Anda di halaman 1dari 23

Makalah

Teori Akuntansi

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

Dosen :

Dr. Asriani Djunaid, SE., M.Si., Ak., CA

OLEH :

KELOMPOK 5 :

1. AYU WANDIKA PUTRI UTAMI (0012 04 24 2017)


2. MUH. FAISALRAHMAT (0031 04 24 2017)

Kelas

Konsentrasi Perpajakan

PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang
telah diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah berjudul ‘Struktur Teori
Akuntansi’ yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Teori Akuntasi.

Dalam makalah ini kami membahas mengenai Struktur Teori Akuntansi dan dalam
menyelesaikan makalah ini kami telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai
pihak.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun demikian telah memberikan manfaat bagi kami. Akhir kata dari kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun
akan kami terima dengan senang hati.

Makassar, 12 Maret 2019

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teori akuntansi memiliki batasan-batasan yang telah didefinisikan sebagai


pengukuran dan komunikasi data yang mengungkapkan aktivitas ekonomi yang terdiri
dari beberapa elemen. Akan tetapi, apresiasi dalam lingkup akuntansi ini tidak hanya
bergantung pada pemahaman teknik-teknik akuntansi saja tetapi juga pada struktur
teori akuntansi dimana dan darimana teknik-teknik tersebut diturunkan.
Pengembangan struktur teori akuntansi dimulai dari pemeriksaan Paton terhadap
dasar-dasar akuntansi, pemeriksaan ini bertujuan untuk membenarkan teknik dan
aturan yang ada sekarang, selain itu terdapat tujuan utama yaitu mengodifikasi dalil-
dalil dan prinsip-prinsip akuntansi.
Meskipun pada praktiknya, teori akuntansi yang dihasikan nantinya akan
berbeda pada siapa pemakai informasi akuntansi tetapi teori akuntansi menyediakan
kerangka referensi atau struktur teori akuntansi, dimana kelayakan dari metode
tertentu dapat dinilai. Walaupun elemen-elemen dari struktur tersebut mungkin
berbeda, namun menurut metodologi yang digunakan dan asumsi yang telah dibuat,
terdapat suatu kesepakatan dalam literatur dan dalam praktik, terdapat suatu
kesepakatan dalam literatur dan dalam praktik mengenai keutamaan dari elemen-
elemen tertentu sebagai dasar penting akuntansi.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana sifat struktur teori akuntansi ?

b. Apakah tujuan laporan keuangan ?

c. Seperti apa sifat postulat akuntansi itu ?

d. Apa postulat-postulat akuntansi ?

e. Apakah konsep-konsep teoritis akuntansi ?

f. Seperti apakah prinsip-prinsip dasar akuntansi ?


g. Apa saja standar (teknik) dari akuntansi ?

C. TUJUAN PENULISAN

a. Untuk mengetahui sifat struktur teori akuntansi

b. Untuk mengetahui tujuan laporan keuangan

c. Untuk mengetahui sifat postulat akuntansi

d. Untuk mengetahui postulat-postulat akuntansi

e. Untuk mengetahui konsep-konsep teoritis akuntansi

f. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar akuntansi

g. Untuk mengetahui standar (teknik) dari akuntansi

BAB II
PEMBAHASAN

A. SIFAT STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

Pendekatan dan metodologi apa pun yang digunakan dalam penyusunan


teori akuntansi (deduktif atau induktif, normatif atau deskriptif), kerangka acuan
yang dihasilkan didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang
mengatur pengembangan teknik akuntansi.

Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen-elemen berikut ini :

1. Pernyataan tujuan laporan keuangan.

2. Pernyataan postulat dan konsep teoritis akuntansi yang terkait dengan


asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep
teoritis diturunkan dari pernyataan tujuan.

3. Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan


konsep teoritis.

4. Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip


akuntansi.

Empat elemen teori akuntansi yang ada, yaitu:

1. Postulat akuntansi

2. Konsep-konsep teoritis akuntansi

3. Prinsip-prinsip akuntansi

4. Standar (teknik) akuntansi

B. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Berikut adalah rumusan tujuan laporan keuangan yang telah dijabarkan oleh AAA,
APB, dan FASB :
1. ASOBAT

American Accounting Association (AAA) adalah sebuah organisasi akuntan


pendidik yang bergungsi memfasilitasi dalam pendidikan akuntansi dan
memperlajari serta mengomentari masalah-masalah yang terkait dengan standar
akuntansi.

Pada tahun 1966, AAA menerbitkan AStatement of Basic Accounting Theory


(ASOBAT) yang berisi tentang rumusan tujuan akuntansi, yaitu :

a. Membuat keputusan mengenai penggunaan sumber daya yang terbatas dan


menentukan sasaran serta tujuan dari penggunaan sumber daya tersebut.

b. Mengarahkan dan mengendalikan sumber daya manusia dan factor produksi


lainnya secara efektif.

c. Memelihara dan melaporkan pengamanan atas sumber daya (Aktiva).

d. Memfasilitasi fungsi dan pengendalian social.

2. APB Statement No. 4

Accounting Principles Board (APB) dibentuk oleh AICPA pada tahun 1959.
Tujuan utama dari APB adalah mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai
prinsip akuntansi, menentukan praktek akuntansi yang tepat, dan mempersempit
celah perbedaan-perbedaan yang ada serta ketidak-konsistenan yang terjadi dalam
praktek akuntansi saat itu.

Pada tahun 1970, APB menerbitkan Statement No. 4 yang berjudul“Basic


Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statement Of Business
Enterprises”. Laporan ini berisi tentang tujuan khusus dan tujuan umum laporan
keuangan.

Tujuan khusus laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 adalah


Menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya
secara wajar dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP).
Tujuan Umum laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 adalah :

a. Memberikan informasi yang terpecaya tentang sumber daya ekonomi


(Aktiva) dan kewajiban perusahaan, dengan maksud Untuk menilai
kekuatan dan kelemahan perusahaan.
b. Untuk menunjukkan posisi keuangan da investasi perusahaan.

c. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya.

d. Menunjukkan kemampuan sumber daya yang ada untuk pertumbuhan


perusahaan.

e. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih


yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba, dengan maksud :

f. Memberikan gambaran tentang jumlah deviden yang diharapkan


pemegang saham.

g. Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban


kepada supplier, kreditur, pegawai, pemerintah dan kemampuannya dalam
mengumpulkan dana untuk kepentingan ekspansi perusahaan.

h. Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam


pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengendalian.

i. Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba


jangka panjang.

j. Memungkinkan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilakan


laba.

k. Memnerikan informasi lainnya tentang perubahan aktiva dan kewajiban.

l. Mengungkapkan informasi yang relavan lainnya yang dibutuhkan para


pemakai laporan.

3. Trueblood Committee Report


Untuk menyusun konsep yang menjelaskan tentang tujuan laporan keuangan,
Presiden AICPA saat itu (Marsall S. Amstrong) pada tahun 1971 membentuk tim
perumus tujuan laporan keuangan, yang dikenal dengan nama Trueblood
Committee. Tim ini pada tahun 1973 berhasil merumuskan tujuan laporan
keuangan, yang dimuat dalam sebuah laporan yang berjudul ”Objectives of
Financial Statement”. Dalam laporan ini dirumuskan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah :

a. Tujuan dasar laporan keuangan adalah memberikan informasi yang


berguna bagi pengambilan keputusan ekonomi.
b. Melayani pemakai umum yang memiliki wewenang, kemampuan, atau
sumber daya yang terbatas untuk memperoleh informasi dan pihak-pihak
yang mengandalkan laporan keuangan sebagai sumber informasinya
mengenai aktivitas ekonomi perusahaan.

c. Memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk


pemakai untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi potensi
arus kas berdasarkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian lainnya.

d. Memberikan informasi kepada pemakai untuk memprediksi,


membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba.

e. Memberikan informasi yang berguna untuk menilai kemampuan


manajemen dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan secara efektif
dan mencapai tujuan utama perusahaan.

f. Memberikan informasi yang factual dan dapat diinterprestasikan


mengenai transaksi dan peristiwa lainnya, yang diharapkan dapat berguna
untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba.

g. Memberikan laporan tentang posisi keuangan perusahaan, yang


diharapkan dapat berguna untuk prediksi, membandingkan, dan
mengevuasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.

h. Memberikan laporan tentang laba periode (berkala), yang diharapkan


dapat berguna untuk prediksi, membandingkan, dan mengevuasi
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.

i. Memberikan laporan tentang aktivitas keuangan perusahaan, yang


diharapkan dapat berguna untuk prediksi, membandingkan, dan
mengevuasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.

j. Memberikan informasi yang berguna untuk proses peramalan


k. Tujuan laporan keuangan bagi organisasi pemerintah dan organisasi yang
bukan pencari laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna
dalam mengevaluasi aktivitas pengelolaan sumber daya dalam mencapai
tujuan organisasi.

l. Melaporkan aktivitas perusahaan yang mempengaruhi lingkungan social


(masyarakat sekitar).

4. SFAC No. 1 dan No. 4

FASB merupakan organisasi sector swasta yang bertanggung jawab dalam


pembentukan standar akuntansi di Amerika saat ini. FASB didirikan pada tahun
1973, menggantikan APB.

Pada tahun 1976, FASB mulai mengembangkan kerangka kerja konseptual


yang menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan masalah
kontroversi pelaporan keuangan. Fungsi utama FASB adalah menpelajari masalah
akuntansi terkini dan menetapkan standar akuntansi. FASB juga menerbitkan
Statement of Accounting Concepts (SFAC) yang memberikan kerangka kerja
konseptual dimana memungkinkan untuk dikembangkannya standar akuntansi
khusus.

Pada tahun 1978, FASB menerbitkan SFAC No. 1 yang berjudul“Objectives


of Financial Reporting by Business Enterprises”. Laporan ini memuat tentang
rumusan tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba (profit
Organization), yaitu :

a. Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditur, dan pemakai


lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi,
kredit dan lainnya.
b. Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan
kreditur serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan
prospek penerimaan kas dari deviden atau bunga dan juga penerimaan dari
penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh tempo.

c. Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim


atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap
aktiva dan kewajiban.

d. Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu


periode.

e. Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendaparkan dan


membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang
transaksi yang mempengaruhi modal termasuk deviden dan pembayaran
lainnya kepada pemilik, dan tentang factor-faktor yang mempengaruhi
likuiditas dan solvabilitas perusahaan.

f. Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan


mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas
penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan kepadanya.

g. Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam


proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan.

Pada tahun 1980, FASB No. 4 yang berjudul “Objectives of Financial


Reporting by Non-Business Organization” . Laporan ini memuat tentang rumusan
tujuan keuangan untuk organisasi yang bukan pencari laba (non-profit
organization), yaitu :

a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi seumber


daya (aktiva) perusahaan.
b. Untuk menilai kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan
kepada public.

c. Untuk menilai bagaimana manajemen melakukan pembiayaan dan


investasi.

d. Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva), kewajiban, dan


kekayaan perusahaan, serta perubahannya.

e. Memberikan informasi tentang kinerja organisasi.

f. Memberikan informasi tentang kemampuan organisasi dalam melunasi


kewajiban jangka pendeknya.

g. Memuat penjelasan dan penafsiran manajemen.

C. SIFAT POSTULAT AKUNTANSI

Dalam teori akuntansi kita sering dibingungkan oleh istilah-istilah yang


agak mirip, tetapi mempunyai arti yang berbeda seperti istilah : aksioma,
postulat, konsep, convention, generalization, praktik, prosedur, prinsip, standar,
norma, dll. Kebingungan seperti itu dapat dihindari dengan mempertimbangkan
penyusunan struktur teori akuntansi secara deduktif, proses interaktif di mana
tujuan akuntansi menyediakan dasar untuk postulat dan konsep teoritis dari
mana teknik-teknik diturunkan.
1. Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan
kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang sudah diterima
kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan yang menggambarkan
lingkungan ekonomi, politik, sosiologi dan hokum di suatu tempat
dimana akuntansi itu beroperasi.
2. Konsep teoritis akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan
pembuktian atau aksioma, juga berterima umum berdasarkan
kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan
sifat entitas akuntansi yang beroperasi dalam ekonomi bebas yang
dikarakteristikkan oleh kepemilikan pribadi atas kekayaan.

3. Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik


dari tujuan dan konsep teoritis akuntansi yang mengatur pengembangan
teknik-teknik akuntansi.

4. Teknik (standar) akuntansi adalah aturan spesifik yang diturunkan dari


prinsip akun-akuntansi untuk memperlakukan transaksi atau peristiwa
tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi.

D. POSTULAT – POSTULAT AKUNTANSI

1. Postulat Entitas (Entity)

Akuntansi mencatat hasil kegiatan operasi dari suatu entity (lembaga


atau perusahaan) yang terpisah dan dibedakan dari pemilik. Menurut
konsep ini kita bisa menyusun laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan
pemakainya, maka setiap perusahaan dianggap sebagai uni akuntansi yang
terpisah dari pemiliknya.

Berdasarkan pengertian ini maka yang menjadi objek dan perhatian


dari akuntansi yang dimasukkan ke dalam laporan keuangan adalah
kejadian yang dialami oleh lembaga atau perusahaan dan bukan merupakan
gabungan dengan pribadi pemiliknya. Konsep ini disebut dengan firm
oriented.

Dari sisi lain konsep entity ini dilihat dari kepentingan ekonomi dari
beberapa konsumen laporan keuangan suatu entity bukan dari kegiatan
administrasi lembaga tadi. Pengertian ini disebut dengan user oriented.
Dalam konsep ini yang menjadi perhatian dalam penyusunan laporan
keuangan adalah para pemakainya. Informasi apa yang diinginkan pemakai
itulah yang dilaporkan dalam laporan keuangan . Untuk mengetahui apa
yang diinginkan para pemakai laporan, perlu diketahui :

a) Kepentingan para pemakai laporan


b) Sifat-sifat dari para pemakai laporan

Contoh yang paling jelas di sini adalah Akuntansi Sosial, Akuntansi


Lingkungan, Akuntansi SDM, dll. Dalam bidang ini yang menjadi dasar
bertolak adalah apa yang diinginkan oleh para pemakai laporan keuangan
dan bukan tentang apa maunya teori akuntansi.

2. Postulat Kelangsungan Usaha (going concern)

Postulat kelangsungan usaha, atau postulat kontinuitas, menyatakan


bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan projek,
komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan. Postulat mengasumsikan
bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa
mendatang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan
terus beroperasi untuk periode waktu yang tidak tertentu.

Postulat ini memberikan pembenaran terhadap penilaian asset secara


historical cost dan book value bukan current value atau liquidation value.
Dalam asumsi ini seolah dinyatakan bahwa nilai atau harga yang terdapat
dalam laporan keuangan didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan ini
tidak akan dilikuidasi atau dijual sehingga nilai dari asset atau utang dari
perusahaan yang akan dibubarkan. Tentu pada kenyatannya, nilai aset pada
perusahaan yang sudah berhenti dan mennunggu akan dibubarkan
umumnya berbeda atau jauh lebih rendah dari perusahaan yang masih terus
beroperasi dan lancar. Postulat ini juga membenarkan metode alokasi
akuntansi seperti pembebanan penyusutan, penyisihan, konsep
konservatisme maupun amortisasi selama masa penggunaannya tau selama
perusahaan berjalan.

Postulat going concern ini juga dapat dipergunakan untuk mendorong


agar manajer bersikap forward looking, melihat jauh ke depan dan investor
pun dengan pemahaman ini diharapkan ia akan bersedia menanamkan
modalnya dalam perusahaan dalam jangka waktu yang lama atau terus
menerus agar ia mendapatkan value added dari kinerja perusahaan.

3. Postulat unit pengukur (Unit Of Measure)

Postulat ini, yang disebut juga monetery unit postulate menganggap


bahwa setiap transaksi harus diukur dengan suatu alat ukur atau alat tukar
yang seragam. Alat ukur yang dipakai dalam akuntansi adalah alat ukur
moneter. Postulat ini menimbulkan 2 keterbatasan yaitu :

a) Akuntansi terbatas pada pemberian informasi dalam satuan moneter


tanpa mencatat informasi non moneter lainnya yang relevan.
Sehingga akuntansi dianggap hanya menginformasikan sebatas :
kuantitatif, formal, terstruktur, dapat diaudit, angka-angka dan
berorientasi pada masa lalu. Informasi non akuntansi dianggap
kualitatif, informal, penjelasan, tidak dapat diaudit dan berorientasi
pada masa depan. Namun para ahli pada saat ini teus berupaya agar
informasi yang diberikan oeh akuntansi keuangan dapat
memasukkan aspek kualitatif melalui berbagai instrumen laporan.
b) Unit moneter itu sendiri sifatnya berfluktuasi tergantung pada
kemampuan daya beli. Pada kenyataannya, daya beli itu tidak stabil
karena termakan oleh inflasi sehingga informasi keuangan yang
disajikannya akan kehilangan relevansi.

4. Postulat Periode Akuntansi

Meskipun postulat kelangsungan usaha menyatakan bahwa perusahaan


akan tetap ada untuk periode waktu yang tidak terbatas, pemakai meminta
berbagai informasi tentang posisi keuangan dan kinerja perusahaan untuk
membuat keputusan jangka pendek. Sebagai tanggapan terhadap kendala
yang disebabkan lingkungan pemakai, postulat periode akuntansi
menyatakan bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan
dalam kesejahteraan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik.

Panjangnya periode waktu dapat bervariasi tetapi hukum pajak


penghasilan yang mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan
dan praktik bisnis tradisional, menggunakan periode normal satu tahun.
Meskipun kebanyakan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang
terkait dengan tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan tahun
fiskal atau tahun bisnis alami". Bila siklus bisnis tidak berhubungan dengan
tahun kalender akan lebih bermanfaat untuk mengakhiri periode akuntansi
ketika aktivitas bisnis telah mencapai titik terendah.

Karena kebutuhan akan informasi yang tepat waktu, relevan dan


sering, kebanyaka perusahaan juga menerbitkan laporan interim yang
menyediakan informasi keuangan triwulanan atau bulanan. Studi empiris
tentang reaksi pasar modal atas penerbitan laporan interim dan dampaknya
terhadap keputusan investasi pemakai mengindikasikan kegunaan laporan
interim. Untuk menjamin kredibilitas laporan interim, Accounting
Principles Board menerbitkan APB Opinion No.28, yang mensyaratkan
laporan interim seharusnya didasarkan pada prinsip akuntansi dan praktik
yang sama dengan yang digunakan dalam pembuatan laporan tahunan.

E. KONSEP-KONSEP TEORITIS AKUNTANSI

1. Teori Proprietary/Teori Kepemilikan

Menurut teori proprietary, entitas sebagai “agen”, perwakilan atau


susunan melalui wirausahawan individual atau pengoperasi pemegang
saham". Sudut pandang kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan
terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan membuat laporan
keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk menentukan dan
menganalisis kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi:

Aset - Utang = Ekuitas Pemilik

Persamaan ini dibaca : pemilik memiliki aset dan sekaligus memiliki


kewajiban, sehingga kekayaan bersihnya adalah kekayaan perusahaan
dikurangi dengan kewajiban perusahaan. Oleh karena itu, teori ini
berorientasi pada neraca (balance sheet oriented). Aset dinilai dan neraca
disajikanuntk mengetahui dan mengukur perubahan hak dan kekayaan
pemilik, sedangkan penghasilan dan biaya dianggap sebagai kenaikan atau
penurunan harta kekayaan pemilik bukan dianggap berasal dari investor
atau pengambilan pemilik sehingga biaya dan dividen adalah pengambilan
modal.

Beberapa istilah akuntansi yang dipengaruhi oleh teori ini adalah


seperti penyajian divide per share, earning per share, equity method dalam
pencatatan perkiraan investasi pada perusahaan lain dan lain-lain.

2. Teori Entitas

Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan


berbeda dari pihak yang menyediakan modal pada entitas. Secara
sederhana, unit bisnis, bukan pemilik, merupakan pusat kepentingan
akuntansi.

Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab


terhadap pemilik maupun kreditor. Menurut teori ini, persamaan
akuntansinya adalah:

Aset = Ekuitas
Aset = Utang + Ekuitas Pemegang saham

Aset adalah hak perusahaan, ekuitas menunjukkan sumber aset yang


berasal dari kreditor atas pemilik yang merupakan kewajiban bagi
perusahaan. Kreditor dan pemilim sebenarnya adalah pemilik perusahaan
yang merupakan tempat di mana perusahaan memiliki kewajiban. Baik
kreditor dan pemegang saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka
memiliki hak yang berbeda terkait dengan income, control, risiko,dan
likuidasi. Laba adalah milik perusahaan sebelum dibagikan kepada
pemilik.

Teori ini berorientasi pada laporan laba rugi (income statement


oriented). Pertanggungjawaban pada pemilik dilakukan dengan cara
mengukur pestasi kegiatan dan prestasi keuangan yang ditunjukkan
perusahaan. Dengan demikian, income merupakan kenaikan equity pemilik
atau kenaikan kewajiban perusahaan kepada pemilik. Setelah dikurangi hak
kreditor kenaikan equity pemilik terjadi setelah dividen dikeluarkan dan
laba ditahan tetap dianggap sebagai hak milik perusahaan sampai suatu saat
dibagikan. Dalam teori ini pajak dan bunga pinjaman dianggap sebagai
bagian laba untuk pemerintah dan kreditor. Oleh karena itu, bukan biaya.

Beberapa pengaruh teori ini pada pencatatan dan penyajian akuntansi


adalah :

a) Penggunaan LIFO dalam menilai persediaan pada masa inflasi.


Metode ini lebih baik dalam penentuan pendapatan dari pada FIFO
di masa inflasi.
b) Penyajian laporan keuangan konsolidasi.

c) Definisi tentang revenuedan expenses yang lazim sesuai dengan


konsep ini

3. Teori dana (Fund Theory)

Menurut teori yang dikemukakan W.Y Vatter (1995) ini yang menjadi
perhatian bukan pemilik dan bukan pula perusahaan, tetapi sekelompok aset
yang ada dan kewajiban yang harus ditunaikan disebut fund yang masing-
masing pos memiliki aturan dalam penggunaannya. Dengan demikian teori
dana menganggap bahwa unit usaha merupakan sumber ekonomi (dana)
dan kewajiban yang ditetapkan sebagai pembatasan-pembatasan terhadap
penggunaan aset atau dana tersebut.
Persamaan akuntansinya adalah:

Aset = Pembatasan Aset

Dalam persamaan ini unit akuntansi didefinisikan dalam istilah


aset, dan penggunaan aset ini adalah terbatas. Kewajiban merupakan suatu
pembatasan ekonomi secara hukum terhadap penggunaan aset. Teoi dana ini
memusatkan perhatian pada harta atau aset centered dalam arti kata yang
menjadi pusat perhatiannya adalah penggunaan aset yang dibatasi. Teori ini
berorientasi pada laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan ini
menggambarkan sumber dari mana dana dan ke mana penggunaan dana
perusahaan. Umumnya teori ini berlaku untuk organisasi pemerintah atau
non profit (nirlaba).

4. The enterprise Theory

Sejalan dengan kemajuan sosial dan meningkatnya


pertanggungjawaban publik oleh perusahaan, maka konsep teoritis
akuntansi juga berubah. Dalam konsep teori ini yang menjadi pusat
perhatian adalah keseluruhan pihak atau kontestan yang terlibat atau yang
memiliki hubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan
perusahaan. Misalnya, pemilik, manajemen, masyarakat, pemerintah,
kreditor, pegawai dan pihak yang berkepentingan lainnya. Dalam teori ini
pihak-pihak ini harus diperhatikan dalam penyajian informasi laporan
keuangannya. Menurut teori ini akuntansi jangna hanya mementingkan
informasi bagi pemilik perusahaan, tetapi juga pihak lainnya juga yang
memberikan kontribusi langsung dan tidak langsung kepada eksistensi dan
keberhasilan suatu perusahaan atau lembaga.

F. PRINSIP-PRINSIP DASAR AKUNTANSI

Banyak pihak baik komite maupun perseorangan yang memberikan prinsip


dasar akuntansi tersebut. Antara yang satu dengan yang lain kadang memiliki
kadang memiliki perbedaan dan juga persamaan. Berikut ini akan kita berikan
beberapa pendapat tersebut.

Standar Akuntansi Keuangan Indonesia memberikan dua asumsi dasar yaitu :

a. Dasar Acrual

Artinya dalam menyusun laporan keuangan pengakuan tansaksi didasarkan


pada kejadian atau perisiwa bukan didasarkan pada transaks kas.
b. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi bahwa entity yang dimaksud


akan melanjutkan usahanya, dalam asumsi dasarnya tidak ada maksud untuk
melakukan likudasi.

Berikut ini adalah 9 (Sembilan) prinsip dasar akuntansi menurut APB


Statement No. 4:

1) Cost Principle

Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum mengahruskan sebagian


besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan
harga perolehan (biaya historis). Menurut APB Statement No. 4, Harga
Perolehan (biaya Historis) didefinisikan sebagai suatu jumlah tertentu
yang diukur dalam bentuk uang dari kas yang dibelanjakan, atau barang
lain yang diserahkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan,
atau utang yang dibebankan sebagai imbalan dari barang dan jasa yang
diterima, atau akan diterima. Harga Perolehan dibedakan menjadi 2
macam, yaitu:

- Expired Cost, adalah pengeluaran yang telah menjadi beban (melalui


penerimaan manfaat dalam periode berjalan dan beban ini akan
dikurangkan atau ditandingkan langsung dengan pendapatan periode
berjalan.

- Unexpired Cost, adalah pengeluaran-pengeluaran yang belum menjadi


beban dalam periode berjalan, akan tetapi ditangguhkan terlebih dahulu
sebagai aktiva dan baru akan menjadi beban untuk pemakaian manfaat
dalam periode akuntansi berikutnya.

2) Revenue Principle

Pada umumnya, Pendapatan ditafsirkan sebagai:

- Arus kas masuk aktiva bersih sebagai akibat penjualan barang dan jasa,

- Arus kas keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada pelanggan,

- Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan barang


dan jasa oleh perusahaan selama periode tertentu.

Perbedaan dalam penafsiran ini timbul karena adanya 2 (dua) pandangan


yang berbeda mengenai apa yang termasuk pendapatan, yaitu:
- Secara Luas, Pendapatan adalah seluruh perubahan dalam aktiva bersih
perusahaan, yang timbul dari kegiatan produksi (penjualan barang dan
pemberian jasa), dan dari keuntungan yang berasal dari penjualan aktiva
dan hasil investasi lainnya.

- Secara Sempit, Pendapatan hanya berasal dari kegiatan produksi saja,


tidak termasuk keuntungan yang berasal dari penjualan aktiva dan
investasi. Pandangan ini membedakan istilah pendapatan dengan
keuntungan. AAA pada tahun 1957 mendefinisikan laba bersih (net
income) sebagai berikut: “Kelebihan pendapatan dibandingkan dengan
beban, ditambah atau dikurangi dengan keuntungan atau kerugian
perusahaan yang berasal dari penjualan, atau penggantian aktiva lainnya.”

3) Matching Principle

Untuk menentukan besarnya jumlah pendapatan dan beban secara


tepat dalam periode yang tepat, terdapat 2 pilihan yang tersedia yang
dapat dijadikan sebagai dasar dalam pencatatan oleh akuntan, yaitu:

- Cash Basis, merupakan Pendapatan dan Beban akan dilaporkan dalam


laporan laba rugi dalam periode dimana uang kas diterima (untuk
pendapatan), atau uang kas keluar (untuk beban).
- Accrual Basis, baik pendapatan maupun beban akan dilaporkan dalam
laopran laba rugi dalam periode dimana pendapatan dan beban tersebut
terjadi, tanpa memperhatikan arus kas masuk ataupun arus kas keluar.

Dengan Accrual Basis, beban-beban yang terkait dengan penciptaan


pendapatan haruslah dilaporkan dalam periode yang sama dimana
pendapatan tersebut juga diakui. Konsep akuntansi yang mendukung
pelaporan pendapatan dan beban yang terkait dalam periode yang sama
dinamakan sebagai konsep Penandingan (Macthing Concept).

4) Objectivity Principle

Prinsip ini sesungguhnya memiliki keterkaitan langsng dengan Cost


Principle (prinsip harga perolehan). Harga perolehan memiliki
keunggulan dibandingkan dengan atribut pengukuran lainnya, yaitu lebih
dapat dihandalkan. Secara umum, pengguna laporan keuangan lebih
memilih menggunakan biaya historis karena memberikan tolak ukur yang
lebih dapat dipercaya (Objektif). Harga perolehan akan memberikan
angka yang sama bagi siapapun juga orangnya yang diminta untuk
melaporkan harga beli dari sebuah aktiva yang sama. Objectivity dianggap
sebagai suatu ukuran yang dapat diverifikasi kebenarannya
(keabsahannya) berdasarkan pada bukti yang ada.
5) Consistency Principle

Menurut prinsip ini, transaksi dan peristiwa ekonomi yang sejenis


harus dicatat dan dilaporkan dengan cara yang sama dari suatu periode ke
periode berikutnya. Apabila sebuah perusahaan menerapkan perlakuan
akuntansi yang sama untuk kerjadian-kejadian yang serupa dari periode ke
periode, maka perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam menerapkan
standar akuntansinya.

6) Disclosure Principle

Agar pelaporan keuangan menjadi lebih efektif dan tidak menyesatkan,


seluruh informasi yang relavan seharusnya disajikan dengan cara tidak
memihak, dapat dipahami, dan tepat waktu (full Disclosure principle).
Prinsip pengungkapan penuh mengindikasikan agar laporan keuangan
dirancang dan disajikan sedemikian rupa (berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku umum)sebagai kumpulan gambaran dari transaksi dan
peristiwa ekonomi yang memperngaruhi perusahaan untuk satu periode,
dan berisi cukup informasi yang mudah dipahami serta tidak membuat
pemakai umum maupun investor dan kreditur menjadi salah tafsir.

7) Conservatism Principle

Menurut prinsip ini, ketika kerugian terjadi maka seluruh keugian


tersebut akan langsung diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi
ketika keuntungan terjadi maka keuntungan yang belum terealisasi
tidaklah akan diakui. prinsip ini menggambarkan sikap pesimis sewaktu
memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan. Bahkan menurut FASB, prinsip konservatisme ini
timbul sebagai reaksi atau sikap kehati-hatian akuntan terhadap
ketidakpastian.

8) Materiality Principle

Materialitas berkaitan dengan dampak dari suatu item terhadap hasil


operasi dan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Dalam APB
Statement No. 4, secara jelas disebutkan bahwa laporan keuangan hanya
berisi informasi yang dianggap cukup penting (material) dalam
mempengaruhi penilaian dan keputusan. Materialitas merupakan masalah
pertimbangan professional, dimana pos-pos tertentu akan dianggap
material jika informasi yang terkandung didalamnya dapat mempengaruhi
keputusan pemakai laporan keuangan

9) Uniformity Comparability Principle


Informasi tentang sebuah perusahaan akan menjadi lebih berguna jika
dapat diperbandingkan dengan informasi serupa menyangkut perusahaan
lain pada periode waktu yang sama atau dengan informasi serupa dari
perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda. Informasi dari
berbagai perusahaan dianggap memiliki daya banding jika telah diukur
dan dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas memungkinkan
pemakai mengindentifikasikan persamaan dan perbedaan yang nyata
dalam peristiwa ekonomi antar perusahaan.

Komparabilitas data akuntansi untuk perusahaan yang sama pada


periode waktu yang berbeda memerlukan konsistensi. Komparabilitas
mengharuskan peristiwa yang sama diperlakukan dengan cara yang sama
dalam laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda pada periode
waktu yang sama (memerlukan keseragaman metode) dan untuk
perusahaan tertentu/perusahaan yang sama pada periode waktu yang
berbeda (memerlukan konsistensi).

G. STANDAR (TEKNIK) AKUNTANSI

Standar atau teknik akuntansi adalah peraturan-peraturan khusus yang


dijabarkan dari prinsip dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana
standar perrlakuan catatan dan pelaporan terhadap semua transaksi dan peristiwa
ekonomi yang terjadi dalam perusahaan.

Standar ini diperlukan sebagai patokan dalam penyusunan laporan keuangan


yang baku. Dengan adanya standar ini, pihak manajemen selaku pengelola dana
dan aktivitas perusahaan dapat mencatat, mengikhtisarkan, dan melaporkan
seluruh hasil kegiatan operasional maupun financial perusahaan secara baku dan
transparan.

Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan dan prosedur yang telah


disusun dan disahkan oleh sebuah lembaga resmi (badan pembentuk standar)
pada saat tertentu.

Belkaoli (1985) mengemukakan pentingnya standar akuntansi yang baku,


yaitu :
a. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan kegiatan
perusahaan yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya
banding,

b. Memberikan pedoman bagi akuntan dalam melaksanakan pekerjaannya


secara hati-hati dan independen.
c. Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang
dianggap penting dalam menghitung pajak penghasilan, peraturan tentang
perusahaan, perencanaan dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efiesiensi
ekonomi, serta tujuan-tujuan makro lainnya.

d. Menarik perhatian parah ahli dan praktisi di bidang teori dan standar
akuntansi.

Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses
perumusan standar akutansi, Belkoei (1985) membaginya kedalam 3 fase sebagai
berikut:

1. Fase Peranan Manajemen (1900-1933)

Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang besar dalam
perumusan standar akuntansi. Peranan ini muncul sebagai akibat dari
bertambahnya investor dan peranannya yang besar dalam mengembangkan
perusahaan.

Dengan adanya pemisahan fungsi antara pemilik dan manajemen telah


menimbulkan atau memberikan kekuasaaan yang besar pada manajemen untuk
mengelola dan mengendalikan perusahaan. Laporan keuangan disiapkan oleh
manajemen sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada pemilik.

Dalam periode ini, metode yang dipakai dalam memecahkan masalah


akuntansi yang timbul adalah lebih bersifat Pragmatis, bukan berdasarkan teori
akuntansi yang ada. Yang menjadi pusat perhatian manajemen pada saat itu
adalah besarnya laba kena pajak dan upaya untuk mengurangi pajak.

2. Fase Peranan Profesi (1933-1973)

Dalam periode ini, perumusan standar akuntansi didominasi oleh profesi,


dimana organisasi mulai tumbuh dan berkembang dengan pusat. Dalam periode
ini pula (tahun 1934), SEC untuk pertama kalinya dibentuk, dimana peran
utamanya adalah mengatur penerbitan dan transaksi perdagangan sekuritas oleh
emiten kepada khalayak ramai (public). Atas desakan SEC, pada tahun 1939,
AICPA membentuk Committee on 51 Accounting Procedure (CAP).

Pada tahun 1959, AICPA mendirikan Accounting Principles Board(APB).


Tugas utama APB adalah mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai
teknik akuntansi, menentukan praktek akuntansi yang tepat, dan mempersempit
celah perbedaan-perbedaan yang ada serta ketidak-konsistenan yang terjadi dalam
praktek akuntansi saat itu.
Dalam periode ini. Asosiasi dan organisasi profesi masih belum yakin
terhadap kerangka teori yang ada, dimana kekuatan atau otoritasnya juga tidak
jelas. Oleh sebab itu, banyak sekali alternatef yang timbul, yang pada akhirnya
menciptakan fleksibilitas dalam penerapan standar akuntansi.

3. Fase Politisasi (1973- Sekarang)

Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan profesi telah
menimbulkan kecenderungan pada lahirnya periode yang bersifat deduktid dan
politisasi (adanya keikutsertaan pemerintah) dalam perumusan standar akuntansi.
Pada fase ini, FASB untuk pertama kalinya dibentuk, yang merupakan peleburan
dari unsur praktisi, bisnis, akademisi, dan lembaga formal. FASB merupakan
organisasi sector swasta yang bertanggungjawab dalam pembentukan standar
akuntansi di Amerika saat ini.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aturan dan teknik akuntansi yang ada didasarkan pada pondasi teori
akuntansi. Pondasi ini dibentuk dari elemen-elemen hirarki yang berfungsi
sebagai kerangka acuan atau struktur teoritis. Pendekatan dan metodologi
apapun yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi, kerangka acuan
atau struktur teori yang dihasilkan didasarkan pada serangkaian elemen dan
hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi.

Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen sebagai berikut :


1. Pernyataan tujuan laporan keuangan
2. Pernyataan postulat dan konsep teroritis akuntansi yang terkait dengan
asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep
teoritis diturunkan dari pernyataan tujuan

3. Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat


dan konsep teoritis

4. Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-


prinsip akuntansi

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. Teori Akuntansi. Buku I Edisi 5. Salemba Empat:
Jakarta.

Hery. 2009. Teori Akuntansi. Kencana: Jakarta.

http://wastinmendrofa.blogspot.com/2011/05/elemen-dan-strktur-akuntansi.html

http://irmajhe.blogspot.com/2017/10/makalah-struktur-teori-akuntansi.html

Anda mungkin juga menyukai