TEORI KEAGENAN
Dosen Pengampu: Wa Ode Irma Sari, S.Ak., M.S.A.
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Fadilla Eka Putri Wijaya (20102129)
Khusnul Khotimah (20102343)
Maya Yunia Dewi (20102356)
Meisa Mulyanti (20102262)
Muhammad Aldi Priyandika (20102188)
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS ASIA MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
kamisemua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Etika Bisnis
dan Teori Akuntan yang berjudul “Teori Keagenan (AgencyTheory)” dapat selesai seperti waktu
yang telah kami rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihakyang telah
memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang telah kami
susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan baik
dari segi teknis maupun non-teknis.
Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat
memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan
mendatang. Apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati
pembaca mohon dimaafkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang
berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer
merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Proses ini dinamakan
dengan bonding mechanism, yaitu proses untuk menyamakan kepentingan manajemen
melalui program mengikat manajemen dalam modal perusahaan
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Perspektif Ekonomi
2. Untuk mengetahui Moral Hazard
3. Untuk mengetahui Adverse Selection
4. Untuk mengetahui Perspektif Bisnis
5. Untuk mengetahui Perspektif Organisasi
6. Untuk mengetahui Perspektif Manajemen
7. Untuk mengetahui Perspektif Kontrak
8. Untuk mengetahui Perspektif Regulasi
9. Untuk mengetahui Perspektif Etika
10. Untuk mengetahui Teori Kepengurusan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. Moral Hazard
Moral hazard adalah suatu tindakan yang sering terjadi di dalam suatu
perusahaan. Penggunaan awal istilah ini sendiri mengandung konotasi negatif, yang
menyiratkan adanya penipuan (fraud) atau perilaku tak bermoral. Moral hazard adalah
suatu risiko bahwa suatu pihak kemudian belum menandatangani kontrak dengan
itikad baik atau telah memberikan informasi yang menyesatkan terkait aset, kewajiban,
ataupun mengenai kapasitas kreditnya. Kotowitz dalam The New Palgrave Dictionary
of Economics kemudian menyebutkan bahwa moral hazard merupakan tindakan agen
dalam maksimisasi utilitasnya dengan sebelumnya mengorbankan yang lain serta
dalam situasi di mana mereka tak menanggung semua konsekuensi ataupun tidak
menikmati secara penuh manfaat dari tindakan tersebut.
Moral hazard sendiri kerap dipergunakan dalam istilah bisnis asuransi. Moral
hazard berupa kemungkinan pemegang asuransi dengan sengaja melakukan tindakan-
tindakan yang dapat merugikan terhadap barang yang diasuransikannya dengan
harapan akan mendapatkan klaim penggantian dari perusahaan asuransi. Kata moral
hazard sendiri kemudian kerap dipergunakan dalam perspektif perbankan yang
merujuk kepada perilaku pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).
5
3. Ketidaksesuaian informasi di antara prinsipal dan agen yang kemudian
menimbulkan apa yang biasa disebut juga sebagai konflik kepentingan di mana
masing-masing pihak kemudian berusaha sebaik mungkin untuk
memaksimalkan keuntungan satu sama lain.
8
A. Bisnis Bermoral
Bisnis berdasarkan hukum mutlak perlu dilakukan dalam masyarakat modern.
Bisnis memerlukan aturan aturan main sesuai dengan perkembangan peradaban
bisnis dalam system sosial, peradaban konsumen. Peraturan bisnis berdasarkan
moralitas perlu disesuaikan dengan system sosial kemasyarakatan yang
berkembang dalam sebuah wilayah.
B. Alasan Bisnis Harus Berlaku Etis
Bertanya mengapa bisnis harus berlaku etis, sebetulnya sama dengan bertanya
mengapa manusia pada umumnya harus berlaku etis. Bisnis di sini hanya
merupakan suatu bidang khusus dari kondisi manusia secara umum. Beberapa
dasar aktifitas bisnis perlu mempertimbangkan faktor ajaran religion, kepentingan
sosial dan perilaku pebisnis yang bernilai utama.
C. Tuhan Maha Kuasa
Semakin baik praktek bisnis yang dilakukan maka semakin banyak masyarakat
yang meningkat kesejahteraannya karena berbisnis. Agama mengatakan bahwa
sesudah kehidupan jasmani ini manusia akan hidup terus dalam dunia baka, di
mana Tuhan sebagai Hakim Maha Agung akan menghukum kejahatan yang pernah
dilakukan dan mengganjar kebaikannya.
D. Kontrak Sosial
Segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang pebisnis akan selalu berhubungan
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, maka pebisnis dalam interaksi bisnisnya
memiliki kontrak sosial dengan masyarakat tempat dimana ia berbisnis untuk selalu
menciptakan kesejahteraan dalam kegiatan bisnisnya. Pandangan ini melihat
perilaku manusia dalam perspektif sosial. Setiap kegiatan dilakukan bersamasama
dalam masyarakat, menuntut adanya norma-norma dan nilai-nilai moral. Dengan
demikian kehidupan kemasyarakatan senantiasa menjadi lebih sejahtera.
E. Keutamaan
Pebisnis sebagai manusia memiliki nilai mulia dan utama bila melaksanakan
bisnisnya secara bermoral. Keutamaan sebagai ukuran untuk melakukan bisnis
terbaik, merupakan penyempurnaan tertinggi kodrat manusia. Manusia yang
berlaku etis adalah baik, baik secara menyeluruh materil dan spirituil. Pebisnis
harus melakukan sesuatu kebaikan, karena hal itu baik. Pebisnis harus
berintegritas. Dalam bekerja, pebisnis boleh mencari keuntungan. Perusahaan
merupakan organisasi sebagai alat untuk memperoleh keuntungan. Namun pebisnis
9
atau perusahaan dikatakan tidak berintegritas, jika kegiatan mereka mengumpulkan
kekayaan tanpa pertimbangan moral.
2.5. Perspektif Organisasi
Organisasi terdiri dari kelompok orang secara sadar membuat perikatan formal
bersistem hubungan antara atasan dan bawahan yg bertujuan bekerja sama mencapai
tujuan kesejahteraan ekonomi bersama sama. Unsur organisasi antara lain:
1. Sekelompok manusia.
2. Perikatan formal, sadar, sukarela.
3. Terdapat hierarki kewenangan sederhana dan kompleks tergantung ukuran
organisasi.
4. Organisasi dibentuk sebagai alat pencapaian tujuan.
5. Kegiatan pencapaian tujuan dilaksanakan secara kerja sama.
Organisasi merupakan sebuah satuan kerja struktural yang memiliki karakter antara
lain:
1. Organisasi memiliki struktur bertingkat kewenangan berbeda.
2. Tingkat kewenangan dalam organisasi ditujukan untuk membedakan wewenang
dan tanggung jawab jabatan dalam organisasi sehingga terhindar tumpang tindih
kewenangan dan bisa mempermudah koordinasi pelaksanaan pekerjaan dan
ketercapaian efisiensi,efektivitas, dan produktivitas maksimal.
3. Organisasi membagi tugas dan wewenang dengan jelas. Satuan kerja diciptakan
untuk melaksanakan tugas yang berbeda tingkatannya, namun meskipun berbeda
tugas tetap dilaksanakan secara bersinergy.
4. Organisasi memiliki sistem. Meskipun terbagi dalam banyak bagian didalam
struktur organisasi, namun cara pelaksanaan tugasnya tetap bersinergy dan
pelaksanaan system maupun subsistem dilakukan untuk kepentingan bersama.
5. Organisasi bekerja secara tersistem, kontinyu, dan bertanggung jawab.
6. Organisasi bersistem terbuka. Disuatu saat organisasi dimungkinkan untuk
dilakukan perubahan sruktur dan system untuk mengantisipasi perubahan zaman
secara internal dan eksternal.
7. Organisasi merupakan kelompok manusia. Organisasi harus bersifat manusiawi,
tolong menolong, saling hormat, sopan santun, bekerjasama, berkembang secara
ilmiah, logis dan moral
10
2.6. Perspektif Manajemen
Manajemen menyelesaikan masalah - masalah bisnis dalam lingkungan bisnis,
mereka membuat strategi organisasi untuk merespon, dan mereka mengalokasikan
sumberdaya manusia dan keuangan untuk mencapai strategi dan mengkoordinasikan
pekerjaan. Mereka juga harus melatih kepemimpinan yang bertanggung jawab.
A. Pertumbuhan Berkesinambungan
Pertumbuhan bisnis ekonomi dilakukan dan dirasakan oleh pebisnis dan
stakeholdernya secara bersama sama, oleh karenanya pertumbuhannya merupakan
tanggung jawab bersama.
1. Menghadapi konsep tersebut maka pebisnis perlu memahami konsep bahwa:
Karyawan dan manajer adalah bagian dari stakeholder berkewajiban melayani
konsumen dan masyarakat.
2. Pebisnis tidak patut untuk bersikap egois melainkan harus memiliki komitmen
kesejahteraan kepada kelompok stakeholder.
3. Pebisnis harus memiliki komitmen bahwa bisnisnya ditujukan untuk
pertumbuhan bisnis ekonomi berkelanjutan.
4. Pebisnis mampu merencanakan melaksanakan kegiatan bisnisnya dengan
memperhatikan pelestarian lingkungan.
2.7. Perspektif Kontrak
Menurut pandangan kontrak tentang tugas usaha bisnis terhadap konsumen,
hubungan antara perusahaan dengan konsumen pada dasarnya merupakan hubungan
kontraktual, dan kewajiban moral perusahaan pada konsumen adalah seperti yang
diberikan dalam hubungan kontraktual. Pandangan ini menyebutkan bahwa saat
konsumen membeli sebuah produk,konsumen secara sukarela menyetujui “ kontrak
penjualan” dengan perusahaan. Pihak perusahaan secara sukarela dan sadar setuju
untuk memberikan sebuah produk pada konsumen dengan karakteristik tertentu, dan
konsumen juga dengan sukarela dan sadar setuju membayar sejumlah uang pada
perusahaan untuk produk tersebut. Karena telah sukarela menyetujui perjanjian
tersebut, pihak perusahaan berkewajiban memberikan produk sesuai dengan
karakteristik yang dimaksud.
Teori kontrak tentang tugas perusahaan kepada konsumen didasarkan pada
pandangan bahwa kontrak adalah sebuah perjanjian bebas yang mewajibkan pihak-
pihak terkait untuk melaksanakan isi persetujuan. Teori ini memberikan gambaran
bahwa perusahaan memiliki empat kewajiban moral utama:
11
1. Kewajiban dasar untuk mematuhi isi perjanjian penjualan,
2. Kewajiban untuk memahami sifat produk,
3. Menghindari misrepesentasi,
4. Menghindari penggunaan paksaan atau pengaruh.
Dengan bertindak sesuai kewajiban-kewajiban tersebut, perusahaan berarti
menghormati hak konsumen untuk diperlakukan sebagai individu yang bebas dan
sederajat atau dengan kata lain, sesuai dengan hak mereka untuk memperoleh
perlakuan yang mereka setuju untuk dikenakan pada mereka. (Velazquez,2005: 321-
323). Meskipun demikian, teori kontraktual mempunyai kelemahan diantaranya:
1. Teori ini secara tidak realistis mengasumsikan bahwa perusahaan melakukan
perjanjian secara langsung dengan konsumen.
2. Teori ini difokuskan pada fakta bahwa sebuah kontrak sama dengan bermata dua.
Jika konsumen dengan sukarela setuju untuk membeli sebuah produk dengan
kualitas-kualitas tertentu, maka dia bisa setuju untuk membeli sebuah produk tanpa
kualitas-kualitas tersebut. Atau dengan kata lain, kebebasan kontrak
memungkinkan perusahaan dibebaskan dari kewajiban kontrak dengan secara
eksplisit menyangkal bahwa produk yang dijual bisa diandalkan,bisa diperbaiki,
aman dan sebagainya.
Jadi, teori kontrak ini mengimplikasikan bahwa jika konsumen memiliki banyak
kesempatan untuk memeriksa produk, beserta pernyataan penolakan jaminan dan
dengan sukarela menyetujuinya, maka diasumsikan bertanggungjawab atas cacat
atau kerusakan yang disebutkan dalam pernyataan penolakan, serta semua
karusakan yang mungkin terlewati saat memeriksanya. Asumsi penjual dan
pembeli adalah sama dalam perjanjian penjualan. Kedua belah pihak harus
mengetahui apa yang mereka lakukan dan tidak ada yang memaksa. Kenyataanya,
pembeli dan penjual tidak sejajar/ setara seperti yang diasumsikan. Seorang
konsumen yang harus membeli ratusan jenis komoditas tidak bisa berharap
mengetahui segala sesuatu tentang semua produk tersebut seperti produsen yang
khusus memproduksi produk. Konsumen tidak memiliki keahlian ataupun waktu
untuk memperoleh dan memproses informasi untuk dipakai sebagai dasar membuat
keputusan.
2.8. Perspektif Regulasi
Kata regulasi bisnis berasal dari dua kata yaitu regulasi dan bisnis. Regulasi
merupakan sesuatu yang tidak bebas nilai karena didalam proses pembuatannya pasti
12
terdapat tarik menarik yang kuat antara kepentingan public, pemilik modal dan
pemerintah. Sedangkan bisnis merupakan suatu organisasi yang menjual barang atau
jasa kepada konsumen bisnis lainnya yang mendapatkan laba.
Jadi pengertian regulasi bisnis adalah peruses pengaturan dan pemberian
batasan untuk sebuah bisnis. Dari sudut pandang pemerintah, regulasi bisnis adalah
aturan – aturan dan kebijakkan khusus yang diberlakukan untuk memastikan
pertumbuhan bisnis dimasyarakat dapat lebih teratur, terarah dan menuju kearah yang
lebih baik dan saling meguntungkan.
2.9. Perspektif Etika
Sudut Pandang Etika yakni sebuah orientasi profit jangan sampai merugikan
orang lain. Apa yang dapat dilakukan dalam menjalankan sebuah bisnis haruslah
menghormati kepentingan dan juga hak orang lain.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat
membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good
conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah
tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta
kelompok yang terkait lainnya karena dunia bisnis yang tidak ada hubungan antara
pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan
internasional. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang
menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan
yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan
siapapun dalam perekonomian.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain ialah:
1. Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan
diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan
dalam bentuk apapun. Inilah etika bisnis yang "etis".
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility).
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi.
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang- ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi.
13
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi
informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian
bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat
adanya tranformasi informasi dan teknologi.
4. Menciptakan persaingan yang sehat.
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas,
tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus
terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah
kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu
memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia
bisnis tersebut.
5. Menghindari sifat (Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi).
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala
bentuk permainan curang dalam dunia bisnis.
6. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha kebawah.
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya
(trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar
pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang
sudah besar dan mapan.
7. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana
apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.
Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik
pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan
"kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan
"gugur" satu semi satu.
2.10. Teori Kepengurusan
Brooks and dunn (2012:362-363) menjelaskan teori lain dalam pengelolaan
perusahaan. Teori yang disebut dengan teori kepengurusan (stewardship theory) ini
tidak mengasumsikan adanya benturan kepentingan (comfict of interst) antara
prinsipiel, yang dalam teori ini di sebut investor dan agen yang di sebut pengurus
14
terjadi kongruensi antara tujuan individu dan tujuan organisasi. Menurut teori yang
dikembangkan oleh james H davis, F. David Schoorman, dan lee donaldsun dalam
artikelnya ítoward stewardship theory in management” 1997 ini menganggap bahwa
pengurus tidak harus berprilaku mementingkan diri sendiri.
Prilaku agen yang di asumsikan dalam teori ini adalah keinginan untuk
berkontribusi, memilih sesuatu yang benar, gemar berinovasi, keinginan untuk bekerja
dengan baik dan tertarik untuk kehidupan yang seimbang. Terjadi kesejajaran antara
kepentingan pengurus sebagai agen dan investor sebagai prinsipel. Filosofi
manajemen yang di anut berorientasi pada keterlibatan dan bukannya pengendalian.
Selain itu imbalan yang diinginkan agen lebih bersifat intrinsik daripada ekstrinsik.
Teori kepengurusan tampaknya, mensyaratkan bahwa para agen adalah
manusia-manusia yang menurut MC Grefor (fahmi,2013:183) termasuk dalam tipe y.
Dalam bukunya ia mengategorikan manusia dalam 2 tipe yaitu X dan Y. Manusia tipe
X adalah mereka yang tidak memiliki motivasi, semangat kerja keras, kedisiplinan,
kreativitas, kepemimpinan. Dan lain sebagainya. Sementara itu, manusia tipe Y adalah
mereka yang memiliki sifat-sifat yang berkebalikan dengan manusia tipe X. Karena
tidak semua karyawan adalah manusia tipe Y, pertanyaannya bisakah manusia yang
termasuk dalam tipe X di ubah menjadi tipe Y. jawabanya bisa dengan syarat yang
bersangkutan memiliki semangat dan keinginan yang kuat untuk melakukannya.
Perusahaan dapat menyusun program-program yang tepat guna proses perubahan
tersebut.
Secara normative teori kepengurusan sangat bagus, namun, prilaku yang
dikemukakan adalah prilaku ideal yang di harapkan (das sollen).prilaku-prilaku itu
berbeda dengan sifat dasar manusia yang diasumsikan dalam teori keagenan,yaitu
egois dan oportunitis untuk kelompok budaya tertentu prilaku tersebut barang kali
sudah mendarah daging sejak kecil dan telah terbangun sejak lama. Model life time
empliment misalnya, merupakan contoh yang baik untuk penerapan teori ini. Namun
model ini harus di dukung oleh sikap masyarakat yang berpandangan bahwa pinadah-
pindah pekerjaan adalah suatu celah dan model ini juga harus di dukung oleh sikap
pemilik yang secara sadar berusaha untuk melindungi semua karyawan (termasuk
managemen) dan memperhatikan kesejahteraan mereka.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan
riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi
keuangan dengan menambhakan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Dalam
Agency theory mengenal adanya Asymetric Information (AI) yaitu informasi yang
tidak seimbang yag disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama
antara principal dan agen. Agency theory mendasarkan hubungan kontrak antara
anggota anggota dalam perusahaan dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama.
Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandate kepada agen untuk bertindak
atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh
prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk bertanggung jawab
apa yang telah diamanati oleh prinsipal kepadanya.
Inti dari Agency theory (Teori Keagenan) adalah pendesainan kontrak yang
tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan. Agency theory memiliki 3 landasan teori yaitu : Asumsi tentang sifat
manusia, Asumsi tentang keorganisasian, Asumsi tentang informasi
Berbagai perspektif dan teori yang berkaitan dengan ekonomi, bisnis,
manajemen, dan regulasi menyatakan bahwa mereka saling terkait dan saling
memengaruhi dalam menjalankan sebuah organisasi atau perusahaan. Perspektif
ekonomi menyediakan landasan untuk memahami prinsip-prinsip dasar ekonomi dan
pengambilan keputusan yang efisien dalam bisnis. Namun, prinsip moral hazard dan
adverse selection juga harus diperhatikan untuk memastikan keadilan dan
keberlangsungan perusahaan. Perspektif bisnis dan organisasi berfokus pada strategi,
struktur, dan budaya organisasi untuk mencapai tujuan bisnis. Perspektif manajemen
mengajarkan bagaimana mengelola sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
untuk mencapai tujuan organisasi.
Perspektif kontrak berbicara tentang bagaimana kontrak dapat digunakan untuk
mengelola risiko dan menciptakan insentif bagi para pihak yang terlibat dalam bisnis.
Perspektif regulasi membahas peran pemerintah dalam mengatur pasar dan melindungi
kepentingan publik. Perspektif etika menekankan pentingnya moralitas dalam bisnis
16
dan organisasi, dan teori kepemimpinan memberikan pandangan tentang bagaimana
kepemimpinan yang efektif dapat membantu mencapai tujuan organisasi. Dalam rangka
menjalankan sebuah organisasi atau perusahaan yang sukses dan berkelanjutan, semua
perspektif dan teori tersebut harus dipertimbangkan dan diimplementasikan dengan
tepat, dengan memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat dan mencapai
tujuan bisnis yang jangka panjang.
3.2 Saran
Bagi pelaku bisnis memahami dan menerapkan prinsip dan teori terkait
Perspektif Ekonomi, Moral Hazard, Adverse Selection, Perspektif Bisnis, Perspektif
Organisasi, Perspektif Manajemen, Perspektif Kontrak, Perspektif Regulasi, Perspektif
Etika, dan Teori Kepengurusan sangat penting karena dapat berguna untuk
mengembangkan strategi bisnis yang sukses, melindungi kepentingan bisnis, serta
menjaga integritas dan moralitas yang tinggi dalam semua keputusan dan tindakan yang
diambil. Etika dalam bisnis juga harus diterapkan dan memastikan juga bahwa
keputusan dan tindakan yang diambil selalu menghormati nilai-nilai moral dan
menjunjung tinggi integritas.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/15277018/contoh_makalah_akuntansi_agency_theory
https://www.scribd.com/document/455223724/MAKALAH-Kelompok-3-Teori-
Keagenan
https://www.scribd.com/document/427341508/Makalah-Agency-Theory
18