Anda di halaman 1dari 51

KUMPULAN TEORI-TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

Mata Kuliah : Teori Akuntansi Keuangan

OLEH:

Ni Wayan Nova Apsari (1881611072)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Ida Shang Hyang Widhi Wasa, karena berkat dan rahmat-
Nyalah saya dapat merampungkan tugas ini dengan lancar dan dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Tujuan dan maksud dalam pembuatan tugas ini adalah selain untuk nilai tugas pada
mata kuliah Teori Akuntansi, juga untuk menambah ilmu tentang teori akuntansi secara
mendalam dan bisa memahaminya dengan baik
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen kami, Dr. Dra. Gayatri,
M.Si.,Ak.,CA, yang telah memberi tanggung jawab kepada kami untuk menyusun tugas
ini. Tak lupa juga saya berterima kasih kepada seluruh keluarga mahasiswa Fakultas
Ekonomi khususnya jurusan akuntansi yang telah banyak membantu dan memberikan
bantuan.
Saya berharap agar makalah ini dapat berguna dalam membantu mahasiswa tahun
ajaran berikutnya agar dapat memahami materi mengenai teori-teori akuntansi. Saya
menyadari bahwa pembuatan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu
saran dari berbagai pihak sangat saya harapkan demi perbaikan pembuatan tugas ini

Tabanan, 6 Oktober April 2018

Ni Wayan Nova Apsari


DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................................... ii

Daftar Isi ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................. 6
C. Maksud dan Tujuan ................................................................. 7
D. Metode Penulisan ................................................................... 8
BAB II PEMBAHASAN

A. Pandangan Terhadap Teori Akuntansi .................................... 9


B. Teori-teori Akuntansi ................................................................ 10
1. Teori Pragmatik ................................................................... 9
1.1 Pendekatan Pragmatis Deskriptif ................................... 9
1.2 Pendekatan Pragmatis Psikologi ................................... 9
2. Teori Sintaktik dan Semantik .............................................. 12
2.1 Teori Sintaksis ............................................................... 12
2.2 Teori Interpretasional (Semantis) ................................... 13
3. Teori Normatif ..................................................................... 13
4. Teori Positif ......................................................................... 13
5. Teori Akuntansi Tradisional ................................................. 15
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 49
B. Saran ...................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk pengembangan sistem akuntansi tentunya perlu pengembangan dari basis
teorinya, sehingga sistem akuntansi tersebut bisa lebih bermanfaat bagi pemakainya,
lebih mudah mengembangkannya dan lebih mudah lagi dalam memprediksi apa yang
akan terjadi dimasa yang akan datang yang tentunya berkaitan dengan praktik akuntansi
itu sendiri.
Teori akuntansi mengandung dua kata, yaitu teori dan akuntansi.
Menurut Webster’s Third New International Dictionarymendefinisikan Teori sebagai
suatu susunan yang saling berkaitan tentang hipotesis, konsep dan prinsip pragmatis
yang membentuk kerangka acuan untuk bidang yang dibahas. Sedangkan
pengertian Akuntansi sendiri salah satunya adalah, proses mengidentifikasi, mengukur
dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam
mempertimbangakan berbagai alternatif yang digunakan untuk mengambil kesimpulan
atau keputusan bagi pemakainya.
Dari penjelasan diatas maka Teori Akuntansi dapat diartikan sebagai susunan
konsep, definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi
yang menjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya dalam
struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang
mungkin akan muncul.
Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud untuk menyusun makalah dengan
mengumpulkan materi dari berbagai teori-teori akuntansi yang ada.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengidentifikasi masalah berdasarkan uraian diatas dapat diungkapkan
dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa definisi dari teori akuntansi?
2. Apa saja perumusan teori-teori akuntansi yang ada?
C. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan pembuatan makalah ini berdasarkan identifikasi
masalah diatas dapat diungkapkan sebagai berikut :
1. Untuk memahami definisi dari teori akuntansi
2. Untuk mengetahui rumusan teori-teori akuntansi yang ada
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan tugas ini yaitu metode studi kepustakan
dimana saya menggunakan buku pustaka sebagai sumber dalam pembuatan tugas ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Akuntansi


Teori akuntansi mengandung dua kata, yaitu teori dan akuntansi. Menurut
Webster’sThird New International Dictionary mendefinisikan Teori sebagai suatu
susunan yang saling Sedangkan pengertian Akuntansi sendiri salah satunya adalah,
proses mengidentifikasi, mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai
bahan informasi dalam mempertimbangakan berbagai alternatif yang digunakan untuk
mengambil kesimpulan atau keputusan bagi pemakainya.
Dari penjelasan diatas maka Teori Akuntansi dapat diartikan sebagai susunan
konsep,definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi
yangmenjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya dalam
strukturakuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang
mungkin akan muncul berkaitan dengan hipotesis, konsep dan prinsip pragmatis yang
membentuk kerangka acuan untuk bidang yang dibahas
Teori Akuntansi
Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai
berikut:
1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi menyusun
standarnya.
2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi
dalam hal tidakadanya standar resmi.
3. Menentukan batas dalam hal melakukan “judgement” dalam penyusunan
laporan keuangan.
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap
informasi yangdisajikan laporan keuangan
5. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.
Vernon Kam (1986) menganggap bahwa teori akuntansi adalah suatu system
yangkomprehensif, dimana termasuk postulat dan teori yang berkaitan dengannya. Dia
membagiunsur teori dalam beberapa elemen, yaitu postulat atau asumsi dasar, definisi,
tujuan akuntansi, prinsip atau standar, dan prosedur atau metode-metode.
Teori akuntansi adalah suatu konsep definisi dalil yang menyajikan secara
sistematis gambaranfenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara variabel
dengan variabel lainnya dalamstruktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan
dan meramalkan fenomena yang mungkinmuncul.Hendriksen menilai teori akuntansi
sebagai satu susunan prinsip umum akan dapat :
1. Memberikan kerangka acuan yang umum dari mana praktek akuntansi
dinilai.
2. Teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti
perkembangan ekonomi,sosial,teknologi dan ilmu pengetahuan yang
demikian cepat.
America and Accounting Association’s Committe On Concepts and Standard For
ExternalReports yang menyebutkan bahwaTidak ada teori akuntansi keuangan yang
lengkap yang mencakup dan memenuhikeinginan semua keadaan dan waktu dengan
efektif. Oleh karenanya di dalam literatur akuntansi keuangan yang ada bukan teori
akuntansi tetapi kumpulan teori yang dapat dirumuskan mengatasi perbedaan-
perbedaan persyaratan yang diinginkan para pemakai laporan keuangan.Untuk
perumusan teori akuntansi memang tidak dapat hanya mengandalkan teori akuntansi,
harus menggunakan literatur akuntansi dan disiplin ilmu lain yang relevan. Namun teori
akuntansi merupakan instrumen yang sangat penting dalam menyusun dan
memverifikasi prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
untuk disajikan pada para pemakainya.
B. Resolusi Teori Akuntansi
Pre - Theory
Sebelum formalisasi sistem double-entry di tahun 1400-an, sangat sedikit ditulis
tentang teori yang mendasari praktik akuntansi. Selama periode perkembangan dari
sistem double-entry penekanan utama adalah pada praktek. Itu tidak sampai 1494,
seorang biarawan Fransiskan, Fra Pacioli, menulis buku pertama untuk
mendokumentasikan sistem akuntansi double-entry seperti yang kita kenal. Judul
karyanya adalah Summa de Arithmetica Geometria Proportioni et Proportionalita
(Ulasan aritmatika, geometri, dan Proporsi). Untuk 300 tahun setelah 1.494 risalah
Pacioli, perkembangan akuntansi terkonsentrasi memperbaiki pada praktek. Hal ini
disebut sebagai ‘periode pra-teori’. Goldberg menegaskan:
Tidak ada teori akuntansi yang telah dibuat dari waktu Pacioli pada awal abad
kesembilan belas.Saran teori muncul di sana-sini, tetapi tidak sejauh yang diperlukan
untuk menempatkan akuntansi secara sistematis.
Sampai tahun 1930-an, perkembangan teori akuntansi yang agak khusus untuk
sesuatu maksud dan tidak jelas, berkembang karena mereka dibutuhkan untuk
membenarkan praktek-praktek tertentu. Namun, perkembangan di tahun 1800-an
menyebabkan formalisasi praktek yang ada dalam buku pelajaran dan metode
pengajaran. Ekspansi yang cepat dalam teknologi, disertai dengan pemisahan besar-
besaran kepemilikan dari kontrol atas alat-alat produksi, meningkatkan permintaan untuk
manajemen dan informasi akuntansi keuangan. Secara khusus, pertumbuhan sektor
bisnis dan pembangunan jaringan kereta api di Amerika Serikat dan Inggris
meningkatkan permintaan untuk informasi akuntansi rinci, untuk teknik memperbaiki,
dan untuk praktek akuntansi, seperti penyusutan, sifat jangka panjang aset dan
keuangan baru yang tertampung.

C. Teori-Teori Akuntansi
1. TEORI PRAGMATIK
Periode 1800-1955 ini sering disebut sebagai ‘masa ilmiah umum’. Selama
periode ini perkembangan teori yang paling prihatin dengan memberikan penjelasan
praktek. Penekanannya adalah pada penyediaan suatu kerangka menyeluruh untuk
menjelaskan dan mengembangkan praktik akuntansi. Teori yang dikembangkan
terutama berdasarkan analisis empiris, metode yang paling sering diadopsi dalam
ilmu fisika. Analisis empiris bergantung pada pengamatan dunia nyata daripada
hanya mengandalkan logika. Ini melibatkan pengembangan teori berdasarkan apa
yang diamati. Sebagai contoh, selama periode ilmiah umum teori akuntansi, teori
tentang bagaimana akun tersebut dikembangkan menggunakan metode analisis
empiris.
Teori ini didasarkan pada bagaimana perusahaan sudah melakukan akun.
Karena teori-teori yang bertujuan untuk memberikan pada kerangka keseluruhan
untuk semua masalah akuntansi dan karena mereka dikembangkan secara empiris,
mereka diberi label ‘ilmiah umum’. Metode ilmiah umum memunculkan publikasi
terkenal, seperti yang disebutkan di bawah ini. Pada tahun 1936 American
Accounting Association (AAA) merilis Pernyataan Tentatif Prinsip Akuntansi yang
Mempengaruhi Laporan Korporat, tahun 1938 American Institute of Certified
Practising Accountants (AICPA) membuat kajian independen dari prinsip akuntansi
dan merilis Sebuah Pernyataan Prinsip Akuntansi (ditulis oleh. Sanders, Hatfield dan
Moore). Pada tahun yang sama, AICPA membentuk Accounting Procedures
Commitee, yang menerbitkan serangkaian buletin penelitian akuntansi. Sifat buletin
ini (dan publikasi teori akuntansi yang pada saat itu) yang dirangkum dalam
pengantar Buletin No 42.Empat puluh-dua buletin yang dikeluarkan selama periode
1939-1953.Delapan dari laporan ini adalah terminologi. Yang 34 lainnya adalah hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh komite prosedur akuntansi yang diarahkan
kepada segmen dari praktik akuntansi di mana masalah yang paling menuntut dan
dengan mana bisnis dan profesi akuntansi yang paling peduli pada saat itu.
Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis. Disini pragmatis itu berkaitan
dengan pengaruh kata-kata, symbol terhadap manusia. Akuntansi dianggap memiliki
kemampuan mempengaruhi perilaku manusia.Teori harus mampu merumuskan
kebenaran. Oleh karena itu teori harus selalu diuji. Ada 3 kriteria atau pihak atau
sumber yang memiliki wewenang dalam menetukan kebenaran atassuatu teori,
yaitu:
a. Dogmatic Kebenaran dikatakan benar karena disampaikan oleh ahli yang
memenang memiliki wewenang untuk menyampaikan kebenaran dan ini
tidak perlu diuji lagi. Keyakinan pada kebenaran inihanya berdasar pada
kepercayaan, keyakinan, atau iman seseorang. Misalnya
keyakinan beragama, charisma seseorang, jabatan, dan lain sebagainya.
b. Self evidence Kebenaran disampaikan dari suatu teori yang dibuktikan
oleh pengetahuan umum, pengamatan,atau pengalaman.
c. Scientific Kebenaran disampaikan dari suatu teori yg dibuktikan lewat
metode ilmiah. Teori dirumuskan,diuji, dan seterusnya berulang secara
terus-menerus.
Teori yang didasarkan dari observasi tingkah laku akuntan atau pengguna
laporan.
a. Descriptive Approach
Berdasarkan observasi bagaimana akuntan bertindak dalam situasi
tertentu, serta apakah akuntan melakukan apa yang dianjurkan oleh teori.
Kelemahannya antara lain tidak ada penilaian logis atas apa yang dilakukan
akuntan, tidak memungkinkan perubahan akibat tidak berujung, dan cenderung
lebih memusatkan pada perilaku akuntan dibandingkan dengan pengukuran
atribut perusahaan.
Dengan metode ini, kami terus mengamati perilaku akuntan untuk
menyalin prosedur akuntansi dan prinsip-prinsip. Dengan demikian, itu adalah
pendekatan induktif untuk pengembangan teori akuntansi adalah cara yang
populer untuk belajar keterampilan akuntansi sampai cukup akhir-akhir ini,
seorang akuntan yang telah dilatih dengan magang atau diberi artikel untuk
berlatih akuntan selama beberapa tahun. Sterling mengacu pada hal ini
sebagai metode antropologi dan komentar seperti berikut :
Ini sangat mirip dengan, yang dikatakan teori bahwa ‘esensi dari agama
primitif animisme’. Teori ini memungkinkan seorang antropolog untuk
memprediksi bahwa dalam kondisi tertentu, seorang primitif [sic] akan
bertindak dengan cara tertentu.
Pengujian teori adalah pengamatan tindakan manusia primitif. Dalam
cara yang sama, pengujian teori antropologi akuntansi adalah pengamatan
tindakan akuntansi manusia. Misalnya, jika seorang antropolog akuntansi te lah
mengamati bahwa akuntansi manusia biasanya mencatattokoh ‘konservatif’
dan secara umum hal ini sebagai prinsip `konservatisme ‘, maka kita dapat
menguji prinsip ini dengan mengamati apakah atau tidak’ seorang akuntansi
dalam catatan fakta tokoh konservatif jika seorang antropolog akuntansi
menetapkan prinsip “keragaman ‘, maka kita dapat menguji prinsip ini dengan
mengamati apakah ada atau tidak seorang akuntansi dalam kejadian catatan
sebenarnya yang serupa dalam cara yang berbeda. Ada beberapa kritik dari
pendekatan ini untuk teori konstruksi :
 Hal ini diklaim bahwa tidak ada penilaian logis dari tindakan akuntan.Hal ini
belum tentu bahwa dalam caraperhitungan akuntan di mana ia harus
menghitung dan tidak ada penilaian analisis mengenai kualitas tindakannya
atau perhitungan yang dibuat.
 Metode ini tidak memungkinkanperubahan, karena hal ini melingkar dalam
pendekatan. Teknik akuntansi tidak pernah diragukan, mereka diabadikan
oleh generasi penerus dari pengamat akuntansi pragmatis. Kami
mengamati metode dan teknik berlatih akuntan, mengajarkan teknik
kepada siswa saat ini, mengamati, lulusan tersebut di kemudian hari untuk
belajar apa untuk mengajar dan sebagainya.
 Akhirnya dengan berfokus pada pragmatik kami berkonsentrasi pada
perilaku akuntandan bukan pada pengukuran atribut perusahaan seperti
aset, passive, pendapatan, dll.Kami tidak menyangkut diri kita dengan
fenomena akuntansi semantik.
Sterling menyimpulkan bahwa pendekatan pragmatis yang pantas
untuk teori konstruksi akuntansi. Kesimpulannya adalah, tentu saja dalam
kaitannya dengan teori normatif tentang bagaimana. Akuntansi harus
menjadidilakukan daripada teori pragmatis yang menggambarkan praktek
dunia nyata.
b. Psychological Approach
Berdasarkan observasi bagaimana tingkah laku pengguna laporan
keuangan – output yang dihasilkan akuntan. Kelemahannya ialah pengguna
sering kali bertindak dengan tidak logis atau tidak bertindak sama sekali.
Pendekatan lain yang pragmatis adalah untuk mengamati reaksi
pengguna untuk output keuangan, Akuntan memanipulasi transaksi akuntansi
sesuai dengan aturan sintaksis yang berbeda yang digunakan untuk
menghasilkan laporan keuangan, (misalnya sistem akuntansi inflasi yang
berbeda,Laporan ini kemudian diterima oleh pengguna Jika penerima bereaksi,
maka hal ini diambil sebagai bukti bahwa laporan keuangan yang ‘berguna’ dan
berisi informasi yang relevan `Namun, ada beberapa masalah. Beberapa
penerima dapat bereaksi secara logis, orang lain mungkin memiliki tanggapan
sebelum dikondisikan dan yang lain mungkin tidak bereaksi ketika mereka
lakukan. Sebuah perbaikan dari pendekatan ini menyesuaikan untuk alasan ini
dengan berkonsentrasi pada teori keputusan dan bukan tanggapan dari
pengambil keputusan individu. Dengan kata lain, hanya akuntansi logis dan
didefinisikan dengan baik, teori-teori yang melibatkan pengukuran atribut
akuntansi yang dikembangkan dan diuji

2. Teori Sintaktik Dan Semantik


 Teori Sintaksis
Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan
keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang
berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi
tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu.
 Teori Interpretasional (semantis)
Teori ini berkonsentrasi pada hubungan antara obyek atau kejadian dan istilah
atau simbol. Teori - teori yang berhubungan dengan interpretasi (semantik) diperlukan
untuk memberikan pengertian dalil - dalil akuntansi yang bertujuan meyakinkan
bahwa penafsiran konsep oleh para akuntan sama dengan penafsiran para pemakai
laporan akuntan. Misalnya, laba akuntansi merupakan konsep buatan yang
mencerminkan kelebihan pendapatan atas beban sesudah menerapkan aturan
tertentu untuk mengukur pendapatan dan beban.
Konsep-konsep umum sering tidak dapat diinterpretasikan dan diberi pengertian
yang berbeda oleh para peneliti yang berbeda. Misalnya, nilai tidak memiliki
interpretasi khusus. Current value (nilai saat ini) akan mempunyai pengertian yang
sama, sebelum menginterpretasikan kita harus melihat subkonsepnya dahulu
sehingga terdapat kesepakatan yang jelas mengenai interpretasinya. Konsep nilai
sekarang dari jasa yang akan datang, arus kas yang didiskontokan, harga pasar
berlaku, dan nilai bersih yang dapat direalisasikan semuanya merupakan subkonsep
dari nilai berlaku.
Contoh penerapan teori interpretif adalah: pengukuran nilai persediaan pada
saat ini, langkah pertama adalah menunjukkan subkonsep untuk menerapkan aturan
interpretasi khusus. Jika harga beli berlaku yang dipilih maka current value dapat
didefinisikan sebagai harga tukar untuk suatu barang di pasar pembelian pada
tanggal neraca. Jika harga pasar tidak ada dapat dianggap harga pasar tidak layak
pakai, maka alternatifnya adalah menilai prosedur akuntansi lain yang tersedia dalam
kondisi interpretasi ini. Pembuktian teori ini dapat diperoleh dari riset yang dilakukan
untuk menentukan apakah pemakai informasi akuntansi memahami makna yang
dimaksudkan oleh pembuat informasi, apakah telah konsisten dengan teori yang
ada.
Salah satu interpretasi teoritis akuntansi biaya tradisional historis adalah bahwa
sebagianbesar merupakan teori sintaksis. Penafsiran ini dapat digambarkan sebagai
berikut: systemsemantik adalah transaksi dan pertukaran tercatat dalam voucher,
jurnal dan buku besar bisnis.Hasil ini kemudian disimpulkan berdasarkan lokasi dan
asumsi akuntansi biaya historis. Sebagai contoh, kami mengasumsikan bahwa inflasi
tidak akan dicatat dan nilai pasar nilai aktiva dan kewajiban diabaikan. Kami lalu
menggunakan akuntansi double-entry dan prinsip-prinsip akuntansi biaya historis
untuk menghitung laba rugi dan posisi keuangan. Proposisi individu diverifikasi setiap
kali laporan diaudit dengan memeriksa perhitungan dan manipulasi. Dengan cara ini
teori biaya historis telah dikonfirmasi berkali-kali. Beberapa teori akuntansi mengkritik
dari pendekatan ini. Mereka berpendapat bahwa teori tersebut memiliki konten
semantik hanya atas dasar input.
Tidak ada operasi empiris independen untuk memverifikasi output yang dihitung,
misalnya, keuntungan atau aset total. Angka-angka ini tidak diamati, mereka hanya
sekedar penjumlahan sederhana saldo rekening, dan proses audit ini, pada dasarnya,
hanya sebuah perhitungan kembali. Proses audit memverifikasi masukan dengan
memeriksa dokumen yang digaris bawahi dan memeriksa perhitungan matematis tapi
tidak memverifikasi output akhir. Hal ini berarti bahwa bahkan jika laporan akuntansi
disusun dengan menggunakan sintaks yang sempurna, mereka mungkin memiliki
sedikit, jika ada, nilai dalam pelaksanaan.

3. TEORI NORMATIF
Periode 1956-1970 diberi label ‘masa normatif’. Hal ini disebut periode normatif
karena itu adalah periode ketika teori akuntansi berusaha untuk membangun ‘norma’
untuk ‘praktik akuntansi terbaik’. Berbeda dengan periode ilmiah umum, selama
periode ini, peneliti kurang peduli tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam praktek
dan lebih peduli tentang pengembangan teori-teori yang ditentukan apa yang harus
terjadi. Pada periode sebelum 1956, beberapa penulis menghasilkan karya normatif
awal yang terutama berkaitan dengan isu seputar dasar yang tepat untuk penilaian
aset dan klaim pemilik, dan yang termasuk referensi ke dampak inflasi.
Teori normatif mengadopsi tujuan (yang ideal) sikap dan kemudian
menentukan cara mencapai tujuan yang dinyatakan. Mereka memberikan resolusi
tentangapa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan mereka yang telah
disebutkan. Fokus utama dari teori normatif akuntansi selama 1956-1970 adalah
dampak dari perubahan harga pada nilai aset dan perhitungan laba (teori seperti itu
sering dilihat sebagai konsekuensi dari tingkat rekor inflasi yang dialami selama
periode ini).
Dua kelompok mendominasi periode normatif – para kritikus akuntansi biaya
historis dan pendukung kerangka kerja konseptual. Ada beberapa tumpang tindih
antara kedua kelompok, terutama ketika kritikus biaya historis berusaha untuk
mengembangkan teori akuntansi di mana pengukuran aset dan penentuan
pendapatan yang bergantung pada inflasi dan / atau pergerakan harga tertentu.
Selama periode normatif, gagasan ‘kerangka kerja konseptual’ adalah teori
terstruktur akuntansi. Kerangka tersebut dimaksudkan untuk mencakup semua
komponen pelaporan keuangan dan dimaksudkan untuk memandu praktik.
Sebagai contoh, pada tahun 1965 Goldberg ditugaskan oleh AAA untuk
menyelidiki sifat akuntansi. Hasilnya adalah penerbitan An Inquiry into the Nature of
Accounting yang bertujuan untuk mengembangkan kerangka teori akuntansi dengan
menyediakan diskusi tentang sifat dan makna akuntansi. Satu tahun kemudian, AAA
merilis A Statement of Basis Accounting Theory, dengan tujuan menyatakan
memberikan pernyataan terpadu teori akuntansi dasar yang akan berfungsi sebagai
panduan untuk pendidik, praktisi dan orang lain yang tertarik dalam akuntansi.
Periode normatif mulai menggambar ke sebuah akhir pada awal tahun 1970,
dan kini telah digantikan oleh periode ‘teori ilmiah tertentu’, atau ‘era positif’ (1970-).
2 faktor utama yang mendorong runtuhnya periode normatif adalah:
 Unlikelihood penerimaan dari setiap teori normatif tertentu
 Ketersediaan prinsip ekonomi keuangan dan metode pengujian
Karena teori akuntansi normatif menetapkan bagaimana akuntansi seharusnya
dilakukan, mereka didasarkan pada opini subjektif dari akun apa yang harus
dilaporkan, dan cara terbaik untuk melakukannya. Pendapat mengenai tujuan yang
tepat dan metode akuntansi bervarias i antara individu, dan sebagian besar
ketidakpuasan dengan pendekatan normatif adalah bahwa hal itu tidak memberikan
sarana untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat. Henderson, Peirson
dan Brown menjabarkan 2 kritik utama dari teori normatif pada awal tahun 1970:
 Teori normatif tidak melibatkan pengujian hipotesis.
 Teori normatif didasarkan pada penilaian suatu nilai.
Teori normatif tidak dapat diuji secara empiris karena tidak mungkin untuk
membuktikan secara empiris apa yang seharusnya. Selanjutnya, asumsi yang
mendasari beberapa teori normatif yang belum teruji, dan itu tidak jelas apakah teori
memiliki fondasi yang kuat.Fakta bahwa teori normatif didasarkan pada nilai
penilaian ketidakpuasan meningkat dengan pendekatan normatif karena menjadi
jelas bahwa itu sulit, dan mungkin mustahil, untuk mendapatkan penerimaan umum
dari setiap teori akuntansi normatif tertentu.
4. GRAND THEORY

A. Pengertian Grand Theory


Grand theory adalah setiap teori yang dicoba dari penjelasan keseluruhan kehidupan
sosial, sejarah, atau pengalaman manusia. Pada dasarnya berlawanan dengan
empirisme, positivisme, atau pandangan bahwa pengertian hanya mungkin dilakukan
dengan mempelajari fakta-faktra, masyarakat, dan fenomena. (Quenti Skinner, ed. The
Return of Grand Theory in the Human Sciences, Cambridge, 1985).
Istilah Grand Theory pertama kali diciptakan oleh C. Wright Mills dalam “The
Socioligical Imagination” (1959) yang berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi suatu
penerorian yang tersusun atas konsep-konsep. Grand Theory merupakan dasar lahirnya
teori-teori lain dalam berbagai level.
Dalam kaitannya dengan akuntansi, Grand Theory berkaitan dengan prinsip
konservatisme.
B. Macam-macam Grand Theory
Grand Theori dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. TEORI AKUNTANSI POSITIF
Watts dan Zimmerman (1986 : 5), penggagas Teori Akuntansi Positif, menyatakan
bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan (to explain) dan
memprediksi (to predict) praktik- praktik akuntansi. Arti dari menjelaskan adalah
menyediakan alasan-alasan untuk praktik akuntansi yang dapat diobservasi, sedangkan
arti dari memprediksi adalah bahwa teori akuntansi dapat memprediksi fenomena yang
tidak terobservasi. menghubungkan konsep-konsep dalam bentuk hipotesis yang akan
diuji. Lebih lanjut, mereka menyatakan bahwa teori sebaiknya dibangun oleh para
akademisi, bersumber pada bukti empiris yang memiliki kekuatan untuk mampu
memprediksi. Teori yang tidak dibangun atas dasar tersebut di sebut Watts dan
Zimmerman (1986 :4) sebagai ‘child’s theory’ yang melakukan generalisasi tanpa
pengalaman riset saintifik.
Selanjutnya, Positive Theory menjelaskan tentang hubungan sebab akibat (how the
world works) tanpa dilandasi pertimbangan nilai (Suwardjono, 2008 :27),
sedangkan Normative Theory memberikan saran (prescription) tentang prosedur
akuntansi apa yang sebaiknya dilakukan. Contoh teori normatif antara lain : Paton dan
Littleton- An Introduction to Corporate Accounting Standards (1940), Scott
– Accounting Theory (1941), Paul Grady-inventory for Generally Accepted Accounting
Principle (1965). Contoh teori positif adalah Watts dan Zimmerman (1986) yang
mengkritik teori normatif karena teori normatif didasarkan pada pertimbangan nilai/ value
judgement (Chariri, 2001 : 64-65).
Oleh karena itu jelas bahwa teori akuntansi positif mengakui asumsi rasionalitas
(Watts dan Zimmerman, 1986 :22)

Teori Akuntansi positif didasarkan pada proposisi bahwa manajer, pemegang


saham, dan regulator (politisi) adalah rasional dan mereka berusaha untuk
memaksimalkan utility mereka, yang secara langsung terkait dengan kompensasi dan
kemakmuran mereka. Pilihan akuntansi tergantung pada variabel-variabel yang
merepresentasi insentif manajemen untuk memilih metode akuntansi dengan rencana
bonus, kontrak hutang, dan proses politisi.
Watts dan Zimmerman (1986) menjelaskan tiga hipotesis yang diaplikasikan untuk
melakukan prediksi dalam teori akuntansi positif mengenai motivasi manajemen
melakukan pengelolaan laba. Tiga hipotesis yang dijelaskannya adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis), berkaitan
dengan tindakan manajemen dalam memilih metode akuntansi untuk
memaksimalkan laba demi mendapatkan bonus yang tinggi. Manajemen
yang diberikan janji untuk mendapatkan bonus sehubungan dengan
performa perusahaan khususnya terkait dengan laba perusahaan yang
diperolehnya akan termotivasi untuk mengakui laba perusahaan yang
seharusnya menjadi bagian di masa mendatang, diakui menjadi laba
perusahaan pada tahun berjalan.
2. Hipotesis perjanjian hutang (debt covenant hypothesis), dalam
melakukan perjanjian hutang, perusahaan diharuskan untuk memenuhi
beberapa persyaratan yang diajukan oleh debitur agar dapat mengajukan
pinjaman. Beberapa persyaratan tersebut adalah persyaratan atas
kondisi tertentu mengenai keuangan perusahaan. Kondisi keuangan
perusahaan dapat tercermin dari rasio-rasio keuangannya. Kreditor
memiliki persepsi bahwa perusahaan yang memiliki nilai laba yang relatif
tinggi dan stabil merupakan salah satu kriteria perusahaan yang sehat.
3. Hipotesis biaya politik (political cost hypothesis), hipotesis ini
menjelaskan akibat politis dari pemilihan kebijakan akuntansi yang
dilakukan oleh manajemen. Semakin besar laba yang diperoleh
perusahaan, maka semakin besar tuntutan masyarakat terhadap
perusahaan tersebut. Perusahaan yang berukuran besar diharapkan
akan memberikan perhatian yang lebih terhadap lingkungan sekitarnya
dan terhadap pemenuhan atas peraturan yang diberlakukan regulator.
Menurut Chariri dan Ghozali (2007), dalam teori akuntansi positif terdapat tiga
hubungan keagenan yaitu:
 Hubungan manajemen dengan pemilik (pemegang saham), manajemen
akan cenderung menerapkan akuntansi yang kurang konservatif atau optimis
apabila kepemilikan saham yang ada di perusahaan lebih rendah dibandingkan
dengan kepemilikan saham eksternal. Agen atau manajer tersebut ingin agar
kinerjanya dinilai bagus dan mendapatkan bonus (bonus plan), maka manajer
cenderung meningkatkan laba periode berjalan. Namun, prinsipal atau
pemegang saham hanya menginginkan deviden maupun capital gain dari saham
yang dimilikinya. Sebaliknya, jika kepemilikan manajerial lebih tinggi dibanding
pemegang saham eksternal, maka manajemen cenderung melaporkan laba yang
lebih konservatif. Adanya rasa memiliki dari manajer terhadap perusahaan yang
tinggi membuat manajer lebih berkeinginan untuk memperbesar perusahaan.
Penerapan akuntansi yang konservatif menyebabkan terdapat cadangan dana
tersembunyi yang cukup besar untuk dapat meningkatkan investasi perusahaan.
Aset akan diakui dengan nilai terendah, sehingga nilai pasar lebih besar daripada
nilai buku dan terbentuklah goodwill.
 Hubungan manajemen dengan kreditor, apabila rasio hutang atau ekuitas
perusahaan tinggi maka kemungkinan bagi manajer untuk memilih metode
akuntansi yang konservatif atau yang cenderung menurunkan laba semakin
besar. Hal ini dikarenakan kreditor dapat mengawasi kegiatan operasional
manajemen, sehingga pihaknya meminta manajemen agar melaporkan laba
yang konservatif demi keamanan dananya.
 Hubungan manajemen dengan pemerintah, manajer akan cenderung
melaporkan laba secara konservatif atau secara hati-hati untuk menghindari
pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah, para analis, dan masyarakat.
Perusahaan yang besar akan lebih disoroti oleh pihak-pihak tersebut dibanding
perusahaan kecil. Perusahaan besar harus dapat menyediakan layanan publik
dan tanggung jawab sosial yang lebih baik kepada masyarakat sebagai tuntutan
dari pemerintah dan juga membayar pajak yang lebih ringgi sesuai dengan laba
perusahaan yang tinggi.
2. TEORI AGENSI (AGENCY THEORY)
Teori ini menjelaskan adanya hubungan kontraktual antara dua pihak atau lebih yang
salah satu pihak disebut prinsipal (principal) yang menyewa pihak lain yang disebut agen
(agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian
wewenang (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam hal ini pihak prinsipal mendelegasikan
pertanggungjawaban atas decision making kepada agen. Prinsipal memberikan
tanggung jawab kepada agen sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Wewenang dan tanggung jawab agen maupun prinsipal diatur dalam kontrak kerja atas
persetujuan bersama. prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas demi
kepentingan prinsipal, termasuk dalam pendelegasian otoritas pengambilan keputusan.
Kontrak tersebut seringkali dibuat berdasarkan angka laba bersih, sehingga dapat
dikatakan bahwa teori agensi mempunyai implikasi terhadap akuntansi.
Menurut Watts dan Zimmerman (1986) hubungan prinsipal dan agen sering
ditentukan dengan angka akuntansi. Hal ini memicu agen untuk memikirkan bagaimana
akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan
kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan yang dapat dilakukan agen adalah dengan
melakukan manajemen laba.
Teori agensi menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi oleh konflik
kepentingan antara agen dan prinsipal yang timbul ketika setiap pihak berusaha
mencapai tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Seringkali hubungan antara
prinsipal dan agen tercermin dalam hubungan antara pemilik modal atau investor
sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Dalam hal ini agen memiliki lebih banyak
informasi dibanding prinsipal, sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi. Adanya
informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan
tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan pribandinya. Bagi prinsipal dalam
hal ini pemilik modal atau investor akan sangat sulit untuk mengontrol secara efektif
tindakan yang dilakukan oleh manajer karena hanya memiliki sedikit informasi.

Menurut Scott (2009) terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:


1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang
dalam lainnya memiliki lebih banyak pengetahuan tentang keadaaan dan
prospek perusahaan dibandingkan dengan pihak luar. Informasi
mengenai fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang
akan diambil oleh pemegang saham tidak disampaikan oleh manajer
kepada pemegang saham.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh manajer
tidak seluruhnya diketahui oleh pemeagang saham maupun kreditur.
Sehingga manajer dapat melakukan tindakan yang melanggar kontrak
dan secara etika atau norma tidak layak untuk dilakukan di luar
sepengetahuan pemegang saham.
3. TEORI SIGNAL (SIGNALING THEORY)
Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan
untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan
pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan
prospek yang akan datang daripada pihak luar.
Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka
melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan
dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu
cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak
luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan
mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et
al, 2000).
Dalam teori sinyal dijelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan
keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme untuk
menghasilkan laba lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan
tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan
menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Dalam prakteknya, manajemen
menerapkan kebijakan akuntansi konservatif dengan menghitung depresiasi yang tinggi
akan menghasilkan laba rendah yang relatif permanen yang berarti tidak mempunyai
efek sementara pada penurunan laba yang akan berbalik pada masa yang akan datang
(Fala, 2007).

Kusuma (2006) menyatakan bahwa tujuan teori signaling kemungkinan besar


membawa dampak yang baik bagi para pemakai laporan keuangan. Manajer berusaha
menginformasikan kesempatan yang dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan
datang. Sebagai contoh, karena manajer sangat erat kaitannya dengan keputusan yang
berhubungan dengan aktivitas investasi maupun operasi perusahaan, otomatis para
manajer memiliki informasi yang lebih baik mengenai prospek perusahaan di masa yang
akan datang. Oleh karena itu manajer dapat mengestimasi secara baik laba masa
datang dan diinformasikan kepada investor atau pemakai laporan keuangan lainnya.

Watts (2003) menyatakan bahwa understatement aktiva bersih yang sistematik atau
relatif permanen merupakan salah satu ciri dari konservatisme akuntansi sehingga dapat
dikatakan bahwa konservatisme akuntansi menghasilkan laba yang berkualitas karena
prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan
membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang
tidak overstate.
Penman dan Zhang (2002) dan Fala (2007) menyatakan bahwa konservatisme
akuntansi mencerminkan kebijakan akuntansi yang permanen. Secara empiris penelitian
mereka menunjukkan bahwa earnings yang berkualitas diperoleh jika manajemen
menerapkan akuntansi yang konservatif secara konsisten tanpa adanya perubahan
metode akuntansi atau perubahan estimasi. Understatement laba dan aktiva bersih yang
relatif permanen ditunjukkan melalui laporan keuangan yang merupakan suatu "sinyal
positif" dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan
akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Investor diharapkan
dapat menerima sinyal ini dan menilai perusahaan dengan lebih tinggi.

C. Hubungan Agency Theory dan Signaling Theory


Morris (1987) berpendapat bahwa Agency Theory dan Signaling Theory dapat
dihubungkan. Dalam artikelnya, Morris menemukan bahwa ada konsistensi logis antara
keduanya yang memungkinkan untuk penggabungan dua teori tersebut untuk
menyelesaikan masalah principal-agent dan pemilihan kebijakan akuntansi.
Agency theory menjelaskan bahwa pemisahan antara principal dan agent akan
menyebabkan konflik saat semua pihak mengambil keputusan berdasarkan
kepentingannya masing-masing. Dalam hal ini principal akan mengeluarkan biaya
agensi sebagai alat monitor dan perencanaan agency cost.
Terdapat dua versi agency theory:
(1) Akan selalu ada agency cost yang timbul karena ada jumlah optimum biaya yang
dikeluarkan dibandingkan dengan manfaat dari biaya tersebut;
(2) Agency cost dapat mencapai nol karena adanya kekuatan pasar. Signalling
theory berkaitan dengan masalah informasi asimetri. Asimetri ini dapat berkurang jika
pihak yang memiliki informasi berlebih dapat memberikan signal tanda-tanda ke pihak
lain tentang informasinya.

Morris (1987) mengajukan 4 kemungkinan hubungan Agency theory (AT)


dan Signalling Theory (ST):
(1) AT=ST tetapi dengan nama yang berbeda;
(2) AT bagian dari ST atau ST bagian dari AT;
(3) AT benar, ST mungkin benar;
(4) AT berkontradiksi dengan ST.

Terdapat dua pendekatan: secara aksiomatik (melihat asumsi dasar teori) atau
secara prediksi/konsekuensi teori (competing atau consistent). Morris (1987) melihat
asumsi dasar masing-masing teori lalu menyimpulkan bahwa keduanya tidak memiliki
asumsi yang sama, misalnya mengenai biaya agensi yang bisa mencapai nol tetapi
todak demikian halnya dengan biaya signaling, oleh karena itu kemungkinan pertama
(AT=ST) ditolak. Namun ternyata information asymmetry secara implisit tercantum
dalam kondisi yang disyaratkan dalam agency theory. Secara prediksi, ternyata kedua
teori konsisten.
Morris (1987) menyarankan untuk menggabungkan kedua teori ini dalam
memecahkan masalah corporate lobbying, pemilihan kebijakan akuntansi dan seleksi
auditor secara sukarela. Dalam hal ini, Morris (1987) tidak memberikan bentuk teori
baru, namun sebatas pada penggunaan dua teori secara komplementer. Apa yang telah
dilakukannya sebenarnya telah menegaskan asumsi rasionalitas baik pada teori agensi
maupun signaling.

5. Pengaplikasian Teori pada Peraturan Akuntansi


 Teori Efisiensi Pasar
Teori ini berpendapat bahwa pasar mencapai fungsi nya yang terbaik tanpa campur
tangan pemerintah. Meningkatnya pasar international mempengaruhi secara luas
dalam arus informasi data dan modal. Bagaimanapun juga pemerintah juga harus
turut campur dalam pasar,campur tangan yang paling baik adalah dengan tujuannya
adalah untuk mengembangkan dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi. Para
pendukung teori ini berpendapat akuntansi sebagai pemintaan informasi akuntansi
oleh para pengguna,dan penawaran beberapa informasi dalam bentuk laporan
keuangan.

 Teori Perwakilan (Keagenan)


Hubungan agen yang utama adalah hubungan antara manajemen dengan pemilik
perusahaan. Tujuan manajemen dengan pemilik perusahaan seringkali tidak sejalan
bahkan saling bertentangan. Pemilikk perusahaan berfokus pada maksimalisasi
return investasi serta harga surat berharganya, sementara manajer memiliki
jangkauan fokus economic interest (kompensasi) dan kebutuhan psikologis (prestis)
yang lebih luas. Karena adanya pertentangan ini, pemilik perusahaan terdorong
untuk mengontrak manajer sedemikian rupa agar konflik dua pihak dapat ditekan.
Akhirnya muncul cost untuk memonitor kontrak dengan manajemen sehingga
mengurangi kompensasi yang diterima manajemen. Dengan demikian, manajemen
terdorong untuk menjaga cost agar tetap rendah dengan tidak terlibat pertentangan
dengan pemilik perusahaan. Meminimalkan cost monitoring merupakan satu insentif
bagi manajemen untuk melaporkan hasil akuntansi secara reliable kepada pemilik.
Sebab, manajemen dinilai berdasarkan seberapa baik laporan mereka, dan
pelaporan yang baik akan meningkatkan reputasi manajer dan pada akhirnya
manajer akan mendapatkan kompensasi yang lebih karena agency cost dapat
ditekan (pemilik percaya pada hasil laporan manajer). Prinsip-prinsip pokok
corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good
corporate governanceadalah; transparansi (transparency), akuntabilitas
(accountability), keadilan (fairness), dan responsibilitas (responsibility).
 Teori Regulasi/Peraturan
 Teori Kepentingan Publik. Teori ini menunjukkan regulasi yang merupakan
hasil dari tuntutan publik untuk koreksi kegagalan pasar. Dalam teori ini,
kewenangan pusat, termasuk juga badan pengawas regulator, diasumsikan
memiliki kepentingan terbaik dihati masyarakat. Hal tersebut merupakan hal yang
terbaik digunakan untuk mengatur sehingga dapat memaksimalkan
kesejahteraan sosial. Akibatnya, peraturan dianggap sebagai trade off antara
biaya regulasi dan manfaat sosial dalam bentuk operasi omproved pasar.
Sementara pandangan ini merupakan yang ideal tentang bagaimana peraturan
harus dilakukan, namun ada masalah dalam pelaksanaannya.

 Regulatory Capture Theory. Meskipun pada faktanya peraturan dibuat untuk


menjaga kepentingan umum pengguna,tujuan ini tidak bisa dicapai karena dalam
proses pembuatannya pembuat peraturan mendominasi peraturan tersebut
karena dibuat dari beberapa sudut pandang entitas yang paling banyak
mempengaruhi legistif.

 Teori Kepentingan Individu. Teori ini disampaikan george stigler Tahun


1971yang mengatakan bahwa aktivitas seputar peraturan menggambarkan
persaudaraan diantara kekuatan politik dari kelompok berkepentingan. kelompok
berkepentingan (eksekutif/industri) sebagai sisi sang Permintaan/demand dan
legislatif sebagai supply.
PENDEKATAN KONTRAK EFISIEN
UNTUK KEGUNAAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kontrak efisien adalah sebuah hal yang sangat signifikan dari pengelolaan perusahaan
atau Good Corporate Governance. Untuk menguatkan tata kelola perusahaan, kontrak-
kontrak harus dibuat seefisien mungkin. Mereka harus secara optimal seimbang antara
biaya dan manfaat. yang pada akhirnya, tujuan dari teori ini adalah untuk memahami,
memprediksi dan menentukan pilihan kebijakan akuntansi manajerial pada situasi yang
berbeda dan di perusahaan yang berbeda, dan bagaimana akuntansi keuangan dapat
berkontribusi terhadap pengelolaan kontrak yang efisien.
Teori Kontrak Efisien
Teori efisiensi kontrak membantu akuntan mengetahui mengapa melaporkan ke
manajemen adalah penting, dan untuk mengapresiasi batasan perhatian legitimasi
manajemen tentang pemilihan kebijakan akuntansi. Teori kontrak efisien mempelajari
peran informasi akuntansi keuangan dalam memoderasi asimetri informasi antara
pihak-pihak yang mengadakan dan melakukan perjanjian, dengan demikian memiliki
kontribusi terhadap kontrak efisien dan penatalayanan dan keefisienan tata kelola
perusahaan.
Teori kontrak efisien berasumsi bahwa manajer, seperti investor, adalah rasional.
Sebagai hasilnya, manajer tidak dapat diasumsikan tentunya memaksimalkan
keuntungan perusahaan, secara umum, melakukan sesuai kepentingan investor.
Melainkan, merekan akan melakukannya demi kepentingan dirinya sendiri.
Konsekuensinya, kepentingan manajer, pemberi pinajaman, dan pemegang
saham terjadi konflik. Teori kontrak efisien mempelajari bagaimana konflik ini
diselesaikan. Melalui ini memungkinkan kita untuk menilai seberapa efisien desain
kontrak dapat membantu menselaraskan kepentingan manajer dengan para pemberi
pinjaman dan pemegang saham. Teori ini juga membahas kontrak implisit, yang mana
muncul dari menjaga hubungan bisnis.Akhirnya, teori kontrak efisien percaya pada
pasar. Menegaskan bahwa idealnya permintaan Informasi akuntansi keuangan harus
memenuhi tekanan pasar, dengan peran dari pengaturan standar yang disediakan
prinsip umum yang ada yang mana praktik akuntansi dapat mengembangkan
berdasarkan hukum permintaan dan penawaran.
Sumber Permintaan Kontrak Efisien Atas Informasi Akuntansi Keuangan
Pemberi Pinjaman
Kontrak hutang adalah sumber keuangan yang penting bagi kebanyakan perusahaan.
Ketika keamanan paling penting bagi pemberi pinjaman, seperti pemegang saham,
adalah kinerja perusahaan di masa akan datang, dua aspek kontrak hutang harus
diperhatikan.
Pemegang Saham
Eksploitasi dikendalikan dengan mendasarkan kompensasi manajer pada beberapa
ukuran performa manajer, seperti net income. Juga penegasan peran statement
keuangan membantuk mencegah manager dari overstating informasi dalamnya selama
tahun berjalan, yang dapat mengakibatkan harga saham overvaluation oleh pasar.
Namun, karena manajer diasumsikan berlaku sesuai dengan kepentingannya sendiri,
dan asimetri informasi mencegah pemegang saham mengawasi langsung usaha
manajer dalam menjalankan perusahaan (moral hazard), manajer mungkin melalaikan
usaha dan menutupi overstatement dan keuntungan kecil seperti overvaluation
aset dan memanage pendapatan kedepannya. Hal ini menimbulkan permintaan untuk
kebijakan akuntansi keuangan yang memaksa tanggung jawab usaha manajer dan
membatasi aksi manajer yang opportunis.
Kebijakan Akuntansi Untuk Kontrak Efisien
Dapat diandalkan (reliabilitas)
Agar dapat diandalkan, informasi akuntansi untuk kontrak efisien yang berdasarkan
kepada transaksi pasar yang terealisasi, dan dapat diverifikasi oleh pihak ketiga.
Penting bahwa peningkatan perhatian pada reliabilitas berarti bahwa laporan keuangan
terbaik adalah untuk menginformasikan kepada pemberi pinjaman dan melindungi
manajer oportunis adalah tidak sama dengan yang terbaik untuk menginformasikan
investor ekuitas.
Konservatisme
Pemikiran kontrak efisien untuk kondisi konservatism bersyarat melebihi diluar
kewajiban hukum. Dia menyediakan early warning system atas kesulitan keuangan
mendatang. Juga, conservatism bersyarat, dengan membuat sebuah sistematik
understatement atas nilai bersih aset, menyediakan pemberi pinjaman dengan batas
bawah aset bersih untuk membantu mereka mengevaluasi keamanan pinjaman.
Ketegasan Kontrak
Kontrak sifatnya sulit untuk dapat diubah. Diberikan kontrak yang tegas, perusahaan
menghadapi pertukaran tata kelola. Kebijakan akuntansi yang optimal untuk
perusahaan mewakili kompromi. Menentukan kebijakan akuntansi secara ketat
sebelumnya akan meminimalkan opportunistic kebijakan akuntansi yang dipilih
manajer. Disisi lain, membiarkan manajer memilih kebijakan akuntansi akan
mengurangi biaya ketegasan kontrak tapi membuka perusahaan biaya perilaku
manajer yang opportunis.
Employee Stock Options
Terdapat tiga karakteristik Opsi:
1. Pengembalian yang diharapkan dari memegang suatu opsi melebihi tingkat
pengembalian saham yang diharapkan.
2. Potensi kenaikan (tendensi kenaikan terhadap nilainnya) meningkat seiring dengan
waktu jatuh tempo.
3. Jika opsi “deep-in-the-money” artinya jika nilai saham dasar jatuh lebih tinggi
daripada harga exercise price ,maka hasil dari menahan opsi tersebut dan
probabilitasnya sangat mendekati hasil dan probabilitasnya dari menahan saham
dasarnya.
Discussion And Summary of Eso Expensing
Mengapa pihak manajemen menentang pembebanan ESO? Satu kemungkinan yang
bisa menjelaskan sikap manajemen tersebut adalah bahwa manajemen tidak
menerima adanya efisiensi pasar sekuritas. Manajemen percaya bahwa para investor
akan bereaksi negatif terhadap laba yang dilaporkan menurun, apa pun alasannya.
Kemungkinan yang lain adalah bahwa laba yang dilaporkan menurun akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya pelanggaran debt covenant. Selain itu,
kompensasi manajemen bisa menurun sampai titik di mana kompensasi ditentukan
berdasarkan laba yang dilaporkan.
Distinguishing Efficiency And Opportunis
Mian dan Smith (1990) melakukan penelitian tentang efficient contracting. Mian dan
Smith mengamati pilihan kebijakan akuntansi untuk mengkonsolidasi perusahaan
subsidiary. Mereka berpendapat bahwa semakin besar interdependensi antara
perusahaan induk dengan perusahaan anak maka akan semakin efisien untuk
menyiapkan laporan keuangan konsolidasi. Mereka memperkirakan bahwa semakin
besar integrasi antara perusahaan induk dan perusahaan anak, maka semakin besar
kemungkinan/kecenderungan perusahaan induk untuk menyiapkan laporan
konsolidasian.
Armstrong, Jagolinzer, dan Larcker (AJL; 2010) mempelajari mengenai banyaknya
perusahaan yang mengalami penyajian kembali laporan keuangan, class-action
lawsuit, dan investigasi SEC yang mungkin mengindikasikan perilaku oportunistik
manajer. Pertanyaannya adalah: Apakah perusahaan dengan CEO yang mempunyai
delta portofolio tinggi menunjukkan perilaku oportunistik CEO yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan perusahaan serupa dengan CEO yang memiliki delta portofolio
lebih rendah? Dalam penelittiannya, AJL tidak menemukan bukti akan hal tersebut.
Oleh karena itu, kepemilikan saham perusahaan oleh manajer sepertinya tidak
menyebabkan perilaku oportunistik.
Meskipun penelitian AJL menyatakan demikian, adanya penyajian kembali, lawsuit,
dan investigasi SEC menunjukkan bahwa perilaku seperti itu memang ada. Dengan
demikian, hal tersebut mungkin saja terjadi dengan didorong oleh motivasi yang lain.
Hope dan Thomas (2008) meneliti sampel perusahaan-perusahaan multinasional di
bawah SFAS. Berlakunya SFAS 31 menghapuskan kewajiban untuk melaporkan laba
berdasarkan wilayah geografis, sehingga pengungkapan tersebut bersifat sukarela
saja setelah adanya SFAS 131. Hope dan Thomas melaporkan bahwa di antara
perusahaan-perusahaan sampel tersebut yang tidak mengungkapkan laba
berdasarkan wilayah geografis setelah berlakunya SFAS 131, total penjualan
asingnya meningkat tetapi total laba asingnya secara rata-rata menurun jika
dibandingkan dengan periode sebelum berlakunya SFAS 131 atau jika dibandingkan
dengan laba domestic perusahaan yang sama setelah SFAS 131. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sepertinya manajer telah mengeksploitasi kemampuan investor
yang menurun untuk mengawasi kinerja mereka dengan cara meningkatkan penjualan
asing dengan mengorbankan keuntungan. Hal tersebut oleh penulis disebut sebagai
“empire bulding”, yaitu suatu bentuk moral hazard yang mana manajer secara
oportunistis menaikkan ukuran perusahaan (dengan menaikkan penjualan asing).
Kesimpulannya, baik efficient contracting maupun sikap oportunisme dua-duanya
ada/terjadi di dalam dunia akuntansi pada kenyataanya.
Summary Of Efficient Contracting For Debt And Stewardship
Teori efficient contracting mempelajari tentang peran informasi akuntansi keuangan
dalam menjembatani asimetri informasi antara pihak-pihak dalam kontrak. Untuk
mencapai kontrak yang efisien (efficient contracting), informasi keuangan harus reliable
dan konservatif (secara kondisional). Suatu implikasi signifikan atas teori efficient
contracting adalah bahwa kebijakan akuntansi mempunyai konsekuensi-konsekuensi
ekonomi. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi penting bagi para manajer. Selama
manajer memiliki keluwesan untuk memilih kebijakan akuntansi, mereka dapat
mengubah kebijakan ini untuk mengimbangi dampak dari standar akuntansi baru pada
kontrak utang dan kompensasi.
Implicit Contracts
Definition and Empirical Evidence
Perusahaan dapat mendapatkan keuntungan dari effiecient contracting tanpa harus
benar-benar masuk ke dalam sebuah kontrak formal. Sebagai contoh yaitu
kepercayaan yang diperoleh perusahaan atas konsistensinya melaporkan laba yang
terus berkembang secara transparan. Hubungan yang berdasarkan kepercayaan
semacam itu disebut sebagai kontrak implisit (implicit contracts).
Single Period Non-Cooperative Game
Dalam teori Single-Person Decision Theory, alami (nature) adalah kekuatan yang tidak
memihak dan strategi yang dipilih oleh investor tidak dipengaruhi dari nature ini. Teori
ini diturunkan ketika hasil yang diperoleh oleh lawan (manajer) dan bukan oleh nature,
yang membawa kita ke teori permainan. Sejak kebutuhan akan keputusan dari pihak
yang berbeda mungkin tidak selalu sama, konflik antar pihak dapat dimodelkan
sebagai sebuah permainan. Salah satu contoh konflik ini mungkin terjadi di antara
investor dan manajer. Investor menginginkan informasi keuangan yang relevan dan
dapat diandalkan untuk membantu mereka dalam menilai risiko dan imbalan yang
diharapkan dari investasi. Namun, manajer mungkin tidak ingin mengungkapkan
semua informasi yang dimilikinya.
Summary Of Implicit Contracting
Teori permainan non-kooperatif menjelaskan model situasi tentang adanya konflik
yang biasa terjadi antar pengguna laporan keuangan. Bahkan model teori permainan
sederhana menujukkan bahwa badan penyusun standar akuntansi yang gagal untuk
mempertimbangkan kepentingan semua konstituen yang dipengaruhi oleh pilihan
kebijakan akuntansi sedang dalam bahaya membuat rekomendasi kebijakan yang sulit
untuk diterapkan. Penelitian empiris telah melaporkan bukti kontrak efisien dan perilaku
oportunistik manajer. Sementara itu penting bagi akuntan untuk menyadari
kemungkinan oportunisme yang dilakukan para manajer, bukti efisien menunjukkan
bahwa mungkin untuk menyelaraskan manajer kepentingan dengan para investor.

GRAND THEORY AKUNTANSI SYARIAH

1. Stewardship Theory

Menurut Danalson dan Davis (Ikhsan Suprasto, 2008: 84) Teori Stewardship
diperkenalkan sebagai teori yang berdasarkan tingkah laku, prilaku manusia
(behavior), pola manusia (model of man), mekanisme psikologis (motivasi,identifikasi
dan kekuasaan) dalam sebuah organisasi yang mempraktikkan kepemimpinan sebagai
aspek yang memainkan peranan penting bagi sebuah pencapaian tujuan. Teori ini
berakar dari ilmu psikologi dan sosiologi yang mengarah pada sikap melayani
(Steward)

Stewardship (suatu sikap melayani), merupakan suatu pandangan baru tentang


mengelola dan menjalankan organisasi, suatu pergeseran pendekatan pada konsep
kepemimpinan dan manajemen yang ada sekarang dari konsep mengendalikan
(control) dan mengarahkan, kearah konsep peraturan, kemitraan, dan kepemilikan
secara bersama oleh anggota/tim dalam organisasi, yang merasa organisasi menjadi
suatu miliknya ataupun satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari diri sendiri.
(Ikhsan Suprasto, 2008: 84). Teori stewardship didefinisikan sebagai situasi dimana
para steward (pengelola)tidak mempunyai kepentingan pribadi tetapi lebih
mementingkan kepentingan principal (pemilik) (Donaldson dan Davis, 1991 dalam
Ikhsan Suprasto, 2008: 84)

Teori stewardship ini mengasumsikan hubungan yang kuat antara kesuksesan


organisasi dengan kinerja perusahaan, sehingga funi utilitas akan maksimal dan tujuan
sesuai dengan harapan pemilik. Karena steward lebih melihat pada usaha untuk
mencapai tujuan organisasi dan bukan pada tujuan individu. Stewardship theory
adalah sikap melayani, dimana manajemen mempunyai sikap melayani para
stakeholdernya. Artinya ketika manajemen melaksanakan kegitan operasional
perusahaan manajemen juga memberikan pelayanan dibidang ekonomi yang sesuai
dengan prinsip syariah.

2. Syariah Enterprise Theory

Triyuwono (2012: 355) akuntansi syariah tidak saja sebagai bentuk akuntabilitas
(accountability) manajemen terhadap pemilik perusahaan (stockholders), tetapi juga
sebagai akuntabilitas kepada stakeholders dan Tuhan. Enterprise theory mengandung
nilai keadilan, kebenaran, kejujuran, amanah, dan pertanggungjawaban, bentuk
pertanggungjawaban utamanya kepada Allah SWT.

Syariah Enterprise Theory menurut Slamet (Triyuwono, 2012: 356) menjelaskan bahwa
aksioma terpenting yang harus mendasari dalam setiap penetapan konsepnya adalah
Allah sebagai Pencipta dan Pemilik Tunggal dari seluruh sumber daya yang ada di
dunia ini. Sedangkan sumber daya yang dimiliki oleh para stakeholders pada
prinsipnya adalah amanah dari Allah SWT yang di dalamnya melekat tanggung jawab
untuk digunakan dengan cara dan tujuan yang ditetapkan oleh Sang Pemberi Amanah

Syariah enterprise theory memiliki pandangan dalam distribusi kekayaan (wealth) atau
nilai tambah (value added) tidak hanya berlaku pada partisipan yang terkait langsung
atau partisan yang memberikan kontribusi kepada operasi perusahaan perusahaan
(pemegang saham, kreditur, karyawan, pemerintah), tetapi juga terhadap pihak lain
yang tidak tekait secara langsung terhadap operasi perusahaan. Oleh karena itu,
syariah enterprise theory akan membawa kemashalatan bagi stockholders,
stakehoders, masyarakat dan lingkungan alam tanpa meninggalkan kewajiban penting
menunaikan zakat sebagai manifestasi ibadah kepada Allah. (Slamet, 2011 dalam
Triyuwono, 2012: 357).

3. Teori Legitimasi

Teori legitimasi (Legitimacy Theory) sebagai suatu kondisi yang ada ketika suatu
sistem nilai perusahaan yang sejalan dengan sistem nilai yang berlaku. Perusahaan
menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.
Menurut Suchman (1995) dalam Mattew, menyebutkan:
“Legitimacy is a generalized perception or assumption that the actions of an entity are
desirable, proper, or appropriate within some socially constructed system of norms,
values, beliefs, and definitions”(Suchman,1995 dalam Tilling).

Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa


tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas merupakan tindakan yang diinginkan,
pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang
dikembangkan secara sosial. Legitimasi dianggap penting bagi perusahaan
dikarenakan legitimasi masyarakat kepada perusahaan menjadi factor yang strategis
bagi perkembangan perusahaan ke depan.

4. Teori Colonial Model

Gambling dan Karim (1987) yang memberikan teori “Colonial Model” dengan
menganggap bahwa jika suatu masyarakat memiliki ideologi atau pandangan hidup
Islam maka masyarakat akan menggunakan konsep ini dalam kegiatan sosial dan
ekonominya sehingga akan membentuk akuntansi dan teori akuntansinya.

Triyuwono (2000) memberikan pandangan dalam dekontruksi teori akuntansi Islam.


Dan ini sangat ideal sekali dan akan kita wujudkan manakala kita memiliki “ladang”
praktek penerapan akuntansi Islam itu sendiri sehingga teori “colonial model” yang
dikemukan Gambling dan Karim (1986) dapat terwujud.

Jika pribadinya Islam maka seyogyanya aturan yang dipakai adalah syari’at Islam
sehingga masyarakatnya akan ditata sesuai Islam dan tentu sistem ekonomi, sosial,
sistem akuntansinya juga sesuai dengan syari’at Islam kenyataanya dinegara-negara
Timur selalu mengklaim memiliki sistem sosial politik tersendiri, ideologi sendiri namun
menggunakan sistem ekonomi dan akuntansi sekuler yang kapitalis, maka wajar jika
kepentingannya kurang terwakili. Untuk itu perlu kiranya intelektual muslim bangkit
membangun teori dan praktek akuntansi yang dapat menjiwai syari’at Islam sesuai
dengan ideologi dan filosofis muslim.

5. Teori Penerapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)

Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory) Phillip Palmgreen berusaha


mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification
dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory
(teori pengharapan nilai). Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari
dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang
apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan
tersebut.

Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj
Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan
terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain,
Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis
dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.

6. Teori Persepsi (Perception Theory)


Persepsi memiliki berbagai pengertian menurut para ahli antara lain:
1. Menurut Hanurawan (2007: 22) “persepsi adalah sejenis aktivitas pengelolaan
informasi yang menghubungkan seseorang dengan lingkungannya”.

2. Menurut Thoha (2004: 141) persepsi pada hakikatnya adalah “proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik
lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman”.

3. Krech (dalam Thoha, 2004: 142) persepsi adalah “suatu proses kognitif yang
komplek dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali
sangat berbeda dari kenyataannya”.

• Proses Terbentuknya Persepsi

Proses pembentukan persepsi diawali dengan masuknya sumber melalui suara,


penglihatan, rasa, aroma atau sentuhan manusia, diterima oleh indera manusia (
sensory receptor ) sebagai bentuk sensation. Sejumlah besar sensation yang diperoleh
dari proses pertama diatas kemudian diseleksi dan diterima. Fungsi penyaringan ini
dijalankan oleh faktor seperti harapan, individu, motivasi dan sikap. Sensation yang
diperoleh dari hasil penyaringan pada tahap kedua itu merupakan input bagi tahap
ketiga, tahap pengorganisasian sensation. Dari tahap ini akan diperoleh sensation
yang merupakan satu kesatuan yang lebih teratur dibandingkan dengan sensation
yang sebelumnya. Tahap keempat merupakan tahap penginterpretasian seperti
pengalaman, proses belajar, dan kepribadian. Apabila proses ini selesai dilalui, maka
akan diperoleh hasil akhir berupa Persepsi.

7. Teori Utilitaria’nisme

Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang
berarti bermanfaat (Bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik
jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan
istilah yang sangat terkenal “the greatest happiness of the greatest numbers”.
Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang
memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu,
sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak
(kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).

Paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut :


1. Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan
atau hasilnya).
2. Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
3. Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham
deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama
sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi
suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya
suatu tindakan. Suatu perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik. Hasil
baik tidak pernah menjadi alasan untuk membenarkan suatu tindakan, melainkan
hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok kekayaan orang-orang kaya dan
hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.

8. Teori Hak

Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena
hak berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan
dua sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar
pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang
segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya berakar dalam
deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dan karena itu
pantas dibahas tersendiri pula.

Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama.
Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak
sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu
yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual siapapun tidak pernah
boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.
Menurut perumusan termasyur dari Immanuel Kant : yang sudah kita kenal sebagai
orang yang meletakkan dasar filosofis untuk deontologi, manusia merupakan suatu
tujuan pada dirinya (an end in itself). Karena itu manusia selalu harus dihormati
sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata
sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain.

9. Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi.
Namun demikian, dalam sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan sesuatu yang
baru. Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah dimulai pada
waktu filsafat Yunani kuno. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi
watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku
baik secara moral. Kebijaksanaan, misalnya, merupakan suatu keutamaan yang
membuat seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap situasi.

Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan kepada
sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat
seseorang tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja keras
adalah keutamaan yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan spontan
untuk bermalas-malasan. Ada banyak keutamaan semacam ini. Seseorang adalah
orang yang baik jika memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut
keutamaan (virtuous life).

Kepercayaan (trust) juga merupakan keutamaan yang penting dalan konteks bisnis.
Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Ada beberapa cara untuk
mengamankan kepercayaan. Salah satu cara adalah memberi garansi atau jaminan.
Cara-cara itu bisa menunjang kepercayaan antara pebisnis, tetapi hal itu hanya ada
gunanya bila akhirnya kepercayaan melekat pada si pebisnis itu sendiri.

10. Teori Abstinence

Diantara alasan dikemukakan untuk pembenaran pengambilan bunga adalah alasan


abstinence. Teori ini menegaskan bahwa ketika kreditor menahan diri (adstinence) ia
menangguhkan keinginan memanfaatkan uang sendiri semata-mata untuk memenuhi
keinginan orang lain. Ia meminjamkan modal yang semestinya dapat mendatangkan
keuntungan bagi dirinya sendiri. Jika peminjam menggunakan uang itu untuk
memenuhi keinginan pribadi, ia dianggab wajib membayar sewa atas uang yang
dipinjamnya. Ini sama halnya dengan ia membayar sewa terhadap sebuah rumah,
perabotan, maupun kendraan.

Benarkah bunga merupakan imbalan karena menahan diri? Kenyataannya kreditor


hanya meminjamkan uang yang tidak ia gunakan sendiri. Kreditor hanya meminjamkan
uang berlebih dari yang ia perlukan. Dengan demikian sebenarnya kreditor tidak
menahan diri atas apapun, tentu ia tak boleh menuntut imbalan atas hal yang tak
dilakukannya tersebut.

Disamping itu tidak ada standar yang dapat digunakan untuk mengukur unsure
penundaan konsumsi dari teori bunga abstinence. Kalaupun ada bagaimana mentukan
suku bunga yang adil antara dua bela pihak yakni pemilik uang dan pengguna uang
tersebut. Dalam tinjauan syariah unsure penundaan konsumsi ataupun penundaan
investasi dapat dikatakan illat (sifat yang jelas, zahir, tetap konsisten)

11. Teori Ilmu Sosial Profetik

Secara normative, masyarakat muslim mempraktikkan akuntansi berdasarkan pada


perintah Allah dalam QS. Al-Baqarah (2) : 282. Perintah ini sesungguhnya bersifat
universal dalam arti bahwa praktik pencatatan harus dilakukan dengan benar atas
transaksi yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lainnya. “Substansi” dari
perintah ini adalah : (1) praktik pencatatan yang harus dilakukan dengan (2) benar (adil
dan jujur). Substansi dalam konteks ini, sekali lagi, berlaku umum sepanjang masa,
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Sementara yang selalu terkait dengan “substansi” adalah “bentuk”. Berbeda dengan
“substansi”, “bentuk” selalu dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu “bentuk”
akan selau berubah sepanjang masa mengikuti perubahan itu sendiri. Yang dimaksud
dengan “bentuk” di sini adalah teknik dan prosedur akuntansi, perlakukan akuntansi,
bentuk laporan keuangan dan lain-lainnya.

Perintah normatif alquran di atas perlu dioperasionalkan dalam bentuk aksi / praktik.
Sehingga perinah alquran dapat membumi (dapat dipraktikan) dalam masyarakat.
Selama ini masyarakat muslim secara umum terperangkap pada aspek normative
dalam memahami perintah-perintah agama, dan sebaliknya melupakan praktiknnya.
Sebagai contoh misalnya umat muslim sering mednapatkan ceramah bahwa “bersih itu
adalah sebagian dari iman”, tetapi ternyata dalam praktinya umat muslim tidak dapat
mengerjakannya. Hal ini dibuktikan dengan keadaan masjid yang selalu kotor, rumah
sakit Islam yang juga kotor, dan masih banyak contoh lainnya.

Di sini terlihat adanya jurang pemisah (gap) antara perintah normatif dengan
praktiknya. Dalam kaitannya dengan in Kuntowidjojo (1991) mengusulkan perlunya
“ilmu sosial profetik”. Yang dimaksud dengan ilmu sosial profetik di sini adalah ilmu
yang diturunkan dari alquran dan hadis (sunnah nabi) dengan menggunakan kaidah-
kaidah ilmiah yang nantinya digunakan untuk menjembatani antara perintah normative
dengan praktik. Dengan ilmu ini, perintah-perintah normative menjadi lebih operasional
dan dapat dipraktikkan dalam dunia nyata.

Dalam konteks ini, akuntansi syariah yang sedang kita bicarakan sebetulnya
merupakan bagian dari upaya kita dalam membangun ilmu sosial profetik di bidang
akuntansi. Perintah normative telah ada dalam alquran, berikutnya adalah
menerjemahkan alquran dalam bentuk tori Akuntansi Syariah yang pada gilirannya
digunakan untuk memberikan arah (guidance) tentang praktif akuntansi yang sesuai
dengan syariah.

12. Teori pemilikan (Proprietary Theory)

Teori ini menyatakan bahwa akuntansi terjadi karena bentukan dari persamaan dasar
sebagai berikut:
Asets - Liabilities = Modal
Artinya modal adalah sama dengan harta dikurangi utang. Dalam hal ini, pemilik
adalah pusat perhatian. Aktiva dianggap dimiliki oleh pemilik dan kewajiban / utang
adalah kewajiban pemilik. Tanpa memandang mengenai perlakuan utang, pemilikan
dipandang sebagai nilai bersih kesatuan usaha kepada pemilik.

Pada saat perusahaan didirikan, nilai tersebut akan sama dengan investasi pemilik.
Selama hidup perusahaan, akan terus sama dengan investasi awal dan tambahan
investasi serta akumulasi laba bersih di atas jumlah yang diambil oleh pemilik. Inilah
yang kemudian disebut dengan konsep kekayaan. Teori ini berpendapat bahwa
pendapatan adalah kenaikan atas hak pemilik, sedangkan biaya adalah penurunan.
Dengan demikian laba bersih akan secara langsung menjadi hak pemilik dan
mencerminkan kenaikan kekayaan pemilik dan karena laba adalah kenaikan kekayaan,
maka segera pula ditambahkan kepada modal pemilik.

Pajak perseroan diperlukan secara dengan agen dari pemegang saham yang
menganggap bahwa perseroan adalah agen dari pemegang saham dalam
pembayaran pajak yang nyata-nyata pajak penghasilan dari pemegang saham.
Konsep laba komprehensip ini didasarkan pada proprierty theory karena laba bersih
berisi semua unsur yang mempengaruhi pemilikan selama satuan periode terkecuali
pembagian dividen dan tansaksi modal. Teori ini lebih menekankan pada hakikat
perubahan terhadap pemilikan dan klasifikasinya dalam neraca. Teori ini merupakan
teori akuntansi yang paling kunoi, dan banyak konsep akuntansi yang dikembangkan
dari teori ini.

13. Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Thruth)

Memandang bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara pernya-taan tentang sesuatu


dengan kenyataan sesuatu itu sendiri. Contoh: “Ibu kota Republik Indonesia adalah
Jakarta”. Teori Koherensi/Konsistensi (The Consistence/Coherence Theory of Truth)
memandang bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan
pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui
sebagai benar. Teori Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth) memandang bahwa
“kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis”; dengan kata lain, “suatu pernyataan
adalah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia”.

Kata kunci teori ini adalah: kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), akibat atau
pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequencies). Kelima macam teori
kebenaran yang akan dibahas berikut ini adalah berbagai cara manusia memperoleh
kebenaran yang sifatnya relatif atau nisbi. kebenaran mutlak berasal dari Tuhan yang
disampaikan kepada manusia melalui wahyu. Alam dan kehidupan merupakan sumber
kebenaran yang tersirat dari tuhan untuk dipelajari dan diobservasi guna kebaikan
umat manusia.

14. Teori Tindakan Sosial

Weber mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan
sosial. Inti tesisnya adalah tindakan yang penuh makna dari individu.
Tindakan sosial yang dimaksudkan adalah tindakan yang nyata-nyata diarahkan
kepada orang lain. Dapat pula, berupa tindakan yang membatin atau bersifat subyektif
yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu.

Secara definitif, Weber merumuskan sosiologi:


“sebagai ilmu yang berusaha untuk memperoleh pemahaman interpretatif mengenai
tindakan sosial agar dengan demikian bisa sampai ke suatu penjelasan kausal
mengenai arah dan akibat-akibatnya. Dengan “tindakan” dimaksudkan semua perilaku
manusia, apabila atau sepanjang individu yang bertindak memberikan arti subyektif
kepada tindakan itu. Tindakan ini disebut sosial karena arti subyektif tadi dihubungkan
dengannya oleh individu yang bertindak, memperhitungkan perilaku orang lain dan
karena itu diarahkan ketujuannya” (Johnson, 1981).

Pemikiran weber mencerminkan tradisi idealis yang tekanannya pada verstehen


sebagai metode yang tepat untuk memahami arti-arti subyektif dari tindakan sosial.
Penekanan pada makna dan pemahaman menunjukkan betapa pentingnnya
fenomenologi di dalam teori tindakan sosial. Cohen dengan jelas menegaskan
pentingnnya menempatkan pandangan-pandangan ini didalam konteks hubungan
sosial, dimana “sejumlah aktor saling mengorientasikan makna dari tindakan-tindakan
sosial sehingga sampai batas tertentu, aktor yang satu memperhatikan dan
mempertimbangkan perilaku aktor yang lain bisa jadi sama-sama sepakat dalam
interpretasi-interpretasi mereka atas perilaku aktor lain, atau bisa juga tidak (Cohen,
1996).

TEORI AKUNTANSI TRADISIONAL MENURUT BELKAOI

Tujuan utama dari teori akuntansi adalah memberikan basis bagi peramalan dan penjelasan
perilaku dan peristiwa akuntansi. Perbedaan opini ini memancing Komite Konsep dan Standar
(Committee on Concepts and Standarts) atau Laporan Keuangan Eksternal (External Financial
Report) dari American Accounting Association untuk menyimpulkan bahwa :

1. Tidak ada satu pun teori yang mengatur tentang akuntansi keuangan yang cukup kaya
untuk mencakup secara menyeluruh spesifikasi lingkungan pengguna dengan efektif;
sehingga,
2. Dicantumkan dalam literature akuntansi keuangan bukan sebagai teori akuntansi
keuangan melainkan kumpulan teori – teori yang dapat mengatasi perbedaan –
perbedaan yang terjadi dalam spesifikasi lingkungan pengguna.

Hendriksen mendefinisikan teori akuntansi sebagai “serangkaian prinsip – prinsip yang luas
yang (1) memberikan suatu kerangka referensi umum dimana praktik akuntansi dapat dievaluasi
dan (2) memandu perkembangan dari praktik dan prosedur baru. Definisi ini memungkinkan kita
untuk melihat teori akuntansi sebagai penyedia suatu kumpulan prinsip koheren yang disusun
secara logis dan menjadi kerangka referensi untuk mengevaluasi dan mengembangkan praktikk
– praktik akuntansi.

McDonald berpendapat bahwa suatu teori harus memiliki tiga elemen :: (1) Pengodean
fenomena ke dalam suatu penyajian simbolis, (2) manipulasi atau kombinasi yang mematuhi
aturan tertentu, dan (3) penerjemahan kembali ke fenomena dunia nyata.

METODOLOGI DALAM PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

Dalam dunia akuntansi professional, ada kepercayaan umum bahwa akuntansi adalah suatu
seni yang tidak dapat diformalisasikan dan bahwa metodologi yang digunakan dalam formulasi
suatu teori akuntansi secara tradisional adalah usaha untuk menjustifikasi apa yang terjadi
dengan mengodifikasikan praktik – praktik akuntansi. Teori seperti ini dinamakan akuntansi
deskriptif (descriptive accounting) atau teori deskriptif akuntansi (descriptive theory of
accounting).
PENDEKATAN UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

Pendekatan tradisional tersebut adalah :

1. Nonteoretis, praktis, atau pragmatis (informal);


2. Teoretis
a. Deduktif
b. Induktif
c. Etis
d. Sosiologi
e. Ekonomi
f. Selektif

PENDEKATAN NONTEORITIS

Pendekatan nonteoritis adalah suatu pendekatan pragmatis (atau pragmatis) dan pendekatan
kekuasaan.

Pendekatan pragmatis (pragmatic approach) terdiri atas penyusunan suatu teori yang
ditandai oleh kesamaannya dengan praktik dunia nyata yang berguna dalam artian memberikan
solusi yang sifatnya praktis. Berdasarkan pendekatan ini, teknik dan prinsip akuntansi
seharusnya dipilih atas dasar kegunaan mereka bagi para pengguna informasi akuntansi dan
relevansi mereka terhadap proses pengambilan keputusan. Kegunaan, atau utilitas, berarti “sifat
yang mencocokkan sesuatu untuk melayani atau memfasilitasi tujuan yang dimaksudkannya.

Pendekatan kekuasaan (authoritarian approach) untuk perumusan suatu teori akuntansi,


yang terutama dipergunakan oleh organisasi professional, terdiri atas penerbitan pernyataan
sebagai regulasi dari praktik – praktik akuntansi.

Intinya, pendekatan pragmatis untuk mengembangkan prinsip akuntansi telah dikirim oleh
otoritas akuntansi di masa lampau, dan usaha untuk menurunkan konflik – konflik dan praktik
yang ada hingga saat ini masih bersifat sangat hati – hati dan sementara. Hal ini terlihat
berdasarkan pengalaman bahwa pendekatan ini tidak akan, dengan usahanya sendiri, mampu
mendekati penyelesaian masalah konflik dalam prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku.
Pendekatan teori akuntansi merasionalisasikan pilihan dari tehnik – tehnik akuntansi yang
berdasarkan atas pemeliharaan persamaan akuntansi, yaitu persamaan neraca dan persamaan
laba akuntansi.

Persamaan neraca biasanya dinyatakan sebagai :

Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik

Persamaan laba akuntansi biasanya dinyatakan sebagai :

Laba Akuntansi = Pendapatan – Biaya

PENDEKATAN DEDUKTIF

Langkah yang digunakan untuk memperoleh pendekatan ddeduktif akan meliputi :

1. menentukan tujuan dari laporan keuangan


2. memilih “postulat” dari akuntansi
3. menghasilkan “prinsip” dari akuntansi
4. mengembangkan “teknik” dari akuntansi

PENDEKATAN INDUKTIF

Pendekatan induktif dalam penyusunan dari suatu teori diawali dengan observasi dan
pengukuran serta berlanjut pada kesimpulan umum. Dalam penerapannya dalam akuntansi,
pendekatan induktif diawali dengan observasi mengenai informasi keuangan dari perusahaan
bisnis dan dilanjutkan dengan menyusun generalisasi dan prinsip – prinsip akuntansi dari
observasi tersebut berdasarkan kepada hubungan yang berulang kembali. Argumentasi induktif
dikatakan didahului oleh kondisi khusus (informasi akuntansi yang menggambarkan hubungan
yang berulang kembali) ke umum (rumus dan prinsip dari akuntansi). Pendekatan induktif untuk
suatu terori mencakup empat tahap :

1. mencatat seluruh observasi;


2. menganalisis dan mengklasifikasikan observasi ini untuk mendeteksi adanya hubungan
yang berulang kembali (“seperti[likes] dan “kesamaan” [similarities]).
3. penurunan induktif dan generalisasi dan prinsip akuntansi dari observasi yang
menggambarkan hubungan berulang.
4. menguji generalisasi.

PENDEKATAN ETIS

Inti dasar dari pendekatan etis terdiri atas konsep kewajaran (fairness), keadilan (justice),
ekuitas (equity), dan kenyataan (truth). Apa pun konotasinya, kewajaran telah menjadi salah
satu tujuan dasar akuntansi. Committee on Auditing Procedures mengacu pada criteria dari
“kewajaran dari penyajian” seperti : (1) kepatuhan terhadap prinsip – prinsip akuntansi yang
berlaku umum, (2) pengungkapan (3) konsistensi (4) dapat diperbandingkan. Dalam suatu
laporan wajar, auditor tidak hanya menyatakan sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang
berlaku umum dan standar audit yang berlaku umum tetapi juga suatu opini dengan kata – kata
“menyajikan secara wajar”.

PENDEKATAN SOSIOLOGI

Pendekatan sosiologi bagi perumusan teori akuntansi menekankan pengaruh sosial dari tehnik
akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang berpusat pada suatu konsep dari kewajaran
yang lebih luas, kesejahteraan sosial. Berdasar pada pendekatan sosiologi, prinsip atau tehnik
akuntansi yang ada dievaluasi untuk penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap
seluruh kelompok dalam komunitas. Juga tersirat dalam pendekatan ini adalah adanya ekspetasi
bahwa data akuntansi akan berguna dalam pembuatan kesejahteraan sosial. Untuk mencapai
tujuannya, pendekatan sosiologi mengasumsikan keberadaan dari “nilai sosial baku” yang
mungkin digunakan sebagai kriteria untuk menentukan teori akuntansi.

PENDEKATAN EKONOMI

Pendekatan ekonomi dalam merumuskan suatu teori akuntansi menekankan pada


pengendalian perilaku dari indikator – indikator makroekonomi yang dihasilkan oleh adopsi dari
berbagai tehnik akuntansi. Ketika pendekatan etis berfokus pada suatu konsep “kewajaran” dan
pendekatan sosiologi pada suatu konsep “kesejahteraan sosial”, pendekatan ekonomi berfokus
pada suatu konsep dari “kesejahteraan ekonomi umum”. Berdasarkan pendekatan pada
pendekatan, pilihan dari tehnik akuntansi yang berbeda akan tergantung pada pengaruh mereka
pada situasi ekonomi nasional.

PENDEKATAN SELEKTIF UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

Secara umum, perumusan suatu teori akuntansi dan pengembangan prinsip – prinsip
akuntansi telah mengikuti pendekatan selektif, atau kombinasi dari berbagai pendekatan, dan
bukannya hanya satu dari pendekatan yang disajikan di sini. Pendekatan selektif adalah
terutama merupakan akibat dari berbagai usaha oleh individu dan professional serta organisasi
pemerintahan untuk berpartisipasi dalam pematangan konsep dan prinsip dalam akuntansi.
Pendekatan selektif ini telah memberikan peningkatan kepada pendekatan baru yang
diperdebatkan dalam literatur pendekatan peraturan, pendekatan perilaku, serta pendekatan
kejadian, prediksi dan positif.

KESIMPULAN

Pendekatan tradisional terhadap perumusan suatu teori akuntansi telah menggunakan


metodologi normatif atau metodologi deskrptif, suatu pendekatan teoritis tau non teoritis,
suatu bentuk alas an deduktif atau induktif, dan telah berfokus pada suatu konsep “kewajaran”,
“kesejahteraan sosial”, atau “kesejahteraan ekonomi”. Pendekatan tradisional telah berubah
secara perlahan menjadi pendekatan selektif dan mulai digantikan oleh pendekatan –
pendekatan yang lebih baru. Apa pun pendekatan yang dipilih, penting untuk diingat bahwa
suatu teori akuntansi harus dikonfirmasikan untuk dapat diterima.
TEORI AKUNTANSI TRADISIONAL

MENURUT ELDON S. HENDRIKSEN


PENDEKATAN TERHADAP TEORI AKUNTANSI

Pendekatan Pajak

Bila kita mengkaji asal mula teoritis akuntansi pajak, kita akan segera menemukan bahwa
tujuan – tujuan akuntansi akuntansi pajak sangat berbeda dengan tujuan – tujuan pelaporan
keuangan. IRS tidak begitu tertarik pada pengukuran penghasilan suatu perusahaan
dibandingkan dengan penetapan suatu dasar untuk keperluan pajak. Akibatnya, kesimpulan
akuntansi pajak tidak relevan untuk keperluan kita.

Aturan – aturan pajak penghasilan mempunyai pengaruh yang merugikan pada teori dan
prinsip akuntansi dalam banyak bidang. Kecenderungan untuk menerima ketentuan pajak
penghasilan sebagai prinsip dan praktik akuntansi yang berlaku umum ini patut disayangkan.
Berikut adalah contoh – contohnya :

1. Setiap metode penyusutan yang dapat diterima untuk keperluan pajak juga dapat diterima
untuk keperluan akuntansi, tanpa memperhatikan apakah metode itu mengikuti atau
tidak mengikuti teori akuntansi yang baik dalam situasi yang bersangkutan.
2. LIFO harus digunakan untuk keperluan pelaporan keuangan jika metode itu digunakan
dalam laporan pajak.
3. Karena undang – undang pajak tidak mengijinkan, biasanya tidak dibuat penyisihan dalam
laporan keuangan untuk “mengakui” beban – beban perbaikan dan pemeliharaan kecuali
yang dilakukan secara tidak langsung dan secara tidak beraturan melalui penyusutan yang
dipercepat.

Singkatnya, pengaruh pemajakan penghasilan perusahaan pada akuntansi di Amerika Serikat


dan negara – negaa lain memang besar, tetapi sebagian besar bersifat tidak langsung. UU
pajak itu sendiri tidak menjadi perintis jalan dalam pemikiran akuntansi.

PENDEKATAN LEGAL

Pendekatan kedua terhadap akuntansi yang banyak dipakai para pendatang baru untuk
menganalisis situasi – situasi seperti kasus ABC adalah dengan menyarankan untuk memperoleh
pendapat hukum (legal). Tentu saja, seperti yang dikatakan sebagian orang, suatu penjualan
harus diakui bila hak milik legal berpindah. Sayangnya, cara ini tidak menyelesaikan masalah
tersebut segampang yang diharapkan orang karena biasanya hak berpindah bila persidangan
yang mengadili suatu kasus memutuskan bahwa hak memang sudah berpindah.

FASB dalam menetapkan suatu Kerangka Dasar Konseptual untuk akuntansi, menyelidiki
penggunaan hokum untuk menetapkan prinsip – prinsip akuntansi. Mereka mencatat bahwa
dalam banyak situasi selalu ada masalah ekonomi selain masalah legal. “Para pengacara dan
hakim memandang konsep properti dan konsep – konsep yang terkait dengan cara yang hampir
sama dengan cara para akuntan dan pengusahan memandang aktiva, dan mereka menghadapi
kesulitan dalam hal yang hampir sama dalam hal definisi. Bahwa mereka tidak selalu sampai
pada kesimpulan yang sama seringkali mencerminkan fakta bahwa para pengacara itu biasanya
tertarik pada penghasilan yang tersedia untuk pajak atau penghasilan yang tersedia untuk
dividend an bukan pada penghasilan dalam pengertian suatu pertambahan nilai atau suatu
ukuran efisiensi operasional.

Pendekatan etika terhadap teori akuntansi menekankan konsep – konsep keadilan,


kebenaran, dan kewajaran (Justice, truth, fairness). Yang menarik, setiap konsep ini menemukan
jalannya sendiri untuk sampai pada Kerangka Dasar Konseptual yang diciptakan oleh FASB.
Pertimbangan seperti tidak adanya kesengajaan untuk memihak (bias) dan kejujuran penyajian
(repsepsentional faitfulness) dianggap sebagai karakteristik yang perlu dalam sistem akuntansi
yang andal. Netralitas, yang berarti bahwa informasi tidak boleh dipoles agar mempengaruhi
perilaku ke arah tertentu, adalah sifat yang sangat penting dalam penetapan standar.
Pertimbangan etika, dengan kata lain, mempunyai pengaruh yang meresap di seluruh aspek
akuntansi.

PENDEKATAN EKONOMI

Makroekonomi : Pendekatan makroekonomi mencoba menjelaskan pengaruh prosedur


pelaporan alternative pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkatan yang
lebih luas daripada perusahaan, seperti industri atau perekonomian nasional.

Mikroekonomi : Pendekatan mikroekonomi terhadap teori akuntansi mencoba menjelaskan


pengaruh prosedur pelaporan alternative pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi
pada tingkatan perusahaan. Teori akuntansi modern, yang didasarkan pada mikroekonomi, oleh
karenanya berfokus pada perusahaan sebagai satuan usaha ekonomi yang kegiatan utamanya
mempengaruhi perekonomian melalui operasi di pasar. Pandangan inilah yang dianut oleh
FASB dalam Kerangka Dasar Konseptualnya. Pendekatan ini mengambil sebagai fundamennya
dasar pemikiran (premis) bahwa informasi keuangan memiliki konsekuensi ekonomi yang tidak
dapat dielakkan

Akuntansi Sosial Korporasi : Pandangan mikroekonomi terhdap akuntansi tidak mesti


mencakup semua pengaruh perusahaan pada masyarakat. Biaya polusi lingkungan,
pengangguran, kondisi kerja yang tidak sehat, dan masalah – masalah sosial lannya tidak
dilaporkan oleh perusahaan, kecuali sejauh biaya – biaya itu ditanggung langsung oleh
perusahaan melalui pemajakan dan regulasi.

PENDEKATAN PERILAKU

Pendekatan perilaku terhadap teori akuntansi telah mendorong para akuntan akademisi
maupun praktisi untuk mencari tujuan – tujuan dasar akuntansi serta jawaban untuk pertanyaan
– pertanyaan seperti : Siapa pemakai laporan keuangan yang dipublikasikan ? Bagaimana sifat
informasi spesifik yang diinginkan oleh beberapa kelompok pemakai? Dapatkah ditemukan
kebutuhan – kebutuhan yang sama agar dapat disajikann laporan – laporan untuk tujuan umum,
atau haruskah kebutuhan – kebutuhan spesifik yang dipenuhi? Bagaimana para investor,
kreditor, dan manajer bereaksi terhadap prosedur dan penyajian akuntansi yang berbeda – beda
?

PENDEKATAN STRUKTRAL

Sebagian besar dasar pemikiran dalam pendekatan ini, khususnya pada tingkatan lokal,
dilakukan dengan analogi. Pendekatan ini mencoba untuk memberlakukan hal – hal yang serupa
dengan cara yang serupa. Pertimbangan mengenai titik mana yang paling tepat untuk mengakui
perstiwa tertentu biasanya didasarkan pada saat yang dipilih untuk mencatat peristiwa –
peristiwa lain. Dengan kata lain, para akuntan mencoba untuk mengklasifikasikan transaksi –
transaksi yang serupa dengan cara yang serupa atau, lebih formalnya, mengupayakan adanya
konsistensi dalam mencatat dan melaporkan transaksi. Hanya bila mereka menghadapi transaksi
yang tidak sesuai dengan cetakan yang sudah ada saja mereka dipaksa untuk kembali ke prinsip
– prinsip yang lebih mendasar.
MENGKLASIFIKASIKAN TEORI – TEORI AKUNTANSI

Teori sebagai Bahasa

Para ahli teori menyatakan bahwa ada tiga pertanyaan yang harus diajukan mengenai sebuah
bahasa serta kata – kata dan frasa – frasa yang membentuk bahasa itu :

1. Apa pengaruh kata – kata itu pada pendengar?


2. Apa arti, jika ada, yang dimiliki kata – kata itu ?
3. Apakah kata – kata itu sudah masuk akal?
Jawaban terhadap setiap pertanyaan di atas membentuk bagian dalam ilmu bahasa.
Pragmatik adalah ilmu tentang pengaruh bahasa; Semantik adalah ilmu tentang makna bahasa
dan siktaksis adalah ilmu tentang logika atau tata bahasa.

TEORI SEBAGAI PEMIKIRAN

Pemikiran deduktif. Tujuan merupakan bagian yang penting dalam proses deduktif, karena
tujuan yang berbeda mungkin memerlukan struktur yang sama sekali berbeda dan menghasilkan
prinsip yang berbeda.

Pemikiran Induktif. Proses induksi terdiri atas penarikan kesimpulan umum dari hal – hal
spesifik. Argumentasi induktif biasanya dimulai dengan seperangkat contoh khusus, menyatakan
bahwa contoh – contoh ini mewakili suatu kesatuan yang lebih besar, dan menyimpulkan suatu
generalisasi tentang kesatuan itu.

TEORI SEBAGAI PANDUAN (SCRIPT)

Baik teori induktif maupun deduktif dapat bersifat deskriptif (positif) atau preskriptif
(normatif). Teori – teori yang deskriptif mencoba mengemukakan dan menjelaskan informasi
keuangan apa yang disajikan dan dikomunikasikan kepada para pemakai data akuntansi serta
bagaimana penyajian dan pengkomunikasiannya. Teori – teori yang normatif mencoba
menentukan data apa yang harus dikomunikasikan kepada para pemakai data akuntansi serta
bagaimana penyajian dan pengkomunikasiannya. Teori – teori yang normatif mencoba
menentukan data apa yang hars dikomunikasikan dan bagaimana data itu harus disajikan;
berarti, teori itu mencoba menjelaskan apa yang seharusnya dan bukan apa yang sebenarnya
disajikan.

VERIFIKASI TEORI

Verifikasi dapat definisikan sebagai penetapan akseptabilitas, atau kebenaran, suatu teori.
Semua teori haruslah baik secara logika, tetapi diluar itu sifat verifikasi akan tergantung pada
sifat teori yang diverifikasi. Teori – teori normatif dinilai dengan cara yang satu; teori – teori
positif dengan cara yang lain.

TEORI AKUNTANSI TRADISIONAL

MENURUT WATT DAN ZIMMERMAN

SIFAT TEORI

Tujuan teori akuntansii adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi definisi
kita tentang praktik akuntansi yang luas. Karena pembangunan dan sifat akuntansi terkait erat
dengan praktek audit – audit di masukkan sebagai bagian dari praktek akuntansi. Sebagai
contoh, teori akuntansi harus menjelaskan mengapa perusahaan tertentu menggunakan last in
first out (LIFO) metode persediaan dan bukan pada pertama, metode pertama out (FIFO).

EVOLUSI TEORI AKUNTANSI

Teori akuntansi menjadi jauh lebih peduli dengan resep bagaimana perusahaan harus
melaporkan.
Lain dasar teori akuntansi yang muncul adalah perdebatan atas keinginan peraturan
pemerintah keterbukaan keuangan. Penelitian empiris awal telah mempertanyakan alasan-
alasan yang ada untuk peraturan, tetapi penelitian ditemukan alasan-alasan baru dalam teori
ekonomi. Perdebatan atas orang alasan-alasan baru, pada gilirannya, menyebabkan pengakuan
bahwa alasan-alasan mengandalkan pada model sederhana dari perilaku politisi dan birokrat
yang tidak konsisten dengan bukti yang muncul dalam ekonomi. Kesadaran ini menyebabkan
akuntansi penelitian untuk mengadopsi asumsi bahwa politisi dan birokrat, seperti para manajer
dan akuntan, bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri dan menggunakan
asumsi bahwa pada model pengaruh regulasi pada praktek akuntansi.

GARIS BESAR METODOLOGI

Teori terdiri dari dua bagian, asumsi, termasuk definisi variabel dan logika yang
berhubungan mereka, dan set hipotesis substantif. Asumsi, definisi, dan logika yang digunakan
untuk mengatur, menganalisis, dan memahami fenomena empiris dari bunga, sedangkan
hipotesis adalah prediksi yang dihasilkan dari analisis.
Pengembangan teori dimulai dengan peneliti pemikiran penjelasan untuk beberapa
fenomena. Misalnya, penjelasan untuk penggunaan LIFO atau FIFO mungkin bahwa manajer
memilih metode yang meminimalkan kewajiban pajak.
DAFTAR PUSTAKA

harahap, sofyan syafri. 2007. “Teori Akuntansi edisi revisi”. Jakarta: Grafindo
Ahmed Riahi – Belkaoui. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat
Suwarjono. 2006. Teori Akuntansi. Yogyakarta : BPFE UGM
Harahap, Sofyan Safri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Watts and Zimmerman. 1982. Positive Accounting. Alabama University

http://www.academia.edu/8537637/KONSTRUKSI_TEORI_AKUNTANSI#signup/close

http://ekakaristiya.blogspot.co.id/2011/11/teori-akuntansi-dan-
perkembangannya.html?m=1

https://teoriakuntansipositif.wordpress.com/

Hery, S.E., M.Si. 2009.Teori akuntansi.Kencana Prenada Media Group, Jakarta

http://enymarie.wordpress.com/2012/03/29/paper-teori-akuntansi-bab-4/

http://juhartin.hol.es/sia/teori-teori-akuntansi/
Syafii, Antonio (2004), Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Gema Insani: Jakarta

Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun

Manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat Jakarta

Drs. Muhammad, M.Ag. Pengantar Akuntansi Syari’ah. Salemba Empat, Jakarta, 2002.

Sri Nurhayati wasila, Pengantar Akuntansi Syari’ah Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta,
2004.

Triyuwono Iwan, Perspektif, Metolodologi dan Teori Akuntansi Syari’ah, Raja Granfindo
Persada, Jakarta, 2006

Anda mungkin juga menyukai