Anda di halaman 1dari 18

PERAKTEK PEMERIKSAAN AKUNTANSI

REVIEW TEORI AUDIT

DISUSUN OLEH :
Alifya Melda Ikhwanina (20210062)
Atirina Halawa (20210061)
Cemaria Talia Sonata Sinaga (20210049)

JURUSAN : AKUNTANSI
Dosen : Laily Ramadhani, S.Pd., M.Ak.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


INTERNATIONAL BUSSINESS MANAGEMENT INDONESIA
TAHUN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang review teori akuntasi
untuk pembaca. Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
teman sekelompok sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang review teori akuntasni ini bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Medan, 25 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. RumusanMasalah.................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A. Pandangan Terhadap Teori Akuntansi.................................................... 3
B. Teori Pragmatik....................................................................................... 4
C. Teori Sintaktik dan Semantik................................................................... 6
D. Teori Normatif.......................................................................................... 8
E. Teori Positif .............................................................................................10
F. Perspektif dan Isu-isu Lainnya .................................................................14
BAB III PENUTUP .............................................................................................15
A.Kesimpulan................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Teori akuntansi merupakan suatu bidang pembelajaran yang membahas mengenai
definisi-definisi berdasarkan berbagai sudut pandang, yang sampai saat ini belum ada ada
pengertian secara akurat yang dapat dijadikan acuan. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
sudut pandang antara pakar satu dengan pakar yang lainnya. Teori akuntansi terdiri dari dua
kata yaitu teori dan akuntansi. Dalam merumuskan pengertian secara empiris mengenai teori
akuntansi, penulis memulai dari menjabarkan mengenai pengertian teori, pengertian
akuntansi dan selanjutnya teori akuntansi. Kemudian dijabarkan mengenai sudut pandang
teori akuntansi yaitu teori akuntansi sebagai bahasa (sintaktik, semantik dan pragmatik), teori
akuntansi sebagai justifikasi (normatif), teori akuntansi sebagai penjelasan dan predeksi
(positif) dan perspektif lain yaitu teori akuntansi sebagai penalaran (deduktif dan induktif)
serta isu-isu dalam bidang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pandangan terhadap teori akuntansi ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori dan perumusannya ?
3. Apa yang dimaksud dengan pengertian teori akuntansi sebagai seni, sains, teknologi ?
4. Bagaimana klasifikasi perumusan teori akuntansi (penalaran, system bahasa, dan
tujuan ) ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui pandangan para ahli terhadap teori akuntansi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori dan perumusannya.
3. Untuk mengetahui pengertian teori akuntansi sebagai seni, sains, dan teknologi.
4. Untuk mengetahui klasifikasi perumusan teori akuntansi (penalaran, system bahasa,
dan tujuan).
BAB II

PEMBAHASAN

A. PANDANGAN TERHADAP TEORI AKUNTANSI


Teori akuntansi mengandung dua kata, yaitu teori dan akuntansi. Menurut
Webster’sThird New International Dictionary mendefinisikan Teori sebagai suatu susunan
yang saling Sedangkan pengertian Akuntansi sendiri salah satunya adalah, proses
mengidentifikasi, mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi
dalam mempertimbangakan berbagai alternatif yang digunakan untuk mengambil kesimpulan
atau keputusan bagi pemakainya.
Dari penjelasan diatas maka Teori Akuntansi dapat diartikan sebagai susunan
konsep,definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran fenomena akuntansi
yangmenjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya dalam
strukturakuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena yang
mungkin akan muncul berkaitan dengan hipotesis, konsep dan prinsip pragmatis yang
membentuk kerangka acuan untuk bidang yang dibahas
Teori Akuntansi
Vernon Kam (1986) mengemukakan fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai berikut:
a. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusun standar akuntansi menyusun standarnya.
b. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masalah akuntansi dalam hal
tidakadanya standar resmi.
c. Menentukan batas dalam hal melakukan “judgement” dalam penyusunan laporan
keuangan.
d. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap informasi
yangdisajikan laporan keuangan
e. Meningkatkan kualitas dapat diperbandingkan.
Vernon Kam (1986) menganggap bahwa teori akuntansi adalah suatu system
yangkomprehensif, dimana termasuk postulat dan teori yang berkaitan dengannya. Dia
membagiunsur teori dalam beberapa elemen, yaitu postulat atau asumsi dasar, definisi, tujuan
akuntansi, prinsip atau standar, dan prosedur atau metode-metode.
Teori akuntansi adalah suatu konsep definisi dalil yang menyajikan secara sistematis
gambaranfenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara variabel dengan variabel
lainnya dalamstruktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan
fenomena yang mungkinmuncul.Hendriksen menilai teori akuntansi sebagai satu susunan
prinsip umum akan dapat :
a. Memberikan kerangka acuan yang umum dari mana praktek akuntansi dinilai.
b. Teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti perkembangan
ekonomi,sosial,teknologi dan ilmu pengetahuan yang demikian cepat.
America and Accounting Association’s Committe On Concepts and Standard For
ExternalReports yang menyebutkan bahwaTidak ada teori akuntansi keuangan yang lengkap
yang mencakup dan memenuhikeinginan semua keadaan dan waktu dengan efektif. Oleh
karenanya di dalam literatur akuntansi keuangan yang ada bukan teori akuntansi tetapi
kumpulan teori yang dapat dirumuskan mengatasi perbedaan-perbedaan persyaratan yang
diinginkan para pemakai laporan keuangan.Untuk perumusan teori akuntansi memang tidak
dapat hanya mengandalkan teori akuntansi, harus menggunakan literatur akuntansi dan
disiplin ilmu lain yang relevan. Namun teori akuntansi merupakan instrumen yang sangat
penting dalam menyusun dan memverifikasi prinsip akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan untuk disajikan pada para pemakainya.

B. TEORI PRAGMATIK
Teori pragmatis menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap
perilaku atau keputusan. Penekanan dalam perkembangan teori akuntansi adalah penerimaan
orientasi komunikasi dan pengambilan keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang
dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau
kelompok sebagai akibat penyajian informasi akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak
eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan balik terhadap tindakan para akuntan dan
auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis,
dan sosiologis dari prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannyaHal ini sekarang
sesuai untuk mempertimbangkan beberapa teori akuntansi dan mengklasifikasikannya sesuai
dengan diskusi umum kami dari formulasi teori pada bab 2. Tinjauan ini jauh dari lengkap
dan, dengan kebutuhan singkat.Banyak diskusi yang dikembangkan dan dibahas secara lebih
rinci pada bab-bab berikut. Tujuan utama dari bab ini adalah untuk memberikan beberapa
wawasan: bagaimana teori akuntansi secara historis telah dirumuskan.
Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis. Disini pragmatis itu berkaitan dengan
pengaruhkata-kata, symbol terhadap manusia. Akuntansi dianggap memiliki kemampuan
mempengaruhi perilaku manusia.Teori harus mampu merumuskan kebenaran. Oleh karena itu
teori harus selalu diuji. Ada 3 kriteria atau pihak atau sumber yang memiliki wewenang dalam
menetukan kebenaran atassuatu teori, yaitu:
a. Dogmatic Kebenaran dikatakan benar karena disampaikan oleh ahli yang memenang
memiliki wewenang untuk menyampaikan kebenaran dan ini tidak perlu diuji lagi.
Keyakinan pada kebenaran inihanya berdasar pada kepercayaan, keyakinan, atau iman
seseorang. Misalnya keyakinan beragama, charisma seseorang, jabatan, dan lain
sebagainya.
b. Self evidence Kebenaran disampaikan dari suatu teori yang dibuktikan oleh pengetahuan
umum, pengamatan,atau pengalaman.
c. Scientific Kebenaran disampaikan dari suatu teori yg dibuktikan lewat metode ilmiah.
Teori dirumuskan,diuji, dan seterusnya berulang secara terus-menerus.
1. Pendekatan Pragamatis Deskriptif
Pendekatan pragmatis deskriptif untuk konstruksi teori akuntansi merupakan sebuah
pendekatan induktif dimana terori tersebut didasarkan pada pengamatan terus-menerus
terhadap perilaku akuntan untuk menyalin prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku.
Pendekatan deskriptif mungkin adalah metode tertua dan paling universal digunakan
dalam konstruksi teori akuntansi. Sampai saat ini, pendekatan ini adalah cara yang populer
untuk mempelajari akuntansi keterampilan akuntansi dimana akuntan dilatih dengan cara
magang atau diberi artikel untuk berlatih akuntan.
Namun, ada beberapa kritik dari pendekatan ini untuk konstruksi teori akuntansi:
pendekatan pragmatis deskriptif tidak mencakup penilaian analisis dari kualitas tindakan
akuntan, tidak ada penilaian apakah akuntan melaporkan dengan cara mereka seharusnya.
Pendekatan ini tidak menyediakan teknik akuntansi yang ditantang. Misalnya, metode dan
teknik akuntan dan mengajarkan mereka metode dan teknik tersebut kepada para siswa.
Pendekatan pragmatis deskriptif memfokuskan perhatian pada perilaku akuntan, bukan pada
pengukuran atribut perusahaan, seperti aset, kewajiban dan keuntungan.
2. Pendekatan Pragmatis Psikologis
Berbeda dengan pendekatan pragmatis deskriptif, di mana teori tersebut mengamati
perilaku akuntan, pendekatan pragmatis psikologis mengamati tanggapan pengguna output
keuangan. Akuntan akan menghitung transaksi keuangan untuk menunjukkan perbedaan
sintaksis yang berguna untuk membuat laporan keuangan yang kemudian akan dipakai oleh
penggunanya. Reaksi oleh pengguna digunakan sebagai bukti bahwa laporan keuangan
bermanfaat dan berisi informasi yang relevan.

C. TEORI SINTAKTIK DAN SEMANTIK


1. Teori Sintaksis
Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan
keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan dan
meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi tertentu atau bagaimana
mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu.

2. Teori Interpretasional (semantis)


Teori ini berkonsentrasi pada hubungan antara obyek atau kejadian dan istilah atau
simbol. Teori - teori yang berhubungan dengan interpretasi (semantik) diperlukan untuk
memberikan pengertian dalil - dalil akuntansi yang bertujuan meyakinkan bahwa penafsiran
konsep oleh para akuntan sama dengan penafsiran para pemakai laporan akuntan. Misalnya,
laba akuntansi merupakan konsep buatan yang mencerminkan kelebihan pendapatan atas
beban sesudah menerapkan aturan tertentu untuk mengukur pendapatan dan beban.
Konsep-konsep umum sering tidak dapat diinterpretasikan dan diberi pengertian yang
berbeda oleh para peneliti yang berbeda. Misalnya, nilai tidak memiliki interpretasi khusus.
Current value (nilai saat ini) akan mempunyai pengertian yang sama, sebelum
menginterpretasikan kita harus melihat subkonsepnya dahulu sehingga terdapat kesepakatan
yang jelas mengenai interpretasinya. Konsep nilai sekarang dari jasa yang akan datang, arus
kas yang didiskontokan, harga pasar berlaku, dan nilai bersih yang dapat direalisasikan
semuanya merupakan subkonsep dari nilai berlaku.
Contoh penerapan teori interpretif adalah: pengukuran nilai persediaan pada saat ini,
langkah pertama adalah menunjukkan subkonsep untuk menerapkan aturan interpretasi
khusus. Jika harga beli berlaku yang dipilih maka current value dapat didefinisikan sebagai
harga tukar untuk suatu barang di pasar pembelian pada tanggal neraca. Jika harga pasar
tidak ada dapat dianggap harga pasar tidak layak pakai, maka alternatifnya adalah menilai
prosedur akuntansi lain yang tersedia dalam kondisi interpretasi ini. Pembuktian teori ini
dapat diperoleh dari riset yang dilakukan untuk menentukan apakah pemakai informasi
akuntansi memahami makna yang dimaksudkan oleh pembuat informasi, apakah telah
konsisten dengan teori yang ada.
Salah satu interpretasi teoritis akuntansi biaya tradisional historis adalah bahwa sebagian
besar merupakan teori sintaksis. Penafsiran ini dapat digambarkan sebagai berikut: system
semantik adalah transaksi dan pertukaran tercatat dalam voucher, jurnal dan buku besar
bisnis.Hasil ini kemudian disimpulkan berdasarkan lokasi dan asumsi akuntansi biaya historis.
Sebagai contoh, kami mengasumsikan bahwa inflasi tidak akan dicatat dan nilai pasar nilai
aktiva dan kewajiban diabaikan. Kami lalu menggunakan akuntansi double-entry dan prinsip-
prinsip akuntansi biaya historis untuk menghitung laba rugi dan posisi keuangan. Proposisi
individu diverifikasi setiap kali laporan diaudit dengan memeriksa perhitungan dan
manipulasi. Dengan cara ini teori biaya historis telah dikonfirmasi berkali-kali. Beberapa teori
akuntansi mengkritik dari pendekatan ini. Mereka berpendapat bahwa teori tersebut memiliki
konten semantik hanya atas dasar input.
Tidak ada operasi empiris independen untuk memverifikasi output yang dihitung,
misalnya, keuntungan atau aset total. Angka-angka ini tidak diamati, mereka hanya sekedar
penjumlahan sederhana saldo rekening, dan proses audit ini, pada dasarnya, hanya sebuah
perhitungan kembali. Proses audit memverifikasi masukan dengan memeriksa dokumen yang
digaris bawahi dan memeriksa perhitungan matematis tapi tidak memverifikasi output akhir.
Hal ini berarti bahwa bahkan jika laporan akuntansi disusun dengan menggunakan sintaks
yang sempurna, mereka mungkin memiliki sedikit, jika ada, nilai dalam pelaksanaan.
D. TEORI NORMATIF
Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli
apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori normative berusaha untuk
membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan, misalnya pernyataan yang
menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran
aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori normative sering
dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya teori
normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan “semi
research”‖.
Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya
dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada awal perkembangannya, teori akuntansi
normative belum menggunakan pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk
menghasilkan postulat akuntansi. Perumusan akuntansi normative mencapai masa keemasan
pada tahun 1950 dan1960an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada
rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang
dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori normative lebih berkonsentrasi pada:
1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income) Teori ini berkonsentrasi pada penciptaan
pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian,
tidak ada kesepakatan terhadap apa yang dimaksud denganpengukur nilai dan laba
yang benar.
2.Pengambilan keputusan (decision usefulness) Pendekatan ini menganggap bahwa
tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan
dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan atau bermanfaat.
Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik pengambilan
keputusan rasional. Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian rekening
karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva. Teori ini pada dasarnya merupakan teori
pengukuran akuntansi. Teori tersebut bersifat normative karena didasarkan tentang laba dan
kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pada anggapan akuntansi seharusnya merupakan
system pengukuran:
1) Laba dan nilai dapat diukur secara tepat
2) Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi
3) Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
4) Ada beberapa pengukur laba yang unik.
Karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyrktif maka tidak
bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang
kuat. Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan
sebagai sesuatu yang ideal, merekomendasikan penggantian system akuntansi cost histories
dan pemakaian teori normatif oleh semua pihak.

E. TEORI POSITIF
Metode yang diawali dari suatu teori atau model ilmiah yang sedang berlaku atau
diterima umum. Berdasarkan teori ini, dirumuskan problem penelitian untuk mengamati
perilakuatau fenomena nyata yang tidak ada dalam teori. Kemudian dikembangkan teori
untukmenjelaskan fenomena tadi dan dilakukan penelitian secara terstruktur dan peraturan
yangstandar dengan melakukan perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengumpulan
datadan pengujian statistik ilmiah. Sehingga diketahui apakah hipotesis yang dirumuskan
diterima atau tidak.
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi
yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi
positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk
menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori
normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatifterlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran
pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):
Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena
didasarkan ‘pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya
secara empiris. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor
secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas. Pendekatan normatif tidak
mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di
pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam system perekonomian yang mendasarkan pada
mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam
mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.
Selanjutnya Watt & Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa
teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar
teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif, Watt &
Zimmerman mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian
empiric dan menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan
atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.
Tiga Hipotesis Teori Akuntansi Positif. Prediksi yang dibuat oleh PAT diorganisasikan
secara luas pada tiga hipotesis yang diformulasikan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Kita
akan memberi ketiga hipotesis ini bentuk oportunistik mereka, karena menurut Watts dan
Zimmerman (1990), ini adalah cara yang paling sering digunakan ketika mereka
diinterpretasikan :

1. Hipotesis Rencana Bonus


Dalam hipotesis ini, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer perusahaan dengan
rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang
dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini
Hipotesis ini tampaknya cukup beralasan. Para manajer perusahaan, seperti orang-orang
lain, menginginkan imbalan yang tinggi. Jika imbalan mereka bergantung, paling tidak
sebagian, pada bonus yang dilaporkan pada pendapatan bersih, maka kemungkinan mereka
bisa meningkatkan bonus mereka pada periode tersebut dengan melaporkan pendapatan
bersih setinggi mungkin. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan memilih
kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode tersebut. Tentu
saja, sesuai dengan karakter dari proses akrual, hal ini akan cenderung menyebabkan
penurunan pada laba dan bonus-bonus yang dilaporkan pada masa yang akan datang, dengan
taktor-faktor lain tetap sama. Namun nilai masa kini (present value) dari kegunaan manajer
dari lini bonus masa depan yang dimilikinya akan meningkat dengan memberikan perubahan
menuju masa kini.
2. Hipotesis Kontrak Hutang
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat suatu perusahaan
terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada kesepakatan utang, maka
kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan manajer perusahaan memilih
prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke
periode masa kini. Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang makin meningkat akan
menurunkan kelalaian teknis. Sebagian besar dari perjanjian hutang berisi kesepakatan
bahwa pemberi pinjaman harus bertemu selama masa perjanjian. Sebagai contoh,
perusahaan yang mendapat pinjaman boleh sepakat memelihara level tertentu dari hutang
terhadap harta, laporan bunga, modal kerja, dan harta pemilik saham. Jika kesepakatan
semacam itu dikhianati, perjanjian hutang tersebut bisa memberikan/mengeluarkan penalti,
seperti pembatasan dividen atau tambahan pinjaman.
Dengan jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan membatasi kegiatan perusahaan
dalam operasional perusahaan itu sendiri. Untuk mencegah, atau paling tidak menunda,
pelanggaran semacam itu, perusahaan bisa memilih kebijakan akuntansi tertentu yang bisa
meningkatkan laba masa kini. Berdasarkan hipotesis kesepakatan hutang, ketika perusahaan
mendekati kelalaian, atau memang sudah berada dalam lalai/cacat, lebih cenderung untuk
melakukan hal ini.

3. Hipotesis biaya politik


Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya politik yang
mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih prosedur akuntansi
yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang menuju masa depan.
Hipotesis biaya politik memperkenalkan suatu dimensi politik pada pemilihan kebijakan
akuntansi. Perusahaan-pemsahaan yang ukurannya sangat besar mungkin dikenakan standar
kinerja yang lebih tinggi, dengan penghargaan terhadap tanggung jawab lingkungan, hanya
karena mereka merasa bahwa mereka besar dan berkuasa. Jika perusahaan besar juga
memiliki kemampuan meraih profit yang tinggi, maka biaya politik bisa diperbesar.
Perusahaan-perusahaan juga mungkin akan menghadapi biaya politik pada poin-poin
waktu tertentu. Persaingan luar negeri mungkin mengarah pada menurunnya profitabilitas
kecuali perusahaan yang terkena dampaknya ini bisa mempengaruhi proses politik untuk
bisa melindungi impor secara keseluruhan. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah
dengan mengadopsi kebijakan akuntansi income-decreasing (pendapatan menurun) dalam
rangka meyakinkan pemerintah bahwa profit sedang turun.

F. PERSPEKTIF DAN ISU-ISU LAINNYA


Pada poin ini, kita berfokus pada apa yang dapat dilihat sebagai pendekatan yang sangat
terstruktur untuk formulasi teori pendekatan ilmiah. Penulis mulai dengan teori yang
didasarkan pengetahuan sebelumnya atau diterima secara ‘ilmiah‘ konstruksi teorinya.
Langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan teori untuk membangun masalah
penelitian ketika kita mengamati dunia nyata perilaku yang tidak setuju dengan teori, kita
memperlakukan anomali itu sebagai masalah penelitian dan mengungkapkannya sebagai
masalah penelitian yang akan dijelaskan. Pada tahap ini, kami mengembangkan teori untuk
menjelaskan perilaku yang diamati dan menggunakan teori untuk menghasilkan hipotesis
diuji yang akan dikuatkan hanya jika teori berlaku. Kami kemudian mengikuti prosedur
yang tepat dan sangat terstruktur atau ditentukan untuk pengumpulan data dan setelah
menundukkan data (biasanya) dengan teknik matematika atau statistik, kita memvalidasi
atau menolak hipotesis diuji.Pendekatan ini memiliki asumsi yang melekat lebih lanjut
bahwa melihat dunia untuk diteliti sebagai realitas obyektif yang mampu memeriksa dalam
hal skala besar atau statistik rata-rata. Jenis penelitian ini dilakukan oleh hipotesis tambahan
yang kemudian dikumpulkan .Asumsi tersirat adalah bahwa variabel diteliti memiliki
beberapa stabilitas di perusahaan, industri dan waktu.
Pendekatan ini untuk penelitian umumnya digambarkan sebagai pendekatan ‘ilmiah‘ dan
merupakan pendekatan yang dominan saat ini digunakan oleh para peneliti di bidang
akuntansi, khususnya di Amerika Serikat. Penting untuk dicatat bahwa itu didasarkan pada
asumsi ontologis tertentu (cara kita memandang dunia), yang menyiratkan epistemologi
yang berbeda (cara kita mengumpulkan pengetahuan) dan metodologi penelitian dan metode
yang berbeda. Hal ini, pada gilirannya, mempengaruhi jenis masalah penelitian yang
diajukan dan hipotesis yang diuji. Hal ini penting bagi para peneliti akuntansi dengan jelas
mengenai asumsi yang mendasari penelitian mereka dan untuk mempertimbangkan apakah
pendekatan penelitian alternatif yang lebih tepat. Ada sebuah tubuh literatur, yang secara
bebas dicap sebagai penelitian naturalistik, yang sangat penting dari pendekatan yang sangat
terstruktur yang diadopsi oleh peneliti ‘ilmiah‘. Kita meninjau secara singkat beberapa kritik
mereka di bagian ini.
Kritik pertama adalah bahwa penelitian skala besar statistik cenderung menyatukan
segala hal bersama-sama. Hipotesis yang didasarkan pada penggunaan harga pasar saham
atau survei membuat banyak penelitian akuntansi jauh dari dunia praktisi dan sepadan
dengan keprihatinan mereka. Fokus penelitian naturalis dikemukakan sebagai lebih tepat
untuk memperoleh pengetahuan tentang perilaku akuntansi dalam pengaturan dasarnya.
Idenya adalah bahwa kita melakukan penelitian secara sealamiah mungkin. Pendekatan ini
memiliki dua implikasi. Pertama, kita tidak memiliki asumsi atau teori yang terbentuk
sebelumnya. Kedua, kita berfokus pada masalah perusahaan tertentu. Hal ini dilakukan
dengan mengambil pendekatan penelitian fleksibel menggunakan pengamatan dekat dan
menempatkan kurang penekanan pada analisis matematika, pemodelan, uji statistik, survei
dan tes laboratorium. Cara biasa untuk melakukan penelitian naturalistic adalah dengan
menggunakan studi kasus individu dan kerja lapangan lebih rinci. Jenis penelitian ini jauh
lebih kecil/mikro dalam perspektif karena itu bertujuan untuk memecahkan masalah individu
yang mungkin perusahaan tertentu.Oleh karena itu, hasilnya mungkin lebih sulit untuk
menggeneralisasi.
Pendekatan naturalistik dapat dibandingkan dengan penelitian ilmiah ‘akuntansi‘, yang
lebih rentan terhadap menggabungkan hasil dari pengujian sejumlah hipotesis dalam rangka
membentuk ‘teori umum akuntansi‘. Penelitian naturalistik dimulai dari situasi spesifik
dunia nyata, tujuan utama adalah untuk menjawab pertanyaan: ―Apa yang terjadi di sini?‖,
Bukan untuk memberikan kondisi yang dapat digeneralisasikan untuk segmen masyarakat
luas. Pendekatan studi kasus dipandang oleh beberapa peneliti sebagai pemenuhan terbaik
peran menjelajahi masalah penelitian untuk penelitian naturalistik. Sebagai contoh: Situasi
di mana tidak layak untuk mengembangkan model teoritis sebelum pengamatan empiris,
alternatif terbaik berikutnya (pendekatan eksplorasi) dapat diikuti.
Tomkins dan Groves tidak setuju dengan pandangan ini. Mereka melihat pendekatan
penelitian naturalistik sebagai lebih tepat untuk asumsi ontologis yang berbeda. Perbedaan
asumsi ontologis menyiratkan gaya penelitian yang berbeda dan mempengaruhi pertanyaan
penelitian diajukan dan diselidiki. Sebagai contoh, kita dapat melihat akuntansi sebagai
konstruksi sosial. Kita mungkin ingin memahami apa citra diri yang orang pegang, atau apa
yang mendasari asumsi yang mempertahankan pandangan bahwa, atau bagian apa peran
persepsi ini dalam mengendalikan cara mereka melakukan peran mereka sehari-hari. Ini
adalah jenis pertanyaan yang mungkin akan diteliti menggunakan ontologi subjektif.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dari uraian diatas maka dapat kami simpulkan bahwa banyak para pakar
mengemukakan mengenai teori akuntansi, baik itu Vernon Kam, Kuhnian, dan masih
banyak lagi pakar-pakar yang mengemukakannya. Teori dapat didefinisikan sebagai hasil
pemikiran yang berdasarkan metode ilmiah atau logika. Teori terdiri dari dua bagian yaitu:
Tujuan teori akuntansi adalah menjelaskan dan meramalkan praktek akuntansi. Teori
akuntansi adalah suatu konsep definisi dalil yang menyajikan secara sistematis gambaran
fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antara variabel dengan variabel lainnya
dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena
yang mungkin muncul.
Dalam merumuskan teori akuntansi, ada beberapa metode yang dapat dipergunakan
yaitu metode deskriptif (pragmatic), psichological pragmatic, metode normatif dan metode
positive. Sampai saat ini Indonesia masih belum berupaya untuk merumuskan teori maupun
standar akuntansinya sendiri. Kita masih tetap menggunakan teori atau standar akuntansi
Amerika atau terakhir dari IASC (International Accounting Standard Committee) sebagai
dasar pengembangan akuntansi di Tanah Air.

3.2 SARAN
Dalam hal ini, penyusun dapat memberikan saran seharusnya teori akuntansi dapat di
implementasikan sesuai dengan kondisi, lingkungan, dan situasi ekonomi agar dapat
dijadikan dasar atau pedoman dalam penuyusunan teori akuntansi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap,sofyan syafri.2002.Teori Akuntansi.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada


http://www.skripsi-tesis.com/search/latar+belakang+teori+akuntansi
www.pengusahamuslim.com/strategi-bisnis/pembukuan-dan-administrasi/523-
menggunakan-software-akuntansi-tanpa-memahami-teori-akuntansi

Anda mungkin juga menyukai