Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TUGAS SEMINAR TEORI AKUNTANSI DAN KEUANGAN

“Unregulated Financial Reporting Decisions : Considerations of System Oriented


Theories”

Disusun untuk memenuhi tugas individu


Mata Kuliah Seminar Teori dan Akuntansi Keuangan

Dosen Pengampu : Dr. Agung Budi Sulistyo, S.E., M.Si, Ak.

Oleh :
SUKMA ULI NUHA 180820301003
SELVIA ROOS ANA 180820301010

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2018

i
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah yang terlampir
adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan
tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak / belum pernah disajikan /digunakan sebagai bahan untuk makalah
pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa saya menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbayak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksii adanya plagiarisme.

Nama NIM Tanda Tangan

SUKMA ULI NUHA 180820301003


SELVIA ROOS ANA 180820301010

Mata Kuliah : Seminar Teori dan Akuntansi Keuangan


Judul Makalah :“Unregulated Financial Reporting Decisions :
Considerations of Systems Oriented Theories”
Tanggal : 18 November 2018
Dosen Pengampu : Dr. Agung Budi Sulistyo, S.E., M.Si, Ak.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Unregulated
Financial Reporting Decisions : Considerations of Systems Oriented Theories”, semoga
dengan dibuatnya makalah ini pembaca dapat memahami tentang Seminar Teori Akuntansi
dan Keuangan.
Berbagai sumber referensi dasar dan esensial yang relevan dari buku akuntansi
lainnya memang sengaja dipilih dan digunakan untuk memperkuat pembahasan dan
membangun karangka penyajian yang komperehensif , agar mudah dipahami dan dapat
memenuhi harapan pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan baik dari segi
teknis maupun isi, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi pembuatan makalah selanjutnya. Oleh karena itu,penulis berharap agar
makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan berguna bagi pembacanya.

Jember, 18 November 2018,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Judul .................................................................................................................... i
Statement Of Authorship ................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Ekonomi Politik ..................................................... 2
2.2 Teori Legitimasi .............................................................. 2
2.3 Teori Stakeholder ........................................................... 4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ..................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… ............. 8

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu entitas memang seyogyanya memberikan informasi dengan transparan kepada
berbagai pihak yang memerlukan. Argumen teoritis seperti mengapa manajemen perusahaan
memilih untuk secara sukarela memberikan informasi tertentu kepada pihak luar organisasi.
Argumen ini adalah grounded /dasar dalam Teori Akuntansi Positif. Perspektif teoretis
alternatif yang mengatasi masalah ini diantaranya adalah legitimacy theory / teori legitimasi,
stakeholder theory / teori pemangku kepentingan dan institutional theory / teori kelembagaan.

Gray, Owen dan Adams (1996) dalam buku Deegan, menyatakan bahwa suatu
organisasi dan masyarakat yang berorientasi ke sistem akan memungkinkan kita melihat
peran informasi pada hubungan yang terjadi antara organisasi, negara, individu, dan grup.
Didalam pelaporan keuangan non regulasi terdapat beberapa pertimbangan teori yang
memiliki sistem dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari diantaranya yaitu teori
ekonomi politik, teori legitimasi dan teori stakeholder. Didalam makalah ini penulis akan
menjabarkan terkait ketiga teori tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Apa saja teori yang dapat dijadikan pertimbangan pada pelaporan keuangan non
regulasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui teori yang dapat dijadikan pertimbangan pada pelaporan keuangan
non regulasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Ekonomi Politik

Teori legitimasi dan stakeholder adalah teori yang diderivasi dari teori ekonomi politik
(Gray, Owen dan Adams,1996). Gray mendefinisikan ekonomi politik sebagai kerangka pikir
yang mengkaitkan masalah sosial, politik dan ekonomi. Masalah ekonomi tidak dapat
dipisahkan tanpa memperhatikan masalah sosial. Dengan menggunakan ekonomi politik
seorang peneliti dapat memperhatikan isu-isu (sosial) yang lebih luas yang berdampak pada
perusahaan, dan informasi apa yang harus diungkapkan. Guthrie dan Parker (1990)
menyatakan bahwa perspektif ekonomi politik memandang pelaporan akuntansi sebagai
dokumen sosial, politik, dan ekonomi. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat untuk
pembangunan, penjagaan, dan legitimasi institusi-institusi ekonomi dan politik.
Pengungkapan mempunyai kapasitas untuk menyalurkan makna - makna sosial, politik, dan
ekonomi bagi pembaca laporan yang plural.
Teori ekonomi politik telah dibagi ke dalam dua bagian besar yang abu – abu / tidak
jelas, Owen & adam (1996) telah memberi label "klasik dan borjuis”. Ekonomi politik klasik
adalah berkaitan dengan karya pilsuf seperti Karl Mark dan kelas kelas kepentingan, konflik
structural, ketimpangan, dan peran Negara (Owen & Adams, 1996). Kontras dengan borjuis
teori ekonomi politik menurut Kouhydan lavers (1995) mengabaikan unsure - unsur yang
lebih besar dan, sebagai hasilnya, adalah konten untuk melihat dunia sebagai dasarnya
pluralistik.

2.2 Teori Legitimasi

Teori legitimasi menyatakan organisasi secara kontinyu mencari cara agar beroperasi
dalam batas norma - norma masyarakat, artinya bahwa operasi perusahaan dipandang oleh
orang lain sebagai hal yang legitimate. Norma yang ada selalu berubah, sehingga perusahaan
harus menyesuaikan. Lindblom (1994) membedakan legitimasi sebagai status atau kondisi,
dan legitimasi sebagai proses yang mengarah ke sebuah organisasi yang divonis / diputuskan
sah. Teori legitimasi didasarkan pada ide bahwa ada kontrak sosial antara perusahaan dengan
masyarakat.

2
Masyarakat sekarang mengharapkan perusahaan untuk melakukan pencegahan
kerusakan lingkungan, menjamin adanya keamanan bagi konsumen, karyawan. Karena itu,
perusahaan dengan lingkungan sosial yang jelek akan sulit meneruskan operasinya. Teori
legitimasi menekankan perusahaan untuk mempertimbangkan hak - hak publik. Kegagalan
untuk memenuhi harapan sosial (kontrak sosial) ini akan menimbulkan sanksi dari
masyarakat.

Harapan social atau kontrak sosial merupakan harapan implisit dan eksplisit bahwa
dimilki masyarakat sekitar bagaimana organisasi harus melakukan kegiatan operasional
persyaratan hukum yang mungkin memberikan persyaratan eksplisit kontrak, sementara yang
lain mewujudkan harapan masyarakat yang implisit. Ide kontrak sosial ini bukanlah barang
baru, tapi sudah lama didiskusikan oleh para filsuf seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan
Rousseou.

Menurut Dowling dan Pfeffer ini merupakan cara atau alat perusahaan untuk
melegetimasi, diantarnya sebagai berikut:

1. menyesuaikan output, tujuan, dan metode operasinya sesuai norma legitimasi masyarakat
2. menggunakan alat komunikasi untuk mengubah pandangan masyarakat.
3. mengkomunikasikan maksudnya agar sesuai dengan simbol-simbol legitimasi
masyarakat.
4. Sesuai dengan Dowling dan Pfeffer, perusahaan dapat menggunakan laporan tahunan
perusahaan sebagai public disclosure. Misal, perusahaan menyediakan informasi untuk
menagkal berita negatif.
5. Hurst (1970) menyatakan bahwa salah satu fungsi akuntansi adalah untuk melegitimasi
eksistensi perusahaan. Perusahaan yang beroperasi tidaksesuai dengan norma/harapan
masyarakat akan kena penalti. Istilah “lisensi beroperasi” merujuk ke pengertian
“kontrak sosial”.
Uji Empirik Terhadap Teori Legitimasi digunakan oleh banyak peneliti meneliti
praktek pelaporan sosial dan lingkungan. Uji Empirik Terhadap Teori Legitimasi digunakan
untuk mencoba untuk menjelaskan pengungkapan. Pengungkapan merupakan bagian dari
strategi portofolio dilakukan untuk membawa legitimasi atau mempertahankan legitimasi
organisasi.

3
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hogner (1982) meneliti corporate social reporting
dalam laporan tahunan pada US Steel Corporation selama 8 tahun menunjukkan bahwa
luasnya social disclosure dari tahun ke tahun bervariasi, dan variasi tsb mungkin karena
harapan masyarakat yang juga berubah. Bagaimana cara perusahaan menentukan harapan-
harapan masyarakat? Caranya dengan meneliti melalui koran/media. Media biasanya bisa
membentuk opini harapan masyarakat. Brown dan Deegan menyatakan bahwa liputan media
terhadap isu tertentu merupakan proxy hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat. Media
Agenda Setting Theory. Semakin tinggi liputan media berkorelasi dengan tingginya
pengungkapan dalam laporan tahunan.
Teori legitimasi sangat mirip dengan political cost hypothesis yang ada dalam positive
accounting theory. Selain ada kemiripan, ada juga perbedaanya yaitu teori legitimasi tidak
berdasarkan pada asumsi ekonomi bahwa semua tindakan didorong oleh kepentingan pribadi
(maksimisasi kesejahteraan). Juga tidak menggunakan asumsi efisiensi pasar.
2.3 Teori Stakeholder
Teori Stakeholder mempunyai 2 cabang yaitu cabang yang ethical (moral atau
normatif) dan cabang positif (manajerial). Kedua teori itu secara eksplisit mempertimbangkan
berbagai kelompok (dari stakeholder) yang ada dalam masyarakat, bagaimana harapan dari
kelompok stakeholder tertentu dapat mempunyai lebih (kurang) pengaruh pada strategi
perusahaan. Hal ini dapat mempunyai implikasi bagaimana harapan stakeholder
dipertimbangkan dan dikelola oleh perusahaan.

2.3.2 Teori Stakeholder Ethical

Teori ini menyatakan semua stakeholder mempunyai hak untuk


diperlakukan secara fair atau adil oleh perusahaan. Siapapun stakeholder harus
diperlakukan dengan baik. Stakeholder mempunyai hak instrisik yang tidak boleh
dilanggar (seperti gaji yang wajar). Definisi stakeholder (Freeman & Reed) yaitu
grup atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian
tujuan perusahaan.
Clarkson membagi stakeholder menjadi 2 yaitu stakeholder primer dan
sekunder. Stakeholder primer adalah pihak yang mempunyai kontribusi nyata
terhadap perusahaan, tanpa pihak ini perusahaan tidak akan bisahidup. Sedang
stakeholder sekunder adalah pihak yang tidak akan mempengaruhi kelangsungan
hidup perusahaan secara langsung. Menurut Clarkson stakeholder primer harus
4
diperhatikan oleh manajemen agar perusahaan bisa hidup. Namun pernyataan ini
ditentang oleh teori stakeholder cabang etika yang beragumentasi bahwa semua
stakeholder mempunyai hak yang sama untuk diperhatikan oleh manajemen.
Semua stakeholder mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
mengenai bagaimana dampak perusahaan bagi mereka. Berkaitan dengan hak
informasi, Gray menyarankan menggunakan perspektif model akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyediakan laporan atas tindakan mereka
sebagai wujud tanggungjawabnya. Akuntabilitas meliputi 2 kewajiban yaitu
kewajiban / tanggungjawab melakukan tindakan tertentu dan tanggung jawab
menyediakan laporan akibat tindakan tersebut. Dengan model akuntabilitas
tersebut, maka pelaporan dianggap dipicu oleh tanggungjawab, bukan dipicu
karena permintaan.

2.3.2 Teori Stakeholder Managerial

Teori ini lebih terpusat pada organisasi (organization-centered). Perusahaan


harus mengidentifikasi perhatian para stakeholder. Semakin penting stakeholder
bagi perusahaan, semakin banyak usaha yang harus dikeluarkan untuk mengelola
hubungannya dengan stakeholder ini. Informasi adalah elemen penting yang
dapat dipakai oleh perusahaan untuk mengelola (memanipulasi) stakeholder agar
supaya terus mendapatkan dukungan.
Perusahaan tidak akan memperhatikan semua kepentingan stakeholder
secara sama, tapi hanya kepada yang sangat powerfull saja. Power stakeholder
(kreditor, pemilik, dll) dipandang sebagai fungsi tingkat kontrol stakeholder
terhadap sumber daya perusahaan. Semakin tinggi tingkat kontrol stakeholder
terhadap sumber daya perusahaan, maka semakin tinggi perhatian perusahaan
terhadap stakeholder ini. Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat
memuaskan permintaan berbagai stakeholder.

Adapun hasil dari Uji Empirik terhadap Teori Stakeholder yaitu dapat digunakan untuk
menguji kemampuan stakeholder dalam mempengaruhi disclosure CSR (corporate social
responsibility). Roberts (1992) menemukan bahwa ukuran power stakeholder dan kebutuhan
informasi yang terkait dapat menjelaskan mengenai level dan tipe disclosure CSR. Neu,
Warsame, dan Pedwell (1998) juga mendukung temuan bahwa sekelompok stakeholder

5
tertentu dapat menjadi lebih efektif dari pada kelompok yang lain dalam meminta disclosure
CSR.

Hasil ini mengindikasikan bahwa perusahaan menjadi lebih responsif terhadap


permintaan stakehoder finansial dan regulator (pemerintah) dibanding stakeholder pemerhati
lingkungan. Ini menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi situasi dimana para stakeholder
saling bersaing kepentingannya, maka perusahaan akan memilih stakeholder yang paling
penting. Sayangnya Teori stakeholder manajerial tidak secara langsung memberikan resep
mengenai informasi apa yang harus diungkapkan. Sehingga ini akan menimbulkan masalah
“siapa stakeholder yang paling penting (powerfull), dan informasi apa yang dibutuhkan oleh
stakeholder”.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tulisan ini memberikan sejumlah perspektif tentang mengapa manajemen didalam
suatu entitas memilih untuk membuat pengungkapan tertentu. Secara khusus meninjau dari
dua teori yaitu teori legitimasi dan teori stakeholder. Dua teori ini yang dapat diklasifikasikan
sebagai teori berorientasi sistem. Teori berorientasi sistem ini melihat organisasi sebagai
bagian dari sistem sosial yang lebih luas. Teori legitimasi dan teori stakeholder keduanya
berasal dari teori ekonomi politik.
Ekonomi politik merupakan kerangka sosial dari politik dan ekonomi di mana
kehidupan manusia terjadi. Dan masalah sosial, politik dan ekonomi dianggap tidak dapat
dipisahkan. Teori ekonomi politik dapat diklasifikasikan sebagai klasik atau borjuis. Teori
ekonomi politik borjuis mengabaikan berbagai ketegangan dalam masyarakat dan menerima
dunia sebagai dasarnya pluralistik tanpa kelas tertentu yang merendahkan yang lain. teori
legitimasi dan teori stakeholder memasukkan perspektif borjuis.

7
DAFTAR PUSTAKA

Deegan, Craig Michael. 2004. Financial Accounting Theory. Mc. Graw : Hill Australia

Anda mungkin juga menyukai