OLEH:
Puji dan syukur kepada Ida Shang Hyang Widhi Wasa, karena berkat dan rahmat-
Nyalah saya dapat merampungkan tugas ini dengan lancar dan dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Tujuan dan maksud dalam pembuatan tugas ini adalah selain untuk nilai tugas pada
mata kuliah Teori Akuntansi, juga untuk menambah ilmu tentang teori akuntansi secara
mendalam dan bisa memahaminya dengan baik
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen kami, Dr. Dra. Gayatri,
M.Si.,Ak.,CA, yang telah memberi tanggung jawab kepada kami untuk menyusun tugas
ini. Tak lupa juga saya berterima kasih kepada seluruh keluarga mahasiswa Fakultas
Ekonomi khususnya jurusan akuntansi yang telah banyak membantu dan memberikan
bantuan.
Saya berharap agar makalah ini dapat berguna dalam membantu mahasiswa tahun
ajaran berikutnya agar dapat memahami materi mengenai teori-teori akuntansi. Saya
menyadari bahwa pembuatan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu
saran dari berbagai pihak sangat saya harapkan demi perbaikan pembuatan tugas ini
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 49
B. Saran ...................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk pengembangan sistem akuntansi tentunya perlu pengembangan dari basis
teorinya, sehingga sistem akuntansi tersebut bisa lebih bermanfaat bagi pemakainya,
lebih mudah mengembangkannya dan lebih mudah lagi dalam memprediksi apa yang
akan terjadi dimasa yang akan datang yang tentunya berkaitan dengan praktik akuntansi
itu sendiri.
Teori akuntansi mengandung dua kata, yaitu teori dan akuntansi.
Menurut Webster’s Third New International Dictionarymendefinisikan Teori sebagai
suatu susunan yang saling berkaitan tentang hipotesis, konsep dan prinsip pragmatis
yang membentuk kerangka acuan untuk bidang yang dibahas. Sedangkan
pengertian Akuntansi sendiri salah satunya adalah, proses mengidentifikasi, mengukur
dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam
mempertimbangakan berbagai alternatif yang digunakan untuk mengambil kesimpulan
atau keputusan bagi pemakainya.
Dari penjelasan diatas maka Teori Akuntansi dapat diartikan sebagai susunan
konsep, definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi
yang menjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya dalam
struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang
mungkin akan muncul.
Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud untuk menyusun makalah dengan
mengumpulkan materi dari berbagai teori-teori akuntansi yang ada.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengidentifikasi masalah berdasarkan uraian diatas dapat diungkapkan
dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa definisi dari teori akuntansi?
2. Apa saja perumusan teori-teori akuntansi yang ada?
C. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini berdasarkan identifikasi
masalah diatas dapat diungkapkan sebagai berikut :
1. Untuk memahami definisi dari teori akuntansi
2. Untuk mengetahui rumusan teori-teori akuntansi yang ada
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan tugas ini yaitu metode studi kepustakan
dimana saya menggunakan buku pustaka sebagai sumber dalam pembuatan tugas ini.
BAB II
PEMBAHASAN
C. Teori-Teori Akuntansi
1. TEORI PRAGMATIK
Periode 1800-1955 ini sering disebut sebagai ‘masa ilmiah umum’. Selama
periode ini perkembangan teori yang paling prihatin dengan memberikan penjelasan
praktek. Penekanannya adalah pada penyediaan suatu kerangka menyeluruh untuk
menjelaskan dan mengembangkan praktik akuntansi. Teori yang dikembangkan
terutama berdasarkan analisis empiris, metode yang paling sering diadopsi dalam
ilmu fisika. Analisis empiris bergantung pada pengamatan dunia nyata daripada
hanya mengandalkan logika. Ini melibatkan pengembangan teori berdasarkan apa
yang diamati. Sebagai contoh, selama periode ilmiah umum teori akuntansi, teori
tentang bagaimana akun tersebut dikembangkan menggunakan metode analisis
empiris.
Teori ini didasarkan pada bagaimana perusahaan sudah melakukan akun.
Karena teori-teori yang bertujuan untuk memberikan pada kerangka keseluruhan
untuk semua masalah akuntansi dan karena mereka dikembangkan secara empiris,
mereka diberi label ‘ilmiah umum’. Metode ilmiah umum memunculkan publikasi
terkenal, seperti yang disebutkan di bawah ini. Pada tahun 1936 American
Accounting Association (AAA) merilis Pernyataan Tentatif Prinsip Akuntansi yang
Mempengaruhi Laporan Korporat, tahun 1938 American Institute of Certified
Practising Accountants (AICPA) membuat kajian independen dari prinsip akuntansi
dan merilis Sebuah Pernyataan Prinsip Akuntansi (ditulis oleh. Sanders, Hatfield dan
Moore). Pada tahun yang sama, AICPA membentuk Accounting Procedures
Commitee, yang menerbitkan serangkaian buletin penelitian akuntansi. Sifat buletin
ini (dan publikasi teori akuntansi yang pada saat itu) yang dirangkum dalam
pengantar Buletin No 42.Empat puluh-dua buletin yang dikeluarkan selama periode
1939-1953.Delapan dari laporan ini adalah terminologi. Yang 34 lainnya adalah hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh komite prosedur akuntansi yang diarahkan
kepada segmen dari praktik akuntansi di mana masalah yang paling menuntut dan
dengan mana bisnis dan profesi akuntansi yang paling peduli pada saat itu.
Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis. Disini pragmatis itu berkaitan
dengan pengaruh kata-kata, symbol terhadap manusia. Akuntansi dianggap memiliki
kemampuan mempengaruhi perilaku manusia.Teori harus mampu merumuskan
kebenaran. Oleh karena itu teori harus selalu diuji. Ada 3 kriteria atau pihak atau
sumber yang memiliki wewenang dalam menetukan kebenaran atassuatu teori,
yaitu:
a. Dogmatic Kebenaran dikatakan benar karena disampaikan oleh ahli yang
memenang memiliki wewenang untuk menyampaikan kebenaran dan ini
tidak perlu diuji lagi. Keyakinan pada kebenaran inihanya berdasar pada
kepercayaan, keyakinan, atau iman seseorang. Misalnya
keyakinan beragama, charisma seseorang, jabatan, dan lain sebagainya.
b. Self evidence Kebenaran disampaikan dari suatu teori yang dibuktikan
oleh pengetahuan umum, pengamatan,atau pengalaman.
c. Scientific Kebenaran disampaikan dari suatu teori yg dibuktikan lewat
metode ilmiah. Teori dirumuskan,diuji, dan seterusnya berulang secara
terus-menerus.
Teori yang didasarkan dari observasi tingkah laku akuntan atau pengguna
laporan.
a. Descriptive Approach
Berdasarkan observasi bagaimana akuntan bertindak dalam situasi
tertentu, serta apakah akuntan melakukan apa yang dianjurkan oleh teori.
Kelemahannya antara lain tidak ada penilaian logis atas apa yang dilakukan
akuntan, tidak memungkinkan perubahan akibat tidak berujung, dan cenderung
lebih memusatkan pada perilaku akuntan dibandingkan dengan pengukuran
atribut perusahaan.
Dengan metode ini, kami terus mengamati perilaku akuntan untuk
menyalin prosedur akuntansi dan prinsip-prinsip. Dengan demikian, itu adalah
pendekatan induktif untuk pengembangan teori akuntansi adalah cara yang
populer untuk belajar keterampilan akuntansi sampai cukup akhir-akhir ini,
seorang akuntan yang telah dilatih dengan magang atau diberi artikel untuk
berlatih akuntan selama beberapa tahun. Sterling mengacu pada hal ini
sebagai metode antropologi dan komentar seperti berikut :
Ini sangat mirip dengan, yang dikatakan teori bahwa ‘esensi dari agama
primitif animisme’. Teori ini memungkinkan seorang antropolog untuk
memprediksi bahwa dalam kondisi tertentu, seorang primitif [sic] akan
bertindak dengan cara tertentu.
Pengujian teori adalah pengamatan tindakan manusia primitif. Dalam
cara yang sama, pengujian teori antropologi akuntansi adalah pengamatan
tindakan akuntansi manusia. Misalnya, jika seorang antropolog akuntansi te lah
mengamati bahwa akuntansi manusia biasanya mencatattokoh ‘konservatif’
dan secara umum hal ini sebagai prinsip `konservatisme ‘, maka kita dapat
menguji prinsip ini dengan mengamati apakah atau tidak’ seorang akuntansi
dalam catatan fakta tokoh konservatif jika seorang antropolog akuntansi
menetapkan prinsip “keragaman ‘, maka kita dapat menguji prinsip ini dengan
mengamati apakah ada atau tidak seorang akuntansi dalam kejadian catatan
sebenarnya yang serupa dalam cara yang berbeda. Ada beberapa kritik dari
pendekatan ini untuk teori konstruksi :
Hal ini diklaim bahwa tidak ada penilaian logis dari tindakan akuntan.Hal ini
belum tentu bahwa dalam caraperhitungan akuntan di mana ia harus
menghitung dan tidak ada penilaian analisis mengenai kualitas tindakannya
atau perhitungan yang dibuat.
Metode ini tidak memungkinkanperubahan, karena hal ini melingkar dalam
pendekatan. Teknik akuntansi tidak pernah diragukan, mereka diabadikan
oleh generasi penerus dari pengamat akuntansi pragmatis. Kami
mengamati metode dan teknik berlatih akuntan, mengajarkan teknik
kepada siswa saat ini, mengamati, lulusan tersebut di kemudian hari untuk
belajar apa untuk mengajar dan sebagainya.
Akhirnya dengan berfokus pada pragmatik kami berkonsentrasi pada
perilaku akuntandan bukan pada pengukuran atribut perusahaan seperti
aset, passive, pendapatan, dll.Kami tidak menyangkut diri kita dengan
fenomena akuntansi semantik.
Sterling menyimpulkan bahwa pendekatan pragmatis yang pantas
untuk teori konstruksi akuntansi. Kesimpulannya adalah, tentu saja dalam
kaitannya dengan teori normatif tentang bagaimana. Akuntansi harus
menjadidilakukan daripada teori pragmatis yang menggambarkan praktek
dunia nyata.
b. Psychological Approach
Berdasarkan observasi bagaimana tingkah laku pengguna laporan
keuangan – output yang dihasilkan akuntan. Kelemahannya ialah pengguna
sering kali bertindak dengan tidak logis atau tidak bertindak sama sekali.
Pendekatan lain yang pragmatis adalah untuk mengamati reaksi
pengguna untuk output keuangan, Akuntan memanipulasi transaksi akuntansi
sesuai dengan aturan sintaksis yang berbeda yang digunakan untuk
menghasilkan laporan keuangan, (misalnya sistem akuntansi inflasi yang
berbeda,Laporan ini kemudian diterima oleh pengguna Jika penerima bereaksi,
maka hal ini diambil sebagai bukti bahwa laporan keuangan yang ‘berguna’ dan
berisi informasi yang relevan `Namun, ada beberapa masalah. Beberapa
penerima dapat bereaksi secara logis, orang lain mungkin memiliki tanggapan
sebelum dikondisikan dan yang lain mungkin tidak bereaksi ketika mereka
lakukan. Sebuah perbaikan dari pendekatan ini menyesuaikan untuk alasan ini
dengan berkonsentrasi pada teori keputusan dan bukan tanggapan dari
pengambil keputusan individu. Dengan kata lain, hanya akuntansi logis dan
didefinisikan dengan baik, teori-teori yang melibatkan pengukuran atribut
akuntansi yang dikembangkan dan diuji
3. TEORI NORMATIF
Periode 1956-1970 diberi label ‘masa normatif’. Hal ini disebut periode normatif
karena itu adalah periode ketika teori akuntansi berusaha untuk membangun ‘norma’
untuk ‘praktik akuntansi terbaik’. Berbeda dengan periode ilmiah umum, selama
periode ini, peneliti kurang peduli tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam praktek
dan lebih peduli tentang pengembangan teori-teori yang ditentukan apa yang harus
terjadi. Pada periode sebelum 1956, beberapa penulis menghasilkan karya normatif
awal yang terutama berkaitan dengan isu seputar dasar yang tepat untuk penilaian
aset dan klaim pemilik, dan yang termasuk referensi ke dampak inflasi.
Teori normatif mengadopsi tujuan (yang ideal) sikap dan kemudian
menentukan cara mencapai tujuan yang dinyatakan. Mereka memberikan resolusi
tentangapa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan mereka yang telah
disebutkan. Fokus utama dari teori normatif akuntansi selama 1956-1970 adalah
dampak dari perubahan harga pada nilai aset dan perhitungan laba (teori seperti itu
sering dilihat sebagai konsekuensi dari tingkat rekor inflasi yang dialami selama
periode ini).
Dua kelompok mendominasi periode normatif – para kritikus akuntansi biaya
historis dan pendukung kerangka kerja konseptual. Ada beberapa tumpang tindih
antara kedua kelompok, terutama ketika kritikus biaya historis berusaha untuk
mengembangkan teori akuntansi di mana pengukuran aset dan penentuan
pendapatan yang bergantung pada inflasi dan / atau pergerakan harga tertentu.
Selama periode normatif, gagasan ‘kerangka kerja konseptual’ adalah teori
terstruktur akuntansi. Kerangka tersebut dimaksudkan untuk mencakup semua
komponen pelaporan keuangan dan dimaksudkan untuk memandu praktik.
Sebagai contoh, pada tahun 1965 Goldberg ditugaskan oleh AAA untuk
menyelidiki sifat akuntansi. Hasilnya adalah penerbitan An Inquiry into the Nature of
Accounting yang bertujuan untuk mengembangkan kerangka teori akuntansi dengan
menyediakan diskusi tentang sifat dan makna akuntansi. Satu tahun kemudian, AAA
merilis A Statement of Basis Accounting Theory, dengan tujuan menyatakan
memberikan pernyataan terpadu teori akuntansi dasar yang akan berfungsi sebagai
panduan untuk pendidik, praktisi dan orang lain yang tertarik dalam akuntansi.
Periode normatif mulai menggambar ke sebuah akhir pada awal tahun 1970,
dan kini telah digantikan oleh periode ‘teori ilmiah tertentu’, atau ‘era positif’ (1970-).
2 faktor utama yang mendorong runtuhnya periode normatif adalah:
Unlikelihood penerimaan dari setiap teori normatif tertentu
Ketersediaan prinsip ekonomi keuangan dan metode pengujian
Karena teori akuntansi normatif menetapkan bagaimana akuntansi seharusnya
dilakukan, mereka didasarkan pada opini subjektif dari akun apa yang harus
dilaporkan, dan cara terbaik untuk melakukannya. Pendapat mengenai tujuan yang
tepat dan metode akuntansi bervarias i antara individu, dan sebagian besar
ketidakpuasan dengan pendekatan normatif adalah bahwa hal itu tidak memberikan
sarana untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat. Henderson, Peirson
dan Brown menjabarkan 2 kritik utama dari teori normatif pada awal tahun 1970:
Teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesis.
Teori normatif didasarkan pada penilaian suatu nilai.
Teori normatif tidak dapat diuji secara empiris karena tidak mungkin untuk
membuktikan secara empiris apa yang seharusnya. Selanjutnya, asumsi yang
mendasari beberapa teori normatif yang belum teruji, dan itu tidak jelas apakah teori
memiliki fondasi yang kuat.Fakta bahwa teori normatif didasarkan pada nilai
penilaian ketidakpuasan meningkat dengan pendekatan normatif karena menjadi
jelas bahwa itu sulit, dan mungkin mustahil, untuk mendapatkan penerimaan umum
dari setiap teori akuntansi normatif tertentu.
4. GRAND THEORY
Watts (2003) menyatakan bahwa understatement aktiva bersih yang sistematik atau
relatif permanen merupakan salah satu ciri dari konservatisme akuntansi sehingga dapat
dikatakan bahwa konservatisme akuntansi menghasilkan laba yang berkualitas karena
prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan
membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang
tidak overstate.
Penman dan Zhang (2002) dan Fala (2007) menyatakan bahwa konservatisme
akuntansi mencerminkan kebijakan akuntansi yang permanen. Secara empiris penelitian
mereka menunjukkan bahwa earnings yang berkualitas diperoleh jika manajemen
menerapkan akuntansi yang konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan
metode akuntansi atau perubahan estimasi. Understatement laba dan aktiva bersih yang
relatif permanen ditunjukkan melalui laporan keuangan yang merupakan suatu "sinyal
positif" dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan
akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Investor diharapkan
dapat menerima sinyal ini dan menilai perusahaan dengan lebih tinggi.
Terdapat dua pendekatan: secara aksiomatik (melihat asumsi dasar teori) atau
secara prediksi/konsekuensi teori (competing atau consistent). Morris (1987) melihat
asumsi dasar masing-masing teori lalu menyimpulkan bahwa keduanya tidak memiliki
asumsi yang sama, misalnya mengenai biaya agensi yang bisa mencapai nol tetapi
todak demikian halnya dengan biaya signaling, oleh karena itu kemungkinan pertama
(AT=ST) ditolak. Namun ternyata information asymmetry secara implisit tercantum
dalam kondisi yang disyaratkan dalam agency theory. Secara prediksi, ternyata kedua
teori konsisten.
Morris (1987) menyarankan untuk menggabungkan kedua teori ini dalam
memecahkan masalah corporate lobbying, pemilihan kebijakan akuntansi dan seleksi
auditor secara sukarela. Dalam hal ini, Morris (1987) tidak memberikan bentuk teori
baru, namun sebatas pada penggunaan dua teori secara komplementer. Apa yang telah
dilakukannya sebenarnya telah menegaskan asumsi rasionalitas baik pada teori agensi
maupun signaling.
1. Stewardship Theory
Menurut Danalson dan Davis (Ikhsan Suprasto, 2008: 84) Teori Stewardship
diperkenalkan sebagai teori yang berdasarkan tingkah laku, prilaku manusia
(behavior), pola manusia (model of man), mekanisme psikologis (motivasi,identifikasi
dan kekuasaan) dalam sebuah organisasi yang mempraktikkan kepemimpinan sebagai
aspek yang memainkan peranan penting bagi sebuah pencapaian tujuan. Teori ini
berakar dari ilmu psikologi dan sosiologi yang mengarah pada sikap melayani
(Steward)
Triyuwono (2012: 355) akuntansi syariah tidak saja sebagai bentuk akuntabilitas
(accountability) manajemen terhadap pemilik perusahaan (stockholders), tetapi juga
sebagai akuntabilitas kepada stakeholders dan Tuhan. Enterprise theory mengandung
nilai keadilan, kebenaran, kejujuran, amanah, dan pertanggungjawaban, bentuk
pertanggungjawaban utamanya kepada Allah SWT.
Syariah Enterprise Theory menurut Slamet (Triyuwono, 2012: 356) menjelaskan bahwa
aksioma terpenting yang harus mendasari dalam setiap penetapan konsepnya adalah
Allah sebagai Pencipta dan Pemilik Tunggal dari seluruh sumber daya yang ada di
dunia ini. Sedangkan sumber daya yang dimiliki oleh para stakeholders pada
prinsipnya adalah amanah dari Allah SWT yang di dalamnya melekat tanggung jawab
untuk digunakan dengan cara dan tujuan yang ditetapkan oleh Sang Pemberi Amanah
Syariah enterprise theory memiliki pandangan dalam distribusi kekayaan (wealth) atau
nilai tambah (value added) tidak hanya berlaku pada partisipan yang terkait langsung
atau partisan yang memberikan kontribusi kepada operasi perusahaan perusahaan
(pemegang saham, kreditur, karyawan, pemerintah), tetapi juga terhadap pihak lain
yang tidak tekait secara langsung terhadap operasi perusahaan. Oleh karena itu,
syariah enterprise theory akan membawa kemashalatan bagi stockholders,
stakehoders, masyarakat dan lingkungan alam tanpa meninggalkan kewajiban penting
menunaikan zakat sebagai manifestasi ibadah kepada Allah. (Slamet, 2011 dalam
Triyuwono, 2012: 357).
3. Teori Legitimasi
Teori legitimasi (Legitimacy Theory) sebagai suatu kondisi yang ada ketika suatu
sistem nilai perusahaan yang sejalan dengan sistem nilai yang berlaku. Perusahaan
menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.
Menurut Suchman (1995) dalam Mattew, menyebutkan:
“Legitimacy is a generalized perception or assumption that the actions of an entity are
desirable, proper, or appropriate within some socially constructed system of norms,
values, beliefs, and definitions”(Suchman,1995 dalam Tilling).
Gambling dan Karim (1987) yang memberikan teori “Colonial Model” dengan
menganggap bahwa jika suatu masyarakat memiliki ideologi atau pandangan hidup
Islam maka masyarakat akan menggunakan konsep ini dalam kegiatan sosial dan
ekonominya sehingga akan membentuk akuntansi dan teori akuntansinya.
Jika pribadinya Islam maka seyogyanya aturan yang dipakai adalah syari’at Islam
sehingga masyarakatnya akan ditata sesuai Islam dan tentu sistem ekonomi, sosial,
sistem akuntansinya juga sesuai dengan syari’at Islam kenyataanya dinegara-negara
Timur selalu mengklaim memiliki sistem sosial politik tersendiri, ideologi sendiri namun
menggunakan sistem ekonomi dan akuntansi sekuler yang kapitalis, maka wajar jika
kepentingannya kurang terwakili. Untuk itu perlu kiranya intelektual muslim bangkit
membangun teori dan praktek akuntansi yang dapat menjiwai syari’at Islam sesuai
dengan ideologi dan filosofis muslim.
Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj
Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan
terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain,
Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis
dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
2. Menurut Thoha (2004: 141) persepsi pada hakikatnya adalah “proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik
lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman”.
3. Krech (dalam Thoha, 2004: 142) persepsi adalah “suatu proses kognitif yang
komplek dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali
sangat berbeda dari kenyataannya”.
7. Teori Utilitaria’nisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang
berarti bermanfaat (Bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik
jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan
istilah yang sangat terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”.
Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu,
sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak
(kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
8. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena
hak berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan
dua sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar
pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang
segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya berakar dalam
deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dan karena itu
pantas dibahas tersendiri pula.
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama.
Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak
sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu
yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual siapapun tidak pernah
boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.
Menurut perumusan termasyur dari Immanuel Kant : yang sudah kita kenal sebagai
orang yang meletakkan dasar filosofis untuk deontologi, manusia merupakan suatu
tujuan pada dirinya (an end in itself). Karena itu manusia selalu harus dihormati
sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata
sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain.
Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi.
Namun demikian, dalam sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan sesuatu yang
baru. Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah dimulai pada
waktu filsafat Yunani kuno. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi
watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku
baik secara moral. Kebijaksanaan, misalnya, merupakan suatu keutamaan yang
membuat seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap situasi.
Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan kepada
sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat
seseorang tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja keras
adalah keutamaan yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan spontan
untuk bermalas-malasan. Ada banyak keutamaan semacam ini. Seseorang adalah
orang yang baik jika memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut
keutamaan (virtuous life).
Kepercayaan (trust) juga merupakan keutamaan yang penting dalan konteks bisnis.
Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk
mengamankan kepercayaan. Salah satu cara adalah memberi garansi atau jaminan.
Cara-cara itu bisa menunjang kepercayaan antara pebisnis, tetapi hal itu hanya ada
gunanya bila akhirnya kepercayaan melekat pada si pebisnis itu sendiri.
Disamping itu tidak ada standar yang dapat digunakan untuk mengukur unsure
penundaan konsumsi dari teori bunga abstinence. Kalaupun ada bagaimana mentukan
suku bunga yang adil antara dua bela pihak yakni pemilik uang dan pengguna uang
tersebut. Dalam tinjauan syariah unsure penundaan konsumsi ataupun penundaan
investasi dapat dikatakan illat (sifat yang jelas, zahir, tetap konsisten)
Sementara yang selalu terkait dengan “substansi” adalah “bentuk”. Berbeda dengan
“substansi”, “bentuk” selalu dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu “bentuk”
akan selau berubah sepanjang masa mengikuti perubahan itu sendiri. Yang dimaksud
dengan “bentuk” di sini adalah teknik dan prosedur akuntansi, perlakukan akuntansi,
bentuk laporan keuangan dan lain-lainnya.
Perintah normatif alquran di atas perlu dioperasionalkan dalam bentuk aksi / praktik.
Sehingga perinah alquran dapat membumi (dapat dipraktikan) dalam masyarakat.
Selama ini masyarakat muslim secara umum terperangkap pada aspek normative
dalam memahami perintah-perintah agama, dan sebaliknya melupakan praktiknnya.
Sebagai contoh misalnya umat muslim sering mednapatkan ceramah bahwa “bersih itu
adalah sebagian dari iman”, tetapi ternyata dalam praktinya umat muslim tidak dapat
mengerjakannya. Hal ini dibuktikan dengan keadaan masjid yang selalu kotor, rumah
sakit Islam yang juga kotor, dan masih banyak contoh lainnya.
Di sini terlihat adanya jurang pemisah (gap) antara perintah normatif dengan
praktiknya. Dalam kaitannya dengan in Kuntowidjojo (1991) mengusulkan perlunya
“ilmu sosial profetik”. Yang dimaksud dengan ilmu sosial profetik di sini adalah ilmu
yang diturunkan dari alquran dan hadis (sunnah nabi) dengan menggunakan kaidah-
kaidah ilmiah yang nantinya digunakan untuk menjembatani antara perintah normative
dengan praktik. Dengan ilmu ini, perintah-perintah normative menjadi lebih operasional
dan dapat dipraktikkan dalam dunia nyata.
Dalam konteks ini, akuntansi syariah yang sedang kita bicarakan sebetulnya
merupakan bagian dari upaya kita dalam membangun ilmu sosial profetik di bidang
akuntansi. Perintah normative telah ada dalam alquran, berikutnya adalah
menerjemahkan alquran dalam bentuk tori Akuntansi Syariah yang pada gilirannya
digunakan untuk memberikan arah (guidance) tentang praktif akuntansi yang sesuai
dengan syariah.
Teori ini menyatakan bahwa akuntansi terjadi karena bentukan dari persamaan dasar
sebagai berikut:
Asets - Liabilities = Modal
Artinya modal adalah sama dengan harta dikurangi utang. Dalam hal ini, pemilik
adalah pusat perhatian. Aktiva dianggap dimiliki oleh pemilik dan kewajiban / utang
adalah kewajiban pemilik. Tanpa memandang mengenai perlakuan utang, pemilikan
dipandang sebagai nilai bersih kesatuan usaha kepada pemilik.
Pada saat perusahaan didirikan, nilai tersebut akan sama dengan investasi pemilik.
Selama hidup perusahaan, akan terus sama dengan investasi awal dan tambahan
investasi serta akumulasi laba bersih di atas jumlah yang diambil oleh pemilik. Inilah
yang kemudian disebut dengan konsep kekayaan. Teori ini berpendapat bahwa
pendapatan adalah kenaikan atas hak pemilik, sedangkan biaya adalah penurunan.
Dengan demikian laba bersih akan secara langsung menjadi hak pemilik dan
mencerminkan kenaikan kekayaan pemilik dan karena laba adalah kenaikan kekayaan,
maka segera pula ditambahkan kepada modal pemilik.
Pajak perseroan diperlukan secara dengan agen dari pemegang saham yang
menganggap bahwa perseroan adalah agen dari pemegang saham dalam
pembayaran pajak yang nyata-nyata pajak penghasilan dari pemegang saham.
Konsep laba komprehensip ini didasarkan pada proprierty theory karena laba bersih
berisi semua unsur yang mempengaruhi pemilikan selama satuan periode terkecuali
pembagian dividen dan tansaksi modal. Teori ini lebih menekankan pada hakikat
perubahan terhadap pemilikan dan klasifikasinya dalam neraca. Teori ini merupakan
teori akuntansi yang paling kunoi, dan banyak konsep akuntansi yang dikembangkan
dari teori ini.
Kata kunci teori ini adalah: kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), akibat atau
pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequencies). Kelima macam teori
kebenaran yang akan dibahas berikut ini adalah berbagai cara manusia memperoleh
kebenaran yang sifatnya relatif atau nisbi. kebenaran mutlak berasal dari Tuhan yang
disampaikan kepada manusia melalui wahyu. Alam dan kehidupan merupakan sumber
kebenaran yang tersirat dari tuhan untuk dipelajari dan diobservasi guna kebaikan
umat manusia.
Weber mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan
sosial. Inti tesisnya adalah tindakan yang penuh makna dari individu.
Tindakan sosial yang dimaksudkan adalah tindakan yang nyata-nyata diarahkan
kepada orang lain. Dapat pula, berupa tindakan yang membatin atau bersifat subyektif
yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu.
Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan basis bagi peramalan dan penjelasan
perilaku dan peristiwa akuntansi. Perbedaan opini ini memancing Komite Konsep dan Standar
(Committee on Concepts and Standarts) atau Laporan Keuangan Eksternal (External Financial
Report) dari American Accounting Association untuk menyimpulkan bahwa :
1. Tidak ada satu pun teori yang mengatur tentang akuntansi keuangan yang cukup kaya
untuk mencakup secara menyeluruh spesifikasi lingkungan pengguna dengan efektif;
sehingga,
2. Dicantumkan dalam literature akuntansi keuangan bukan sebagai teori akuntansi
keuangan melainkan kumpulan teori – teori yang dapat mengatasi perbedaan –
perbedaan yang terjadi dalam spesifikasi lingkungan pengguna.
Hendriksen mendefinisikan teori akuntansi sebagai “serangkaian prinsip – prinsip yang luas
yang (1) memberikan suatu kerangka referensi umum dimana praktik akuntansi dapat dievaluasi
dan (2) memandu perkembangan dari praktik dan prosedur baru. Definisi ini memungkinkan kita
untuk melihat teori akuntansi sebagai penyedia suatu kumpulan prinsip koheren yang disusun
secara logis dan menjadi kerangka referensi untuk mengevaluasi dan mengembangkan praktikk
– praktik akuntansi.
McDonald berpendapat bahwa suatu teori harus memiliki tiga elemen :: (1) Pengodean
fenomena ke dalam suatu penyajian simbolis, (2) manipulasi atau kombinasi yang mematuhi
aturan tertentu, dan (3) penerjemahan kembali ke fenomena dunia nyata.
Dalam dunia akuntansi professional, ada kepercayaan umum bahwa akuntansi adalah suatu
seni yang tidak dapat diformalisasikan dan bahwa metodologi yang digunakan dalam formulasi
suatu teori akuntansi secara tradisional adalah usaha untuk menjustifikasi apa yang terjadi
dengan mengodifikasikan praktik – praktik akuntansi. Teori seperti ini dinamakan akuntansi
deskriptif (descriptive accounting) atau teori deskriptif akuntansi (descriptive theory of
accounting).
PENDEKATAN UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI
PENDEKATAN NONTEORITIS
Pendekatan nonteoritis adalah suatu pendekatan pragmatis (atau pragmatis) dan pendekatan
kekuasaan.
Pendekatan pragmatis (pragmatic approach) terdiri atas penyusunan suatu teori yang
ditandai oleh kesamaannya dengan praktik dunia nyata yang berguna dalam artian memberikan
solusi yang sifatnya praktis. Berdasarkan pendekatan ini, teknik dan prinsip akuntansi
seharusnya dipilih atas dasar kegunaan mereka bagi para pengguna informasi akuntansi dan
relevansi mereka terhadap proses pengambilan keputusan. Kegunaan, atau utilitas, berarti “sifat
yang mencocokkan sesuatu untuk melayani atau memfasilitasi tujuan yang dimaksudkannya.
Intinya, pendekatan pragmatis untuk mengembangkan prinsip akuntansi telah dikirim oleh
otoritas akuntansi di masa lampau, dan usaha untuk menurunkan konflik – konflik dan praktik
yang ada hingga saat ini masih bersifat sangat hati – hati dan sementara. Hal ini terlihat
berdasarkan pengalaman bahwa pendekatan ini tidak akan, dengan usahanya sendiri, mampu
mendekati penyelesaian masalah konflik dalam prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku.
Pendekatan teori akuntansi merasionalisasikan pilihan dari tehnik – tehnik akuntansi yang
berdasarkan atas pemeliharaan persamaan akuntansi, yaitu persamaan neraca dan persamaan
laba akuntansi.
PENDEKATAN DEDUKTIF
PENDEKATAN INDUKTIF
Pendekatan induktif dalam penyusunan dari suatu teori diawali dengan observasi dan
pengukuran serta berlanjut pada kesimpulan umum. Dalam penerapannya dalam akuntansi,
pendekatan induktif diawali dengan observasi mengenai informasi keuangan dari perusahaan
bisnis dan dilanjutkan dengan menyusun generalisasi dan prinsip – prinsip akuntansi dari
observasi tersebut berdasarkan kepada hubungan yang berulang kembali. Argumentasi induktif
dikatakan didahului oleh kondisi khusus (informasi akuntansi yang menggambarkan hubungan
yang berulang kembali) ke umum (rumus dan prinsip dari akuntansi). Pendekatan induktif untuk
suatu terori mencakup empat tahap :
PENDEKATAN ETIS
Inti dasar dari pendekatan etis terdiri atas konsep kewajaran (fairness), keadilan (justice),
ekuitas (equity), dan kenyataan (truth). Apa pun konotasinya, kewajaran telah menjadi salah
satu tujuan dasar akuntansi. Committee on Auditing Procedures mengacu pada criteria dari
“kewajaran dari penyajian” seperti : (1) kepatuhan terhadap prinsip – prinsip akuntansi yang
berlaku umum, (2) pengungkapan (3) konsistensi (4) dapat diperbandingkan. Dalam suatu
laporan wajar, auditor tidak hanya menyatakan sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan standar audit yang berlaku umum tetapi juga suatu opini dengan kata – kata
“menyajikan secara wajar”.
PENDEKATAN SOSIOLOGI
Pendekatan sosiologi bagi perumusan teori akuntansi menekankan pengaruh sosial dari tehnik
akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang berpusat pada suatu konsep dari kewajaran
yang lebih luas, kesejahteraan sosial. Berdasar pada pendekatan sosiologi, prinsip atau tehnik
akuntansi yang ada dievaluasi untuk penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap
seluruh kelompok dalam komunitas. Juga tersirat dalam pendekatan ini adalah adanya ekspetasi
bahwa data akuntansi akan berguna dalam pembuatan kesejahteraan sosial. Untuk mencapai
tujuannya, pendekatan sosiologi mengasumsikan keberadaan dari “nilai sosial baku” yang
mungkin digunakan sebagai kriteria untuk menentukan teori akuntansi.
PENDEKATAN EKONOMI
Secara umum, perumusan suatu teori akuntansi dan pengembangan prinsip – prinsip
akuntansi telah mengikuti pendekatan selektif, atau kombinasi dari berbagai pendekatan, dan
bukannya hanya satu dari pendekatan yang disajikan di sini. Pendekatan selektif adalah
terutama merupakan akibat dari berbagai usaha oleh individu dan professional serta organisasi
pemerintahan untuk berpartisipasi dalam pematangan konsep dan prinsip dalam akuntansi.
Pendekatan selektif ini telah memberikan peningkatan kepada pendekatan baru yang
diperdebatkan dalam literatur pendekatan peraturan, pendekatan perilaku, serta pendekatan
kejadian, prediksi dan positif.
KESIMPULAN
Pendekatan Pajak
Bila kita mengkaji asal mula teoritis akuntansi pajak, kita akan segera menemukan bahwa
tujuan – tujuan akuntansi akuntansi pajak sangat berbeda dengan tujuan – tujuan pelaporan
keuangan. IRS tidak begitu tertarik pada pengukuran penghasilan suatu perusahaan
dibandingkan dengan penetapan suatu dasar untuk keperluan pajak. Akibatnya, kesimpulan
akuntansi pajak tidak relevan untuk keperluan kita.
Aturan – aturan pajak penghasilan mempunyai pengaruh yang merugikan pada teori dan
prinsip akuntansi dalam banyak bidang. Kecenderungan untuk menerima ketentuan pajak
penghasilan sebagai prinsip dan praktik akuntansi yang berlaku umum ini patut disayangkan.
Berikut adalah contoh – contohnya :
1. Setiap metode penyusutan yang dapat diterima untuk keperluan pajak juga dapat diterima
untuk keperluan akuntansi, tanpa memperhatikan apakah metode itu mengikuti atau
tidak mengikuti teori akuntansi yang baik dalam situasi yang bersangkutan.
2. LIFO harus digunakan untuk keperluan pelaporan keuangan jika metode itu digunakan
dalam laporan pajak.
3. Karena undang – undang pajak tidak mengijinkan, biasanya tidak dibuat penyisihan dalam
laporan keuangan untuk “mengakui” beban – beban perbaikan dan pemeliharaan kecuali
yang dilakukan secara tidak langsung dan secara tidak beraturan melalui penyusutan yang
dipercepat.
PENDEKATAN LEGAL
Pendekatan kedua terhadap akuntansi yang banyak dipakai para pendatang baru untuk
menganalisis situasi – situasi seperti kasus ABC adalah dengan menyarankan untuk memperoleh
pendapat hukum (legal). Tentu saja, seperti yang dikatakan sebagian orang, suatu penjualan
harus diakui bila hak milik legal berpindah. Sayangnya, cara ini tidak menyelesaikan masalah
tersebut segampang yang diharapkan orang karena biasanya hak berpindah bila persidangan
yang mengadili suatu kasus memutuskan bahwa hak memang sudah berpindah.
FASB dalam menetapkan suatu Kerangka Dasar Konseptual untuk akuntansi, menyelidiki
penggunaan hokum untuk menetapkan prinsip – prinsip akuntansi. Mereka mencatat bahwa
dalam banyak situasi selalu ada masalah ekonomi selain masalah legal. “Para pengacara dan
hakim memandang konsep properti dan konsep – konsep yang terkait dengan cara yang hampir
sama dengan cara para akuntan dan pengusahan memandang aktiva, dan mereka menghadapi
kesulitan dalam hal yang hampir sama dalam hal definisi. Bahwa mereka tidak selalu sampai
pada kesimpulan yang sama seringkali mencerminkan fakta bahwa para pengacara itu biasanya
tertarik pada penghasilan yang tersedia untuk pajak atau penghasilan yang tersedia untuk
dividend an bukan pada penghasilan dalam pengertian suatu pertambahan nilai atau suatu
ukuran efisiensi operasional.
PENDEKATAN EKONOMI
PENDEKATAN PERILAKU
Pendekatan perilaku terhadap teori akuntansi telah mendorong para akuntan akademisi
maupun praktisi untuk mencari tujuan – tujuan dasar akuntansi serta jawaban untuk pertanyaan
– pertanyaan seperti : Siapa pemakai laporan keuangan yang dipublikasikan ? Bagaimana sifat
informasi spesifik yang diinginkan oleh beberapa kelompok pemakai? Dapatkah ditemukan
kebutuhan – kebutuhan yang sama agar dapat disajikann laporan – laporan untuk tujuan umum,
atau haruskah kebutuhan – kebutuhan spesifik yang dipenuhi? Bagaimana para investor,
kreditor, dan manajer bereaksi terhadap prosedur dan penyajian akuntansi yang berbeda – beda
?
PENDEKATAN STRUKTRAL
Sebagian besar dasar pemikiran dalam pendekatan ini, khususnya pada tingkatan lokal,
dilakukan dengan analogi. Pendekatan ini mencoba untuk memberlakukan hal – hal yang serupa
dengan cara yang serupa. Pertimbangan mengenai titik mana yang paling tepat untuk mengakui
perstiwa tertentu biasanya didasarkan pada saat yang dipilih untuk mencatat peristiwa –
peristiwa lain. Dengan kata lain, para akuntan mencoba untuk mengklasifikasikan transaksi –
transaksi yang serupa dengan cara yang serupa atau, lebih formalnya, mengupayakan adanya
konsistensi dalam mencatat dan melaporkan transaksi. Hanya bila mereka menghadapi transaksi
yang tidak sesuai dengan cetakan yang sudah ada saja mereka dipaksa untuk kembali ke prinsip
– prinsip yang lebih mendasar.
MENGKLASIFIKASIKAN TEORI – TEORI AKUNTANSI
Para ahli teori menyatakan bahwa ada tiga pertanyaan yang harus diajukan mengenai sebuah
bahasa serta kata – kata dan frasa – frasa yang membentuk bahasa itu :
Pemikiran deduktif. Tujuan merupakan bagian yang penting dalam proses deduktif, karena
tujuan yang berbeda mungkin memerlukan struktur yang sama sekali berbeda dan menghasilkan
prinsip yang berbeda.
Pemikiran Induktif. Proses induksi terdiri atas penarikan kesimpulan umum dari hal – hal
spesifik. Argumentasi induktif biasanya dimulai dengan seperangkat contoh khusus, menyatakan
bahwa contoh – contoh ini mewakili suatu kesatuan yang lebih besar, dan menyimpulkan suatu
generalisasi tentang kesatuan itu.
Baik teori induktif maupun deduktif dapat bersifat deskriptif (positif) atau preskriptif
(normatif). Teori – teori yang deskriptif mencoba mengemukakan dan menjelaskan informasi
keuangan apa yang disajikan dan dikomunikasikan kepada para pemakai data akuntansi serta
bagaimana penyajian dan pengkomunikasiannya. Teori – teori yang normatif mencoba
menentukan data apa yang harus dikomunikasikan kepada para pemakai data akuntansi serta
bagaimana penyajian dan pengkomunikasiannya. Teori – teori yang normatif mencoba
menentukan data apa yang hars dikomunikasikan dan bagaimana data itu harus disajikan;
berarti, teori itu mencoba menjelaskan apa yang seharusnya dan bukan apa yang sebenarnya
disajikan.
VERIFIKASI TEORI
Verifikasi dapat definisikan sebagai penetapan akseptabilitas, atau kebenaran, suatu teori.
Semua teori haruslah baik secara logika, tetapi diluar itu sifat verifikasi akan tergantung pada
sifat teori yang diverifikasi. Teori – teori normatif dinilai dengan cara yang satu; teori – teori
positif dengan cara yang lain.
SIFAT TEORI
Tujuan teori akuntansii adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi definisi
kita tentang praktik akuntansi yang luas. Karena pembangunan dan sifat akuntansi terkait erat
dengan praktek audit – audit di masukkan sebagai bagian dari praktek akuntansi. Sebagai
contoh, teori akuntansi harus menjelaskan mengapa perusahaan tertentu menggunakan last in
first out (LIFO) metode persediaan dan bukan pada pertama, metode pertama out (FIFO).
Teori akuntansi menjadi jauh lebih peduli dengan resep bagaimana perusahaan harus
melaporkan.
Lain dasar teori akuntansi yang muncul adalah perdebatan atas keinginan peraturan
pemerintah keterbukaan keuangan. Penelitian empiris awal telah mempertanyakan alasan-
alasan yang ada untuk peraturan, tetapi penelitian ditemukan alasan-alasan baru dalam teori
ekonomi. Perdebatan atas orang alasan-alasan baru, pada gilirannya, menyebabkan pengakuan
bahwa alasan-alasan mengandalkan pada model sederhana dari perilaku politisi dan birokrat
yang tidak konsisten dengan bukti yang muncul dalam ekonomi. Kesadaran ini menyebabkan
akuntansi penelitian untuk mengadopsi asumsi bahwa politisi dan birokrat, seperti para manajer
dan akuntan, bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri dan menggunakan
asumsi bahwa pada model pengaruh regulasi pada praktek akuntansi.
Teori terdiri dari dua bagian, asumsi, termasuk definisi variabel dan logika yang
berhubungan mereka, dan set hipotesis substantif. Asumsi, definisi, dan logika yang digunakan
untuk mengatur, menganalisis, dan memahami fenomena empiris dari bunga, sedangkan
hipotesis adalah prediksi yang dihasilkan dari analisis.
Pengembangan teori dimulai dengan peneliti pemikiran penjelasan untuk beberapa
fenomena. Misalnya, penjelasan untuk penggunaan LIFO atau FIFO mungkin bahwa manajer
memilih metode yang meminimalkan kewajiban pajak.
DAFTAR PUSTAKA
harahap, sofyan syafri. 2007. “Teori Akuntansi edisi revisi”. Jakarta: Grafindo
Ahmed Riahi – Belkaoui. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat
Suwarjono. 2006. Teori Akuntansi. Yogyakarta : BPFE UGM
Harahap, Sofyan Safri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Watts and Zimmerman. 1982. Positive Accounting. Alabama University
http://www.academia.edu/8537637/KONSTRUKSI_TEORI_AKUNTANSI#signup/close
http://ekakaristiya.blogspot.co.id/2011/11/teori-akuntansi-dan-
perkembangannya.html?m=1
https://teoriakuntansipositif.wordpress.com/
http://enymarie.wordpress.com/2012/03/29/paper-teori-akuntansi-bab-4/
http://juhartin.hol.es/sia/teori-teori-akuntansi/
Syafii, Antonio (2004), Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Gema Insani: Jakarta
Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun
Drs. Muhammad, M.Ag. Pengantar Akuntansi Syari’ah. Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Sri Nurhayati wasila, Pengantar Akuntansi Syari’ah Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta,
2004.
Triyuwono Iwan, Perspektif, Metolodologi dan Teori Akuntansi Syari’ah, Raja Granfindo
Persada, Jakarta, 2006