Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI

“KONSEP DASAR, TEORI PENGUKURAN, DAN ACCOUNTING


MEASUREMENT SYSTEM”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

KETUA:

 SITI SALAMA TUASIKAL : 2018-30-091


ANGGOTA:

 YUNI WALY : 2018-30-040


 INTAN F. SENDUK : 2018-30-171
 MUHAMMAD RAINAL A.S : 2018-30-197
 RAHMIYATI R. RAHAKBAUW : 2018-30-278
 NOVITA A. SOPAMENA : 2018-30-291
 RANDY SUPUSEPA : 2018-30-352

JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa. Karena
atas berkah dan rahmat-Nya kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Konsep Dasar, Teori Pengukuran, dan Accounting
Measurement System” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
bidang studi Teori Akuntansi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai Konsep Dasar, Teori Pengukuran, dan Accounting
Measurement System bagi para penulis dan juga para pembaca.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang
mengampu mata kuliah Teori akuntansi yaitu Bapak Dr. Ferry Hendro Basuki

Penulis menyadari, makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang pada akhirnya dapat
memperbaiki kualitas makalah ini.

Ambon, 14 Oktober 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................2
C. TUJUAN ......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. KONSEP DASAR ........................................................................................3


B. TEORI PENGUKURAN ............................................................................15
C. ACCOUNTING MEASUREMENT SYSTEM .........................................20

BAB III PENUTUP ...............................................................................................35

A. KESIMPULAN ..........................................................................................35
B. SARAN ......................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, akuntansi memiliki konsep dasar yang menjadi acuan
dalam penyusunan standar akuntansi yang digunakan yang bertujuan untuk
diterapkan dalam praktek akuntansi. Karena hal inilah yang membuat
munculnya berbagai konsep-konsep dasar akuntansi dalam penyajian dan
pelaporan keuangan suatu entitas. Sehingga membuat beberapa sumber yang
mengajukan berbagai konsep-konsep dasar akuntansi yang berbeda-beda. Di
dalam pengertian konsep dasar menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
dalam dalam Kerangka Dasar Penyajian dan Pelaporan Keuangan (KDPPLK)
menyatakan bahwa asumsi dasar akuntansi dasar akuntansi berdasarkan dasar
akrual dan kelangsungan usaha (going concern).
Perkembangan akuntansi yang dipraktekan dalam suatu negara maupun
entitas memiliki tujuan yang mengarah kepada suatu pemeliharaan hubungan
antar entitas bisnis maupun individual, berdasarkan interpretasi informasi
keuangan yang disajikan oleh akuntansi.
Suatu sistem pengukuran akuntansi harus dibuat dan diimplementasikan
agar informasi akuntansi benar-benar menunjukkan aturan semantiknya dan
meminimalisir kelemahannya. Pengukuran merupakan bagian yang sangat
penting dalam suatu penyelidikan ilmiah. Tujuan pengukuran tersebut adalah
untuk menjadikan data yang dihasilkan lebih informative dan menjadi lebih
bermanfaat. Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan
satuan pengukur berupa unit moneter. Maksudnya agar pengukuran tersebut
menunjukkan makna ekonomik dan karenanya pengukuran yang demikian
disebut penilaian. Penilaian adalah proses penentuan jumlah rupiah suatu
obyek untuk menentukan makna ekonomik obyek tersebut di masa lalu,
sekarang atau yang akan datang.
B. Rumusan Masalah

1
Untuk mencegah pembahasan lebih menyeluruh maka kami memberi batasan
bahasan seperti berikut:
1. Bagaimana Penjelasan Mengenai Konsep Dasar?
2. Bagaimana Penjelasan Mengenai Teori Pengukuran?
3. Bagaimana Penjelasan Mengenai Accounting Measurement Systems?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Penjelasan Mengenai Konsep Dasar
2. Untuk Lebih Memahami Tentang Penjelasan Mengenai Teori Pengukuran
3. Untuk Lebih Memahami Tentang Penjelasan Mengenai Accounting
Measurement Systems

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
1. Sumber Konsep Dasar
Konsep dasar pada umumnya merupakan abstraksi atau konsptualisasi
karakteristik lingkungan tempat atau wilayah diterapkannya pelaporan
keuangan. Berbagai sumber atau penulis mengajukan sehimpunan atau
seperangkat konsep dasar dari beberapa sumber, Seperti beberapa sumber
berikut ini:
a. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
IAI mengadosi rerangka konseptual IASC sehingga konsep dasar
yang dipilih juga mengadopsi IASC. Ada dua konsep dasar, konsep dasar
tersebut adalah:
1) Basis Akrual (Accrual Basis)
2) Usaha Berlanjut (Going Concern)
b. Paul Grady
Grady mendiskripsikan konsep dasar sebagai konsep yang mendasari
kualitas kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau
sebagai keterbatasan yang melekat pada statemen keuangan. Kesepuluh
konsep dasar tersebut adalah:
1) Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik
pribadi
2) Entitas bisnis spesifik
3) Usaha berlanjut
4) Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun
5) Konsistensi antara periode untuk entitas yang sama
6) Keanekaragaman perlakuan akuntansi di antara entitas independen
7) Konservatisma
8) Keterandalan data melalui pengendalian internal
9) Materialitas

3
10) Ketepatwaktuan dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran
c. Accounting Principles Board (APB)
APB menyebut konsep dasar sebagai ciri-ciri dasar dan memuatnya
dalam APB statemen. APB mengidentifikasi tiga belas konsep dasar
yang merupakan karakteristik lingkungan diterapkannya akuntansi yaitu :
1) Entitas akuntansi (Accounting Entity)
2) Usaha berlanjut (Going Concern)
3) Pengukuran sumber ekonomik dan kewajiban (Measurement of
economic resources and obligations)
4) Periode-periode waktu (Time periods)
5) Pengukuran dalam unit uang (Measurement in terms of money)
6) Akrual (Accrual)
7) Harga pertukaran (Exchange price)
8) Angka pendekatan (Approximation)
9) Pertimbangan (Judgment)
10) Informasi keuangan umum (General-purpose financial information)
11) Statemen keuangan berkaitan secara mendasar (Fundamentally
related financial statement)
12) Substansi daripada bentuk (Substance over form)
13) Materialitas (Materiality)
d. Wolk , Tearney, dan Dodd
Wolk dan Tearney mendaftar empat konsep yang dianggap sebagai
postulat dan beberapa konsep lain sebagai prinsip berorientasi masukan
(input-oriented principles) yaitu recognition, matching, conservatism,
disclosure, materiality, dan objectivity dan prinsip berorientasi keluaran
(output oriented principles) yaitu comparability, consistency, uniformity.
Keempat konsep yang dikategorikan sebagai postulat adalah:
1) Usaha berlanjut (Going Concern)
2) Periode waktu (Time Period)
3) Entitas akuntansi (Accountimg Entity)
4) Unit moneter (Monetary Unit)

4
e. Anthony, Hawkinds, dan Mwrchant
Konsep dasar 1-5 dikategori sebgai pelandas statemen posisi
keuangan (neraca), sedangkan 6-11 dikategorikan sebagai pelandas laba-
rugi. 11 konsep tersebut adalah sebagi berikut:
1) Pengukuran dengan unit uang (money measurement)
2) Entitas (entity)
3) Usaha berlanjut (going concern)
4) Kos (cost)
5) Aspek Ganda (Dual aspect)
6) Periode Akuntansi (accounting periode)
7) Konservatisma (Consrvatism)
8) Realisasi (Realisation)
9) Penandingan (Matching)
10) Konsistensi (Consistency)
11) Materialitas (Materiality)
f. Paton dan Littleton
Patton dan Littleton merupakan konsep-konsep dasar yang
dikenalkan sebelum sumber-sumber yang disebut sebelumnya. Buku
Paton dan Litleton (P&L) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1940
merupakan salah satu karya klasik yang memperngaruhi pemikiran
akuntansi sesudah itu. Berikut adalah konsep-konsep yang dikemukakan:
1) Entitas bisnis atau kesatuan usaha
2) Kontinuitas kegiatan/usaha
3) Penghargaain sepakatan
4) Kos melekat
5) Upaya dan capaian hasil
6) Bukti terverifikasi dan objektif
7) Asumsi
g. Karakteristik Konsep Dasar P&L
1) Cukup mendasar
2) Koheren (saling berkaitan secara logis)

5
3) Menjelaskan konsep dasar lain yang merupakan turunannya

2. Kesatuan Usaha
Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu
kesatuan atau badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas
namanya sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain
yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut
menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi..
3. Batas Kesatuan
Walaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung keberadaannya, batas
kesatuan usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hukum
melainkan kesatuan ekonomik. Artinya, akuntansi memperlakukan badan
usaha sebagai suatu kesatuan ekonomik daripada kesatuan yuridis. Batas
kesatuan ekonomik adalah kendali oleh satu manajemen.
4. Pengertian Ekuitas
Dengan sudut pandang kesatuan usaha, secara konseptual ekuitas atau
modal merupakam utang atau kewajiban perusahaan kepada pemilik. Hal ini
berlawanan dengan pendefinisian secara struktural bahwa ekuitas adalah hak
residual pemilik terhadap aset bersih sebagaimana didefinisi dalam rerangka
konseptual.
5. Pengertian Pendapatan
Konsep kesatuan usaha dapat menjelaskan mengapa pendapatan
didefinisi sebagai kenaikan atau aliran masuk aset. Dengan konsep kesatuan
usaha, semua sumber ekonomik yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan
merupakan aset perusahaan bukan aset pemilik.
6. Pengertian Biaya
Definisi biaya sebagai penurunan aset atau timbulnya kewajiban dapat
dijelaskan dengan konsep kesatuan usaha. Penyerahan produk dalam rangka
menciptakan pendapatan, menyebabkan aset berkurang. Berkurangnya aset
inilah yang disebut biaya. Jadi dapat dikatakan bawa biaya mengurangi
ekuitas

6
2. Sistem Berpasangan
Pengaruh transaksi terhadap hubungan bisnis dan posisi keuangan harus
selalu ditunjukkan. Untuk melaksanakan hal ini dengan mudah dan nyaman,
digunakanlah sistem berpasangan.
3. Persamaan Akuntansi
Persamaan akuntansi merupakan cara merepresentasi sistem berpasagan.
Agar penyusunan statemen keuangan dapat dilakukan dengan cepat, sistem
akuntansi harus di organisasi atas dasar persamaan akuntansi. Dengan konsep
kesatuan usaha, elemen pendapatan dan biaya merupakan penyebab
perubahan ekuitas. Hubungan fungsional antar buku besar ini dapat
dinyatakan sebagai berikut :
A=K+E+PB+I–D
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan Biaya + Investasi oleh
pemilik
Distribusi ke pemilik.
4. Artikulasi
Artikulasi merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan
usaha. Dengan artikulasi, akan dapat ditunjukan bahwa laba dalam statemen
laba-rugi akan sama dengan laba dalam statemen berubahan ekuitas dan
jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statemen perubahan ekuitas akan sama
dengan jumlah ekuitas dalam neraca.
5. Kontinuitas Usaha
Konsep kontinuitas usaha atau usaha berlanjut menyatakan bahwa kalau
tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti di masa datang bahwa
kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap
bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu tidak
terabatas.
6. Arti Penting Laporan Periodik
Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk terus maju
dan berkembang. Untuk mengetahui seberapa maju dan berkembangnya
perusahaan yang dijalankan, maka perusahaan tersebut harus membuat

7
laporan mengenai perusahaan secara periodik. Jika perusahaan tidak membuat
laporan secara periodik, maka sulit untuk menentukan keputusan lebih lanjut.
7. Kedudukan Stetemen Laba-Rugi
Untuk mengukur daya melaba jangka panjang, aliran kontinus sumber
ekonomik masuk dan keluar kestuan usaha (pendapatan dan biaya) harus
dipenggal-penggal dengan periode waktu sebagai wadah atau penakar.
Penggalan pendapatan dan biaya untuk suatu perioda dituangkan dalam
stetemen laba-rugi periodic sehingga stetemen laba-rugi dipandang sebagai
stetemen yang paling penting dalam pelaporan keuangan karena tingkat laba
dalam rangka menilai daya melaba. Pemenggalan aliran data yang terus-
menerus dalam penggalan waktu sebagai penakar.
8. Fungsi Neraca dan Penilaian Elemennya
Konsep kontinuitas usaha sangat besar peranannya dalam mendasari
penilaian elemen atau pos neraca dan inteprestasi jumlah rupiah yang dimuat
di dalamnya. Dengan konsep kontinuitas usaha, tujuan pelaporan pos neraca
adalah untuk menunjukkan sisa potensi-potensi jasa atau sumber-sumber
ekonomik yang belum dikonsumsi (menjadai biaya) dalam tahun yang
berakhir pada tanggal neraca.
9. Penghargaan sepakatan
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah/agregat harga atau
penghargaan sepakatan yang terlibat dalam tiap transaksi atau kegiatan
pertukaran merupakan bahan olah dasar akuntansi yang paling objektif
terutama dalam mengukur sumber ekonomik yang masuk (pendapatan) dan
sumber skonomik yang keluar (biaya). Sebagai konsekuensi, slemen-elemen
atau pos-pos pelaporan keuangan diukur atas dasar penghargaan sepakatan
tersebut.
10. Istilah yang Tepat
P&L tidak menyebut bahan olah dasar akuntansi sebagai nilai (velue)
karena nilai bagi orang yang satu mungkin sekali berbeda dengan nilai bagi
orang yang lain sehingga nilai akan menimbulkan berbagai interprestasi.

8
Istilah cost sebenarnya cukup tepat untuk menyatakan price-aggregate
atau measured consideration karena alasan-alasan berikut :
a. Dari segi penjualan, walaupun istilah cost tidak cukup luas, aliran masuk
penghargaan sepakatan penjualan atau pendapatan yang dicatat (berupa
kas atau piutang) akhirnya akan menjadi cost juga kalu sudah digunakan
untuk memperoleh barang atau jasa. Cost akan tetap menjadi pengukur
berbagai post asset dan kewajiban.
b. Dari segi pembelian, kalau istilah cost mempunyai keterbatasan karena
tidak dapat menyatakan hal yang sama dari kedua belah pihak (pembeli
dan penjual) dalam suatu pertukaran, keterbatasan ini sebenarnya tidak
menimbulkan masalah karena akuntansi menganut konsep kesatuan
usaha. Kalau ingin konsisten dengan konsep kesatuan usaha, pandangan
dari pihak penjual (sebagai pihak luar) dianggap tidak relevan.
Cost dalam arti luas sebagaimana dinyatakan P&L itulah yang penulisan
serap menjadi istilah kos sebagai bahan olah akuntansi. Kos disini adalah
istilah serapan bukan terjemahan istilah kos itu sendiri karena cost dapat
diterjemahkan menjadi berbagai istilah Indonesia yang mempunyai banyak
arti.
11. Wadah Penggabungan
Dalam mengikuti aliran fisis produksi, kos dipecah, dikelompokkan, dan
kemudian digabung lagi mengikuti unit fisis produk. Ini berarti bahwa kos
digabungkan dengan produk sebagai wadah penakar penggabungan. Setelah
produk diserahkan kepada pelanggan (telah terjadi penjualan) maka kos yang
logis dapat disebut kos barang terjual.
12. Upaya dan Hasil
Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan biaya dalam rangka
memperoleh hasil berupa pendapatan. Artinya, begitu kesatuan usaha
melakukan kegiatan produktif (yang direpresentasi dengan terhimpunnya kos
maka pendapatan dapat dikatakan telah dibentuk pula walaupun belum
terrealisasi.
13. Perlunya Basis Asosiasi

9
Aliran kos keluar merupakan pengukuran upaya dan aliran kos masuk
merupakan pengukuran hasil atau capaian. Selisih antara kedua komponen
tersebut akan membentuk laba. Laba mencerminkan ke efektifan manajemen
dalam mengelola sumber ekonomik dan merupakan informasi penting bagi
pihak yang berkepentingan khususnya bagi mereka yang menyediakan sumber
ekonomik dan menanggung resiko akhir.
19 Penakar Asosiasi Ideal dan Praktis
Konsep ini merupakan konsekuensi lebih lanjut dari konsep kontinuitas
usaha bahwa untuk menentukan kemajuan perusahaan tidak perlu ditunggu
nasib akhir perusahaan itu terjadi. Oleh karena itu, pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan memerlukan wadah atau penakar kemajuan dari waktu
kewaktu. Yang ditakar adalah biaya sebagai upaya dan pendapatan sebagai
hasil dari biaya tersebut.
20. Keterbatasan Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi hanya merupakan sebagian hak eksternal dan
manajemen. Lebih dari itu, walaupun segala pertimbangan dan kebijakan
didasarkan pada data akuntansi secara cukup mendalam.
21. Laba Akuntansi versus Ekonomik
Konsep ini mempunyai implikasi terhadap interpretasi laba akuntansi.
Dengan konsep ini, laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran
dua elemen yang berkaitan yaitu pendapatan dan laba.
22. Kos Aktual
Dalam menandingkan upaya dengan hasil akuntansi hanyalah
menandingkan upaya yang benar-benar telah dilakukan oleh suatu kesatuan
usaha sehingga laba yang diperoleh adalah selisih biaya dan pendapatan yang
diukur dengan kos yang sesungguhnya terjadi. Artinya, kos tersebut timbul
karena transaksi, kejadian, atau upaya yang nyata-nyata dilakukan.
23. Asas Akrual atau Himpun
Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang
menyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat hak kesatuan timbul lantaran
penyerahan barang atau jasa ke pihak luar dan biaya diakui pada saat

10
kewajiban timbul dikarenakan penggunan sumber ekonomik yang melekat
pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut.
24. Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotesis. Depresiasi untuk suatu
periode harus diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang
diberikan oleh asset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau
pemberhentian asset tersebut.
25. Kapasitas Menganggur
Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metode tertentu harus tetap
merupakan biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan
tersebut menimbulkan atau bahkan menambah rugi operasi.
26. Pos-Pos Luar Biasa
Karena perhatian diletakkan pada daya melaba, konsep upaya dan hasil
tidak sekedar mengakibatkan pengakuan dan penangguhan untuk periode
berjalan tetapi juga untuk jangka panjang. Untuk menentukan laba periodic,
konsep menandingkan yang berorientasi jangka panjang akan memasukkan
juga untung luar biasa dan juga rugi luar biasa..
27. Bukti Terverifikasi dan Objektif.
Setiap transaksi keuangan harus didukung oleh bukti transaksi yang kuat
dan sah. Bukti transaksi dapat timbul karena adanya transaksi pertukaran
antara kesatuan usaha dengan pihak luar atau karena diciptakan oleh pihak
internal perusahaan atas asar kebijakan.
28. Arti Penting Untuk Pengauditan
Disamping penting karena membantu pencapaian karakteristik kualitatif
informasi yang tinggi, konsep bukti yang dapat diuji kebenarannya dan
objektif itu menjadi penting dalam kaitannya dengan pengauditan untuk
menentukan kewajaran statemen keuangan. Salah satu kriteria kewajaran
adalah bahwa pos-pos statemen keuangan didefinisi, diukur, dinilai, diakui,
dan disajikan sesuai dengan PABU.
29. Objektivitas Bukti

11
Bukti hendaknya diartikan dalam arti luas dan substantif tidak sekedar
bukti formal dan material. Memverifikasi berarti membuktikan kebenaran,
menguji ketelitian suatu fakta, atau menguat/menyangkal suatu pernyataan.
Bukti adalah sarana untuk memastikan kebenaran atau memberikan
pembuktian.
30. Objektitas Relatif
Akuntansi bukan ilmu pasti sehingga objektivitas bukti dalam akuntansi
bersifat relatif. Konsep objektivitas dalam penciptaan data akuntansi adalah
objektivitas yang disesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat penentuan
fakta bukan objektivitas mutlak.
Dengan konsep relativitas bukti, fakta yang paling objektif akan
mendapat bobot paling tinggi untuk dipilih. Relativitas yang sama juga
berlaku untuk keterverifikasian bukti.
31. Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka Panjang
Bukti akuntansi juga tidak harus mendasarkan pada bukti juga tiak harus
mendasarkan pada bukti yuridis. Itulah sebabnya, untuk dapat dinyatakan
sebagai asset yang harus dilaporkan oleh kesatuan usaha, suatu asset tidak
harus dimilki kesatuan usaha tetapi cukup dikuasai.
Dapat disimpulkan bahwa konsep dasar bukti terverifikasi dan objektif
dalam akuntansi mengandung elemen variabilitas sehingga tiap bukti
mempunyai tingkat objektivitas. Tingkat objektivitas bukti yang paling tinggi
pada saat yang keadaan tertentu adalah yang terbaik assalkan tujuan untuk
memperoleh tingkat objektivitas yang tinggi tersebut tidak bertentangan
dengan konsep kepentingan usaha.
32. Asumsi
Asumsi dalam daftar konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan
konsep dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar
sebelumnya merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan
segala keterbatasannya.
33. Kontinuitas Usaha

12
Konsep kontinuitas usaha hanya dapat dibenarkan atas dasar pengalaman
perusahaan pada umumnya. Oleh karena itu, penerapan konsep ini dalam
perusahaan tertentu adalah semata-mata asumsi dan kenyataan ini harus tetap
dipertimbangkan dalam proses pelaporan. Tingkat kegagalan usaha adalah
tinggi terutama untuk perusahaan perseorangan yang kecil.
34. Perioda Satu Tahun
Pelaporan periodik dengan waktu sebagai wadah pengukuran adalah
salah satu kebiasaan penting dalam akuntansi. Untuk tujuan penakaran
terhadap pendapatan dan biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut,
interval waktu yang biasanya digunakan adalah satu tahun, baik tahun
kalender ataupun tahun buku/fiskal. Penakaran altenatif adalah unit-produksi,
pekerjaan-order, atau proyek.
35. Kos Sebagai Bahan Olah
Penghargaan sepakatan yang menjadi bahan oleh akuntansi didasarkan
atas asumsi bahwa kos factor produksi yang diperoleh perusahaan
menunjukkan nilai wajar pada saat terjadinya. Asumsi dibalik penalaran
tersebut adalah bahwa para pelaku ekonomi bertindak rasional, suatu asumsi
yang tidak selalu benar dalam tiap keadaan. Sering terjadi bahwa transaksi
dilakukan dengan tidak bijaksana atau serampangan.
36. Daya Beli Uang Stabil
Konsep bahwa jumlah rupiah yang tercatat akan tetap menunjukkan nilai
dilandasi asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa. Dalam
perioda-perioda yang mengalami inflasi cukup tinggi asumsi tersebut jelas
tidak berlaku lagi untuk tujuan-tujuan tertentu.
37. Tujuan Mencari Laba
Konsep pendapatan dan biaya sebagai aliran jumlah rupiah yang
ditandingkan sebenarnya mengandung asumsi bahwa pendapatan adalah
objek yang dituju oleh upaya yang diukur dengan kos. Dengan kata lain,
perusahaan dipandang sebagai suatu organisasi yang dibentuk untuk
menghasilkan laba. Keinginan untuk mencari laba adalah karakteristik nyata
yang melekat pada perusahaan-perusahaan komersial pada umumnya.

13
38. Konsep Dasar Lain
Konsep-konsep dasar yang diuraikan oleh P&L diatas merupakan
konsep-konsep dasar yang terpadu dan lengkap sebagai landasan konseptual
untuk merekayasa pelaporan keuangan. Telah dibahas pula kaitan antara
konsep-konsep dasar tersebut dengan konsep dasar dari sumber lain yang
berpaut. Berikut ini adalah beberapa konsep yang belum dicakupi konsep
dasar P&L dan cukup penting untuk dibahas :
39. Substansi Daripada Bentuk
Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep ditingkat
perekayaan atau dalam menetapkan standar di tingkat penyusun standar,
akuntansi akan menekankan makna atau substansi ekonomik suatu objek atau
kejadian daripada makna yuridisnya meskipun makna yuridis mungkin
menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang berbeda.
40. Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas
Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan (metoda) akuntansi
antarkesatuan usaha merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari karena
perbedaan kondisi yang melingkupi dan karakteristik kesatuan usaha
individual.
Akuntansi juga menghendaki agar statemen keuangan dapat saling
diperbandingkan antarperusahaan dalam batas-batas yang layak.
41. Konservatisma
Konservatisma adalah sikap atau aliran dalam menghadapi ketidakpastian
untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan yang terjelek
dari ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna sikap
berhati hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan
sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.
42. Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data
Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang
memadai merupakan sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi yang
tinggi. Pengendalian internal juga merupakan salah satu bentuk bukti yang
menukung keterandalan, objektivitas, dan keterverifikasian angka-angka

14
akuntansi. Sebagai bukti, auditor harus menilai stuktur pengenalian internal
kesatuan usaha yang diauditnya.
43. Manfaat Konsep Dasar
Walaupun telah disiggung sebelumnya bahwa konsep dasar berfungsi
melandasi penalaran pada tingkat perekayaan akuntansi, konsep dasar lebih
banyak manfaatnya bagi penyusunan standar dalam berargumen untuk
menentukan konsep, prinsip, metoda, atau teknik yang kan dijadikan standar.
Bahwa standar harus objektif dan tidak memihak berari stanar harus bebas
dari selera dan kepentingan ribadi atau kelompok. Standar akuntansi juga tiak
harus tunduk pada apa yang nyatanya dipraktikan tetapi harus lebih
berorientasi ke masa depan demi perbaikan secara bertahap.

B. TEORI PENGUKURAN
2. Pentingnya Pengukuran
Campbell mendefiniskan pengukuran adalah “the assignment of numerals
to represent properties of material systems other than numbers, in virtue of
the laws governing these properties”. Sedangkan menurut Stevens,
pengukuran adalah “assignment of numerals to objects or events according to
the rules”.
Pengukuran adalah proses pemberian angka - angka atau label kepada
unit analisis untuk merepresentasikan atribut – atribut. konsep atribut adalah
sesuatu yang melekatpada suatu objek yang menggambarkan sifat atau ciri
yang dikandung objek tersebut. .
Pengukuran sangat penting dilakukan karena dengan mengukur suatu
objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat menjadi
acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan objek
tersebut. Untuk memudahkan kita melakukan suatu pengukuran sehingga
memperoleh suatu hasil yang akurat dan dapat diandalkan maka kita dapat
menggunakan skala dan memilih tipe pengukuran yang sesuai dengan
karakteristik objek yang kita ukur.
3. Skala Pengukuran

15
Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat
ketika aturan semantik digunakan untuk menghubungkan pernyataan
matematika kepada objek atau kejadian. Skala menunjukkan informasi apa
yang diwakili oleh angka, sehingga memberikan arti kepada angka tersebut.
jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan semantik yang digunakan.
Menurut Steven, skala dapat dibagi menjadi nominal, ordinal, interval atau
rasio.
a. Skala Nominal
Dalam skala nominal, nomor hanya digunakan sebagai sebuah label.
Contohnya adalah penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang
tidak sependapat dengan skala nominal.
b. Skala Ordinal
Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya
sehubungan dengan properti yang diberikan. Contohnya, investor melihat
satu kemungkinan jenis investasi untuk uangnya. Investasi tersebut
diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat ini.
c. Skala Interval
Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala
orginal. Tidak hanya memberi peringkat kepada objeknya, tetapi juga
jarak antara interval skalanya diketahui dan sama. Contohnya adalah
pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan thermometer Celsius.
Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal ruangan A dan B,
dimana suhu ruangan A 22 derajat celsius dan ruangan B 30 derajat
celsius, maka selain kita dapat mengatakan bahwa suhu di ruangan B
lebih panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 3 derajat
dari pada ruangan A. Kelemahan skala interval adalah titik nolnya
dibuat dengan bebas.
d. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala yang :
1) Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian
2) Interval antar objek diketahui dan sama

16
3) Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek
terakhirdiketahui
Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan
keputusan yang berbeda juga. Metode - metode pengukuran yang
berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama
4. Operasi Yang Diijinkan Dalam Pengukuran
Salah satu alasan untuk mendiskusikan pengukuran adalah penerapan
ilmu matematika tertentu hanya dapat menggunakan pengukuran tertentu.
Kestabilan dari pengukuran membuat kita paham sampai dimana teori atau
peraturan pada dasarnya akan tetap sama, walaupun pengukuran digunakan
pada ukuran berbeda,seperti sentimeter ke meter.
Tanpa kestabilan, bisa saja X dua kali lebih panjang daripada Y apabila
diukur dalam sentimeter, namun tiga kali lebih panjang apabila diukur dalam
meter. Dalam akuntansi,pengukuran dari current cost adalah varian dari
historical cost. Karena atribut dari yangdihitung berbeda, bisa saja mesin A
yang dihitung berdasarkan historical cost seharga $90.000, namun menjadi
seharga $110.000 apabila dihitung berdasarkan current cost.
5. Tipe-Tipe Pengukuran
Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi
teori - teori empiris (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran
yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi
tambahan atas pengukuran fundamental dan turunan yang didiskusikan
Campbell.
a. Pengukuran Fundamental
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka -
angka bisa diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam
dan tidak bergantung pada pengukuran variabel apapun.
b. Pengukuran Turunan
Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan
pengukuran yang bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain.
contohnya adalah pengukuran kepadatan, yang bergantung pada

17
pengukuran massa dan volume. Dalam akuntansi, contoh pengukuran
turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari penambahan
dan pengurangan pendapatan dengan beban.
c. Pengukuran Formal
Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi,
menggunakan definisi yang dibangun secara acak untuk dihubungkan
dengan hal - hal yang bisa diamati dengan pasti (variabel) pada konsep
yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk mendukung hubungan
tersebut.
6. Keandalan Dan Akurasi
Sumber-sumber Kesalahan
a. Operasi pengukuran ditetapkan dengan kurang tepat.
Aturan untuk menetapkan angka untuk suatu properti biasanya terdiri
dari`seperangkat operasi`. Seperangkat operasi mungkin tidak dinyatakan
dengan tepat dan karena itu mungkin dapat ditafsirkan dengan kurang
tepat oleh orang yang mengukur.
b. Pengukur.
Pengukur mungkin saja salah mengartikan aturan, berat sebelah,
atau menerapkan atau membaca instrumennya secara tidak benar.
c. Instrumen.
Banyak operasi yang membutuhkan digunakannya instrumen fisik,
seperti penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin saja
rusak.
d. Lingkungan.
Tempat dilaksanakannya operasi pengukuran dapat mempengaruhi
hasilnya.
e. Atribut tidak jelas.
Apa yang akan diukur mungkin tidak jelas, terutama apabila
pengukurannya melibatkan sebuah konsep yang tidak dapat diukur secara
langsung.
7. Pengukuran yang Dapat Diandalkan

18
Apa yang dimaksud dengan pengukuran yang dapat diandalkan?
Keandalan merujuk pada konsistensi yang terbukti dari baik suatu operasi
untuk menghasilkan hasil yangmembanggakan maupun dari hasil itu sendiri
dalam penggunaan tertentu.
dapat kita simpulkan bahwa kehandalan dari suatu pengukuran terkait
dengan presisi akan suatu properti yang diukur secara spesifik dengan
menggunakan seperangkat operasi.
8. Pengukuran yang Akurat
Meskipun suatu prosedur pengukuran mungkin sangat handal,
memberikan hasil yang sangat akurat, pengukuran tersebut bisa jadi tidak
menghasilkan hasil yang akurat. Konsistensi dari hasil, presisi dan
kehandalan belum tentu menghasilkan akurasi. Alasannya adalah akurasi
berhubungan dengan seberapa dekat suatu pengukuran dengan nilai
sebenarnya (true value) dari atribut yang diukur.
Hal-hal fundamental seperti panjang suatu objek dapat ditentukan secara
akuratdengan membandingkan objek tersebut dengan standar yang mewakili
“true value” dari objek tersebut, kita dapat menggunakan penggaris misalnya
sebagai standar tersebut.
Kita dapat menghitung biaya inventory menggunakan FIFO dan
mengulang perhitungannya sampai beratus kali dan mendapat jawaban yang
sama, tapi itu bukan berarti jawabannya akurat, kecuali dalam hal pengecekan
kesalahan aritmatika.
9. Pengukuran Pada Akuntansi
Pengukuran pada akuntansi termasuk pada kategori pengukuran turunan
untuk capital dan profit. Profit pada akuntansi termasuk turunan, menurut
standar akuntansiinternasional dari perubahan pada kapital dengan fair-value
dari aset bersih. Nilai capital diturunkan dari nilai bersih pengukuran fair
value aset dan kewajiban sehingga kita harus mengukur nilai awal kapital,
nilai pendapatan yang diterima, penggunaan kapital, perubahan
pada fair value pada aset bersih. Penambahan kapital selama periode tersebut

19
akan mengukur laba pada periode tersebut, yang datang dari berbagai sumber,
seperti operasi dan pengukuran-kembali.

C. ACCOUNTING MEASUREMENT SYSTEMS


1. Three Main Income And Capital Measurement Systems
System akuntansi untuk pertama kali diperkenalkan oleh Pacioli pada
abad ke 15, yaitu system akuntansi double-entry. Sejak saat itu teknik dasar
akuntansi tidak berubah secara signifikan. Bersamaan dengan revolusi
industry, khususnya setelah jatuhnya wall street pada tahun 1929, system
akuntansi trandisional berdasarkan historical cost system muncul dan
memimpin sebagai fundamental accounting system. Kemudian pada tahun
1960-an beberapa alternative dasar system akuntansi lainnya muncul dan
mulai berkembang, yaitu current cost accounting dan current selling prices
(exit prices). Current cost accounting juga dianggap sebagai metode pertama
yang mempresentasikan fair value accounting system.
2. Historical Cost Accounting
a. Objective of Accounting
Berkembangnya perusahaan membuat akuntansi memiliki peran
yang sangat signifikan sebagai sumber informasi mengenai perusahaan,
dimana pemilik dan pengendali perusahaan merupakan dua pihak yang
berbeda. Absentee owners yang tidak berperan dalam operasional
perusahaan tidak memiliki pengetahuan mengenai operasional dan
kondisi perusahaan..
Dalam pandangan historical cost accounting perubahan nilai asset
dan kewajiban pada dasarnya diabaikan, sampai asset tersebut dijual atau
dilepaskan atau dihapuskan. Dalam historical cost theory informasi
mengenai nilai sisa bersih dari perusahaan tidak begitu penting, namun
yang terpenting adalah profit.
b. Capital and Profit
Dalam historical cost system, pencatatan akuntansi harus menjaga
nilai capital (assets dikurangi kewajiban) memiliki nilai yang sama

20
dengan nilai pada periode awaL, dimana semua asset dan kewajiban
dinilai sesuai dengan nilai saat pembelian.
Income statement adalah bagian yang paling penting dalam laporan
keuangan, dimana menunjukkan hasil dari kegiatan operasional
perusahaan. Sedangkan balance sheet dianggap bukan merupakan bagian
yang signifikan. FASB menggunakan istilah „revenue-expense view‟ dan
„asset-liability view‟. Terdapat dua konsep dasar dalam historical cost
revenue-expense viewpoint yaitu „matching of cost‟ dan „conservatism‟.
c. Matching Cost Theory
Akuntan harus melacak aliran biaya yang keluar, terutama karena
biaya yang melekat pada pendapatan „cost attach‟. Akuntan mencatat
setiap transaksi biaya dan men-trasir-nya kepada pendapatan yang
diterima dari biaya tersebut.
Akuntan memutuskan biaya yang bisa diakui
„expired‟ untuk kemudian dilekatkan (matching )pada pendapatan di inc
ome statement, dan biaya yang belum dapat diakui „unexpired‟ akan
dilaporkan di balance sheet (unmatched assets). Hal ini merupakan
konsep „matching cost against revenue‟ yang merupakan konsep penting
dalam historical cost accounting.
d. Conservatism
Biaya harus segera diakui sesegera mungkin, sedangkan pendapatan
hanya dapat diakui jika terdapat keyakinan yang tinggi („high
probability‟) bahwa pendapatan tersebut akan diterima. Konsep
konservatis ini menyebabkan perlakuan yang bias antara pengakuan
biaya dibandingkan dengan pengakuan pendapatan. Konsep konservatis
lainnya mengatakan peningkatan nilai asset tidak boleh diakui, tapi
penurunan nilai harus diakui - the lower of cost or market rule.
e. Arguments of Historical Cost Accounting
Historical cost accounting banyak diserang, terutama banyak dikritik
karena tidak mampu melaporkan kondisi sebenarnya atau tidak dapat

21
menyediakan nilai up-to-date dari „net-worth‟. Atas hal tersebut defender
memiliki argument-argumen berikut ini :
1) Relevant in making economic decisions
Managers membuat keputusan mengenai komitmen masa depan
membutuhkan data transaksi masa lalu. Mereka harus dapat
mereview upaya masa lalu dan ukuran dari upaya ini adalah biaya
historis.
2) Historical cost didasarkan pada transaksi yang actual bukan hanya
transaksi yang mungkin atau belum terjadi.
3) Financial statement berdasarkan biaya histori, sehingga
memudahkan menemukan data dan lebih bermanfaat.
4) Konsep yang terbaik dalam memahami konsep profit, dimana
kelebihan nilai harga jual dibadingkan dengan harga perolehan.
5) Akuntan dapat menjaga integritasnya dengan menjaga data
berdasarkan nilai historis dibandingkan dengan modifikasi internal.
Banyak yang berpendapat bahwa historical cost system mengurangi
praktik manipulasi dibandingkan current cost system ataupun selling
price system.
6) Informasi mengenai profit yang disajikan oleh system alternative
yang lain (current cos dan selling price) tidak bermanfaat.
7) Perubahan dalam harga pasar dapat disajkan dan diungkapkan oleh
data pendukung atau tambahan.
8) Tidak ada bukti yang cukup untuk menolak terhadap historical cost
accounting.
f. Criticsms of Historical Cos Accounting
1) Objective of accounting
Pendekatan decision-usefullness membutuhkan posisi „forward-
looking yang dapat memberikan informasi yang relevan
dibandingkan hanya menyajikan informasi masa lalu. investor juga
tertarik mengetahui kenaikan dan penurunan nilai dari investasi

22
mereka yang dipresentasikan oleh net assets perusahaan. Dan
historical cost system gagal memenuhi tujuan ini.
2) Information of Decision Making
“Akuntansi biaya historis meskipun bermanfaat namun tidak cukup
untuk mengevaluasi keputusan-
keputusan bisnis. Pernyataan biaya historis yang mnegaitkan pada
assets (cost attach theory) hanyalah fiksi”
Biaya historis memang mempunyai manfaat tetapi tidak cukup untuk
mengevaluasi keputusan bisnis. Ketika asset diperoleh biaya historis
adalah tepat karena nilainya mengacu pada kejadian saat ini (saat itu
up to date). Akan tetapi segera setelah periode akuisi lewat, nilai ini
tidak lagi up to date dan oleh karena nya tidak lagi logis untuk
dijadikan dasar untuk mengevaluasi keputusan bisnis.
Historical cost system akan menyajikan laba terlalu tinggi saat
harga-harga naik karena meng-Offset biaya perolehan historis (yang
rendah) dengan pendapatan sekarang yang tinggi (inflasi).
3) Basis of Historical Cost
“Basis biaya historis yaitu going concern tidaklah realistis”
Salah satu pembelaan dari penggunaan biaya historis adalah adanya
prinsip going concern assumption. Dimana menggangap bahwa uum
perusahaan adalah tidak dapat ditentukan jadi ekspektasi normal
mengenai item non-monetary akan terpenuhi. Inventori sepenuhnya
akan terjual, dan non-current asset akan speenuhnya digunakan
dalam bisnis.
4) Matching
“Penggunaan konsep penandingan tidak menghasilkan informasi ya
ng relevan dan terpercaya”
Pada faktanya dalam banyak kasus penandingan biaya dan
pendapatan tidak mungkin dipraktikkan, penandingan adalah sebuah
proses untuk keputusan acak yang harus dibuat daripada sebuah
analisis yang konsisten. Dalam matching konsep tidak ada konsep

23
penandingan yang pasti, tidak ada cara untuk metode lain dalam
penyandingan kecuali secara arbitrary. Salah satu konsekuensi dari
„matching concept‟ adalah meletakkan neraca sebagai posisi kedua
setelah laporan laba rugi, karena lebih memfokuskan pada net profit.
5) Nortion of Investor Needs
“Historical cost accounting system hanya memberikan ide untuk
kebutuhan investor yang tertarik pada analisa pasar bukan intelegent
investor yang tertarik pada apa yang terjadi pada perusahaan.”
Historical cost accounting yang hanya memfokuskan hanya pada
penentuan net-profit menyebabkan penyimpangan dan
penyembunyian atas pengungkapkan penting informasi perusahaan.
Hal ini karena tujuan akuntansi konvensional telah disalahartikan,
dimana akuntan berpandangan sempit akan kebutuhan investor dan
menerima cara lama dalam menganalisis perusahaan dan sahamnya.
3. Current Cost Accounting
a. Objective of Accounting
Current Cost Accounting (CCA) adalah sistem akuntansi dimana
Asset dinilai berdasarkan harga beli saat ini (current market buying
price), dan profit ditentukan oleh alokasi berdasarkan biaya saat itu.
Edwards dan Bell merumuskan permasalahan ini menjadi tiga buah
pertanyaan, yaitu:
1) Berapa jumlah aset yang harus disimpan dalam waktu tertentu
2) Bentuk dari aset seharusnya bagaimana
3) Bagaimana seharusnya aset dibiayai
Manajer membuat keputusan terhadap tiga permasalahan tersebut
berdasarkan ekspektasi tentang kejadian di masa depan. Untuk
menghasilkan ekspektasi yang relatif akurat, manajer harus
mengevaluasi aktivitas masa lalu. Walaupun Edward dan Bell menyadari
benar pentingnya informasi bagi manajemen, mereka juga menjelaskan
bahwa data tersebut juga berguna bagi pihak luar, seperti pemegang

24
saham dan kreditur karena mereka ingin menilai
performance perusahaan. informasi akuntansi memiliki dua tujuan, yaitu:
1) Evaluasi keputusan manajer di masa lalu untuk membuat keputusan
yang terbaik
2) Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur, dan yang lainnya.
b. Concept of Bussiness Profit and Financial Capital
Atas nama profit manajemen sering menghadapi dua keputusan yaitu
apakah akan menahan atau membuang suatu aset atau kewajiban (1) dan
bagaimana mendanai dan menggunakan aktivitas operasi perusahaan (2).
Untuk menilai dua keputusan tersebut, Edwards dan Bell
menawarkan sebuah konsep profit yang dinamakan „Bussiness Profit‟
yang terdiri dari (1) current operating profit dan (2) realisable cost
savings. Current Operating profit adalah selisih dari current value dari
output yang terjual dengan current cost dari aset yang dicimpan dalam
waktu tertentu. Keduanya mencakup perubahan biaya yang direalisasi
dan yang belum direalisasi. Busines profit dihitung secara real basis-
yaitu, elemen fiksi akibat perubahan tingkat harga umum dihilangkan.
Istilah yang kita gunakan untuk realisable cost savings adalah „holding
gains /losses‟, yang dapat direalisasikan atau belum direalisasi.
c. Holding Gains and Loses
Sebuah asumsi yang membawahi Business Profit adalah
menggabungan antara holding gains / loses dan operating holding / loses
membingungkan pengambilan keputusan manajemen dan menghalangi
alokasi sumber daya dalam ekonomi. Konsep Business Profit
membolehkan pemisahan dari dua komponen tersebut. Mempertahankan
(Hold) aset dan kewajiban adalah salah satu cara manajemen untuk
meningkatkan posisi pasar perusahaan.
4. Financial Capital Versus Physical Capital
Pada system akuntansi dengan menggunakan penilaian pasar, perhitungan
profit didasarkan pada pengukuran modal (capital). Profit lebih didefinisikan

25
pada perubahan modal selama periode pelaporan dan bukan sebagai alokasi
dari biaya historis yang ditentukan dengan berbagai ketentuan akuntansi.
Pada current cost accounting, terdapat dua pandangan pokok
terhadap menentukan modal awal dan modal akhir serta bagaimana profit
diukur, yaitu :
a. Major Features of The Physical Capacity System – Capital
Maintenance
Current cost system didasarkan pada konsep entitas dalam
mempertahankan kemampuan perusahaan untuk memproduksi barang
dan jasa dalam jumlah yang sama secara berkelanjutan, yaitu
mempertahankan kemampuan operasionalnya.
b. Valuation Principles
1) Non-monetary Items
Item moneter dan non moneter memiliki efek dan risiko yang
berbeda terhadap inflasi. Item moneter adalah elemen yang
mempunyai klaim moneter dalam jumlah yang tetap dan tidak
berubah saat inflasi harga. Sedangkan item non moneter seperti
tanah dan bangunan, akan disesuaikan harganya sesuai dengan
kondisi pasar. Penilaian diperoleh dengan cara:
a) Harga pembelian saat ini di pasar, atau
b) Index spesifik saat harga pasar tidak tersedia, atau
c) Potensi servis dari barang identik atau sejenis dari aset
terspesialisasi.
2) Monetary Items and Loan Capital
Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan
dibayar dan memberikan keuntungan jika ditahan saat nilai uang
kehilangan kemampuan membeli. Keuntungan atau kerugian item
moneter dikalkulasikan sesuai dengan perubahan pada current cost
dari barang atau jasa.
3) Non-Monetary Assets Bought and Sold on The Same Market

26
Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan aset lain yang
ditahan untuk tujuan spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang
sama. Aset tersebut tidak secara langsung menambah kemampuan
operasional perusahaan. Aset tersebut umumnya digunakan sebagai
profit-generating purpose atau untuk dijual kembali saat ada capital
gain.
c. Arguments for and Against Current Cost
1) Recognition Principle
Pendukung historical cost accounting berpendapat bahwa current
cost accounting melanggar prinsip konservatif bahwa keuntungan
diakui pada saat non-monetary asset dihapus.
2) Objectivity of Current Bost
Pendukung historical cost berpendapat bahwa current cost
accounting mencerminkan objektivitas yang rendah karena
penggunaan current cost tidak didasarkan pada transaksi perusahaan
yang sebenarnya
3) Technological Change
Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan
teknologi yang dapat terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin
baru mengubah biaya produksi, maka harga dari mesin lama harus
disesuaikan.
d. More Spesific Criticsm
1) Advocates of Historical Cost
Pendukung historical cost menolak current cost accounting pada
dasarnya dikarenakan melanggar prinsip realisasi tradisional.
Masalah terkait yaitu subjektivitas dari penentuan peningkatan biaya.
2) Comparison on the Result with Historical Cost
Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional
perusahaan dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.
3) Advocates of Exit Price

27
Pada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau
pengorbanan atas alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar
kasus, pengorbanan perusahaan adalah menjual aset disbanding
menggunakannya, bukan membelinya karena perusahaan sudah
memilikinya, sehingga current cost yaitu harga pembelian barang
tersebut tidaklah relevan.
5. Exit Price Accounting
a. Income and Capital
Exit price accounting adalah sistem akuntansi dimana menggunakan
harga jual pasar untuk mengukur posisi finansial beserta performa
perusahaan. Terdapat dua perbedaan yang mendasar dengan perhitungan
historical cost pada akuntansi:
1) Nilai dari aset non moneter yang disesuaikan berdasarkan harga pasa
r berfungsi untuk mengukur aset tersebut dan jika terdapat income
dianggap sebagai unrealized gains.
2) Perubahan dalam kekuatan daya beli uang secara umum yang
dipertimbangkan ketika mengukur modal keuangan dan hasil dari
operasi
Jadi aset yang tercatat pada neraca disajikan kembali pada exit values
(harga jual), sehingga laporan yang ada menggambarkan nilai wajar
pasar pada perusahaan, bukan saat situasi fire-sale (ambigu).
b. Objective of Accounting (Adaptive Decision Making)
Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka akan merubah
kemampuannya dalam beradaptasi. Misal, jika aset tersebut dibeli secara
cash maka saldo kas perusahaan akan turun dan membatasi perusahaan
untuk mengeluarkan kas untuk investasi lain. Sebaliknya, jika perusahaan
membelinya secara kredit, maka akan mengurangi kemampuan
pengambilan kredit perusahaan di masa datang.
c. Argument for Exit Price Accounting
1) Providing useful information

28
Perusahaan bisnis umumnya dimiliki oleh satu orang atau grup kecil
dari partner. Akuntan adalah yang menyiapkan laporan keuangan
dan bertanggung jawab hanya kepada dua kepentingan: pemilik,
yang mengatur bisnis dan mengetahu detail semua transaksi dan
kreditur, yang memiliki ketertarikan atas kemampuan pemilik dalam
membayar pinjaman yang jatuh tempo.
Berikut ini adalah pasar yang diharapkan dapat hadir
untuk menentukan nilainya
a) Marketable assets at market price (exit price)
b) Non-marketable reproducible assets at replacement costs
c) Occasional non-marketable, non-reproducible assets
at historical costs.
2) Relevant and Reliable information
Untuk menjadi relevan, informasi harus berguna dalam pengambilan
keputusan akuntansi bagi para pengguna laporan. Model
pengambilan keputusan, memungkinkan pengguna untuk
memutuskan yang mana merupakan aksi yang tepat dari berbagai
alternatif yang ada. Jika tidak ada kendala, informasi dapat
dikumpulkan yang mana saja yang relevan terhadap masalah yang
dihadapi dan model keputusan.
3) Additivity
Chambers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci d
alam CCE accounting. Produk utama dari sistem laporan akuntansi -
neraca dan laporan laba rugi. Jika memberikan nilai yang berbeda
dengan berbagai karakteristik yang berbeda juga, maka tidak dapat
secara logis dapat ditambahkan bersama-sama.
4) Allocation
Thomas mengeluhkan fakta bahwa dalam sistem akuntansi biaya
(historical dan current) sangat bergantung pada alokasi untuk valuasi
aset dan menentukan profit. Positifnya dari exit price accounting
bahwa laporan keuangan dialokasikan secara bebas. Profit

29
menggambarkan jumlah dari perubahan dari daya beli yang rill dari
aset bersih, terkecuali tambahan investasi dari atau didistribusikan
oleh owner.
5) Reality
Exit price accounting melibatkan referensi yang nyata karena
memang menggunakan harga pasar actual saat ini. Penyusutan tidak
terjadi jika nilai aset selalu naik atau harga konstan. Jika tidak ada
nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item yang ada
memiliki saldo nol. Dengan dua kendala - dipertukarkan dan adanya
harga jual item-item dari laporan keuangan bisa semakin kuat
dengan bukti nyata yang ada di dunia.
6) Objectivity
Banyak yang mengatakan bahwa harga pasar tidak objektif, namun
pada kenyataannya nilai pasar adalah nilai yang mencerminkan
kenyataan pada saat ini. Parker melakukan penelitian relative dan
objektivitas untuk exit price dengan historical cost. Parket
menunjukkan bahwa exit price mengungkapkan dispersi dari jumlah
tercatat. Penyebab utamanya adalah perbedaan estimasi masa
manfaat dan nilai sisa.
7) A measure of risk
Untuk memungkinkan para pengguna laporan keuangan dalam
mengevaluasi berbagai risiko dan kinerja dalam risiko finansial yang
signifikan akan membutuhkan:
a) deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signi'ikan dan tujuan
perusahaan sertakebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
b) Informasi mengenai dampak risiko terhadap neraca dan laporan
kinerja keuangan
c) Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan
dalam mengestimasi nilai wajar instrument keuangan
d. Arguments Againts Exit Price Accounting
1) Profit Concept

30
Seperti yang diketahui, bahwa keuntungan adalah ukuran aktivitas
kinerja dari perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional
dalam menggunakan sumber daya yang telah ada. Ketika evaluasi
telah dibuat, maka perusahaan dapat memutuskan apakah
melanjutkan dalam pemakaian aset atau menjual asset dan
menggunakan hasil yang ada pada alternative yang lain.
2) Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika
berpikir objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan
masa kini. Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-
sama dengan angka saat ini. Pengkritik berpikir bahwa arus kas yang
setara aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap
dan teratur. Jika itu terjadi maka peristiwa masa depan harus
diasumsikan dengan menggunakandan tercatat sesuai tanggal neraca.
3) The Valuation of Liablities
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif
berbentuk modal dan harus dinyatakan sebesar nilai nominal bukan,
nilai pasar. Oleh karena itu terdapat inkosistensi karena obligasi
sebagai aktiva harus dinyatakan dengan harga pasar
4) Current Cost vs Exit Price
Current cost berpendapat bahwa metode penilaian normal lebih baik,
diantaranya karena:
a) Exit Price mengarah pada revaluasi anomali, dimana setelah
pembelian harga akan jatuh dan kurang dari harga perolehan
b) Exit Price menyiratkan pada pendekatan jangka pendek,
karena focus terhadap likuidasi dan disposal
c) Exit price
pada persediaan barang jadi merupakan bentuk antisipasi terhad
ap laba operasi karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini
6. Value In Use Versus Value In Exchange

31
Pendekatan Value in use menggunakan investor external atau entitas
yang berorientasi pada produksi sebagai benchmark yang relevan. Investor
lebih tertarik pada future cash flow perusahaan dibandingkan nilai
likuidasinya yang dapat diprediksi secara akurat dengan laba operasional
dibandingkan dengan current cash 'low. Sehingga yang dibutuhkan adalah
pengukuran income yang sesuai dengan current cos dari input aset terhadap
output. Pendekatan ini lebih terkonsentrasi pada perolehan hasil yang paling
efisien dari penggunaan aset dengan tidak mempertimbangkan adaptasinya.
7. Perspektif Global Dan International Financial Reporting Standars
Berbagai jenis penerapan biaya kini (current cost) dan akuntansi
perubahan telah diuji dan diadaptasi di beberapa negara antara lain :
a. Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mencabut Accounting Series Release (ASR)
190 yang dikeluarkan tahun 1976 untuk kemudian menggantinya dengan
Statement 33 yang menekankan pada pengungkapan tambahan untuk
penyesuaian akun akun atas inflasi dan biaya penjualan kini.
Dalam Statement 33, FASB mensyaratkan Perusahaan untuk
menyampaikan informasi mengenai :
1) Profit dari Continuing Operations dengan menggunakan Current
Bost Basis untuk tahun finansial berjalan
2) Current Cost untuk Persediaan, Properti, Pabrik dan Peralatan di
akhit tahun finansial
3) Perubahan current cost di tahun finansial berjalan untuk Persediaan,
Properti, Pabrik dan Peralatan, menggunakan Basis Dolar Konstan.
Statement 33 ditujukan sebagai bentuk eksperimen selama 5 tahun.
Setelah mempertimbangkkan berbagai bukti dan reaksi mengenai
data tambahan, FASB menerbitkan Statement 82 di bulan
,November 1984 untuk menghapuskan persyaratan sebagaimana
pada Statement 33 dalam pelaporan.
b. Inggris

32
Komite Standar Akuntansi Inggtis atau ASC (Accounting Standard
Committee) menerbitkan statement 16 (SSAP) tentang akuntansi biaya
kini di bulan Maret 2010. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 yang
dikeluarkan FASB. Ada dua hal utama yang menjadi perbedaanya antara
lain:
1) Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya
kini. SSAP hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
2) Apabila di AS
penyesuaian atas inflasi lebih berpusat pada laporan laba rugi, lapora
n biaya kini di Inggris wajib diungkapkan pada laporan laba rugi dan
neraca beserta catatan penjelasan.
3) Standar ini banyak diaplikasikan oleh perusahaan besar namun ASC
menarik kembali SSAP 16 di tahun 1985 setelah banyaknya debat
mengenai isi SSAP 16.
c. Australia
Profesi akuntan di Australian menerbitkan DPS 1.1. Statement of
Provisional Accounting Standards (PAS) mengenai Akuntasi Biaya kini
di bulan Oktober 1976 sebagaimana diamandemen dalam PAS 1 dan
panduannya di bulan Agustus 1978. Adapun SAP 1 merekomendasikan
penggunaan biaya kini bertujuan untuk menjaga kapasitas perusahaan
tetap utuh. Setelah munculnya protes mengenai penerbitan SAP 1, SAP 1
yang dianggap sebagai versi “downgrade” terbit pada November 1983
yang merekomendasikan seluruh perusahaan untuk menyampaikan
pernyataan tambahan mengenai akuntansi biayakini disamping laporan
keuangan konvensional perusahaan yang menggunakan biaya historis.
Adapun sebagai alternative, perusahaan dapat menggunakan biaya kini
dalam pelaporan keuangannya untuk menggantikan biaya historis.
Namun, SAP 1 tidak diadaptasi secara luasdi Australia.
d. International Accounting Standars

33
Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan posisi
kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukkan ke dalam laba kini.
Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan:
1) Fakta bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit
pengukuran telah dilakukan.
2) Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keua
ngan utama (yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini)
3) Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta
dengan perubahannya selama periode pelaporan.
4) Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
e. Sistem Pengukuran Campuran dan Standar International
Perbedaan dalam pengukuran yang diadopsi oleh berbagai negara yang
disebabkan oleh belum adanya konsep teoritis mengenai penilaian
menimbulkan adanya sistem pengukuran secara campuran
8. Masalah Bagi Auditor
Para Auditor membutuhkan bukti yang relevan untuk mendukung opini
mereka ketika melakukan audit atas laporan keuangan secara adil dengan
dasar relevansi. Adapun beberapa masalah yang sering didapatkan oleh para
Auditor dalam melakukan audit antara lain :
a. Kebutuhan akan bukti yang memadai dan kualitas atas bukti
tersebut mendukung relevansi dan reliabilitas dalam penyajian data,
mendeteksi adanya misstatements, dalam jurnal, akun, dan
pengungkapan entitas.
b. Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman atas beberapa metode
pengukuran yang
dikenal seta kombinasinya. Oleh karena itu, peran ahli sangat mungkin u
ntuk dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan.
c. Dalam hal Arm Length Transaction,
d. Dibutuhkan bukti-bukti spesifik transaksi dan
informasi pihak ketiga juga dibutuhkan untuk memastikan setiap transaki
telah dicatat dan diungkapkan dengan benar.

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa untuk menyediakan datakuantitatif,
terutama yang mempunyai sifat keuangan dari kesatuan usahaekonomi yang
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi yagsesuai dengan
prnsio akuntansi dalam memilih alternatif dari suatu keadaan. Didalam
menyusun prinsip akuntansi, digunakan asumsi-asumsi dan konsep-konsep
dasar tertentu. Asumsi dasar ini merupakan aspek dari lingkungan dimana
akuntansi itu dilaksanakan. Sedangkan konsep-konsep dasar merupakan
pedoman dalam menyusun prinsip akuntansi. Konsep dasar diperlukan untuk
membuat kesatuan fikir dalam pembuatan laporan keuangan, agar tidak
terjadi perbedaan antara pembuat laporan keuangan yang satu dan yang lain.
Elemen-elemen statement keuangan harus diukur untuk membentuk
informasi semantic. Atribut elemen harus diidentifikasi dan atribut
pengukuran yang sesuai dipilih untuk mendapatkan ketepatan penyimbolan.
Pengukuran adalah penentuan besarnya unit pengukur yang akan dilekatkan
pada suatu object (elemen/pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian,
atau keadaan untuk merepresentasi makna atribut objek tersebut. Pengukuran
mencakup hubungan formal angka dengan sifat-sifat atau kejadian dengan
berpedoman pada peraturan semantik.
Peraturan yang digunakan untuk menentukan jumlah dapat dientukan
sesuai dengan keempat skala: nominal, ordinal, interval atau rasio. Dalam
akunting, kita dapat menggunakan skala rasio untuk mengukur sifat-sifat
finansial pendapatan, aset dan hutang. Namun demikian, kita juga dapat
mengaplikasikan skala ordinal untuk peringkat projek-projek investasi atau
profitabilitas atau keuntungan perusahaan, atau skala interval dalam
accounting biaya standar.
B. Saran

35
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh
dari kesempurnaan. Tentunya, kami akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.

36
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. “Teori Akuntansi”. (Yogyakarta: BPFE)

Godfrey, J., A Hodgson, A. Tarca, J. Hamilton, S. Holmes. Edisi 7. Accounting


Theory. Singapore: John Wiley & Sons, Inc

37

Anda mungkin juga menyukai