Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“POSTULAT, PRINSIP , DAN KONSEP TEORI


AKUNTANSI”

Dosen Pengampu:

Dr. Cornelius Rante Langi, SE., MM., Ak., CA., CTA., CPA., CSRS., BKP

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Eka Elinda Putri 2001036130

2. Azyza rama sumady 2101036001

3. Dita Amelia Ananta 2101036023

4. Ira Choiri 2101036030

5. Yunissa Anggraini 2101036136

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2023
DAFTAR ISI

MAKALAH ................................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Postulat Akuntansi...................................................................................................... 3
A. Monetary Unit Assumption (Asumsi Unit Moneter) .............................................................. 3
B. Economic/Business Entity Assumption (Asumsi Entitas Ekonomi/Bisnis) ........................... 3
C. Accounting/Time Period Assumption (Asumsi Periode Akuntansi) ...................................... 3
D. Going Concern Assumption (Asumsi Kesinambungan Usaha) .............................................. 4
2.2 Sifat Dasar Postulat ....................................................................................................................... 4
2.3 Prinsip Dasar Akuntansi ................................................................................................................ 7
A. Prinsip Biaya Historis (Objektivitas) ...................................................................................... 7
B. Prinsip Pengakuan Pendapatan ............................................................................................... 8
C. Prinsip Penandingan.............................................................................................................. 10
D. Prinsip Pengungkapan Penuh ................................................................................................... 11
2.4 Kerangka Konseptual .................................................................................................................. 12
A. Kerangka Konseptual ............................................................................................................... 12
B. Isu-Isu Kerangka Konseptual ................................................................................................... 13
C. Hal-Hal Yang Mendasari Konsep Akuntansi Akrual ............................................................... 14
2.5 Kritik dan Perkembangan dalam Teori Akuntansi ...................................................................... 15
A. Kritik terhadap Teori Akuntansi Tradisional ........................................................................... 15
B. Perkembangan dalam Teori Akuntansi .................................................................................... 15
2.6 Implikasi dalam Praktik Akuntansi .............................................................................................. 16
2.7 Penerapan dalam Praktik ............................................................................................................ 17
2.8 Interaksi antara Postulat, Prinsip, dan Konsep dalam Praktik Akuntansi ................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan sebuah theoritical framework di akuntansi keuangan
sudah sejak lama dirasakan. APB dan FASB telah mencoba untuk
mengembangkan dasar teoritis sebagai pedoman dalam memformulasikan
peraturan akuntansi, meskipun pada akhirnya keduanya gagal dalam
mengemban misinya. Meskipun ARS 1 dan ARS 3 secara postulat (dalil) dan
dasar tidak diterima, studi ini menunjukkan sebagai titik awal percobaan
untuk memberikan dasar teoritis terpadu untuk akuntansi keuangan oleh APB.
Dalam ARS 1, postulat dibedakan menjadi dua, one category
(kelompok A dan B) dan second category (kelompok C). Kelompok A adalah
economic and political environmental group, kelompok B adalah yang
termasuk dalam wilayah akuntansi itu sendiri dan kelompok C adalah the
imperatives (kewajiban). Perilisan ARS 1 tidak ditanggapi oleh banyak pihak
dan kebanyakan lebih menunggu pada perilisan ARS 3. Postulat dasar pada
yang dikembangkan ARS 1 merupakan bagian integral dari ARS 3. Ada
delapan prinsip yang dikembangkan dalam ARS 3. Kegagalan ARS dan ARS
3 disebabkan oleh kurangkan ketegasan dalam pembuatan alasan (reasoning),
hanya memberikan sedikit perhatian pada kebijakan pembuatan peraturan,
dan juga ketidakberhasilan Moonitz-Sprouse dalam menyelesaikan tugas
mereka. Sebelum membahas lebih lanjut, terlebih dahulu membahas tentang
pengertian dari postulat, konsep dan prinsip. Postulat adalah asumsi dasar
yang tidak dapat diverifikasi. Prinsip adalah aturan yang secara empiris teruji
dan menjadi hukum, yang merupakan pendekatan umum yang digunakan
dalam pegakuan dan pengukuran kejadian-kejadian akuntansi. Konsep adalah
ide-ide generik yang diperoleh dari particular instances dan bukan bagian dari
formulasi teori formal.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian postulat akuntansi?
2. Bagaimana sifat dasar akuntansi?
3. Apa saja prinsip-prinsip dasar akuntansi?
4. Apa pengertian kerangka konseptual dan isu-isu konseptual?
5. Apa saja yang termasuk kritik dan perkembangan dalam teori akuntansi?
6. Apa saja aspek yang terlibat dalam implikasi praktik akuntansi?
7. Bagaimana penerapan postulat, prinsip, dan konsep teori akuntansi?
8. Bagaimana postulat mempengaruhi prinsip dan konsep teori akuntansi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kerangka kerja konseptual ini penting.
2. Untuk mengetahui tujuan pelaporan keuangan dan unsur-unsur laporan
keuangan, pengakuan, pengukuran, dan pelaporan dalam akuntansi.
3. Untuk mengetahui apa itu postulat akuntansi.
4. Untuk mengetahui apa saja prinsip dasar akuntansi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Postulat Akuntansi


Postulat akuntansi adalah asumsi dasar mengenai lingkungan akuntansi.
Ada empat asumsi dasar yang melandasi proses penyusunan laporan
keuangan secara keseluruhan Asumsi dasar tersebut adalah:

A. Monetary Unit Assumption (Asumsi Unit Moneter)


Data transaksi yang akan dilaporkan dalam catatan akuntansi harus
dapat dinyatakan dalam satuan mata uang (unit moneter). Asumsi ini
memungkinkan akuntansi untuk mengkuantifikasi tiap transaksi bisnis atau
peristiwa ekonomi ke dalam nilai uang. Dalam hal ini, uang dianggap sebagai
denominator umum dari aktivitas ekonomi dan merupakan dasar yang tepat
bagi kepentingan pengukuran dan analisis akuntansi. Data kuantitatif (data
yang dapat diukur dan dinyatakan dalam satuan mata uang) akan berguna
dalam mengkomunikasikan informasi ekonomi dan membuat keputusan
ekonomi yang rasional. Contoh data transaksi yang tidak dapat dinyatakan
dalam satu an mata uang adalah: banyaknya jumlah karyawan, tingkat
kepuasan pelanggan, tingkat kepuasan pekerja, jumlah karyawan yang
berhenti, dan sebagainya.

B. Economic/Business Entity Assumption (Asumsi Entitas Ekonomi/Bisnis)


Adanya pemisahan pencatatan antara transaksi perusahaan sebagai
entitas ekonomi dengan transaksi pemilik sebagai individu dan dengan
transaksi entitas ekonomi lainnya. Dengan kata lain, aktivitas entitas bisnis
harus dapat dipisahkan dan dibedakan dengan aktivitas pemilik dan dengan
aktivitas dari setiap unit bisnis lainnya.

C. Accounting/Time Period Assumption (Asumsi Periode Akuntansi)


Informasi akuntansi dibutuhkan atas dasar ketepatan waktu. Umur
aktivitas perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa periode akuntansi, seperti
bulanan, tiga bulanan, atau tahunan. Pengguna laporan keuangan perlu
diberitahu tentang hasil kinerja dan posisi keuangan perusahaan dari waktu
ke waktu agar dapat mengevaluasi dan membandingkannya dengan

3
perusahaan lain. Jadi, dalam hal ini informasi terkait harus dilaporkan secara
periodik (berkala).

D. Going Concern Assumption (Asumsi Kesinambungan Usaha)


Perusahaan didirikan dengan maksud untuk tidak dilikuidası dalam
jangka waktu dekat, akan tetapi perusahaan diharapkan akan tetap terus
beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Meskipun banyak mengalami
kegagalan bisnis, diasumsikan bahwa perusahaan akan hidup cukup lama atau
memiliki kelangsungan hidup yang panjang untuk menjalankan visi dan
misinya.

2.2 Sifat Dasar Postulat


Menurut Webster's Third New International Dictionary, definisi yang
paling relevan untuk postulat adalah :

(1) "dalil yang dikemukakan dan dianggap benar tanpa pembuktian


atau merupakan aksioma" dan
(2) "suatu hipotesis atau asumsi mendasar."
Definisi pertama mengacu pada pernyataan bahwa sudah dianggap
diterima secara umum, tetapi kesahihannya diperlukan untuk mengakui
kebenaran postulat lainnya atau prinsip-prinsip, standar, atau prosedur umum.
Akan tetapi, walaupun postulat seperti itu telah diterima secara umum, namun
masih dapat salah dalam penyidikan lebih lanjut atau terbukti tidak relevan
untuk pengembangan pemikiran akuntansi selanjutnya. Definisi postulat
kedua mengacu pada hipotesis yang belura terbukti dan dalam kenyataannya
mungkin tidak memerlukan pembuktian jika ternyata menghasilkan ide-ide
yang relevan dan pengembangan pemikiran secara logis dan kesimpulan yang
berguna.

Pada umumnya, dalil-dalil yang dikemukakan dengan penegasan,


bahwa dalil-dalil itu dapat diterima kebenarannya, berhubungan dengan
observasi atau pengalaman yang tidak mungkin berubah atau merupakan
dalil-dalil yang dapat diverifikasi atau tampaknya dapat dibuktikan
kebenarannya melalui penelitian. Hal ini biasanya merupakan pernyataan
yang deskriptif, artinya, pernyataan-pernyataan mengenai sifat benda-benda
atau apa itu sebagai lawan dari apa seharusnya itu. Contoh pernyataan

4
deskriptif meliputi salah satu yang diusulkan oleh Moonitz, yang
menyatakan, "kebanyakan barang dan jasa yang dihasilkan didistribusikan
melalui pertukaran dan tidak secara langsung dikonsumsi oleh produsen".
Postulat yang diusulkan oleh Chambers menyatakan, "Mengenai semua harta
kekayaan yang dimiliki pribadi, para individu berbeda." Kedua
pernyataan ini sifatnya deskriptif dan tampaknya tidak mungkin dibantah
Karena alasan ini hubungannya dengan dalil-dalil akuntansi sangat jauh,
maka banyak kritik menyebutnya tidak penting dan tidak perlu berdasarkan
kenyataan bahwa postulat tidak kontroversial dan karena tidak perlu
berfungsi sebagai dasar untuk dalil-dalil lainnya, maka postulat itu tidak perlu
dinyatakan. Selain itu, karena banyaknya jumlah dalil yang menerangkan
lingkungan akuntansi, maka tidaklah ekonomis untuk menyusun daftarnya,
dan tidak lengkap jika hanya menyebutkan beberapa postulat saja. Oleh
karena itu pernyataan deskriptif mengenai lingkungan akuntansi dapat
ditiadakan jika pernyataan itu tidak secara langsung mendukung dalil-dalil
yang perlu bagi logika atau jika pernyataan lain memberikan dukungan yang
lebih menandai bagi dalil-dalil tersebut.

Postulat yang bersifat normatif dalam perumusannya (yang


menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan akuntansi atau bagaimana hal itu
seharusnya dikerjakan) harus dinyatakan secara eksplisit, daripada diasumsi
saja oleh persetujuan atau kesepakatan umum. Lebih lanjut, postulat itu
memerlukan jumlah dukungan yang sangat besar untuk menetapkan
kesahannya. Pernyataan eksplisitnya dalam setiap pengembangan logis yang
diusulkan berasal dari fakta bahwa jika postulat tidak mendapat dukungan
yang cukup, maka kesimpulan yang berasal daripada hanya bersifat
percobaan. Penting juga bahwa postulat itu dinyatakan sedemikian rupa
sehingga masalah-masalah yang belum disetujui dapat ditemukan dan
diperdebatkan pada tingkat yang layak. Contoh dalil normatif meliputi
postulat imperatif yang dijelaskan oleh Moonitz dalam Accounting Research
Study No. 1. Salah satu dari imperatif ini menyatakan bahwa "prosedur yang
digunakan dalam akuntansi untuk kesatuan usaha (entitas) tertentu harus
dilakukan secara konsisten dan periode ke periode berikutnya "Hal ini
mungkin merupakan tujuan yang diinginkan, tetapi bagaimanapun hal itu

5
masih perlu diperdebatkan atau ditolak”. Pernyataan semacam itu lebih
bersifat hipotetis yang harus diuji daripada sebagai postulat yang dianggap
tidak perlu dibuktikan kesahihannya.

Oleh karena itu, secara singkat, postulat merupakan asumsi dasar atau
dasar utama mengenai bidang ekonomi, politik, dan sosial yang
melatarbelakangi peranan akuntansi. Kriteria dasarnya adalah sebagai
berikut:

(1) harus relevan bagi pengembangan logika akuntansi, yaitu, postulat


harus berfungsi sebagai landasan untuk menurunkan dalil-dalil selanjutnya
secara logis, dan
(2) harus diterima sebagai sahih oleh para partisipan dalam
pembahasan entah sebagai hal yang benar atau memberikan titik tolak yang
berguna sebagai asumsi dalam pengembangan logika akuntansi.
Ini tidak berarti bahwa postulat sudah benar atau bahkan realistik.
Misalnya, asumsi dalam ilmu ekonomi mengenai masyarakat bersaing secara
sempurna tidak pernah benar, tetapi hal ini memberi wawasan yang berguna
mengenai cara kerja sistem ekonomi. Di pihak lain, asumsi tentang
masyarakat monopolistik menghasilkan kesimpulan yang berbeda yang, juga
berguna dalam mengevaluasi perekonomian. Asumsi yang memberikan
tingkat prediksi yang paling baik mungkin lebih berguna daripada asumsi
yang paling realistik.

Salah satu kritik utama terhadap pendekatan postulat adalah, jika


postulat dinyatakan cukup luas untuk menjamin diperolehnya persetujuan
umum, maka postulat tersebut mungkin dapat berfungsi sebagai dasar bagi
dalil-dalil selanjutnya, sehingga tidak perlu mendukung serangkaian dalil
logis. Sebaliknya, jika postulat dinyatakan secara khusus, sehingga dapat
menghasilkan dalil-dalil khusus, maka tampaknya postulat itu tidak disetujui
secara umum. Karena kebanyakan postulat jenis ini tidak dapat diuji, maka
tidak ada cara untuk menguji perangkat dalil alternatif melalui pengujian
kesahihan postulat. Lebih lanjut, dapat dipertentangkan bahwa postulat sering
dirumuskan dengan tujuan untuk mendukung dalil-dalil yang ditetapkan lebih
dahulu, bukannya dengan menggunakan postulat untuk menurunkan dalil-

6
dalil berikutnya. Akan tetapi, prosedur untuk menurunkan postulat dan
prinsip tidaklah penting selama struktur argumentatif akhir didasarkan pada
logika yang konsisten dan memberikan dasar untuk prediksi. Berdasarkan hal
ini, kita dapat menemukan bahwa beberapa struktur logis yang berbeda
mendukung satu sama lain, bukannya mencapai kesimpulan yang
menyatakan struktur yang satu benar dan yang lain salah.

2.3 Prinsip Dasar Akuntansi


Prinsip adalah pendekatan umum yang dipakai dalam mengakui dan
mengukur transaksi bisnis serta peristiwa ekonomi. Ada empat prinsip dasar
akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi, yaitu:

A. Prinsip Biaya Historis (Objektivitas)


Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan sebagian
besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga
perolehan. Harga perolehan memiliki keunggulan dibandingkan dengan
atribut pengukuran lainnya, yaitu lebih dapat diandalkan. Secara umum,
pengguna laporan keuangan lebih memilih menggunakan biaya historis
karena memberikan tolok ukur yang lebih objektif. Harga perolehan akan
memberikan angka yang sama bagi siapa pun juga orangnya yang diminta
untuk melaporkan harga beli dari sebuah aktiva yang sama. Inilah yang
disebut obyektif.
Berbeda dengan penentuan atas besarnya nilai wajar dari sebuah aktiva,
di mana aktiva yang sama mungkin saja dinilai secara berbeda oleh orang
yang berbeda. Oleh sebab itu, penilaian dengan menggunakan atribut
pengukuran nilai wajar lebih bersifat subjektif. Dalam praktik, penilaian
dengan menggunakan nilai wajar mungkin akan berguna bagi jenis aktiva dan
kewajiban tertentu serta dalam industri tertentu. Sebagai contoh adalah untuk
mencatat instrumen keuangan derivatif, sekuritas investasi, dan jenis
persediaan tertentu.
Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh jumlah yang dikeluarkan
untuk mendapatkan aktiva tersebut. Jadi, aktiva tetap akan dilaporkan dalam
neraca tidak hanya sebesar harga belinya saja, tetapi juga termasuk seluruh
biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai. Untuk
bangunan yang dibangun sendiri, maka harga perolehannya terdiri atas biaya

7
izin membangun, biaya untuk membeli bahan-bahan bangunan, biaya upah
pekerja, biaya sewa peralatan untuk membangun, bahkan termasuk bunga
atas dana yang dipinjam untuk membiayai pembangunan gedung baru
tersebut.
Adapun untuk utang usaha atau wesel yang diterbitkan dalam rangka
pertukaran dengan aktiva, juga diukur berdasarkan biaya historis. Selain itu,
kadang-kadang nilai atas persediaan yang lama menjadi turun sebagai akibat
dari perubahan teknologi dan mode yang berkembang dengan sangat pesat.
Ketika harga pokok untuk membeli barang yang sama pada saat ini (harga
pasar) lebih kecil dibandingkan dengan harga perolehan (cost) pada saat
barang pertama kali dibeli, maka metode harga yang terendah antara harga
perolehan dengan harga pasar (lower of cost or market method) digunakan
untuk menilai persediaan.

B. Prinsip Pengakuan Pendapatan


Kerangka kerja konseptual FASB mengidentifikasi dua kriteria yang
seharusnya dipertimbangkan dalam menentukan kapan pendapat- an
seharusnya diakui, yaitu:
(1) telah direalisasi atau dapat direalisasi dan
(2) telah dihasilkan/telah terjadi.
Pendapatan dikatakan telah di realisasi (realized) jika barang atau jasa
telah dipertukarkan dengan kas. Pendapatan dikatakan dapat direalisasi
(realizable) apabila aktiva yang diterima dapat segera dikonversi menjadi kas.
Pendapatan diang gap telah dihasilkan atau telah terjadi (earned) apabila
perusahaan telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk
mendapatkan hak atas pendapatan tersebut.
Kedua kriteria di atas umumnya terpenuhi pada saat titik penjualan
(point of sales), di mana pendapatan akan diakui ketika barang telah dikirim
atau jasa telah diberikan ke pelanggan. Atau dengan kata lain, pendapatan
diakui ketika perusahaan telah memberikan sebagian besar barang atau jasa
yang dijanjikannya kepada pelanggan (dalam hal ini, pendapatan dikatakan
telah dihasilkan atau telah terjadi melalui penyelesaian secara substansial
aktivitas yang terlibat dalam proses pembentukan pendapatan) dan ketika
pelanggan telah memberikan pembayaran atau setidaknya janji pembayaran

8
yang sah kepada perusahaan. Pengakuan pendapatan pada saat titik penjualan
ini umumnya menyediakan pengujian yang lebih seragam, objektif, dan logis.
Sebagai pengecualian dari pengakuan pendapatan yang dilakukan pada
saat titik penjualan, pendapatan juga dapat diakui pada saat :
(1) proses produksi masih berlangsung,
(2) akhir produksi, dan
(3) pada saat kas diterima.
Pengakuan pendapatan yang dilakukan pada saat sebelum kontrak atau
proyek selesai (selama proses produksi masih berlangsung) diperbolehkan
khususnya untuk beberapa kontrak konstruksi jangka panjang. Jika barang
atau jasa dikontrak di muka dan periode produksi atau pelaksanaan jasa
melebihi satu tahun, maka metode persentase penyelesaian proyek
(percentage of completion method) atau metode kinerja proporsional
(proportional performance method) diterapkan untuk mengakui pendapatan
pada beberapa titik siklus produksi atau jasa. Dalam hal ini, pendapatan
diakui secara bertahap seiring dengan proses kemajuan atau tingkat
penyelesaian proyek, dan tidak menunggu sampai selesainya proyek atau
selesainya pelaksanaan jasa. Jadi, walaupun secara teknis belum ada transfer
kepemilikan barang karena proses produksi masih berlangsung, namun
pendapatan dianggap telah dihasilkan atau telah terjadi pada berbagai tahap
proses konstruksi. Contoh dari situasi ini adalah dalam hal kontrak konstruksi
bangunan, jalan, jembatan, waduk, dan lain sebagainya. Apabila tidak
memungkinkan untuk mengestimasi biaya dan kemajuan konstruksi secara
akurat, maka pengakuan pendapatan akan ditunda sampai pekerjaan
konstruksi selesai (completed contract method).
Kadang kala, pendapatan bisa juga diakui setelah proses produksi
berakhir tetapi sebelum penjualan terjadi. Ini dapat dilakukan jika pasar atas
produk yang dihasilkan telah tersedia, dan penjualan praktis terjamin tanpa
memerlukan usaha yang berarti. Contoh dari situasi ini dapat terjadi pada
jenis produk logam tertentu, seperti emas atau produk pertanian tertentu,
seperti beras, gandum yang di mana adanya jaminan pasar dan kepastian
harga dari pemerintah. Dalam situasi ini, pendapatan diakui ketika proses
penambangan atau produksi telah selesai, karena proses pembentukan

9
pendapatan dianggap telah selesai secara substansial mengingat adanya
kepastian penjualan.
Pendapatan bisa juga diakui pada saat kas diterima jika tingkat
kolektibilitas tertagihnya piutang atas produk atau jasa yang dijual
meragukan. Dalam hal ini, pendapatan akan diakui pada saat kas diterima
bukan pada saat penjualan. Contoh dari situasi ini adalah dalam kasus
penjualan real estate (dengan metode penjualan cicilan). Dalam metode
penjualan cicilan (installment sales method), penerimaan kas terjadi melalui
cicilan secara berkala sepanjang periode waktu yang cukup lama. Pengakuan
pendapatan dengan menggunakan metode cicilan ini dapat dibenarkan jika
risiko tidak tertagihnya piutang begitu besar.

C. Prinsip Penandingan
Ketika bagian akuntansi suatu perusahaan akan menyiapkan laporan
keuangan, mereka menyadari bahwa periode pembukuan perusahaan yang
akan dilaporkannya dapat dibagi ke dalam beberapa periode. Dengan
menggunakan konsep periode akuntansi ini, atau yang dikenal dengan
sebutan accounting period concept, akuntan harus berhati-hati dan setepat
mungkin dalam menentukan berapa besarnya jumlah pendapatan dan beban
yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan. Untuk menentukan besarnya
jumlah pendapatan dan beban secara tepat dalam periode yang tepat, ada dua
pilihan yang tersedia yang dapat dijadikan sebagai dasar pencatatan oleh
akuntansi yaitu cash basis dan accrual basis.
Apabila dasar pencatatan akuntansi yang digunakan adalah cash basis,
maka pendapatan dan beban akan dilaporkan dalam laporan lab rugi (income
statement) dalam periode di mana uang kas diterima (untuk pendapatan) atau
uang kas dibayarkan (untuk beban). Jadi, dapat disimpulkan bahwa transaksi
pendapatan dan beban yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi adalah
transaksi yang melibatkan arus uang kas masuk ataupun arus uang kas ke luar.
Besarnya laba bersih (net income) atau rugi bersih (net loss) yang dihasilkan
dari selisih antara pendapatan dengan beban, akan mencerminkan jumlah
bersih uang kas yang dihasilkan atau jumlah bersih uang kas yang
dikeluarkan. Misalkan, dengan menggunakan dasar pencatatan cash basis,
diperoleh jumlah pendapatan selama periode sebesar Rp 120 juta, sedangkan

10
jumlah beban selama periode sebesar Rp 30 juta. Dalam contoh ini, maka
besarnya net income adalah Rp 90 juta, dan Rp 90 juta ini identik dengan
jumlah bersih uang kas yang masuk, yaitu setelah pendapatan dikurangi
dengan beban.
Adapun dasar pencatatan akuntansi yang digunakan adalah accrual
basis, maka baik untuk pendapatan maupun beban akan dilaporkan dalam
laporan laba rugi dalam periode di mana pendapatan dan beban tersebut
terjadi, tanpa memerhatikan arus uang kas masuk ataupun arus uang kas
keluar. Sebagai contoh adalah dalam perusahaan jasa bahwa pendapatan akan
segera langsung diakui begitu perusahaan telah memberikan jasanya
(performed) kepada pelanggan secara substansial ekonomi, proses
pembentukan pendapatan telah selesai. Apakah sudah menerima pembayaran
maupun belum, perusahaan yang telah memberikan jasanya tersebut akan
langsung mengakuinya sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi dalam
periode di mana jasa tersebut telah diberikan kepada pelanggan.
Demikian juga dalam perusahaan dagang apabila perusahaan menjual
barang dagangan kepada pelanggan, maka penjual akan langsung
mengakuinya sebagai pendapatan (sales revenue), tidak peduli apakah
penjualan tersebut dilakukan secara tunai atau kredit. Perlakuan yang sama
juga berlalu untuk pengakuan beban. Beban akan segera langsung diakui
dalam periode di mana beban tersebut memang benar- benar sudah terjadi,
meskipun belum dibayarkan.
Sebagai contoh adalah bahwa beban gaji yang terhutang yang belum
dibayarkan pada saat perusahaan tutup buku, misalnya 31 Desember 2009
haruslah tetap diakui (di-accrue) sebagai beban tahun 2009, alasannya adalah
bahwa perusahaan telah menggunakan jasa para karyawannya di tahun 2009,
meskipun jasa karyawan yang telah dipakainya tersebut belum dibayarkan
hingga awal tahun 2010. Jadi, karena perusahaan telah menggunakan jasa
karyawannya di tahun 2009, maka pemakaian jasa karyawan di tahun 2009
ini haruslah menjadi beban untuk tahun 2009 juga.

D. Prinsip Pengungkapan Penuh


Agar pelaporan keuangan menjadi lebih efektif, seluruh informasi
yang relevan seharusnya disajikan dengan cara yang tidak memihak, dapat

11
dipahami, dan tepat waktu. Inilah yang dikenal sebagai prinsip pengungkapan
penuh (full disclosure principle). Dalam memutuskan informasi apa yang
akan dilaporkan, pembuat laporan keuangan harus memerhatikan kecukupan
informasi yang dapat memengaruhi penilaian dan keputusan pemakai.
Namun, sering kali karena faktor kendala yaitu hubungan antara biaya dan
manfaat, menyebabkan tidak mungkin untuk melaporkan seluruh informasi
yang relevan. Oleh karena itu, para pembuat laporan keuangan seharusnya
dapat memilah dan menggunakan berbagai pertimbangan yang ada dalam
menentukan pelaporan informasi yang sesuai dengan prinsip pengungkapan
penuh. Yang penting, informasi yang dilaporkan harus dapat bermanfaat bagi
pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan kelak.

2.4 Kerangka Konseptual


A. Kerangka Konseptual
Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu
sistem yang koheren dari hubungan antara tujuan dan fundamental yang
dapat mendorong standar yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi
serta keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Tujuan akan
mengindentifikasikan sasaran dan maksud akuntansi, sedangkan
fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi, konsep yang
memberikan petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur
kejadian tersebut, meringkas dan mengkomunikasikan pada pihak-pihak
yang berkepentingan.

Kerangka konseptual adalah struktur teori akuntansi yang didasarkan pada


penalaran logis yang menjelaskan kenyataan yang terjadi dan menjelaskan
apa yang harus dilakukan apabila ada fakta atau fenomena baru. Kerangka
konseptual digambarkan dalam bentuk hirarki yang memiliki beberapa
tingkatan. Pada tingkatan teori yang tinggi, kerangka konseptual
mengindentifikasi ruang lingkup dan tujuan pelaporan keuangan. Pada
tingkatan selanjutnya, karakteristik kualitatif dari informasi keuangan
dan elemen keuangan didefinisikan. Pada tingkatan operasional,
kerangka operasional berkaitan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan
tentang pengakuan dan pengukuran elemen laporan keuangan. Artinya

12
perumusan kerangka konseptual dimulai dengan penentuan tujuan yang
menjadi landasan untuk menyusun elemen lain seperti karakteristik kualitatif
dariinformasi dan pengakuan serta pengukuran elemen laporan keuangan.

B. Isu-Isu Kerangka Konseptual


A. Isu artikulasi
Terdapat dua pendekatan terkait dengan pandangan artikulasi, yaitu:
a. Pendekatan aset-hutang (neraca atau balance sheet) disebut juga dengan
pemeliharaan modal, yang berarti revenue dan expense merupakan hasil dari
perubahan asset dan hutang. Peningkatan dan penurunan aset bersih yang
tidak dimasukkan dalam definisi earnings antara lain, kontribusi modal,
penarikan modal, koreksi earnings periode sebelumnya dan gains serta losses
holding.

b. Pendekatan pendapatan-biaya (laba-rugi atau income statement) disebut


juga pandangan laporan income atau penandingan, yang berarti revenue dan
expense dihasilkan dari kebutuhan akan penandingan. Penandingan
merupakan proses pengukuran fundamental dalam akuntansi yang terbagi
atas dua tahap yaitu pengakuan revenue (dalam satuan waktu) melalui prinsip
realisasi dan pengakuan expense dalam tiga cara, yaitu hubungan sebab
akibat, alokasi yang rasional dan sistematis, dan pengakuan segera.
Pandangan laba-rugi menekankan pada pengukuran earnings, dan tidak pada
peningkatan atau penurunan modal bersih.

2. Isu definisi
Menurut pandangan neraca, aset adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki
suatu entitas, dimana sumber daya tersebut merepresentasikan manfaat di
masa mendatang yang diharapkan menghasilkan aliran kas masuk secara
langsung atau tidak langsung. Aset juga dibatasi untuk menyajikan sumber
daya ekonomi yang dimiliki entitas. Menurut pandangan laba-rugi, aset tidak
hanya meliputi asset yang didefinisikan oleh pandangan neraca, tetapi
semua item yang tidak merepresentasikan sumber daya ekonomi suatu
entitas, namun diperlukan untuk penandingan dan penentian income secara

13
memadai. Jika kita mengeluarkan masalah beban tangguhan, definisi aset
akan mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. aset merepresentasikan aliran kas suatu entitas.


b. manfaat potensial yang diperoleh entitas.
c. konsep legal atas properti yang mempengaruhi definisi akuntansi asset.
d. cara aset diperoleh menjadi bagian dari definisi, dari transaksi sekarang
atau masa lalu, transaksi pertukaran, transfer searah dari pemilik, atau
keuntungan yang tidak diduga.
e. dapat dipertukarkan, merupakan karakteristik penting dari aset.

C. Hal-Hal Yang Mendasari Konsep Akuntansi Akrual


1. Akrual
Adalah proses akuntansi yang mengakui peristiwa dan kejadian non-kas pada
saat mereka terjadi atau dengan kata lain pengakuan pendapatan dan
peningkatan aktiva yang berkaitan dengan pengakuan beban dan
peningkatan kewajiban yang berkaitan dalam jumlah tertentu yang
diharapkan akan diterima atau dibayarkan, biasanya dalam bentuk kas dimasa
depan.

2. Penangguhan
Adalah proses akuntansi yang mengakui penerimaan kas saat ini sebagai
kewajiban dan mengakui pembayaran kas saat ini sebagai aktiva dengan
harapan akan terjadi dampak di masa yang akan datang.

3. Alokasi
Adalah proses akuntansi yang menempatkan jumlah tertentu menurut
rencana atau rumus tertentu.

4. Amortisasi
Adalah proses akuntansi untuk secara sistematis memperkecil jumlah
tertentu melalui pembayaran ataupun penghapusan secara berkala.
5. Realisasi
Adalah proses pengkonversian sumber daya dan hak-hak kas menjadI
iuang. Realisasi paling tepat digunakan dalam pelaporan akuntansi

14
dan keuangan untuk merujuk kepada penjualan aktiva untuk
mendapatkan sejumlah uang atau klaim atas sejumlah uang.

6. Pengakuan
Adalah proses pencatatan atauu pemasukan secara formal suatu hal dalam
rekening dan laporan keuangan perusahaan.

2.5 Kritik dan Perkembangan dalam Teori Akuntansi


A. Kritik terhadap Teori Akuntansi Tradisional
1. Relevansi Informasi: Kritik terhadap fokus pada informasi historis yang
mungkin tidak lagi relevan dalam pengambilan keputusan masa kini.
2. Nilai Wajar: Kritik terhadap penggunaan nilai biaya historis dalam mengukur
aset dan kewajiban, mengabaikan nilai wajar.
3. Ketidakjelasan Prinsip: Kritik terhadap kompleksitas dan subjektivitas
prinsip-prinsip akuntansi tradisional.
4. Kurangnya Transparansi: Kritik terhadap kurangnya transparansi dalam
pelaporan keuangan, yang dapat mengurangi kepercayaan para pemangku
kepentingan.

B. Perkembangan dalam Teori Akuntansi


1. Nilai Wajar dan Nilai Guna: Pengembangan teori akuntansi yang lebih
memperhatikan pengukuran berdasarkan nilai wajar dan nilai guna, mengakui
perubahan dalam nilai aset dan kewajiban seiring waktu.
2. Akuntansi Berkelanjutan: Perkembangan teori yang lebih memperhitungkan
dampak sosial dan lingkungan dalam laporan keuangan, mendorong praktik
akuntansi berkelanjutan.
3. Teori Pencatatan Penuh (Full Accrual Accounting): Fokus pada pencatatan
seluruh transaksi bisnis, baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi,
untuk memberikan gambaran lebih lengkap tentang kinerja perusahaan.
4. Teori Pelaporan Terpadu (Integrated Reporting): Pendekatan yang
menggabungkan informasi finansial dan non-finansial dalam satu laporan
untuk memberikan pandangan holistik tentang kinerja perusahaan.
5. Penggunaan Teknologi: Perkembangan dalam teknologi informasi telah
memengaruhi cara akuntansi dijalankan, seperti penggunaan kecerdasan
buatan (AI) dan analisis data besar (big data) dalam analisis keuangan.

15
2.6 Implikasi dalam Praktik Akuntansi
Implikasi dalam praktik akuntansi merujuk pada bagaimana konsep teori,
prinsip, dan postulat akuntansi diterapkan dalam situasi nyata dalam dunia
bisnis dan keuangan. Ini mencakup cara-cara di mana pandangan teoretis dan
prinsip-prinsip akuntansi mempengaruhi pengambilan keputusan, pelaporan
keuangan, dan operasi sehari-hari perusahaan. Implikasi ini dapat melibatkan
beberapa aspek:

1. Pencatatan dan Pelaporan Keuangan: Bagaimana transaksi bisnis dicatat dan


dilaporkan dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.
Misalnya, prinsip pencatatan penuh mendorong pencatatan semua transaksi,
baik yang terjadi maupun yang masih dalam proses.
2. Penilaian Aset dan Kewajiban: Bagaimana nilai aset dan kewajiban diukur
dan dilaporkan dalam laporan keuangan. Prinsip-prinsip seperti biaya historis
dan nilai wajar mempengaruhi bagaimana perusahaan menilai dan
melaporkan pos-pos dalam neraca.
3. Pendapatan dan Biaya: Bagaimana pendapatan diakui dan bagaimana biaya
diatribusikan dalam periode akuntansi. Prinsip realisasi pendapatan,
misalnya, berdampak pada kapan pendapatan dapat diakui.
4. Transparansi dan Informasi: Bagaimana prinsip-prinsip akuntansi
mempengaruhi transparansi dan kualitas informasi yang diberikan kepada
para pemangku kepentingan. Implikasi ini berkaitan dengan bagaimana
informasi yang relevan dan dapat diandalkan disajikan dalam laporan
keuangan.
5. Pengambilan Keputusan: Bagaimana pengambilan keputusan manajemen dan
investasi dipengaruhi oleh informasi keuangan yang dihasilkan melalui
praktik akuntansi. Informasi yang akurat dan relevan dapat membantu
pengambilan keputusan yang lebih baik.
6. Kepatuhan Regulasi: Bagaimana perusahaan harus mematuhi standar
akuntansi dan regulasi yang berlaku dalam praktik akuntansi mereka.
Implikasi ini melibatkan pemahaman dan implementasi standar akuntansi
yang sesuai.

16
7. Perkembangan Teori Akuntansi: Bagaimana perusahaan dan praktisi
akuntansi mengadopsi perkembangan terbaru dalam teori akuntansi, seperti
penggunaan teknologi baru dalam pencatatan atau pelaporan.
8. Pentingnya Audit: Implikasi dalam praktik akuntansi juga dapat melibatkan
kebutuhan akan audit independen untuk memastikan keakuratan dan
keterandalan informasi keuangan yang disajikan.

2.7 Penerapan dalam Praktik


1. Dalam pencatatan harian, postulat, prinsip, dan konsep teori akuntansi
mempengaruhi bagaimana transaksi dicatat dengan konsistensi dan
objektivitas, memastikan informasi keuangan yang akurat dan dapat
diandalkan. Postulat, prinsip, dan konsep teori dalam akuntansi memiliki
pengaruh yang signifikan pada pencatatan harian transaksi keuangan suatu
entitas. Postulat mendasar seperti entitas ekonomi dan periode pelaporan
menetapkan dasar bahwa entitas bisnis dianggap terpisah dari pemiliknya,
dan transaksi harus dicatat dalam periode waktu tertentu. Prinsip-prinsip
seperti prinsip konsistensi, prinsip objektivitas, dan prinsip materialitas
memastikan bahwa transaksi dicatat secara konsisten, objektif, dan hanya
transaksi yang memiliki dampak materi terhadap keputusan ekonomi yang
dicatat. Konsep teori seperti konsep pengakuan pendapatan dan biaya
memandu bagaimana pendapatan dan biaya diakui dalam periode tertentu,
berdasarkan prinsip pencocokan antara pendapatan dan biaya yang terkait.
Semua ini berkolaborasi untuk memastikan bahwa pencatatan harian
menciptakan catatan yang akurat, relevan, dan dapat diandalkan, yang pada
akhirnya membantu entitas dalam menghasilkan laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan dan kinerja mereka dengan tepat.
2. Dalam penilaian aset, kewajiban, pendapatan, dan biaya, prinsip-prinsip
akuntansi memandu cara mengukur nilai-nilai ini dengan mengikuti metode
yang sesuai, menghasilkan informasi yang relevan dan tepat. Pengaruh dalam
penilaian aset, kewajiban, pendapatan, dan biaya dalam konteks akuntansi
sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip akuntansi yang mendasar.
• Aset: Prinsip penilaian aset memastikan bahwa aset dicatat dengan nilai yang
sesuai dengan biaya perolehan atau nilai wajar pada saat penilaian. Prinsip ini

17
memungkinkan entitas untuk melacak nilai aset mereka dengan cara yang
konsisten dan objektif.
• Kewajiban: Penilaian kewajiban mencakup mengukur jumlah kewajiban
yang harus dibayarkan entitas kepada pihak lain. Prinsip-prinsip seperti
prinsip konsistensi dan prinsip materialitas memastikan bahwa kewajiban
dicatat dengan tepat dan bahwa perubahan dalam kewajiban yang signifikan
diungkapkan secara jelas dalam laporan keuangan.
• Pendapatan: Prinsip pengakuan pendapatan mengatur kapan dan bagaimana
pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan. Pendapatan diakui saat
terjadi peningkatan manfaat ekonomi yang dapat diukur dan terkait dengan
peningkatan nilai entitas.
• Biaya: Pengakuan biaya berkaitan dengan prinsip pencocokan antara
pendapatan dan biaya. Biaya diakui pada periode yang sama dengan
pendapatan yang dihasilkan oleh biaya tersebut, sehingga memberikan
gambaran yang akurat tentang kinerja keuangan entitas.
Semua prinsip ini bekerja bersama untuk memastikan bahwa nilai-nilai ini
diukur dan dicatat secara konsisten dan relevan, sehingga laporan keuangan
yang dihasilkan memberikan gambaran yang akurat tentang keuangan dan
kinerja entitas.
3. Penyajian laporan keuangan dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seperti
keterbandingan, kewajaran, dan kelanjutan usaha, yang membantu agar
laporan tersebut mudah dimengerti, dapat dibandingkan, dan memberikan
gambaran yang akurat tentang kinerja keuangan suatu entitas. Dalam
praktiknya, penerapan prinsip-prinsip penyajian dalam laporan keuangan
melibatkan beberapa langkah. Pertama, data keuangan dikumpulkan dan
direkam dengan cermat sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
Selanjutnya, data tersebut dianalisis, dikelompokkan, dan diklasifikasikan
agar informasi yang relevan dapat ditempatkan dalam pos-pos yang tepat
dalam laporan keuangan. Prinsip keterbandingan diterapkan dengan
memastikan bahwa format dan metode penyajian yang sama digunakan dari
satu periode ke periode berikutnya. Prinsip kewajaran diwujudkan dengan
memberikan informasi yang akurat, relevan, dan jujur, serta menghindari
manipulasi data atau presentasi yang dapat menyesatkan Prinsip kelanjutan

18
usaha tercermin dalam penilaian aset dan kewajiban yang didasarkan pada
asumsi bahwa entitas akan terus beroperasi. Jika ada indikasi bahwa entitas
mungkin tidak dapat melanjutkan usahanya, maka prinsip ini dapat
mempengaruhi metode penyajian dan pengukuran dalam laporan keuangan.
Selain itu, prinsip-prinsip ini juga berinteraksi dengan standar akuntansi yang
berlaku dan panduan dari badan regulasi, seperti International Financial
Reporting Standards (IFRS) atau Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP) di Amerika Serikat. Penerapan yang tepat dari prinsip-prinsip ini
membantu menciptakan laporan keuangan yang akurat, andal, dan
bermanfaat bagi pemangku kepentingan seperti investor, kreditor, dan
manajemen. Penerapan dalam Praktik Penyajian Laporan Keuangan
dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seperti keterbandingan, kewajaran, dan
kelanjutan usaha, yang membantu agar laporan tersebut mudah dimengerti,
dapat dibandingkan, dan memberikan gambaran yang akurat tentang kinerja
keuangan suatu entitas. Prinsip-prinsip seperti keterbandingan, kewajaran,
dan kelanjutan usaha memainkan peran penting dalam praktik penyajian
laporan keuangan. Keterbandingan memungkinkan para pemangku
kepentingan untuk membandingkan kinerja keuangan dari satu periode ke
periode lainnya, atau bahkan dengan entitas lain. Prinsip kewajaran
memastikan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
akurat, relevan, dan mencerminkan keadaan sebenarnya. Prinsip kelanjutan
usaha menjadi dasar dalam menilai aset dan kewajiban dalam laporan
keuangan. Dengan asumsi bahwa entitas akan beroperasi dalam jangka waktu
yang dapat diprediksi, laporan keuangan disusun dengan pandangan bahwa
usaha akan berlanjut. Namun, jika ada indikasi bahwa entitas mungkin tidak
dapat melanjutkan operasinya, hal ini harus tercermin dalam penyajian
laporan keuangan. Ketiga prinsip ini bekerja bersama-sama untuk
menciptakan laporan keuangan yang tidak hanya mudah dimengerti dan dapat
dibandingkan, tetapi juga memberikan gambaran yang akurat dan lengkap
tentang kesehatan keuangan dan kinerja suatu entitas kepada para pemangku
kepentingan.

19
2.8 Interaksi antara Postulat, Prinsip, dan Konsep dalam Praktik Akuntansi
1. Bagaimana Postulat Mempengaruhi Prinsip dan Konsep:Postulat dalam
akuntansi merujuk pada asumsi dasar yang membentuk landasan pemikiran
dalam penyusunan informasi keuangan. Postulat yang kuat dan relevan dapat
mempengaruhi pengembangan prinsip akuntansi dan konsep teori akuntansi.
Misalnya, asumsi bahwa entitas akan beroperasi dalam jangka panjang
menjadi landasan untuk prinsip pengukuran aset dan kewajiban. Ini juga
mempengaruhi konsep pengakuan pendapatan dan biaya. Postulat dalam
akuntansi adalah asumsi dasar yang menjadi landasan pemikiran dalam
menyusun informasi keuangan. Cara postulat mempengaruhi prinsip dan
konsep dalam praktik akuntansi dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Prinsip Akuntansi yang Berkembang: Postulat yang kuat dan relevan akan
membentuk dasar bagi pengembangan prinsip-prinsip akuntansi. Misalnya,
postulat kelanjutan usaha (going concern) membentuk dasar bagi prinsip
pengukuran aset dan kewajiban. Jika postulat ini tidak terpenuhi (entitas tidak
berlanjut), prinsip-prinsip lain seperti nilai realisasi dan penurunan nilai akan
diterapkan.
• Pemilihan Konsep Teori Akuntansi: Postulat dapat mempengaruhi pemilihan
konsep-konsep teori akuntansi yang digunakan dalam praktik. Sebagai
contoh, jika postulat mengasumsikan bahwa entitas memiliki tujuan
berkelanjutan, maka konsep pengukuran biaya historis akan lebih sesuai.
• Interaksi dengan Prinsip dan Konsep: Postulat akan berinteraksi dengan
prinsip-prinsip dan konsep-konsep dalam praktik akuntansi. Misalnya,
postulat kelanjutan usaha akan berinteraksi dengan prinsip kewajaran, di
mana informasi keuangan harus mencerminkan kondisi riil entitas secara adil.
• Penyusunan Laporan Keuangan yang Konsisten: Postulat yang konsisten
akan memastikan penyusunan laporan keuangan yang konsisten dari periode
ke periode. Ini berarti bahwa prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang
digunakan dalam laporan keuangan akan dipengaruhi oleh postulat yang
mendasarinya.
• Penerapan Asumsi dalam Praktik: Postulat dapat memengaruhi interpretasi
dan penerapan prinsip-prinsip serta konsep-konsep dalam situasi nyata.
Misalnya, dalam kasus entitas yang menghadapi keraguan kelanjutan usaha,

20
hal ini akan mempengaruhi cara aset dievaluasi dan prinsip pengakuan
pendapatan diterapkan.
Dalam praktiknya, postulat merupakan fondasi yang memberikan arah
kepada prinsip-prinsip dan konsep-konsep dalam akuntansi. Keterkaitan yang
kompleks ini membantu menciptakan laporan keuangan yang mencerminkan
situasi dan kinerja entitas secara akurat, sekaligus mengikuti standar etika dan
profesionalisme akuntansi.
2. Contoh Penerapan Prinsip dan Konsep dalam Penyusunan Laporan
Keuangan.
• Prinsip Keterbandingan: Penggunaan format dan metode penyajian yang
konsisten dari tahun ke tahun memastikan keterbandingan data keuangan.
• Prinsip Kewajaran: Menghindari manipulasi laporan keuangan agar informasi
yang disajikan mencerminkan kondisi sebenarnya.
• Prinsip Kelanjutan Usaha: Penilaian aset dan kewajiban didasarkan pada
asumsi bahwa entitas akan beroperasi dalam jangka panjang.
• Konsep Entitas Ekonomi: Memisahkan keuangan entitas dari keuangan
pemiliknya untuk tujuan pelaporan yang objektif.
• Konsep Pengukuran: Memilih metode pengukuran yang sesuai dengan
karakteristik aset dan kewajiban, seperti biaya historis atau nilai wajar.
• Konsep Pengakuan: Mengakui pendapatan saat terjadi dan mengakui biaya
saat relevan, bahkan jika kas belum berubah tangan.
• Konsep Pelaporan: Menyajikan informasi yang relevan dan bermanfaat
dalam laporan keuangan, seperti laporan laba rugi, neraca, dan arus kas.
Tentu, berikut adalah beberapa contoh penerapan prinsip dan konsep dalam
penyusunan laporan keuangan:
• Prinsip Keterbandingan: Setiap tahun, sebuah perusahaan menggunakan
format dan metode penyajian yang konsisten dalam laporan laba rugi dan
neracanya. Hal ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk
membandingkan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun.
• Prinsip Kewajaran: Sebuah perusahaan menilai nilai aset tanahnya sesuai
dengan nilai wajar saat ini, meskipun nilai tersebut lebih rendah dari nilai
historisnya. Ini mencerminkan prinsip kewajaran dalam mengakui penurunan
nilai aset.

21
• Prinsip Kelanjutan Usaha: Sebuah perusahaan menghitung nilai wajar
investasi jangka panjangnya berdasarkan perkiraan arus kas masa depan. Hal
ini mengikuti prinsip kelanjutan usaha, di mana diasumsikan bahwa
perusahaan akan berlanjut dalam operasinya.
• Konsep Entitas Ekonomi: Seorang pemilik usaha kecil tidak menyertakan
aset pribadinya dalam laporan keuangan usahanya. Ini mencerminkan konsep
entitas ekonomi, di mana keuangan entitas dipisahkan dari keuangan
individu.
• Konsep Pengukuran: Sebuah perusahaan mengukur inventarisnya dengan
menggunakan biaya historis. Ini mengikuti konsep pengukuran berdasarkan
biaya historis, yang mengasumsikan bahwa biaya awal pembelian lebih
relevan daripada nilai pasar saat ini.
• Konsep Pengakuan: Sebuah perusahaan mengakui pendapatan penjualan
ketika barang dikirim kepada pelanggan, bahkan jika pelanggan belum
membayar. Ini mengikuti konsep pengakuan pendapatan saat terjadi (revenue
recognition), di mana pendapatan diakui ketika layanan atau barang telah
disampaikan.
• Konsep Pelaporan: Sebuah perusahaan menyajikan laporan laba rugi, neraca,
dan arus kas sebagai bagian dari laporan keuangan tahunan. Ini mengikuti
konsep pelaporan yang mengharuskan penyajian informasi yang relevan dan
bermanfaat bagi para pemangku kepentingan.
Contoh-contoh ini mencerminkan bagaimana prinsip dan konsep dalam
teori akuntansi diaplikasikan dalam penyusunan laporan keuangan.
Penggunaan prinsip-prinsip ini membantu menciptakan laporan keuangan
yang akurat, konsisten, dan dapat diandalkan bagi para pemangku
kepentingan.
Melalui interaksi yang kompleks ini, postulat, prinsip, dan konsep bekerja
bersama-sama untuk menghasilkan laporan keuangan yang akurat, konsisten,
dan informatif, yang membantu para pemangku kepentingan dalam
pengambilan keputusan.

Ini hanyalah beberapa contoh, dan dalam praktiknya, banyak faktor dan
pertimbangan lain yang mempengaruhi bagaimana postulat, prinsip, dan
konsep saling berinteraksi dalam penyusunan laporan keuangan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Hery. 2009.Teori Akuntansi. Jakarta :PT Fajar Interpratama Offsett.


Hendriksen, Eldon.1982. Accounting Theory 4th Edition. Jakarta: Erlangga.
"Financial Accounting: An Introduction to Concepts, Methods and Uses"
oleh Clyde P. Stickney, Roman L. Weil, Katherine Schipper, dan Jennifer Francis
"Accounting Theory: Conceptual Issues in a Political and Economic
Environment" oleh Harry I. Wolk, James L. Dodd, dan John J. Rozycki
"Theory of Accounting and Control" oleh William A. Paton dan Anthony N.
Myer
"Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach" oleh W. R.
Scott
"Financial Accounting Theory" oleh William R. Scott
"Accounting Theory: Conceptual Issues in a Global Environment" oleh
Michael Gaffikin

23

Anda mungkin juga menyukai