Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MERGER DAN AKUSISI MANAJEMEN KEUANGAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Keuangan II
Dosen Pengampu :
Diyah Santi Hariyani, S. E., M. Si

Disusun oleh kelompok 9 :


1. Adenna Paramarta Caprytha Dharma (2103102164)

2. Aprilia Yesinta Dewi (2103102160)

3. Intan Gestiana Priskadita (2103102202)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah “ MERGER DAN AKUISISI MANAJEMEN KEUANGAN”
yang diberikan oleh ibu Diyah Santi Hariyani, S. E., M. Si sebagai dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Keuangan II.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan
maupun materi yang kami cantumkan, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata – kata yang kurang berkenan. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sehingga dapat menambah
wawasan pengetahuan bagi banyak orang yang membaca makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan segala urusan kita. Amin.

Madiun, 30 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 2
2.1 Pengertiam Marger dan Akuisisi ........................................................................................... 2
2.2 Model-model Marger dan Akuisisi ....................................................................................... 3
2.3 Dasar Hukum Marger dan Akuisisi ....................................................................................... 4
2.4 Prosedur Pelaksanaan Marger dan Akuisisi .......................................................................... 4
2.5 Marger dan Akuisisi Lintas Negara ...................................................................................... 6
2.6 Larangan-larangan Dalam Marger dan Akuisisi ................................................................... 7
BAB III PENUTUPAN................................................................................................................... 8
A. KESIMPULAN .................................................................................................................... 8
B. SARAN ................................................................................................................................ 8
REVIEW JURNAL ......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan semakin ketat.
Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar
dapat bertahan atau dapat lebih berkembang. Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan suatu
strategi yang tepat agar perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki
kinerjanya.
Di Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan akuisisi
semakin banyak dilakukan. Bentuk-bentuk penggabungan usaha antaralain melalui merger dan
akuisis. Di Indonesia praktek akuisisi umumnya dilakukan oleh satu grup (internal acquition)
khusus pada perusahaan yang go publik. Mergerdan akuisis ini telah berkembang menjadi tren
beberapa perusahaan.
Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah untuk memperoleh sinergi,
strategic opportunities, meningkatkan efektifitas dan mengeksploitasi mis-pricing di pasar modal.
Pada umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisis adalah mendapatkan sinergi dan nilai
tambah. Keputusan untuk merger dan akuisisi bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua
menjadi empat tetapi merger dan akuisis harus menjadikan dua ditambah dua menjadi lima dan
seterusnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian marger dan akuisisi?
2. Apakah model-model dari marger dan akuisisi?
3. Apakah dasar hukum marger dan akuisisi?
4. Bagaimana prosedur pelaksanaan marger dan akuisisi?
5. Apakah marger dan akuisisi lintas negara?
6. Apa saja larangan-larangan dalam marger dan akuisisi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari marger dan akuisisi
2. Untuk mengetahui model-model dari marger dan akuisisi
3. Untuk mengetahui hukum marger dan akuisisi
4. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan marger dan akuisisi
5. Untuk mengetahui marger dan akuisisi lintas negara
6. Untuk mengetahui larangan dalam marger dan akuisisi

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertiam Marger dan Akuisisi

Merger adalah proses difusi dua perseroan dengan salah satu diantaranya tetap berdiri
dengan nama perseroannya sementara yang lainlenyap dengan segala nama dan kekayaannya
dimasukan dalam perseroanyang tetap berdiri tersebut.
Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia memberikan pengertian atau
definisi merger dengan rumusan kalimat yang hamper seragam. Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menggunakan istilah “Penggabungan”sebagai
pengganti terminologi “Merger”. UU PT memberikan pengertian penggabungan adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara
mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan
yang menggabungkan diri beralih Karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan
dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.
Pengertian penggabungan tersebut kemudian secara khusus dalam disebutkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tanggal 24 Pebruari 1998 mengenai Penggabungan,
Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, yang bunyi lengkapnya dikutipsebagai
berikut: “Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih
untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang
menggabungkan diri menjadi bubar.”
Akuisisi adalah pengambilalihan sebagian besar (lebih dari 50%)atau seluruh kepemilikan
suatu bank. Akuisisi merupakan lembaga hukum yang dalam kontek undang-undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dikenal dengan istilah pengambilalihan, yaitu
perbuatan hokum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil
alih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.
Sementara dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentangPerbankan tetap disebut
sebagai akuisisi, yaitu pengambilalihan kepemilikan suatu bank.
Pengertian mengenai pengambilalihan juga dijumpai dalam ketentuan passal 1 angka 31
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentangPerbankan Syariah, pengambilalihan yaitu
perbuatan hokum yang dilakukan oleh badan hokum atau orang perseorangan untuk mengambil
alih saham Bank yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Bank tersebut.
Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau
akan dikeluarkan oleh perseroan melalui direksi perseroan atau langsung dari pemegang saham.
Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan.
Pengambilalihan sebagaimana yang dimaksud adalah pengambilah saham yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Akuisisi sebagai setiap perbuatan hukum
untuk mengambil alih seluruh atausebagian besar saham/atau asset dari perusahaan lain.

2
2.2 Model-model Marger dan Akuisisi

a. Model-model marger
1. Merger Horizontal, adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis (usahanya sama),
misalnya merger antara dua perusahaan roti, merge perusahaan sepatu, merger
perusahaan kapas. Contoh PT “A” yang mengusahakan kapas, bergabung dengan PT
“B” yang mengusahakan pemintalan, bergabung dengan PT “C” yang mengusahakan
kain dan seterusnya. Dengan demikian, tujuan kerjasama disini adalah menjamin
tersedianya pasokan atau penjualan dan distribusi, dimana PT “B” akan
mempergunakan produk PT “B” dan seterusnya.

2. Merger vertikal, adalah merger yang terjadi antara perusahaan- perusahaan yang saling
berhubungan, misalnya dalam alur produksiyang berurutan. Contohnya: perusahaan
pemintalan benang mergerdengan perusahaan kain, perusahaan ban merger dengan
peurusahaanmobil. Contoh: PT. A, PT. B, PT. C bergabung, lalu PT B yang
menjadiinduk perusahaan.

3. Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan berbagai


produk yang berbeda-beda dan tidak adakaitannya, misalnya perusahaan sepatu merger
dengan perusahaan elektronik, atau perusahaan mobil merger dengan perusahaan
makanan.Tujuan utama konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan BadanUsaha
dengan cepat dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah dengan saling
bertukar saham antara kedua perusahaan yang disatukan.

b. Model-model akuisisi
1. Akuisisi berdasarkan cara yang ditempuh
• Akuisisi saham, yaitu akuisisi yang dilakukan dengan caramembali saham suatu
perusahaan oleh perusahaan yang lain.
• Akuisisi Aset, yakni akuisisi yang dilakukan dengan caramembeli asset dari
perusahaan berupa aktiva/pasiva perusahaanyang akan diakuisisi.

2. Akuisisi berdasarkan tujuannya


• Akuisisi financial, yaitu akuisisi yang dilakukan dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan financial semata sehingga yang diperhitungkan adalah
untung dan rugi.
• Akuisisi strategis, yaitu akuisisi yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
sinergi.

3
2.3 Dasar Hukum Marger dan Akuisisi
a. Dasar hukum marger
Penggabungan merupakan transaksi yang sah dan diperbolehkanmenurut Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroanterbataas. Dasar hukum marger.

b. Dasar hukum akuisisi


Regulasi yang menjadi dasar hukum bagi akuisisi yang dilakukanoleh PT Terbuka secara
khusus berlaku Undang-undang nomor 8 tahun1995 Tentang Pasar Modal Dan Keputusan
Ketua Badan Pengawas PasarModal (BAPEPAM), antara lain:
1. Keputusan ketua BAPEPAM Nomor Kep-05/PM/2000 (peraturannomor IX.E.2)
tentang transaksi material utama dan perubahankeh=giatan usaha utama, sebagaimana
telah dirubah dengan keputusanKetua BAPEPAM Nomor Kep-02/PM/20012.
2. Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-12/PM/1997 (Peraturan Nomor IX.E.1i)
tentang transaksi berbenturan kepentingan,sebagaimana telah diubah dengan keputusan
Ketua BAPEPAM NomorKep-32/PM/2000
3. Keputusan kketua BAPEPAM nomor Kep-04/PM/2000 (Peraturan Nomor IX.H.1)
tentang pengambilalihan perusahaan terbuka.

2.4 Prosedur Pelaksanaan Marger dan Akuisisi

a. Prosedur pelaksanaan marger


Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan Merger ini diatur padaUUPT No. 40
Tahun 2007 Pasal 122 sampai Pasal 133 . Adapun tata cara pelaksanaannya sebagaimana
diuraikan sebagai berikut:
1. Direksi Perseroan yang akan menggabungkan diri dan menerima Penggabungan
menyusun racangan Penggabungan dan harusmendapatkan persetujuan Dewan
Komisaris dari setiap Perseroanselanjutnya diajukan kepada RUPS masing-masing
untuk mendapatkan persetujuan.
2. Bagi Perseroan tertentu yang akan melakukan Penggabungan perlumendapat
persetujuan terlebih dahulu dari instansi terkait sesuai denganketentuan perundang-
undangan.
3. Penggabungan Perseroan wajib memperhatikan kepentingan :
a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan;
b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan
c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
4. Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai
Penggabungan sebagaimana dimaksud diatas hanya boleh melakukan haknya untuk
meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli denganharga yang wajar.

4
5. Keputusan RUPS mengenai Penggabungan Perseroan harus memenuhi jumlah
kuorum yang telah ditentukan.
6. Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan wajib mengumumkan
ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 (satu) SuratKabar dan mengumumkan
secara tertulis kepada karyawan dari Perseroan yang akan melakukan
Penggabungan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tigapluh) hari sebelum
pemanggilan RUPS. Pengumuman tersebut juga memuat pemberitahuan bahwa
pihak yang berkepentingan dapat memperoleh rancangan Penggabungan di
kantorPerseroan terhitung sejak tanggal pengumuman sampai tanggal RUPS
diselenggarakan. Rancangan Penggabungan yang telah di setujui RUPS dituangkan
kedalam akta Penggabungan yang dibuat di hadapan notaries dalam bahasa
Indonesia.
7. Jika Penggabungan Perseroan tidak disertai perubahan anggaran dasar, salinan akta
Penggabungan harus disampaikan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar
Perseroan.
8. Direksi Perseroan yang menerima Penggabungan wajib mengumumkan hasil
Penggabungan dalam 1 (satu) Surat Kabar atau lebih dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya penggabungan.

b. Prosedur pelaksanaan akuisisiAdapun tata cara pengambilalihan perusahaan harus


memenuhisyarat-syarat sebagai berikut:
1. Pengabilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yangtelah
dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh perseroan melalui Direksi Perseroan
atau langsung dari pemegang saham
2. Pengembilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang persseorangan.
3. Pengabilalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah pengambilalihan saham
yang mengakibatkan beralihnya pengendalianterhadap perseroan tersebut.
4. Dalam hal pengambilalihan dilakukan oleh badan hukum berbentuk perseroan,
direksi sebelum malakukan perbuatan hukum pengambilalihan haus berdasarkan
keputusan RUPS yang memenuhikuorum kehadiran dan ketentun tentang
persyaratan pengambilan keputusan RUPS sebagaimana dilmaksud dalam pasal 89.
5. Direksi perseroan yang akan diambil alih dan perseroan yang akan mengambil alih
dengan persetujuan dewan komisaris masing-masing menyusun rancangan
pengambilalihan yang memuat sekurang-kurangnya :
a. Nama dan tempat kedudukan dari perseroan yang akan mengambilalih dan
perseroan yang akan diambil alih.
b. Alasan serta penjelasan Direksi Persoroan yang akan mengambilalih dan
Direksi Perseroan yang akan diambil alih.
c. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (2)huruf a
untuk tahun buku terakhir dari perseroan yang akanmengambil alih dan
perseroan yang akan di ambil alih.
d. Jumlah saham yang akan di ambil alih.
e. Kesiapan pendanaan.

5
f. Neraca konsolidasi proforma perseroan yang akan mengambil alih setelah
pengambilalihan yang disusun sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
g. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap
pengambilalihan.
h. Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan
Komisais, dan karyawan dari Perseroan yang akann diambilalih.
i. Pekiraan jangka waktu pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian
kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada direksi perseroan
j. Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil pengambilalihan
apabila ada.
6. Dalam hal pengambilalihan saham dilakukan langsung dari pemegangsaham.
7. Pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (7) wajibmemperhatikan
ketentuan anggaran dasar perseroan yang diambil alih tentang pemindahan hak atas
saham dan perjanjian yang telah dibuatoleh Perseroan dengan pihak lain.

2.5 Marger dan Akuisisi Lintas Negara


Lintas batas mencakup kegiatan yang berlangsung antara dua negara yang berbeda. Seiring
dengan berlanjutnya trend global atas konsolidasi industry, beritamengenai merger dan akuisisi
internasional praktis merupakan kenyataan sehari-hari. Semakin banyak perusahaan ingin go
global karena mereka menawarkan peluang besar yang merupakan pilihan yang relatif lebih
murah bagi perusahaanuntuk membangun dirinya sendiri secara internal. Oleh karena itu dapat
diisyaratkan bahwa perbatasan merger dan akuisisi lintas batas pada dasarnyaadalah transaksi
yang dilakukan tersebut terjadi dimana perusahaan target dan perusahaan pengakuisisi adalah
dari negara asal yang berbeda. Kesepakatan iniseperti di mana aset dan proses dari perusahaan
di negara-negara yang berbedadigabungkan untuk membentuk sebuah badan baru yang sah.
Merger dan akuisisi lintas batas terdiri dari dua jenis Inward dan Outward. Inwardlintas
batas melibatkan pergerakan modal ke dalam karena penjualan sebuah perusahaan domestik
untuk investor asing. Sebaliknya Outward lintas batasmelibatkan pergerakan modal ke luar
karena pembelian sebuah perusahaan asing.Merger dan akuisisi lintas batas dapat dilakukan
oleh badan usaha di dalam negeri (mengambil alih badan usaha di luar negeri) atau badan usaha
di luar negeri(mengambil alih badan usaha di dalam negeri).
Merger dan akuisisi lintas batas negara sebenarnya tidak berbeda dengan pengambilalihan
secara domestik. Perbedaannya hanya kepada sifat lintas negara,yaitu pengambilalihan suatu
badan usaha di suatu negara yang dilakukan oleh suatu badan usaha di negara lainnya.
Beberapa faktor yang umumnya mendorong perusahaan untuk melakukan cross border adalah:
• Globalisasi pasar keuangam
• Tekanan pasar dan penurunan permintaan akibat kompetisi internasional
• Mencari peluang pasar baru sejak teknologi ini berkembang cepat
• Diversifikasi geografis yang akan menghasilkan menjelajahi aset di negara-negara lain
• Meningkatkan efisiensi perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa.
• Pemenuhan tujuan untuk tumbuh secara menguntungkan

6
• Meningkatkan skala produksi
• Berbagi teknologi dan inovasi yang mengurangi biaya

2.6 Larangan-larangan Dalam Marger dan Akuisisi


Salah-salah melakukan merger dan akuisisi, pengusaha dapat diseret ke pengadilan dengan
tuduhan melakuan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Apabila menurut Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), seorang pelakuusaha dapat dibuktikan melanggar
peraturan mengenai monopoli dan persainganusaha tidak sehat maka pelaku usaha tersebut
dapat dikenakan Sanksi berupa Sanksiadministratif hingga sanksi pidana. Berdasarkan pasal 2
PP 57/2010 dijelaskan bahwa :
1. Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan badan usaha, peleburan badan usaha,
atau pengambilalihan saham perusahaan lain yang dapatmengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan/atau persaingan usahatidak sehat.
2. Praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat terjadi jika badanusaha hasil
penggabungan, peleburan ataupun pelaku usaha yangmelakukan pengambilalihan
sahan perusahaan lain diduga melakukan :
a. Perjanjian yang dilarang. Seperti praktik oligopoli, penetapan harga, pembagian
wilayah, pemboikotan, kartel, trust, praktik oligopsoni,integrasi vertikal,
perjanjian tertutup.
b. Kegiatan yang dilarang. Seperti praktik monopoli, praktik monopsoni,
penguasaan pasar, persekongkolan.
c. Penyalahgunaan posisi dominan
Yaitu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti
di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yangdikuasai, atau
penjualan, sertakemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan
barang atau jasa tertentu.

7
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN

Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-
merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan
begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-
merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau
saham di perusahaan yang baru.
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan denganmembeli saham
atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada.
Dalam melakukan merger dan akuisisi banyak kendala yang harus diatasioleh perusahaan,
yaitu modal, tenaga kerja, maupun budaya perusahaan. Untukmenyatukan kedua perusahaan
dengan budaya yang berbeda, tentunya sangat sulitdan ini harus dipilih salah satu budaya mana
yang sekiranya cocok untuk tetapdipergunakan dalam melaksanakan merger dan akuisisi.
Sebelum melakukanmerger dan akuisisi kedua perusahaan ini, harus berkoordinasi dengan
perwakilankaryawan dari masing-masing perusahaan tentang langkah atau kebijakan yangakan
diambil perusahaan nantinya setelah merger dan akuisisi. Karena budaya perusahaan
merupakan hal yang sangat sulit untuk dirubah, sehingga dalammelakukan perubahan ini perlu
diakukan secara bertahap.
B. SARAN

Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan sampaikan, semoga bermanfaat bagi
kita semua. Apabila ada penulisan atau kata-kata yang kurang berkenan kami mohon maaf.
Kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
kami selanjutnya. Semoga bermanfaat dan terimakasih

8
REVIEW JURNAL

Judul Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Return Saham, Abnormal


return dan Tranding Volume Activity pada Perusahaan Jasa Sub
Sektor Telekomunikasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Volumen & Halaman Volume 1 / 16 Halaman

Tahun Januari 2018

Penulis Mega Arieska Mellynia , Ari Agung Nugroho, Nizwan Zukhri.

Reviewer Aprilia Yesinta D, Adenna Paramarta Capryta D ,Intan Gestiana


Priskadita
Tanggal 30 Maret 2023

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar dan


Tujuan Penelitian juga meningkatkan sinergi operasional serta menciptakan
efisiensi yang lebih baik supaya dapat memperluas usaha
perusahaan.

Perusahaan Jasa Sub Sektor Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa


Subjek Penelitian
Efek Indonesia.

Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dengan metode


Metode Penelitian yang dilandasi oleh filsafat positivism sebagai metode ilmiah
scientific karena telah memenuhi kaidah ilmiah secara konkrit atau
empiris, dan sampel, Teknik pengumpulan data dengan
mengunakan instrument penelitian, yang bersifat kuantitatif atau
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang sudah
ditetapkan.

9
Berdasarkan hasil dari uji paired sample test untuk return saham
yang ditunjukkan pada tabel IV. 6 bernilai signifikasi sebesar 0,000
yang lebih kecil dari nilai signifikasi yang ditentukan mendapat
0,05 sehingga H1 menyatakan penbedaan return saham sebelum dan
Hasil Penelitian sesudah peristiwa merger dan akuisis diterima. Penelitian ini
menunjukkan adanya penurunan rata-rata return saham yang
signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman merger dan
akuisisi. Hal ini ditunjukkan pada Tabel IV.2 di mana rata-rata
return saham sebelum merger dan akuisisi adalah sebesar 0.009452,
kemudian sesudah pengumuman merger dan akuisisi turun drastis
menjadi -0.01473. Adanya perbedaan yang signifikan terhadap
return saham perusahaan antara sebelum dan sesudah pengumuman
merger dan akuisisi ini menunjukkan bahwa informasi yang berupa
pengumuman merger dan akuisisi memiliki kandungan informasi
bagi investor. Para investor bereaksi merespon informasi tersebut
yang ditandai dengan penurunan return saham. Investor kemudian
merespon informasi merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan
tersebut sebagai berita buruk (bad news) yaitu informasi yang tidak
dapat memberikan keuntungan, sehingga ketertarikan investor
terhadap saham menurun yang mengakibatkan penurunan return
saham sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian Simbolon (2018) yang menemukan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada periode sebelum
dan sesudah merger dan akuisisi.

10
Kelemahan dari pemegang saham minoritas tidak cukup banyak dan
tidak menyetujui pengambil alihan maka akuisis dinyatakan batal.
Dan dikarenakan anggaran dasar perusahaan menentukan paling
sedikit dua per tiga atau 67% suara setuju pada akuisisi agar akuisisi
Kekurangan
tersebut tidak terjadi dan abila suatu perusahaan mengambil alih
seluruh saham yang mereka beli, maka dapat terjadinya merger,Pada
dasarnya, pembelian aset dalam akuisisi harus secara hukum dibalik
nama sehingga hal ini dapat menimbulkan biaya legal yang tinggi.

Saat ini kenaikan sesudah peristiwa akuisisi mengindikasikan


bahwa bagi investor pengumuman merger dan akuisisi
menunjukkan sinyal positif bagi pendapatan saham perusahaan
Kelebihan yang diharapkan meningkatkan return saham, sehingga terjadi
peningkatan terhadap aktivitas trading volume activity, merger dan
akuisisi menjadi menarik bagi investor yang ingin menjual saham
perusahaan yang akan melakukan merger dan akuisisi karena
volume perdagangan saham lebih tinggi dibandingkan sebelum
merger dan akuisisi, sehingga saham menjadi lebih mudah
diperjualbelikan
return saham perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar
di BEI sebelum dan sesudah merger dan akuisisi sangatdi uji
Kesimpulan statistik deskriptif dan diuji hipotesis dengan uji paired sample t-
test, peneliti menemukan adanya penurunan nilai rata-rata return
saham yang signifikan sesudah merger dan akuisisi. Selain itu
trading volume activity perusahaan sub sektor telekomunikasi yang
terdaftar di BEI sebelum dan sesudah merger dan akuisisi juga diuji
statistik deskriptif dan uji hipotesis dengan uji paired sample t-test,
peneliti menemukan adanya peningkatan nilai rata-rata trading
volume activity yang signifikan sesudah merger dan akuisisi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Umam, Khotibul, Trend Pembentukan Bank Umum Syariah, 2009, Yogyakarta:BPFE


Yogyakarta

Naihasy, Syahrin, Hukum Bisnis (Business Low), 2005, Yogyakarta: Mida Pustaka

Bryan A. Gorner, Black’s Law Dictionary, 2004,, USA: St. Paul

Mega Arieska Mellynia , Ari Agung Nugroho , Nizwan Zukhri, Pengaruh Merger dan Akuisisi
Terhadap Return Saham, Abnormal Return dan Tranding Volume Activity pada Perusahaan
Jasa Sub Sektor Telekomunikasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2023, Universitas
Bangka Belitung:Sinomika Jurnal

12

Anda mungkin juga menyukai