1. Pihak debitor itu sendiri

2. Salah satu atau lebih dari pihak kreditor

14
3. Pihak kejaksaan apabila menyangkut kepentingan umum

4. Bank Indonesia dalam hal debitornya adalah suatu bank, namun semenjak lahirnya
Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan maka yang berhak bukan lagi Bank
Indonesia melainkan OJK

5. Badan Pengawas Pasar Modal apabila debitornya adalah suatu perusahaan efek, bursa efek,
lembaga kliring dan penjaminan, serta lembaga penyimpanan dan penyelesaian. Namun
semenjak lahirnya Undang- Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan maka yang berhak
bukan lagi BAPEPAM melainkan OJK

6. Menteri Keuangan bila debitor perusahaan adalah perusahaan asuransi, reasuransi, dana
pensiun, atau BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik, namun dalam hal ini
semenjak lahirnya Undang- Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan maka yang berhak
bukan lagi Menteri Keuangan melainkan OJK

7. Likuidator wajib melakukan permohonan kepailitan apabila menurut perkiraan likuidator


kekayaan se- buah perseroan tidak lebih besar daripada utangnya, dan likuidator hanya
dibatasi untuk hal tersebut. Walaupun demikian hal tersebut tidak dapat dilakukan apabila
undang-undang menentukan lain atau jika ada persetujuan dari kreditor untuk melakukan
penyelesaian di luar kepailitan.

• Debitur pailit

Debitor pailit adalah pihak yang memiliki lebih dari satu kreditor dan setidaknya satu dari
utangnya telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Pihak debitor adalah pihak yang dimohonkan
atau melakukan permohonan pailit.

• Hakim niaga

Perkara kepailitan akan ditangani oleh pengadilan niaga oleh karena itu yang akan melakukan
pemeriksaan terhadap perkara tersebut juga merupakan hakim niaga secara majelis.

• Hakim pengawas

Hakim pengawas adalah hakim yang diangkat oleh pengadilan yang bertugas untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemberesan harta pailit.

• Kurator

Kurator memiliki peran penting dalam perkara kepailitan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1
angka 5 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang
perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan memberes-kan
hartaDebitor Pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas sesuai dengan Undang-Undang
ini.

• Panitia kreditur

15
Panitia kreditor adalah perwakilan dari pihak kreditor yang mempejuangkan segala
kepentingan dari pihak kreditor. Berdasarkan Undang-Undang Kepailitan panitia kreditor
dibedakan menjadi dua macam

a. Panitia kreditor sementara, adalah panitia yang penujukannya tercantum dalam putusan
pailit

b. Panitia kreditor tetap, adalah panitia yang eksistensinya karena dibentuk oleh hakim
pengawas apabila tidak diangkat kreditor semetara dalam putusan pailit.

• Pengurus

Pengurus hanya dapat dijumpai dalam hal penundaan kewajiban pembayaran utang. Secara
garis besar pihak yang dapat menjadi pengurus adalah:19

a. Pihak perorangan yang berdomisili di Indonesia dengan

keahlian khusus untuk melakukan pengurusan harta

debitor

b. Telah terdaftar pada departemen yang berwenang.

Akibat Hukum Kepailitan

• Boleh dilakukan kompensasi hutang

Perjumpaan utang biasa juga disebut dengan istilah kompensasi utang. Salah satu alasan
hapusnya utang karena terjadinya perjumpaan utang. Pada Pasal 1425 KUHPerdata jo Pasal
1426 KUHPerdata diatur bahwa apabila antara dua orang (pihak) saling berutang maka
terjadilah perjumpaan utang di antara mereka yang meng- hapuskan utang-utang yang ada di
antara mereka yang saat itu ada secara timbal balik untuk suatu jumlah yang sama. Secara
tegas Pasal 1427 KUHPerdata dikatakan bahwa mengenai perjumpaan utang hanya terjadi
apabila dua utang yang sama dan dapat diselesaikan serta ditagih seketika.

• Kontrak timbal balik boleh dilanjutkan

Kontrak timbal balik antara debitor dan kreditor dapat dilanjutkan meskipun telah terjadi
pailit dengan catatan kontrak tersebut dibuat sebelum debitor pailit dan seluruh prestasi antara
keduanya belum dipenuhi. Dalam hal ini kreditor dapat meminta kepastian dari kurator
terkait dengan kelanjutan pelaksanaan kontrak beserta waktu pelaksanaannya. Apabila
kontrak tetap dilanjutkan maka kreditor dapat meminta kurator untuk memberikan jaminan
kesanggupan untuk tetap melaksanakan dan melanjutkan kontrak, hal ini sesuai dengan Pasal
36 Undang-Undang Kepailitan. Ada beberapa jaminan yang dimungkinkan dalam hal ini
antara lain dapat berupa personal garansi, bank garansi, atau jaminan kebendaan.

• Berlaku penangguhan eksekusi jaminan

16
Selama masa penangguhan segala bentuk tuntutan pelunasan piutang tidak dapat diajukan ke
sidang badan peradilan. Selain itu pihak kreditor maupun pihak ketiga tidak dapat
mengeksekusi atau memohonkan sita atas barang yang menjadi agunan. Adapun harta pailit
yang dapat dijual oleh kurator terbatas pada barang persediaan (inventory) dan atau barang
bergerak (current asset) meski- pun harta tersebut dibebani dengan hak agunan atas
kebendaan.

• Berlaku actio pauliana

Sebelum ada pernyataan pailit tidak menutup kemungkinan debitor melakukan tindakan-
tindakan yang dapat merugikan kreditor. Sebagai contoh debitor tidak beritikad baik untuk
membayar utang-utangnya. Untuk menyelamatkan asetnya agar tidak masuk kedalam harta
pailit kreditor bisa saja mengalihkan aset-asetnya kepada pihak lain.

• Berlaku sita umum atas harta debitur

Pasal 21 Undang-Undang Kepailitan dikatakan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan


debitor pada pada saat putusan pernyataan pailit diucapakan serta segala sesuatu yang
diperoleh selama kepailitan. Salah satu dari akibat putusan pailit adalah adanya sita umum
terhadap kekayaan debitor yang masuk pada harta pailit. Hakikat dari sita umu terhadap
kekayaan debitor adalah untuk menghentikan adanya perebutan harta pailit oleh para kreditor.
Selain itu sita umum juga bertujuan agar menghentikan segala bentuk transaksi yang
dilakukan oleh debitor yang berakibat pada berkurangnya harta pailit sehingga dapat
merugikan pihak kreditor. Sita umum terhadap harta pailit terjadi demi hukum. Sita umum
juga mengangkat sitaan khusus lainnyajika pada saat dinyatakan pailit harta debitor sedang
atau sudah dalam penyitaan.

• Putusan pailit berlaku juga bagi suami/isteri Perkawinan dapat dilakukan dengan perjanjian

pemisahan harta atau dengan persatuan harta. Undang-Undang Kepailitan pada Pasal 23
menyatakan bahwa apabila seseorang dinyatakan pailit maka yang pailit termasuk juga istri
atau suaminya selama perkawinan dilakukan persatuan harta.

• Debitur kehilangan hak mengurus

Selain hal-hal sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu akibat kepailitan
yang sangat fundamental adalah debitor pailit kehilangan haknya dalam mengurus
kekayaannya serta menguasai kekayaannya yang masuk ke dalam harta pailit. Hal ini akan
dimulai terhitung sejak pukul 00.00 dari sejak hari putusan pailit diucapkan.

• Perikatan yang dibuat setelah putusan pailit tidak dapat dibayar

Apabila ada perikatan yang dibuat oleh debito pailit dengan kreditornya setelah adanya
putusan pailit maka utang yang timbul dari perikatan tersebut tidak dapat dibayarkan dengan
menggunakan harta pailit kecuali perikatan atau kontrak tersebut dapat memberikan
penambahan terhadap harta pailit. Hal ini sesuai dengan Pasal 25 Undang-Undang Kepailitan.

• Gugatan hukum harus dilakukan oleh/terhadap kurator

17
Apabila ada gugatan hukum yang berkenaan dengan harta pailit debitor maka gugatan
tersebut haruslah diajukan oleh atau terhadap kurator. Selain itu meskipun gugatan terhadap
debitor pailit menyebabkan debitor pailit dihukum, penghukuman tersebut tidak mempunyai
kekuatan hukum.

• Pekara pengadilan ditangguhkan atau diambil alih oleh kurator

Akibat hukum lainnya dari kepailitan adalah perkara pengadilan ditangguhkan dan diambil
alih oleh kurator. Hal ini terjadi apabila debitor telah terlebih dahuulu digugat melalui jalur
gugatan biasa oleh kreditor dan ditengah- tengah proses tersebut ternyata debitor dipailitkan.

• Semua penyitaan dibatalkan

Apabila telah ada putusan untuk dilakukan sita ter- hadap harta debitor yang telah atau belum
dilaksanakan dan pada saat yang sama juga dijatuhkan putusan pengadilan tentang kepailitan
maka sitaan tersebut batal. Untuk memperkuat hal tersebut hakim pengawas dapat diminta
untuk melakukan pencoretan suta. Hal ini sesuai dengan Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang
Kepailitan.

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Penundaan kewajiban pembayaran Utang atau yang lebih dikenal dengan PKPU adalah salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari kepailitan. PKPU tidak menyebabkan
debitor kehilangan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum dalam rangka
mengalihkan dan mengurus kekayaannya sepanjang hal tersebut telah mendapat persetujuan
dari pengurus yang ditunjuk secara khusus oleh pemngadilan terkait dengan PKPU tersebut.
Dalam kepailitan apabila debitor telah dinyatakan pailit maka debitor akan kehi- langan
wewenang untuk mengurus dan mengalihkan harta kekayaannya apabila harta tersebut telah
masuk kedalam harta pailit. Berdasarkan Undang-Undang Kepailitan kewenangan tersebut
akan jatuh kepada kurator.

18
E. Likuidasi
1. Pengertian Likuidasi
Likuidasi adalah likuidasi adalah tindakan penyelesaian seluruh aset dan kewajiban
sebagai akibat pembubaran suatu perusahaan oleh para likuidator. Proses likuidasi termasuk
menyelesaikan penjualan harta perusahaan, penagihan hutang, pelunasan utang, dan
penyelesaian sisa harta pemilik perusahaan.

Likuidasi terjadi dalam perusahaan karena masalah finansial. Biasanya perusahaan


mengalami kebangkrutan atau kerugian yang membuat perusahaan tidak bisa bertahan lebih
lama lagi. Dengan perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
likuidasi merupakan pilihan yang harus diambil.

Dalam sebuah bisnis, proses di mana sebuah perusahaan mengalami kerugian merupakan hal
yang wajar terjadi. Tetapi jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban dalam jangka
pendek, maka likuidasi harus dilakukan

2. Jenis-Jenis Likuidasi
Likuidasi Wajib
Likuidasi wajib dilakukan saat pembubaran sebuah perseroan yang mana pembubaran ini
bukan untuk peleburan dan penggabungan perseroan. Dengan likuidasi wajib, perusahaan
yang telah dibubarkan tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan untuk
proses likuidasi.

Likuidasi wajib bisa dilakukan jika pihak-pihak yang memiliki hak atas perusahaan
melakukan petisi pembubaran perusahaan ke pengadilan. Dengan adanya petisi tersebut maka
proses likuidasi wajib bisa dilakukan.

Pihak-pihak tersebut adalah perusahaan itu sendiri, kreditor, pemegang saham, sekretaris
negara atau yang setara, dan penerima resmi.

Likuidasi Sukarela
Likuidasi sukarela berbeda dengan likuidasi wajib. Likuidasi sukarela dilakukan secara
sukarela dan setiap pihak sepakat untuk melakukan likuidasi. Paling tidak sebesar 75%
pemegang saham perusahaan harus menyetujui likuidasi agar proses likuidasi sukarela bisa
dilakukan dengan lancar.

Keputusan likuidasi juga harus disetujui oleh dewan perusahaan. Di dalam struktur dewan
perusahaan terdapat campur tangan direktur perusahaan dan pemegang saham yang
menentukan apakah likuidasi sukarela perlu dilakukan atau tidak.

Likuidasi Sementara
Pengertian likuidasi sementara adalah aktivitas yang dilakukan saat perusahaan sedang dalam
kondisi melakukan pelanggaran-pelanggaran dan aset milik perusahaan terancam. Likuidasi
sementara adalah pilihan yang diambil sampai waktu yang ditentukan untuk perusahaan
kembali lagi.

19
Likuidator sementara akan ditunjuk untuk mempertahankan status quo sampai menunggu
keputusan dari sidang petisi. Tugas dari likuidator sementara adalah mempertahankan aset
perusahaan agar tetap aman hingga keputusan diambil. Likuidator sementara dilarang
mendistribusikan aset perusahaan kepada kreditor.

Contohnya, saat perusahaan mengalami masalah yang berkaitan dengan pelanggaran hukum
meskipun perusahaan tersebut masih bisa berjalan dan mampu menyelesaikan tanggung
jawabnya. Maka pilihan likuidasi sementara bisa dilakukan untuk menyelamatkan aset
perusahaan agar tidak hilang.

Pengertian likuidasi terjadi pada perusahaan yang memiliki masalah keuangan. Oleh karena
itu penting sekali bagi perusahaan untuk menjaga proses laporan keuangan serta pengelolaan
keuangan perusahaan agar tidak terjadi kesalahan yang bisa merugikan perusahaan.

3. Tahap-Tahap Likuidasi

Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142 ayat (1)
Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”), maka Pasal 142
ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran perseroan karena alasan-
alasan yang dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib diikuti dengan likuidasi yang
dilakukan oleh likuidator atau kurator.
Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 147 sampai dengan pasal 152 UUPT:

1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan

Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor mengenai pembubaran
Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia. Selanjutnya, Likuidator
juga wajib memberitahukan pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam
daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi. (Pasal 147 ayat (1) UUPT).
Kemudian, likuidator melakukan pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat Kabar dan
Berita Negara Republik Indonesia. sebagaimana yang dimaksud diatas, pemberitahuan harus
memuat pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; nama dan alamat likuidator; tata cara
pengajuan tagihan dan jangka waktu pengajuan tagihan. Jangka waktu pengajuan tagihan
tersebut adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengumuman pembubaran
Perseroan. Dalam hal pemberitahuan kepada Menteri tentang pembubaran Perseroan,
likuidator wajib melengkapi dengan bukti dasar hukum pembubaran Perseroan dan
pemberitahuan kepada kreditor dalam surat kabar. (Pasal 147 ayat (2), (3) dan (4) UUPT).

Apabila pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri belum dilakukan, pembubaran Perseroan
tidak berlaku bagi orang ketiga. Jika likuidator lalai melakukan pemberitahuan tersebut,
likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita pihak ketiga. (Pasal 148 ayat (1) dan (2) UUPT).

20
2. Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan
Selanjutnya, menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator dalam melakukan
pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi harus meliputi pelaksanaan:
1. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan
2. Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai rencana
pembagian kekayaan hasil likuidasi.
3. Pembayaran kepada para kreditor.
4. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.
5. Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.

Kemudian dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih besar daripada
kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit Perseroan, kecuali
peraturan perundang-undangan menentukan lain dan semua kreditor yang diketahui identitas
dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di luar kepailitan. (Pasal 149 ayat (2)
UUPT).

3. Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor


Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi dalam
jangka waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak tanggal pengumuman
pembubaran Perseroan. Dalam hal pengajuan keberatan tersebut ditolak oleh likuidator,
kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat
60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan (Pasal 149 ayat (3) dan (4)).

Kemudian kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu tersebut, dan
kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam
jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung tanggal penolakan, sebaliknya
kreditor yang belum mengajukan tagihannya dapat mengajukan melalui pengadilan negeri
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak pembubaran perseroan diumumkan (Pasal
150 ayat (1) dan (2)). Tagihan yang diajukan kreditor tersebut dapat dilakukan dalam hal
terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang diperuntukkan bagi pemegang saham. Dengan
demikian pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil tersebut secara
proposional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan (Pasal 150 ayat (3), (4)
dan (5) UUPT).

Apabila dalam hal likuidator tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti yang diatur, atas
permohonan pihak yang berkepentingan atau atas permohonan kejaksaan ketua pengadilan
negeri dapat mengangkat Likuidator baru dan memberhentikan likuidator lama.
Pemberhentian likuidator tersebut, dilakukan setelah yang bersangkutan dipanggil untuk
didengar keterangannya (Pasal 151 ayat (1) dan (2) UUPT).

4. Tahap Pertanggung Jawaban Likuidator

21
Likuidator bertanggung jawab kepada RUPS atau pengadilan yang mengangkatnya atas
likuidasi Perseroaan yang dilakukan dan kurator bertanggung jawab kepada hakim pengawas
atas likuidasi Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT).

5. Tahap Pengumuman Hasil Likuidasi


Kemudian, likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir
proses likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan
kepada likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggung jawaban likuidator yang
ditunjuknya. Ketentuan tersebut berlaku juga bagi kurator yang pertanggung jawabannya
telah diterima oleh hakim pengawas (Pasal 152 ayat (3) dan (4) UUPT).

Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus nama Perseroan
dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 152 ayat (3) dan
ayat (4) dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya status badan hukum Perseroan
karena Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan (Pasal 152 ayat (5) dan (6) UUPT).

Selanjutnya, pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud Pasal 152 ayat (3) dan
(4) UUPT dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh RUPS, pengadilan atau
hakim pengawas (Pasal 152 ayat (7) UUPT).
Tahapan-tahapan likuidasi telah dinilai selesai pada saat Menteri mengumumkan berakhirnya
status badan hukum Perseroan dalam Berita Negara Republik Indonesia

22
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pada dasarnya suatu Perseroan Terbatas memiliki banyak pertimbangan di dalam
semua kegiatan di perusaahannya seperti merger, konsolidasi, akuisisi, kepailitan, dan bahkan
likuidasi. Kegiata bisnis ini tentu mempunyai dampaknya dari hal keuntungan dan kerugian
suatu perusahaan, bagaiman pengaruh dan konsekuensi nya.

Oleh karena itu, dalam segala keputusan yang diambil perusahaan tentu memiliki
segala macam pertimbangan, segala perencanaan yang bagus, dan bagaimana kita dapat
menganalisis seperti apa yang ada dalam kegiatan perusahaan seperti merger, konsolidasi,
akuisisi, kepailitan, dan likuidasi kita lebih meneliti apa jenisnya, bagaimana tahapnya, apa
saja dasar hukumnya dengan kita dapat memahami kegiatan tersebut tentu kita dapat
memutuskan kegiatan bisnis kita untuk kebijakan yang bagus bagi perusaaan kita.

2. Saran
Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dalam mengenal dan memahami
Perseroan Terbatas secara lebih luas. Diharapkan juga makalah ini dapat menambah dan
memperluas wawasan para pembaca mengenai kegiatan dan dasar hukum terkait Perseroan
Terbatas.

23
DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Dr. Munir. 2017. Pengantar Huku Bisnis : Menata Bisnis Moders di Era Global.
Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Wahyu Muhammad, Dr. Danang & Fajar, Dr. Mukti & Setianingrum, Reni Budi & Annas,
Muhammad. 2018. Hukum Bisnis : Buku Ajar Hukum Bisnis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Januar Rizky, Mochammad. 2020. “Pentingnya Advokat Memahami Dasar-Dasar Hukum


Merger dan Akuisisi” Hukumonline (Online). www.hukumonline.com. Diakses pada tanggal
13 Oktober 2021

Gie. 2020. “Apa itu Merger Perusahaan? Berikut Adalah Penjelasan Lengkapnya” Accurate
(Online). https://accurate.id/. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2021

Permatasari, Erizka, S.H. 2021 “Simak! Ini 5 Langkah Merger PT” Hukumonline (Online).
www.hukumonline.com. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2021

https://www.virtualofficeku.co.id/blog_posts/keuntungan-dalam-mendirikan-pt-perseroan-
terbatas/. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2021

https://www.dosenpendidikan.co.id/konsolidasi-adalah/. Diakses pada tanggal 13 Oktober


2021

https://business-law.binus.ac.id/2020/05/18/seputar-pengertian-merger-konsolidasi-dan-
akuisisi/. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2021

24

Anda mungkin juga menyukai