Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR

TEORI AKUNTANSI

OLEH
KELOMPOK 5

Ananda Tri Ambarwati (46120033)


St. Nurul Atika (46120039)
A. Muh. Radhi Isyat (46120040)
Resky Puspitasari Z. (46120047)

PROGRAM STUDI D-4 AKUNTANSI MANAJERIAL


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kami
kesempatan serta kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Konsep Dasar” sesuai dengan waktu yang ditentukan. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi, kami menyadari tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Tawakkal, S.E., M.Si., Ak, selaku dosen
pengampuh mata kuliah ini yang telah membimbing dan mengarahkan kami.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari pembaca agar nantinya bisa menjadi yang lebih baik lagi.

Demikian, apabila ada kesalahan pada modul ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak semoga
tugas ini bermanfaat. Terima kasih

Makassar, 15 October 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................1
C. Tujuan Makalah.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3
A. Pengertian Konsep Dasar........................................................................................3
B. Sumber Konsep Dasar ............................................................................................3
C. Konsep Dasar Patton Littleton (Pengertian Dan Implikasinya Masing-Masing) ...6
D. Manfaat Konsep Dasar .........................................................................................20
BAB III PENUTUP .......................................................................................................21
A. Kesimpulan ...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, akuntansi memiliki konsep dasar yang menjadi acuan dalam
penyusunan standar akuntansi yang digunakan yang bertujuan untuk diterapkan dalam
praktek akuntansi.Karena hal inilah yang membuat munculnya berbagai konsep-konsep
dasar akuntansi dalam penyajian dan pelaporan keuangan suatu entitas.Sehingga
membuat beberapa sumber yang mengajukan berbagai konsep-konsep dasar akuntansi
yang berbeda-beda
Di dalam pengertian konsep dasar menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam
dalam Kerangka Dasar Penyajian dan Pelaporan Keuangan (KDPPLK) menyatakan
bahwa asumsi dasar akuntansi dasar akuntansi berdasarkan dasar akrual dan
kelangsungan usaha(going concern). Menurut IFRS dalam The Conceptual Framework
for Financial Reporting sebagai asumsi dasar akuntansi adalah hanya kelangsungan
usaha. Sedangkan menurut Patondan Littleton, konsep dasar akuntansi terdiri dari konsep
kesatuan usaha , kontinuitas usaha ,penghargaan sepakatan , kos melekat, upaya dan hasil,
bukti terverifikasi dan asumsi. Menurut Anthony, Hawkins dan Merchant, konsep dasar
akuntansi terdapat beberapa point seperti konsep pengukuran dengan unit uang, konsep
entitas, konsep kelangsungan usaha, konsep kos, aspek ganda, periode akuntansi,
konservatisme, realisasi, penandingan, konsistensi dan materialitas.
Hal-hal mengenai konsep dasar akuntansi inipun dipelajari dalam mata kuliah Teori
Akuntansi yang perlu diketahui oleh mahasiswa-mahasiswa akuntansi dalam menambah
pengetahuan dan acuan dalam pengembangan pendidikan akuntansi yang dipelajari.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai pemahaman mengenai konsep dasar
akuntansi

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar?
2. Apa saja yang menjadi sumber dalam konsep dasar?
3. Apa saja konsep dasar menurut Patton Littleton?
4. Apa manfaat dari konsep dasar?

1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui konsep dasar
2. Untuk mengetahui sumber dalam konsep dasar
3. Untuk mengetahui konsep dasar menurut Patton Littleton
4. Untuk mengetahui manfaat konsep dasar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Dasar


Pada umumnya konsep dasar merupakan abstraksi atau konseptualisasi
karakteristik lingkungan tempat atau wilayah diterapkan laporan keuangan.Karena
penalaran dalam perekayasaan laporan keuangan bersifat deduktif dan normative,
penyimpulan dimulai dari suatu premis atau asumsi yang disepakati dan dianggap valid
tanpa harus diuji kebenarannya.
Akan tetapi, ada keyakinan bahwa premis tersebut bermanfaat untuk landasan
pengembangan rerangka konseptual. Premis tersebut biasanya berbentuk konsep dan
dinyatakan secara eksplisit atau implisit. Dalam rerangka konseptualnya misalnya FASB
menyebut beberapa konsep seperti conservatism, substance over form, dan accrual basis.
Konsep semacam itu sering disebut dengan berbagai nama yaitu postulat
(postulates), asumsi dasar (basic assumption), basic features, prinsip umum (broad
principles) aksioma (axioms), doktrin (doctrines), konvensi (conventions), fundamental
(fundamentals), premis dasar, dan kendala (constrains). Konsep tersebut secara umum
disebut sebagai konsep dasar (basic concept).disebut konsep dasar karena apabila konsep
tersebut dianutmaka akan terdapat implikasi atau konsekuensi akuntansi tertentu.

B. Sumber Konsep Dasar


Terdapat berbagai sumber konsep dasar yang diajukan dengan isi yang berbeda-
beda. Adapun daftar seperangkat konsep dasar dari sumber-sumber yang berbeda adalah
sebagai berikut :
1. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
IAI mengadopsi rerangka konseptual IASC sehingga konsep dasar yang dipilih juga
mengikuti IASC. Ada dua konsep dasar dalam rerangka konseptual IASC, yaitu :
 Bais Akrual (accrual basis)
 Usaha Berlanjut (going concern)

2. Paul Grady
Grady (1965) melakukan studi untuk menginventarisasi praktik akuntansi di
Amerika untuk mengidentifikasi berbagai factor lingkungan, kebiasaan, konsep,
prinsip, dan teknik yang membentuk prinsip akuntansi berterima umum di Amerika.

3
Grady mengidentifikasi terdapat 10 konsep dasar sebagai konsep yang mendasari
kualitas kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau sebagai
keterbatasan (limitations) yang melekat pada statement keuangan.
Kesepuluh konsep dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi (asociety
and government structure honoring private property right)
2) Entitas bisnis spesifik (specific business entity)
3) Usaha nerlanjut (going concern)
4) Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun (monetary expression in
accounts)
5) Konsistensi antara periode untuk entitas yang sama (consistency between periods
for the same entity)
6) Kenekaragaman perlakuan akuntansi diantara entitas independen (diversity in
accounting among independent entities)
7) Konservatisme (conservatism)
8) Keterandalan data melalui pengendalian internal (dependability of data through
internal control)
9) Materialitas (materiality)
10) Ketepatwaktuan dalam laporan keuangan membutuhkan taksiran (timelines in
financial reporting requires estimation)

3. Accounting Principles Board


Accounting Principles Broad (APB) menyebut konsep dasar sebagai ciri-ciri dasar
(basic features) dan memuatnya dalam APB Statement no. 4.3. APB mengidentifikasi
tiga belas konsep dasar yang merupakan karakteristik lingkungan diterapkannya
akuntansi, yaitu:
1) Entitas akuntansi (accounting entity)
2) Usaha berlanjut (going concern)
3) Pengukuran sumber ekonomik dan kewajiban (measurement of economic
resource and obligations)
4) Periode-periode waktu (time periods)
5) Pengukuran dalam unit uang (measurement in terms of money)
6) Akrual (accrual)

4
7) Harga pertukaran (exchange price)
8) Angka pendekatan (approximation)
9) Pertimbangan (judgment)
10) Informasi keuangan umum (general purpose financial information)
11) Statement keuangan berkaitan secara mendasar (fundamentally related
financial statement)
12) Substansi dari pada bentuk (substance over form)
13) Materialitas (materiality)

4. Wolk, Tearney dan Dodd


Wolk dan Tearney mendaftar empat konsep yang dianggap sebagai postulat dan
beberapa konsep lain sebagai prinsip berorientasi masukan (input oriented principles)
dan prinsip berorientasi keluaran (output oriented principles).
Yang termasuk ke dalam prinsip berorientasi masukan yaitu recognition, matching,
conservatism, disclousure, materiality, dan objectivity, sedangkan yang termasuk ke
dalam prinsip berorientasi keluaran yaitu comparability, consistency, dan uniformity.
Adapun keempat konsep yang dikategorikan sebagai postulat adalah sebagai
berikut:
 Usaha berlanju (going concern)
 Periode waktu (time period)
 Entitas akuntansi (accounting entity)
 Entitas akuntansi (accounting entity)
 Unit moneter (monetary unit)

5. Anthony, Hawkins dan Merchant


Anthony, Hawkins dan Merchant mendaftarkan sebelas konsep yang dijadikan
basis dalam membahas isi, bentuk, susunan dan arti penting statement keuangan.
Konsep dasar 1-5 dikategorikan sebagai pelandas statement posisi keuangan (neraca)
dan konsep 6-11 dikategorikan sebagai pelandas statement laba rugi. Adapun
kesebelas konsep dasar tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran dalam unit uang (money measurement)
2) Entitas (entity)
3) Usaha berlanjut (going concern)

5
4) Kos (cost)
5) Aspek ganda (dual aspect)
6) Periode akuntansi (accounting period)
7) Konversatisme (conservatism)
8) Realisasi (realization)
9) Penandingan (matching)
10) Konsistensi (consistency)
11) Materilaitas (materiality)

6. Paton dan Littleton


Seperangkat konsep dasar yang dikemukakan Patton dan Littleton (1970)
merupakan konsep-konsep dasar yang dikenal sebelum sumber-sumber yang
dijelaskan sebelumnya. Adapun konsep-konsep dasar yang dikemukakan oleh P&L
adalah sebagai berikut:
 Entitas Bisnis Atau Kesatuan Usaha (Business Entity)
 Kontinuitas Usaha (Continuity Of Activity)
 Penghargaan Sepakatan (Measured Cinsideration)
 Kos Melekat (Cost Attach)
 Upaya Dan Hasil/Caoaian (Effort And Accomplishment)
 Bukti Terverivikasi Dan Objektif (Verifiable, Objective Evidence)
 Asumsi (Assumption)

C. Konsep Dasar Patton Littleton (Pengertian Dan Implikasinya Masing-Masing)


1. Entitas Bisnis Atau Kesatuan Usaha (Business Entity)
Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau
badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan
kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam
perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut
pandang akuntansi.
Berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri berarti bahwa suatu kesatuan
atau badan usaha diperlakukan sebagai orang (person). Dengan demikian, konsep ini
mempersonifikasikan badan usaha sehingga badan usaha tersebut dapat melakukan
perbuatan hukum dan ekonomik (misalnya membuat kontrak atau memiliki asset) atas

6
nama badan tersebut dan bukan atas nama pemiliknya. Jadi hubungan antara badan
usaha dan pemiliknya dipandang sebagai hubungan bisnis (hak dan kewajiban atau
utang dan piutang). Pemisahan kedudukan antara kesatuan usaha dengan pemiliknya
mengartikan bahwa fungsi manajemen terpisah dari fungsi investasi.
Kesatuan usaha menjadi sudut pandang akuntansi berarti bahwa akuntansi
berkepentingan dengan pelaporan keuangan kesatuan usaha, dan bukan pemilik badan
usaha. Dengan kata lain badan usaha atau kesatuan usaha bertindak sebagai kesatuan
pelapor (reporting entity) yang bertanggung jawab kepada pemilik. Kesatuan usaha
merupakan pusat pertanggung jawaban dan statement keuangan merupakan medium
pertanggungjawaban.
Konsep dasar ini didukung legitimasinya dari segi administrasi yang baik. Secara
administrasif, pemisahan antara pemilikan dan manajemen (khususnya perusahaan
tidak berbadan hokum) merupakan praktek yang sehat yang sangat penting. Dari segi
yuridis, konsep ini sangan didukung legitimasinya dengan diakuinya bentuk badan
usaha perseroan terbatas (PT) secara hukum.

Gambar 5.1
Pengertian Konsep Kesatuan Usaha

Kesatuan Usaha

Terpisah

Pemilik
Berbuat dan bertindak
atas namanya sendiri

Akuntan

Dengan pengertian diatas, bila konsep kesatuan usaha dianut, konsep ini
mempunyai beberapa implikasi, seperti:
a) Batas Kesatuan

7
Walaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung keberadaannya, batas
kesatuian usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hukum
melainkan kesatuan ekonomik. Artinya akuntansi memperlakukan badan usaha
sebagai suatu kesatuan ekonomik bukan kesatuan yuridis. Batas kesatuan ekonomik
adalah kendali (control) oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk menentukan
kesatuan usaha sebagai pusat pertanggungjawaban keuangan, pertimbangan
akuntansi adalah apakah secara ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat
dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan.

b) Pengertian Ekuitas
Karena hubungamn antara kesatuan usaha terpisah dengan pemilik dan
hubungan tersebut dipandang sebagai hubungan bisnis, konsep kesatuan usaha
mempunyai implikasi terhadap pendefenisian ekuitas. Dengan sudut pandang
kesatuan usaha, secara konseptual ekuitas/modal adalah utang atau kewajiban
perusahaan kepada pemilik. Hal ini berlawanan dengan pendefenisian secara
structural bahwa ekuitas adalah hak residual pemilik terhadap asset bersih
sebagaimana didefenisikan dalam rerangka konseptual FASB.

c) Pengertian Pendapatan
Konsep kesatuan usaha dapat menjelaskan mengapa pendapatan (dan untung)
didefenisikan sebagai kenaikan atau aliran masuk asset. Dengan konsep kesatuan
usaha, semua sumber ekonomik yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan
merupakan asset perusahaan dan bukan asset pemilik. Kalau ada aliran asset masuk,
maka asset perusahaan akan bertambah dan inilah yang disebut dengan pendapatan.
Tambahan asset ini pada akhirnya nanti akan dikembalikan kepada pemilik kalau
perusahaan tidak diteruskan ayau dilikuidasi.Ini berarti bahwa pada saat kas masuk
sebagai pendapatan, perusahaan sebenarnya telah mempunyai hutang kepada
pemilikyang pada saatnya nanti akan dikembalikan. Pada saat terjadi pendapatan
atau kenaikan asset, maka pada saat yuang sama telah terjadi penambahan utang
unit usaha kepada pemilik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan menambah ekuitas (utang
kesatuan usaha kepada pemilik). Jadi pendapatan menambah ekuitas karena dengan
konsep kesatuan usaha pendapatan sebagai kenaikan (aliran masuk) kas
menimbulkan kenaikan utang usaha kesatuan usaha kepada pemilik (ekuitas).

8
Dengan demikian defenisi pendapatan menurut FASB konsisten dengan konsep
kesatuan usaha.

d) Pengertian Biaya
Penyerahan produk dalam rangka menciptakan pendapatan, menyebabkan asset
(sediaan barangay) berkurang. Berkurangnya asset (sejumlah kos barang terjual)
inilah yang dimaksud dengan biaya. Bila pendapatan yang diperoleh diabaikan atau
dipisahkan dengan berkurangnya aset, maka berkurangnya aset sebesar kos barang
terjual ini akhirnya harus ditanggung oleh pemilik.
Jadi, seandainya semua asset (setelah dikurangi dengan utang) harus
dikembalikan kepada pemilik, jumlah rupiah yang kembali kepemilik akan
berkurang sebesar biaya tersebut. Ini berarti bahwa pada saat terjadi biaya, utang
kepada pemilik akan berkurang dan pemilik harus bersedia menanggung biaya
tersebut karena kesatuan usaha dapat dikatakan bertindak untuk kepentingan
pemilik. Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya mengurangi ekuitas.

e) Sistem Berpasangan
System berpasangan (double entry) atau aspek ganda (dual aspect) yang
dikemukakan Anthony, Hawkins, dan Merchant sebenarnya merupakan
konsekuensi logis atau turunan dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara
manajemen dan pemilik mengakibatkan manajemen harus selalu mempertanggung
jawabkan asset yang dikelolanya dan sumber asset tersebut.
Ini berarti bahwa pengaruh transaksi terhadap hubungan bisnis dan posisi
keuangan (termasuk utang-piutang dengan pemilik dan pihak lainnya) harus selalu
ditunjukkan. Untuk melaksanakan hal ini dengan mudah dan nyaman, digunakanlah
system berpasangan.

f) Persamaan Akuntansi
Konsep kesatuan usaha memisahkan manajemen dengan penyedia dana
(investor dan kreditor) dan manajemen bertanggungjawab kepada mereka.
Pertanggungjawaban menuntut agar asset yang dipercayakan kepada manajemen
selalu ditunjukkan sumber atau asalnya. Pelaporan keuangan harus menunjukkan
hubungan ini. Hubungan fungsional inilah yang disebut dengan persamaan

9
akuntansi. Persamaan akuntansi merupakan cara mengimplikasikan system
berpasangan.

g) Artikulasi
Sebagai konsep dasar yang dikemukakan APB, yaitu bahwa statement keuangan
berkaitan secara mendasar (fundamentally related financial statement), artikulasi
sebenarnya merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha.
Dengan artikulasi akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statement laba
rugi akan sama dengan laba dalam statement perubahan ekuitas, dan jumlah rupiah
ekuitas akhir dalam statement perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah
ekuitas dalam neraca.
Dengan konsep kesatuan usaha, pendapatan (P), biaya (B), dan laba (P-B)
didefenisikan sebagai perubahan asset yang akhirnya mempengaruhi ekuitas.
Dengan demikian, posisi keuangan awal digabung dengan perubahan akan
menghasilkan posisi keuangan akhir.

2. Kontinuitas Usaha (Continuity Of Activity)


Konsep kesatuan usaha akan menjadi pertimbangan pada saat penyusuna statement
keuangan atau pada saat akuntansi menghadapi berbagai pilihan dalam proses
perekayasaan atau penyusunan standar karena kenyataan bahwa kelangsungan hidup
perusahaan di masa datang yang tidak pasti. Dalam menghadapi ketidakpastian
kelangsungan usaha, akuntansi menganut konsep ini atas dasar penalaran bahwa
harapan normal atau umum pendirian perusahaan adalah untuk berlangsung terus dan
berkembang bukan untuk mati atau dilikuidasi.
Implikasi konsep kontinuitas usaha (going concern) yaitu:
a) Arti Penting Laporan Periodik
Untuk mengukur kinerja akhir perusahaanj secara objektif, akuntan tidak harus
menunggu sampai kesatuan usaha dilikuidasi, karena memang bukan likuidasi yang
menjadi tujuan dari perusahaan. Untuk suatu periode, tingkat mendapatkan laba
dengan tingkat sumber ekonomik tertentu disebut dengan tingkat imbalan investasi.
Tingkat imbalan tersebut dapat diukur secara periodic. Daya melaba adalah rata-
rata dalam jangka panjang tingkat imbalam periodic tersebut.

b) Kedudukan Statement Laba Rugi

10
Untuk mengukur daya melaba jangka panjang, aliran kontinus sumber ekonomik
masuk dan keluar satuan usaha (pendapatan-biaya) harus dipenggal-penggal
dengan periode waktu sebagai wadah atau penakar. Jadi konsep periode waktu yang
dikemukakan oleh Anthony, Hawkins dan Merchant atau konsep periode akuntansi
yang dikemukakan oleh APB sebenarnya merupakan turunan dari konsep dasar
kontinuitas usaha. Penggalan pendapatan dan biaya untuk satu periode dituangkan
dalam statement laba rugi periodic sehingga statement laba rugi dipandang sebagai
statement yang paling penting dalam pelaporan keuangan karena tingkat laba dalam
rangka menilai daya melaba.
Pemenggalan aliran data yang terus menerus dalam penggalan waktu sebagai
penakar cendrung memutus keterkaitan antara kejadian-kejadian antarperiode yang
berkaitan. Akibatnya, kalau tidak hati-hati orang cendrung mengartikan bahwa laba
besar suatu periode merupakan indikator kesuksesan manajemen pada periode
tersebut padahal laba yang besar itu sebenarnya hasil penjualan yang besar akibat
kampanye produk secara besar besaran pada periode sebelumnya.
Oleh karena itu, informasi keuangan yang dituangkan dalam statement keuangan
periodik harus dianggap bersifat tentative (provisional in character) dan bukannya
tuntas (final).

c) Fungsi Neraca dan Penialaian Elemennya


Konsep kontinuitas usaha sangat besar peranannya dalam mendasari penilaian
elemen atau pos neraca dan interpretasi jumlah rupiah yang dimuat di dalamnya.
Dengan konsep kontinuitas usaha, tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk
menunjukkan sisa potensi-potensi jasa (services potential) atau sumber-sumber
ekonomik yang belum dikonsumsi (menjadi biaya) dalam tahun yang berakhir pada
tanggal neraca. Dengan kata lain, neraca berfungsi menunjukkan potensi jasa yang
masih dimilki/dikuasai kesatuan usaha untuk menghasilkan pendapatan dalam
periode-periode berikutnya.
Oleh karena itu, proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada
setiap pos neraca bukanlah merupakan proses penilaian harga jual tetapi merupakan
pengukuran sisa potensi jasa yang direpresentasi oleh kos yang melekatpadanya
sehingga akuntansi menilai pos-pos neraca pada umumnya berdasarkan kos
historis.

11
3. Penghargaan Sepakatan (Measured Consideration)
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah/agregat harga atau penghargaan
kesepakatan yang terlibat dalam tiap transaksi atau kegiatan pertukaran merupakan
bahan olah dasar akuntansi yang paling objektif, terutama dalam mengukur sumber
ekonomik yang masuk dan sumber ekonomik yang keluar.
Konsep ini dilandasi pemikiran bahwa fungsi akuntansi adalah menyediakan
informasi yang terpaut dengan kegiatan perusahaan yang sebagian besar terdiri atas
transaksi pertukaran dengan perusahaan lain. Akuntansi berfungsi untuk
menyimbolkan secara tepat bermacam-macam kegiatan atau transaksi perusahaan
tersebut secara kuantitatif dan bermakna sehingga informasi semantic (objek-ukuran-
hubungan) dapat disampaikan dengan baik dan efektif. Penghargaan sepakatan
merupakan dasar kuantifikasi berbagai jenis objek menjadi objek-objek honogenus
yang paling objektif untuk menyajikan hubungan antar objek yang bermakna.

a) Istilah yang Tepat


P&L tidak menyebut bahan olah dasar akuntansi sebagai nilai karena setiap
orang kemungkinan akan menilai sesuatu secara berbeda-beda, sehingga nilai akan
menimbulkan banyak interpretasi. Istilah nilai akan memberi kesan bahwa
akuntansi mengolah bahan yang tidak homogenus. Nilai bersifat objektif dan
interpretative sedangkan penghargaan sepakatan adalah apa yang melekat pada
objek sehingga bersifat objektif dan inheren.
Penghargaan sepakatan dalam sebuah pertukaran merupakan istilah yang
mengandung makna adanya penilaian bersama antara penjual dan pembeli. Pada
saat transaksi terjadi, pencatatan penghargaan sepakatan atau agregat harga
memank dapat dikatakan sebagai pencatatan nilai, tapi beberapa saat setelah
transaksi, nilai dapat berubah tetapi jumlah rupiah yang tercatat tidak. Jumlah
rupiah yang tercatat itulah yang nantinya akan menjadi bahan olahan bagi akuntan.
Jadi, akuntansi tidak mengolah nilai tapi penghargaan kesepakatan.
Menurut Soewardjono, istilah cost sebenarnya cukup tepat untuk menyatakan
price aggregate atau measured consideration karena alas an-alasan sebagai berikut:
 Dari segi penjual, walaupun istilah cost tidak cukup luas, aliran masuk
penghargaan sepakatan penjualan/pendapatan yang dicatat (berupa
kas/piutang) akhirnya akan menjadi cost juga kalau sudah digunakan untuk

12
memperoleh barang atau jasa. Cost akan tetap menjadi pengukur berbagai pos
asset dan kewajiban.
 Dari segi pembeli, kalau istilah cost mempunyai keterbatasan karena tidak
dapat menyatakan hal yang sama dari kedua belah pihak dalam suatu
pertukaran, keterbatasan ini sebenarnya tidak menimbulkan masalah karena
akuntansi menganut konsep kesatuan usaha.

b) Jasa di Balik Kos


Akuntansi menggunakan satuan mata uang karena satuan tersebut paling mudah
untuk mengkuantifikasi objek atau jasa ke dalam satuan yang homogenus dan juga
karena harga dalam satuan uang adalah cara yang sudah umum untuk menyatakan
kesepakatan dalam pertukaran. Dari segi akuntansi, bukan uang atau harga yang
memiliki arti penting melainkan potensi jasa yang ada dibalik angka tersebut.

c) Keterbatasan Informasi Akuntansi


Dengan memahami arti penting kos sebagai bahan olah akuntansi sebenarnya
dapat dikenali keterbatasan akuntansi dalam memberikan informasi untuk
kepentingan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi hanya merupakan
sebagian dari informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusa oleh pihak
eksternal dan manajemen.
Lebih dari itu, walaupun segala pertimbangan dan kebijakan didasarkan pada
data akuntansi secara cukup mendalam, pada akhirnya keputusan yang dihasilkan
akan mencerminkan juga pengaruh data nonakuntansi dan akan diwarnai dengan
hal-hal yang kualitatif dan subjektif seperti: tujuan secara keseluruhan, sasaran
jangka pendek, sekera pribadi, kepentingan umum, peraturan pemerintah, alas an
politik dan sebagainya.

4. Kos Melekat (Cost Attach)


Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang direpresentasinya
sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-
gabungkan kembali mengikuti objek yang dilekatinya. Dasar pikiran konsep ini adalah
bahwa tujuan pengelompokan, pemecahan, dan penggabungan kos adalah untuk
mengikuti aliran upaya (effort) dalam menyediakan produk dan jasa. Produk biasanya

13
mempunyai manfaat yang lebih besar dari pada manfaat masing-masing komponen
pembuat produk secara terpisah.
Kos melekat dilandasi oleh konsep kos yang disebut kos terkandung (embodied
cost) yaitu kos yang benar-benar terkandung dalam suatu objek atau produk sebagai
pasangan kos penggantian, yaitu kos seandainya objek tersebut tidak ada dan harus
diadakan sehingga maknanya sama dengan kos kesempatan.

a) Saat Pengakuan Nilai Tambah


Secara ekonomik, kegiatan perusahaan terdiri atas penggabungan berbagai factor
produksi untuk menghasilkan produk baru yang nilainya lebih tinggi. Kalau
kegiatan produksi menggunakan bahan baku dan bermacam factor produksi,
kegiatan akuntansi menggunakan kos untuk menyatakan pemprosesan factor
produksi tersebut.
Tujuan kegiatan akuntansi adalah mengikuti secara tepat pengubahan tersebut
dengan menggolongkan, memecah, dan mengikhtisarkan kos bahan baku, kos
tenaga kerja, kos jasa mesin (depresiasi), dan kos factor produksi lainnya sehingga
seluruh kos tersebut secara bersama-sama akan membentuk kos produk. Jadi
konsep dasar kos melekat diperlukan karena dalam mengikuti aliran fisis tersebut
harus ada anggapan bahwa tiap kos mempunyai daya saling mengikat bila
digabungkan dengan kos lain secara tepat.
Konsep dasar ini mempunyai implikasi penting terhadap saat pengakuan
tambahan manfaat produk fisis yang dihasilkan. Kalau kos produk harus
menunjukkan niali, maka ke dalam kos produk tersebut harus dimasukkan jumlah
rupiah nilai yang merupakan tambahan manfaat yang melekat pada produk sebagai
akibat proses produksi itu.
Nilai tambah ini akan terealisasi kalau produk telah terjual dan asset (kos) baru
masuk ke dalam satuan usaha.
Realisasi pendapatan melalui penjualan sebenarnya menandai dan mengukur dua
macam kos baru sebagai bahan olah akuntansi selanjutnya, yaitu:
 Kos baru sebagai penggantian kos yang melekatdan dikorbankan (keluar dari
kesatuan usaha) yang mempresentasi upaya penyediaan produk atau jasa yang
diserahkan kepada pembeli produk.

14
 Kos baru sebagai tambahan asset (laba) yang menunjukkan imbalan untuk
jasa modal yang ditanamkan dan resiko yang ditanggung dalam menjalankan
usaha.

b) Wadah Penggabungan
Dalam mengikuti alur fisis produksi, kos dipecah, dikelompokkan dan kemudian
digabung kembali mengikuti unit fisis produk. Ini berarti kos digabungkan dengan
produk sebagai wadah atau penakar penggabungan. Setelah produk diserahkan
kepada pelanggan, maka kos yang melekat pada unit produk yang telah diserahkan
akan mengukur biaya dan secara logis dapat disebut dengan kos barang terjual (cost
of good sold).
Kos yang ikatannya dengan produk dapat dikenali dengan mudah, biasanya
wadah penggabungannya adalah produk, misalnya kos tenga kerja langsung. Kos
yang tidak erat kaitannya dengan produk atau sukar dirunut secara praktis ke
produk, maka wadah penggabiungannya adalah periode (waktu) dan akan
membentuk kos periode (period cost), misalnya adalah kos administrasi.

5. Upaya Dan Hasil/Capaian (Effort And Accomplishment)


Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh
hasil berupa pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa upaya
(biaya). Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya, buakan sebaliknya
pendapatan menanggung biaya. Artinya, begitu entitas melakukan kegiatan produksi
maka pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk walaupun belum terealisasi.
Secara teknis, kesatuan usaha (entitas) harus menghasilkan atau menyediakan
barang atau jasa untuk menciptakan pendapatan dengan cara menyerahkan atau
menukarkan barang/jasa tersebut. Terdapat beberapa implikasi pada konsep upaya dan
hasil, yaitu:
a) Perlunya Basis Asosiasi
Selisih antara kos masuk dan kos keluar disebut dengan laba. Laba
mencerminkan keefektifan manajemen dalam mengelola sumber ekonomik dan
merupakan informasi penting bagi pihak yang berkepentingan khususnya bagi
mereka yang menyediakan sumber ekonomik yang menanggung resiko akhir.
Ukuran keefektifan akan tepat apabila hasil ditandingkan dengan upaya yang

15
menimbulkan hasil tersebut. Dengan demikian, diperlukan dasar asosiassi yang
tepat dan rasional agar kedua komponen tersebut dan agar laba mempunyai makna
atau nilai sebagai pengukur kinerja yang terandalkan.

b) Penakar Asosiasi Ideal dan Praktis


Konsep ini merupakan konsekuensi labih lanjut dari konsep kontinuitas usaha,
bahwa untuk menentukan kemajuan perusahaan tidak perlu ditunggu nasib akhir
perusahaan itu terjadi. Oleh karena itu, pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan memerlukan wadah atau penakar kemajuan dari waktu ke waktu. Yang
ditakar adalah biaya sebagai upaya dan pendapatan sebagai hasil.
Penakar yang dimaksud adalah dasar atau wadah penandingan antara biaya dan
pendapatan. Penakar yang paling cocok adalah penakar yang dapat menunjukka
secara tepat dan objektif bahwa biaya yang masuk dalam penakar adalah biaya yang
benar-benar menyebabkan timbulnya pendapatan yang masuk dalam penakar
tersebut. Kalau penakar sudah ditentukan, masalah berikutnya adalah menentukan
berapakah kos yang harus masuk ke dalam penakar sehingga dapat dibaca
(dihitung) kos yang dapat diperhitungkan sebagai upaya dan kos pendapatan yang
diperhitunhkan sebagai hasil.
Karena tidak semua kos mudah dikaitkan dengan produk, akuntansi beralih
kepada periode waktu sebagai penakar untuk dijadikan dasar dalam menandingkan
kos yang telah dikorbankan (biaya) dan pendapatan. Periode akuntansi merupakan
penakar pengganti yang memang mudah dilaksanakan tetapi konsep dasarnya tetap,
yaitu bahwa untuk mengukur laba yang tepat dalam suatu periode maka pendapatan
dari hasil penjualansejumlah produk atau jasa harus ditandingkan dengan biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

c) Laba Akuntansi vs Ekonomik


Konsep ini mempunyai implikasi terhadap interpretasi laba akuntansi. Dengan
konsep ini laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran dua elemen
yang berkaitan yaitu pendapatan dan biaya. Laba yang diperoleh dengan cara seperti
ini disebut dengan laba structural atau formal. Disebut laba formal karena laba
tersebut diperoleh dengan menerapkan ketentuan-ketentuan formal (satandar atau
prinsip akuntansi).

16
d) Kos Aktual
Dalam menandingkan biaya dan hasil, akuntansi hanyalah menandingkan upaya
yang benar-benar telah terjadi oleh suatu entitas sehingga laba yang diperoleh
adalah selisih biaya dan pendapatan yang diukur dengan kos yang benar-benar
terjadi.

e) Asas Akrual atau Himpun


Karena akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil dalam
menetukan besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya atau
pendapatan pada biaya yang telah dibayar atau pendapatan yang telah diterima.
Akuntansi menekankan substansi suatu kegiatan atau transaksi yang menimbulkan
biaya dan pendapatan. Artinya, akibat suatu transaksi tertentu yang telah terjadi,
berjalannya wkatu sudah dapat menjadi dasar untuk mengakui biaya atau
pendapatan. Karena itu dalam proses penandingan, akuntansi mendasarkan diri
pada asas akrual bukannya asas tunai.
Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang meyatakan
bahwa pendapatan diakui pada saat hak entitas timbul lantaran penyerahan barang
atau jasa ke pihak luar dan baiay diakui pada saat kewajiban timbul karena
penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang dan jasa yang diserahkan
tersebut. Sebagai konsekuensi asas ini, akuntanis mengakui pos-pos akrual dan
tangguhan.

f) Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah biaya nyata dan bukan hipotesis. Depresiasi untuk satu periode
harus diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh asset
tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau pemberhentian asset
tersebut. Sebagai upaya, penentuan besarnya depresiasi tidak bergantung pada
besarnya laba perusahaan walaupun besarnya biaya depresiasi mempengaruhi
besarnya laba periodic.

g) Kapasitas Menganggur
Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metode tertentu harus tetap
merupakan biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan tersebut
menimbulkan atau bahkan menambah rugi perusahaan. Misalnya biaya depresiasi

17
suatu kendaraan, meskipun kendaraan tersebut tidak dipergunakan, namun tetap
baiya depresiasinya dihitung dan menjadi pengurang pendapatan. Ilustrasi seperti
inilah yang dimaksud dengan kapasitas menganggur.

h) Pos-Pos Luar Biasa


Untuk menentukan laba periodic, konsep menandingkan yang berorientasi
jangka panjang akan memasukkan juga akun-akun atau pos-pos berikut:
 Untung luar biasa (windfall gains) yaitu timbulnya atau bertambahnya
manfaat ekonomik atau aset yang terjadi tanpa upaya yang jelas dan
direncanakan.
 Rugi luar biasa (extraordinary losses) yaitu hilangnya atau berkurangnya
manfaat ekonomik atau aset yang terjadi akibat hal-hal yang tidak ada
hubungannya atau tidak mudah dihubungkan dengan upaya untuk
memperoleh hasil.

6. Bukti Terverifikasi Dan Objektif (Verifiable, Objective Evidence)


Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat
kebermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data
keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya.
Objenktivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan,
pengukuran, dan penangkapan atau pengakuan data akuntansi. Setiap transaksi
keuangan harus didukung oleh bukti transaksi yang kaut dan sah.
a) Arti Penting untuk Pengauditan
Di samping penting karena membantu pencapaian karakteristik kualitatif
informasi yang tinggi, konsep bukti yang dapat diuji kebenarannya dan objektif itu
menjadi penting dalam kaitannya dengan pengauditan untuk menentukan
kewajaran laporan keuangan.

b) Objektifitas Bukti
Mautz dan Sharaf (1964, hal. 110) menjelaskan pengertian dan lingkup bukti
audit sebagai berikut:
Audit evidence includes all influences on the mind of auditor which affect his
judgement about the truthfulness of the financial statement propositions,
submitted to him for review.

18
Bukti yang objektif berarti bahwa fakta yang diungkapkan oleh sustu bukti tidak
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.

c) Objektifitas relative
Akuntansi bukan ilmu pasti sehingga objektivitas bukti dalam akuntansi bersifat
relative. Oleh karena itu, konsep objektifitas dalam penciptaan data akuntansi
adalah objektivitas yang disesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat penentuan
fakta, bukan objektivitas mutlak.

d) Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka Panjang


Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang objektif. Konsep
dasar bukti terverifikasi dan objektif dalam akuntansi mengandung elemen
variabilitas sehingga tiap bukti mempunyai tingkat objektifitas. Tingkat objektifitas
bukti yang paling tinggi pada saat dan keadaan tertentu adalah yang terbaik asalkan
tujuan untuk memperoleh tingkat objektifitas yang tinggi tersebut tidak
bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha. Informasi akuntansi yang disajikan
dalam laporan keuangan periodic diciptakan dan disediakan atas dasar objektivitas
jangka panjang.

7. Asumsi (Assumption)
Asumsi dalam dalam dafta konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep
dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya
merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala
keterbatasannya. Asumsi yang menjadi landasan penalaran dalam memilih konsep
yang relevan, yaitu:
a) Kontinuitas Usaha
Konsep ininhanya dapat dibenarkan atas dasar pengalaman perusahaan pada
umumnya. Tingkat kegagalan usaha adalah tinggi terutama untuk perusahaan kecil.
Beberapa perusahaan yang baru didirikan tidak pernah menikmati kesuksesan usaha
dalam periode selanjutnya sehingga dibubarka segera.

b) Periode Satu Tahun


Pelaporan periodic dengan waktu sebagai wadah pengukuran adalah salah satu
kebiasaan penting dalam akuntansi. Untuk tujuan penakaran dalam penghitungan
pendapatan dan biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut, interval waktu yang

19
biasanya digunakan adalah satu tahun, baik tahub kalender ataupun tahun
buku/fiscal.
c) Kos Sebagai Bahan Olah
Penghargaan sepakatan yang menjadi bahan olah akuntansi didasarkan atas
asumsi bahwa kos factor produksi yang diperoleh perusahaan menunjukkan nilai
wajar pada saat terjadinya.

d) Daya Beli Uang Stabil


Konsep bahwa jumlah rupiah yang tercatat akan tetap menunjukkan nilai
dilandasi asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa. Dalam
periode-periode yang mengalami inflasi yang cukup tinggi, asumsi tersebut jelas
tidak berlaku lagi untuk tujuan-tujuan tertentu.

e) Tujuan Mencari Laba


Asumsi ini tidak diragukan kelayakannya. Keinginan untuk menghasilkan laba
adalah karakteristik nyata yang melekat pada perusahaan-perusahaan komersial
pada umumnya.

D. Manfaat Konsep Dasar


Konsep dasar berfungsi melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi,
konsep dasar lebih banyak manfaatnya bagi penyusun standard an berargumen untuk
menentukan konsep, prinsip, metode, atau teknik yang akan dijadikan standar.
Praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula. Suatu standar juga harus
objektif dan tak memihak kepentingan pribadi atau kelompok. Pemilihan istilah, misalnya
harus didasarkan atas pikiran yang jernih dan kaidah kebahasaan yang baik bukannya atas
selera seseorang yang berkuasa. Demikian juga, standar akuntansi tidak harus tunduk
pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi harus lebih berorientasi ke masa depan demi
perbaikan secara bertahap.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa untuk menyediakan data kuantitatif, terutama
yang mempunyai sifat keuangan dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan ekonomi yang sesuai dengan prinsip akuntansi dalam
memilih alternatif dari suatu keadaan. Didalam menyusun prinsip akuntansi, digunakan
asumsi-asumsi dan konsep-konsep dasar tertentu. Asumsi dasar ini merupakan aspek dari
lingkungan dimana akuntansi itu dilaksanakan. Sedangkan konsep-konsep dasar
merupakan pedoman dalam menyusun prinsip akuntansi. Konsep dasar diperlukan untuk
membuat kesatuan fikir dalam pembuatan laporan keuangan, agar tidak terjadi perbedaan
antara pembuatan laporan keuangan yang satu dan yang lain.

21
DAFTAR PUSTAKA
Soewardjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta:
BPFE, 2005.

22

Anda mungkin juga menyukai