Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah “ MERGER DAN AKUISISI MANAJEMEN KEUANGAN”
yang diberikan oleh ibu Diyah Santi Hariyani, S. E., M. Si sebagai dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Keuangan II.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan
maupun materi yang kami cantumkan, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata – kata yang kurang berkenan. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sehingga dapat menambah
wawasan pengetahuan bagi banyak orang yang membaca makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan segala urusan kita. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari marger dan akuisisi
2. Untuk mengetahui model-model dari marger dan akuisisi
3. Untuk mengetahui hukum marger dan akuisisi
4. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan marger dan akuisisi
5. Untuk mengetahui marger dan akuisisi lintas negara
6. Untuk mengetahui larangan dalam marger dan akuisisi
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Merger adalah proses difusi dua perseroan dengan salah satu diantaranya tetap berdiri
dengan nama perseroannya sementara yang lainlenyap dengan segala nama dan kekayaannya
dimasukan dalam perseroanyang tetap berdiri tersebut.
Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia memberikan pengertian atau
definisi merger dengan rumusan kalimat yang hamper seragam. Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menggunakan istilah “Penggabungan”sebagai
pengganti terminologi “Merger”. UU PT memberikan pengertian penggabungan adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara
mendirikan satu Perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan
yang menggabungkan diri beralih Karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan
dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.
Pengertian penggabungan tersebut kemudian secara khusus dalam disebutkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tanggal 24 Pebruari 1998 mengenai Penggabungan,
Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, yang bunyi lengkapnya dikutipsebagai
berikut: “Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih
untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang
menggabungkan diri menjadi bubar.”
Akuisisi adalah pengambilalihan sebagian besar (lebih dari 50%)atau seluruh kepemilikan
suatu bank. Akuisisi merupakan lembaga hukum yang dalam kontek undang-undang Nomor 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dikenal dengan istilah pengambilalihan, yaitu
perbuatan hokum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil
alih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.
Sementara dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentangPerbankan tetap disebut
sebagai akuisisi, yaitu pengambilalihan kepemilikan suatu bank.
Pengertian mengenai pengambilalihan juga dijumpai dalam ketentuan passal 1 angka 31
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentangPerbankan Syariah, pengambilalihan yaitu
perbuatan hokum yang dilakukan oleh badan hokum atau orang perseorangan untuk mengambil
alih saham Bank yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Bank tersebut.
Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau
akan dikeluarkan oleh perseroan melalui direksi perseroan atau langsung dari pemegang saham.
Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan.
Pengambilalihan sebagaimana yang dimaksud adalah pengambilah saham yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Akuisisi sebagai setiap perbuatan hukum
untuk mengambil alih seluruh atausebagian besar saham/atau asset dari perusahaan lain.
2
2.2 Model-model Marger dan Akuisisi
a. Model-model marger
1. Merger Horizontal, adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis (usahanya sama),
misalnya merger antara dua perusahaan roti, merge perusahaan sepatu, merger
perusahaan kapas. Contoh PT “A” yang mengusahakan kapas, bergabung dengan PT
“B” yang mengusahakan pemintalan, bergabung dengan PT “C” yang mengusahakan
kain dan seterusnya. Dengan demikian, tujuan kerjasama disini adalah menjamin
tersedianya pasokan atau penjualan dan distribusi, dimana PT “B” akan
mempergunakan produk PT “B” dan seterusnya.
2. Merger vertikal, adalah merger yang terjadi antara perusahaan- perusahaan yang saling
berhubungan, misalnya dalam alur produksiyang berurutan. Contohnya: perusahaan
pemintalan benang mergerdengan perusahaan kain, perusahaan ban merger dengan
peurusahaanmobil. Contoh: PT. A, PT. B, PT. C bergabung, lalu PT B yang
menjadiinduk perusahaan.
b. Model-model akuisisi
1. Akuisisi berdasarkan cara yang ditempuh
• Akuisisi saham, yaitu akuisisi yang dilakukan dengan caramembali saham suatu
perusahaan oleh perusahaan yang lain.
• Akuisisi Aset, yakni akuisisi yang dilakukan dengan caramembeli asset dari
perusahaan berupa aktiva/pasiva perusahaanyang akan diakuisisi.
3
2.3 Dasar Hukum Marger dan Akuisisi
a. Dasar hukum marger
Penggabungan merupakan transaksi yang sah dan diperbolehkanmenurut Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroanterbataas. Dasar hukum marger.
4
5. Keputusan RUPS mengenai Penggabungan Perseroan harus memenuhi jumlah
kuorum yang telah ditentukan.
6. Direksi Perseroan yang akan melakukan Penggabungan wajib mengumumkan
ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 (satu) SuratKabar dan mengumumkan
secara tertulis kepada karyawan dari Perseroan yang akan melakukan
Penggabungan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tigapluh) hari sebelum
pemanggilan RUPS. Pengumuman tersebut juga memuat pemberitahuan bahwa
pihak yang berkepentingan dapat memperoleh rancangan Penggabungan di
kantorPerseroan terhitung sejak tanggal pengumuman sampai tanggal RUPS
diselenggarakan. Rancangan Penggabungan yang telah di setujui RUPS dituangkan
kedalam akta Penggabungan yang dibuat di hadapan notaries dalam bahasa
Indonesia.
7. Jika Penggabungan Perseroan tidak disertai perubahan anggaran dasar, salinan akta
Penggabungan harus disampaikan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar
Perseroan.
8. Direksi Perseroan yang menerima Penggabungan wajib mengumumkan hasil
Penggabungan dalam 1 (satu) Surat Kabar atau lebih dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal berlakunya penggabungan.
5
f. Neraca konsolidasi proforma perseroan yang akan mengambil alih setelah
pengambilalihan yang disusun sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
g. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap
pengambilalihan.
h. Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan
Komisais, dan karyawan dari Perseroan yang akann diambilalih.
i. Pekiraan jangka waktu pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian
kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada direksi perseroan
j. Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil pengambilalihan
apabila ada.
6. Dalam hal pengambilalihan saham dilakukan langsung dari pemegangsaham.
7. Pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (7) wajibmemperhatikan
ketentuan anggaran dasar perseroan yang diambil alih tentang pemindahan hak atas
saham dan perjanjian yang telah dibuatoleh Perseroan dengan pihak lain.
6
• Meningkatkan skala produksi
• Berbagi teknologi dan inovasi yang mengurangi biaya
7
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-
merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan
begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-
merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau
saham di perusahaan yang baru.
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan denganmembeli saham
atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada.
Dalam melakukan merger dan akuisisi banyak kendala yang harus diatasioleh perusahaan,
yaitu modal, tenaga kerja, maupun budaya perusahaan. Untukmenyatukan kedua perusahaan
dengan budaya yang berbeda, tentunya sangat sulitdan ini harus dipilih salah satu budaya mana
yang sekiranya cocok untuk tetapdipergunakan dalam melaksanakan merger dan akuisisi.
Sebelum melakukanmerger dan akuisisi kedua perusahaan ini, harus berkoordinasi dengan
perwakilankaryawan dari masing-masing perusahaan tentang langkah atau kebijakan yangakan
diambil perusahaan nantinya setelah merger dan akuisisi. Karena budaya perusahaan
merupakan hal yang sangat sulit untuk dirubah, sehingga dalammelakukan perubahan ini perlu
diakukan secara bertahap.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan sampaikan, semoga bermanfaat bagi
kita semua. Apabila ada penulisan atau kata-kata yang kurang berkenan kami mohon maaf.
Kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
kami selanjutnya. Semoga bermanfaat dan terimakasih
8
REVIEW JURNAL
9
Berdasarkan hasil dari uji paired sample test untuk return saham
yang ditunjukkan pada tabel IV. 6 bernilai signifikasi sebesar 0,000
yang lebih kecil dari nilai signifikasi yang ditentukan mendapat
0,05 sehingga H1 menyatakan penbedaan return saham sebelum dan
Hasil Penelitian sesudah peristiwa merger dan akuisis diterima. Penelitian ini
menunjukkan adanya penurunan rata-rata return saham yang
signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman merger dan
akuisisi. Hal ini ditunjukkan pada Tabel IV.2 di mana rata-rata
return saham sebelum merger dan akuisisi adalah sebesar 0.009452,
kemudian sesudah pengumuman merger dan akuisisi turun drastis
menjadi -0.01473. Adanya perbedaan yang signifikan terhadap
return saham perusahaan antara sebelum dan sesudah pengumuman
merger dan akuisisi ini menunjukkan bahwa informasi yang berupa
pengumuman merger dan akuisisi memiliki kandungan informasi
bagi investor. Para investor bereaksi merespon informasi tersebut
yang ditandai dengan penurunan return saham. Investor kemudian
merespon informasi merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan
tersebut sebagai berita buruk (bad news) yaitu informasi yang tidak
dapat memberikan keuntungan, sehingga ketertarikan investor
terhadap saham menurun yang mengakibatkan penurunan return
saham sesudah pengumuman merger dan akuisisi. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian Simbolon (2018) yang menemukan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada periode sebelum
dan sesudah merger dan akuisisi.
10
Kelemahan dari pemegang saham minoritas tidak cukup banyak dan
tidak menyetujui pengambil alihan maka akuisis dinyatakan batal.
Dan dikarenakan anggaran dasar perusahaan menentukan paling
sedikit dua per tiga atau 67% suara setuju pada akuisisi agar akuisisi
Kekurangan
tersebut tidak terjadi dan abila suatu perusahaan mengambil alih
seluruh saham yang mereka beli, maka dapat terjadinya merger,Pada
dasarnya, pembelian aset dalam akuisisi harus secara hukum dibalik
nama sehingga hal ini dapat menimbulkan biaya legal yang tinggi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Naihasy, Syahrin, Hukum Bisnis (Business Low), 2005, Yogyakarta: Mida Pustaka
Mega Arieska Mellynia , Ari Agung Nugroho , Nizwan Zukhri, Pengaruh Merger dan Akuisisi
Terhadap Return Saham, Abnormal Return dan Tranding Volume Activity pada Perusahaan
Jasa Sub Sektor Telekomunikasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, 2023, Universitas
Bangka Belitung:Sinomika Jurnal
12