Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Struktur Teori Akuntansi dan Standar Akuntansi Keuangan

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Ima Mani Ratu Djo (1923755493)


2. Indah Krisnak Bantaika (1923755494)
3. Maria Kristina Lo’a Te”a (1923755504)
4. Marlen Monica Tkela (1923755508)
5. Rivaldy Lorenzo Nge (1923755513)

PRODI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik serta
tepat waktu. Penyusunan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Teori Akuntansi. Adapun
judul yang diambil dalam makalah ini adalah “Struktur Teori Akuntansi dan Standar
Akuntansi Keuangan”.

Ucapan terima kasih penyusun berikan kepada semua pihak yang telah membantu untuk
menyelesaikan makalah ini. Tanpa dukungan dari mereka semua, penyusunan makalah ini belum
tentu bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penyusun menyadari kalau masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik
serta anjuran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Kupang, 14 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2 Tujuan..............................................................................................................` 2

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................... 3

2.1 Struktur Teori Akuntansi.............................................................................. 3

2.2 Standar Akuntansi Keuangan........................................................................ 20

BAB 3 PENUTUP............................................................................................................... 25

3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apresiasi penuh pada lingkup akuntansi sekarang dan masa mendatang tergantung pada
pemahaman teknik akuntansi maupun struktur teori akuntansi di mana teknik diturunkan.
Pengembangan struktur teori akuntansi untuk memberikan justifikasi yang lebih baik pada
aturan-aturan dan teknik-teknik yang telah ada dimulai dengan pengujian yang dilakukan oleh
Paton tentang pondasi dasar akuntansi.

Untuk mengetahui teori akuntansi, pada dasarnya yang harus dipelajari terlebih dahulu yaitu kita
harus menganalisis dan bisa mengurai unsur-unsur teori akuntansi itu sendiri. Salah satu upaya
untuk itu adalah mengenal elemen-elemen teori akuntansi. Teori akuntansi keuangan dibangun
untuk mengembangkan akuntansi keuangan yang sesuai dan bermanfaat bagi para pemakainya,
struktur teori akuntansi itu dimulai dari perumusan tujuan laporan keuangan, baru dari tujuan ini
dirumuskan apa itu postulat, konsep, prinsip, dan akhinrya standar akuntansi yang merupakan
pedoman atau teknik penyusunan laporan keuangan.

Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang berbeda-beda. Pada perkembangan


saat ini akuntansi dapat kita definisikan dengan mengacu pada konsep informasi. Akuntansi
adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang
bersifat keuangan tentang entitias ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan-
pembuatan keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan antara alternatif tindakan yang ada.

Para akuntan memliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam
menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Sebelum menguji pendekatan-pendekatan
tradisional dalam perumusan teori akuntansi, akan lebih baik apabila dilakukan pengujian
terhadap beberapa pandangan yang telah membentuk perkembangan akuntansi keuangan.

Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksikan dan
menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. Teori didefinisikan sebagai kumpulan
gagasarn (konsep), definisi, dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang
fenomena, dengan menjelaskan hubungan antar variabel yang ada dan bertujuan untuk
menjelaskan serta memprediksikan fenomena tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan karya tulis ini :

1. Agar dapat memahami bagaimana struktur teori akuntansi dan standar akuntansi
keuangan.

1
1.3 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan bagaimana Struktur Teori Akuntansi dan Standar Akuntansi Keuangan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Teori Akuntansi

A. Pemahaman Struktur Teori Akuntansi


Dengan berbagai pendekatan yang telah digunakan dalam merumuskan teori akuntansi, struktur
teori akuntansi akan terdiri dari elemen-elemen berikut

Tujuan Laporan Keuangan

2 2

Pustulat Akuntansi Konsep Teoritis Akuntansi

Prinsip-prinsip Akuntansi

Teknik-teknik Akuntansi

Gambar 4.1 Elemen-elemen Pembentuk Struktur Teori Akuntansi

3
Berdasarkan diagram di atas, maka dapat dijelaskan bahwa elemen-elemen pembentuk struktur
teori akuntansi adalah sebagai berikut:

1) Pernyataan tujuan laporan keuangan.


2) Pernyataan postulat dan konsep teoretis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi
lingkungan dan sifat akuntansi. Postulat dan konsep teoretis diturunkan dari pernyataan
tujuan
3) Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar akuntansi dikembangkan berdasarkan pos tulat
konsep teoritis
4) Teknik-teknik akuntansi yang dikembangkan berdasarkan prinsip akuntansi.

B. Posulat, Konsep Teoritis, dan Prinsip Akuntansi

Teknik akuntansi dikembangkan dengan mempertimbangkan tujuan, postulat, kon sep teoretis,
dan prinsip-prinsip akuntansi. Di bawah ini diberikan pengertian tentang masing-masing istilah
tersebut.

1) Postulate akuntansi adalah pernyataan yang tidak perlu dibuktikan atau aksioma yang
telah diakui secara umum yang harus sesuai dengan tujuan laporan keuangan dan
menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosiologi dan hukum di mana akuntansi
akan beroperasi
2) Konsep teoretis akuntansi, postulat yang menggambarkan sifat kesatuan akuntansi yang
beroperasi yang menandai hak-hak kepemilikan kekayaan.
3) Prinsip akuntansi adalah ketentuan/pedoman yang diputuskan dan disepakati secara
umum berdasarkan tujuan dan konsep teoretis akuntansi, yang dijadikan landasan untuk
penetapan teknik akuntansi
4) Teknik akuntansi adalah aturan tertentu yang diterapkan berdasarkan prinsip kuntansi,
digunakan sebagai pedoman untuk mencatatkan transaksi atau peristiwa tertentu yang
dihadapi oleh entitas akuntansi.

1. Postulat Akuntansi

a. Postulat Entitas

Akuntansi merupakan pengukuran atas hasil-hasil operasi yang dilakukan oleh suatu
entitas tertentu, yang terpisah dan harus dibedakan dengan pemilik. Postulat entitas beranggapan,
bahwa perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah dan harus dibedakan dan kepentingan
pemilik perusahaan maupun perusahaan lainnya. Postulat entitas membatasi wilayah kepentingan
akuntan dan membatasi jumlah objek, peristiwa dan segala sifat-sifatnya yang harus tercakup
dalam laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Transaksi yang dicatat adalah transaksi
perusahaan, yang harus dipisahkan atau dibedakan dengan transaksi pemilik perusahaan. Dengan
kata lain akuntan membedakan dan memisahkan antara transaksi personal pemilik dengan tran

4
saksi perusahaan. Dengan demikian, postulat entitas mengakui dan menegaskan batas tanggung
jawab manajemen kepada para pemilik atau pemegang saham.

b. Postulat Going Concern

Going concern postulate atau postulat kontinuitas beranggapan bahwa entitas bisnis akan
terus menjalankan aktivitas operasionalnya untuk jangka waktu yang tidak terbatas guna
merealisasikan proyek-proyeknya, serta aktivitas operasionalnya. Going concern postulate
berasumsi bahwa suatu entitas didirikan bukan untuk dilikuidasi. Hipotesis tersebut
mencerminkan kestabilan harapan dari semua pihak yang berkepentingan ter hadap perusahaan.
Oleh karena itu, laporan keuangan memberikan gambaran tentatif mengenai situasi keuangan
pada saat tertentu dan harus dipahami sebagai bagian atau segi dari pelaporan yang bersifat
kontinu, terkecuali dalam kasus tertentu di mana terdapat kepastian akan dilakukan likuidasi.
Karena pengambilan keputusan tidak ha rus menunggu likuidasi, maka pelaporan keuangan
memerlukan pemenggalan waktu biasanya 1 (satu) tahun.

Berdasarkan going concern postulate, aset dinilai berdasarkan nilai nonlikuidasi. Ada beberapa
alasan atas penggunaan dasar penilaian (nonlikuidasi) tersebut: (Belkaoni)

1) Current value atau nilai likuidasi tidak dapat diterapkan atau dijadikan dasar dalam
penilaian asset. Oleh karena itu dengan postulate going concern, dasar penilaian yang
berlaku dan diterapkan adalah nilai historis/nilai perolehan/at cost.
2) Penggunaan nilai historis memungkinkan dilakukannya depresiasi atas aktiva tetap atau
amortisasi atas aktiva tak berwujud (intangible assets), sehubungan dengan masa manfaat
yang telah habis dari aktiva-aktiva tersebut pada tanggal laporan keuangan.

c. Postulat Satuan Unit Pengukur

Satuan penukaran dan pengukuran diperlukan agar pencatatan transaksi perusahaan dapat
dilakukan dengan satuan pengukur yang homogen. Satuan pengukur yang dipilih dalam
akuntansi adalah satuan moneter. Kemampuan penukaran barang, jasa dan modal diukur
berdasarkan satuan mata uang. Postulat satuan pengukur menganggap bahwa akuntansi adalah
pengukuran dan proses komunikasi mengenai aktivitas perusahaan yang dapat diukur
berdasarkan satuan mata uang yang diasumsikan stabil.

Dalam teori akuntansi konvensional berlaku ketetapan postulat satuan pengukur


berasumsi bahwa kekuatan daya beli uang (rupiah/dolar) stabil sepanjang waktu dan mata uang
yang dianggap sebagai stable monetary postulate dalam arti postulat tersebut perubahan tingkat
daya beli tidak signifikan: Profesi akuntan menghadapi dua pilihan dalam penggunaan satuan
pengukur antara lain satuan uang atau satuan uang atau satuan general purchasing power.

5
d. Postulat Periode Akuntansi

going concern beranggapan bahwa perusahaan akan terus menjalankan tugas


operasionalnya untuk jangka waktu yang tidak ditetapkan. Sekalipun demikian, bermacam
informasi tentang posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan dibutuhkan oleh para pemakai
informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam jangka pendek. Postulat periode
akuntansi menetapkan anggapan bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan
kekayaan perusahaan harus diungkapkan secara periodik. Sebagian perusahaan menggunakan
periode akuntansi sesuai dengan kalender tahunan, namun ada pula yang menggunakan tahun
fiskal sebagai batas periode akuntansi. Untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tertentu,
perusahaan masih bisa menyajikan laporan interim, yaitu laporan keuangan yang disajikan per
kuartal atau per semester.

Untuk meningkatkan kredibilitas laporan interim, Accounting Principles Board menge


luarkan Opinion Nomor 28 yang menetapkan agar penyajian laporan interim menggu nakan
prinsip akuntansi yang sama dengan yang digunakan dalam laporan penyajian laporan tahunan.

Dengan adanya keharusan untuk menyajikan laporan keuangan periodik, postulat periode
akuntansi mengakibatkan penggunaan metode deferral dan accrual, yang dalam aplikasinya
terdapat perbedaan penting antara accrual basis accounting dengan cash basis accounting.

2. Konsep Teoretis Akuntansi

a. Teori Proprietary

Di bawah teori proprietary, entitas atau perusahaan merupakan agen atau wadah di mana
pengusaha atau pemilik modal menjalankan operasional bisnis. Dalam pandangan Coughlan
(1965), kelompok proprietary merupakan pusat kepentingan yang tercantum dalam catatan
akuntansi serta laporan keuangan yang disajikan.

Tujuan penting dari teori ini adalah penentuan dan analisis terhadap kekayaan bersih milik
proprietor, Sesuai dengan tujuan tersebut persamaan akuntansi yang dikembangkan adalah:

Assets – Liabilities = Proprietor's Equity

Dari persamaan tersebut, proprietor memiliki aset dan juga memiliki liabilities. Jika habilities
dianggap sebagai negative assets,maka teori proprietary disebut assets oriented atau balance
sheet oriented.

6
b. Teori Entitas

Dalam teori entitas, perusahaan dianggap terpisah dan harus dibedakan dari para pemilik
modal. Dengan demikian, entitas perusahaan menjadi pusat kepentingan akun tansi. Persamaan
akuntansi yang diterapkan berdasarkan teori entitas adalah:

Assets = equities

atau

Assets = Liabilities + Stockholders Equities

Assets merupakan hak yang dimiliki perusahaan sedangkan equities merupakan sumber
assets, yang terdiri dari liabilities dan stockholders, equitas, keduanya dianggap equity holders,
walaupun di antara keduanya terdapat kepentingan dan hak berbeda dalam hak-hak atas income,
risiko, pengendalian, dan likuidasi. Income yang diperoleh masih dianggap milik perusahaan
sampai income tersebut didistribusikan sebagai div iden kepada para pemegang saham. Oleh
karena itu, perusahaan bertanggung jawab un tuk memenuhi hak-hak para pemegang saham.
Teori entitas berfokus pada income atau income statement oriented. Tanggung jawab terhadap
equity holder diwujudkan dalam bentuk pengukuran kinerja operasional dan finansial yang
terjadi pada perusahaan.

Teori entitas paling tepat diterapkan pada perusahaan yang memandang adanya
pemisahan dan perbedaan yang tegas antara perusahaan sebagai suatu entitas dengan pemiliknya.
Pengaruh pandangan teori entitas dapat ditemukan dalam teknik akuntansi dan istilah-istilah
yang digunakan dalam praktik. Menurut pandangan teori entitas peng gunaan metode FIFO
dalam penilaian persediaan, dianggap lebih baik dibandingkan penggunaan metode LIFO, karena
metode FIFO akan menghasilkan income yang lebih baik, di mana harga pokok penjualan
berdasarkan FIFO lebih kecil daripada harga pokok penjualan LIFO.

Baik teori entitas yang lebih menekankan kecermatan dalam penentuan income, maupun
teori proprietary yang lebih menekankan kecermatan dan penilaian assets, ke duanya
berpandangan bahwa current value merupakan dasar penilaian yang lebih baik dibanding
historical costs.

c. Teori Dana

Menurut teori dana (fund theory yang dikembangkan oleh Vatter (1947), landasan
akuntansi bukan proprietor maupun entitas, melainkan sejumlah assets dan kewajiban kewajiban
utang serta pembatasan-pembatasan tertentu dalam penggunaan assets yang disebut "dana". Teori
dana berpandangan bahwa dalam suatu entitas terdapat sumber daya ekonomi berupa dana, dan
kewajiban utang serta batasan tertentu dalam hal peng gunaan sumber daya ekonomis.
Persamaan akuntansi yang berlaku berdasarkan teori dana adalah:

7
Assets = Batasan Penggunaan Assets

Unit akuntansi diartikan dalam kerangka assets dan penggunaannya sesuai dengan batasan yang
telah ditetapkan. Liabilities merupakan batasan secara hukum ekonomi dalam penggunaan assets.

Teori dana berorientasi pada assets dalam arti, fokus ter pentingnya adalah administrasi
atas pengolahan dan penggunaan aset. Dalam teori dana neraca dan laporan rugi laba bukan
merupakan tujuan utama. Tujuan terpenting dalam teori ini adalah penyajian laporan sumber dan
penggunaan dana, karena dalam laporan ini terungkap kinerja operasional yang mencakup
sumber dan penggunaan dana. Teori dana berguna untuk diterapkan pada organisasi nonprofit
yang umumnya pada organisasi tersebut terdapat tahapan-tahapan aktivitas operasional
dilengkapi de ngan kebutuhan dana untuk masing-masing tahapan. Keseimbangan antara sumber
dan penggunaan dana pada masing-masing tahapan dilaporkan secara terpisah melalui sistem
akuntansi dengan seperangkat perkiraan yang diperlukan.

Dana dalam konteks teori dana didefinisikan oleh National Committee on Governmental
Accounting (1968), sebagai berikut:

"Dana adalah sumber daya fiskal yang independen dan entitas akuntansi yang seim bang,
terdiri dari seperangkat perkiraan untuk mencatat kas dan/atau sumber lain nya, bersamaan
dengan seluruh kewajiban yang berkaitan, utang, cadangan dan ekuitas, untuk tujuan tertentu
sesuai dengan aturan khusus, ketentuan serta batasan tertentu

Teori dana juga relevan diterapkan pada entitas bisnis yang menggunakan dana un tuk
kepentingan-kepentingan khusus.

3. Prinsip Akuntansi

a. Prinsip Blaya

Berdasarkan prinsip biaya, nilai perolehan atau nilai historis merupakan dasar pe nilaian
untuk pengakuan atas perolehan barang, jasa, yang dinilai berdasarkan harga pertukaran yang
terjadi pada saat terjadinya transaksi. AICPA melalui Accounting Termi nology Bulletin Nomor
4 mendefinisikan biaya sebagai berikut:

Biaya adalah suatu jumlah yang diukur dalam satuan uang, menyangkut pengelu aran kas atau
bentuk kekayaan lainnya yang ditransfer, modal saham yang dikelu arkan, jasa yang dilakukan
atau kewajiban yang timbul sehubungan dengan barang dan jasa yang diterima. Biaya dapat
diklasifikasikan sebagai expired cost dan un expired cost. Un-expired cost yang masih berupa
assets, merupakan biaya yang telah dikeluarkan, namun manfaatnya belum habis digunakan dan
karenannya un-expired cost merupakan biaya yang manfaatnya masih bisa digunakan di masa

8
yang akan datang. Sedangkan expired cost merupakan biaya yang manfaatnya telah digunakan
dan berkaitan dengan revenues untuk periode yang bersangkutan".

Prinsip biaya dapat dibenarkan baik dari segi objektivitasnya maupun relevansinya
dengan going concern postulate. Pertama, objektivitas biaya dapat dicapai sebab biaya
merupakan informasi yang dapat diperiksa (verifiable) melalui pemeriksaan atas buk-ti
pengeluaran biaya. Kedua, postulat going concern beranggapan bahwa entitas menjalan kan
aktivitas operasional untuk jangka waktu yang tidak terbatas, karenannya meng hilangkan
keharusan untuk menggunakan current value atau liquidation value dalam penilaian assets.

Ketidakpastian validitas postulat satuan pengukur, yang berasumsi bahwa daya beli uang
(rp/dolar) dianggap stabil, mengakibatkan timbulnya kelemahan dalam penggunaan prinsip
biaya. Jika perubahan nilai aset sepanjang waktu diabaikan, maka penilaian historical cost dapat
memberikan gambaran yang salah (tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya).

b. Prinsip Pendapatan

Prinsip pendapatan menetapkan hal-hal seperti, pemahaman dan komponen dari


Pendapatan, pengukuran pendapatan, dan pengakuan pendapatan.

Definisi gross inflow arus masuk dari manfaat sumber daya ekonomi yang diakibatkan
dari aktivitas utama perusahaan:

 Inflow yang menghasilkan kenaikan dalam equity Kecuali dari kenaikan-kenaikan yang
berkaitan dengan ketentuan dari pemilik.
 LASB Mendefinisikan revenue sebagai kenaikan income/laba yang berasal dari aktivitas
operasional dari satu kesatuan usaha.

1) Pemahaman dan Komponen Pendapatan

Terdapat 3 jenis penafsiran terhadap konsep pendapatan, yaitu:

• Pendapatan adalah arus masuk net assets yang diakibatkan oleh penjualan barang dan
jasa-inflow concept (AICPA, 1975).
• Pendapatan adalah arus keluar barang atau jasa dari perusahaan ke para pelanggan
outflow concept (Staubus, 1956)
• Pendapatan adalah produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa
oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu-product concept (Patton & Littleton, 1960).

Sehubungan dengan ketiga konsep pendapatan tersebut, Hendriksen (1977), menge


mukakan pandangan sebagai berikut:

 Product concept lebih superior dibanding outflow concept, sedangkan outflow concept
lebih superior dibanding inflow concept.

9
 Product concept dianggap netral dari segi pengukuran saat pengakuan pendapatan.
Sedangkan inflow concept dianggap lemah karena tidak memberikan kejelasan bagi
pengukuran dan saat pengakuan pendapatan.

Pada dasarnya terdapat 2 pandangan mengenai komponen pendapatan. Pertama,


pandangan komprehensif, yang berpandangan bahwa pendapatan mencakup semua yang
dihasilkan dari aktivitas usaha dan investasi yang dilakukan perusahaan. Sesuai dengan
pandangan tersebut, pendapatan didefinisikan sebagai semua perubahan net assets yang
dihasilkan dari aktivitas produktif untuk menghasilkan pendapatan dan seluruh laba atau rugi
dari penjualan aktiva tetap serta investasi. IASB mendefinisikan, pendapatan sebagai kenaikan
laba (income) dari aktivitas yang biasa/rutin (ordinary) dari satu keastuan unit usaha. Pendapatan
hanya mencakup gross inflow dari manfaat ekonomi yang diterima atau dari piutang oleh satu
kesatuan uasaha.

2) Pengukuran Pendapatan

Pendapatan diukur berdasarkan nilai pertukaran produk atau jasa yang terjadi dalam
transaksi normal. Nilai ini menunjukkan nilai tunai kas atau nilai diskonto dari uang yang
diterima berdasarkan pertukaran barang dan jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada
pelanggan

Terhadap konsep pengukuran pendapatan tersebut terdapat dua interpretasi, yaitu sebagai
berikut:

 Potongan harga, biaya piutang ragu dan semua potongan lainnya yang tercakup pada
harga faktur harus dikurangkan sehingga diperoleh nilai tunai atau nilai diskonto yang
sebenarnya dari pendapatan. Interpretasi ini bertentangan dengan pandangan bahwa
potongan harga dan biaya kerugian piutang harus dianggap sebagai expenses. .
 Untuk transaksi yang dilakukan bukan dengan uang tunai, nilai tukar ditetapkan ber
dasarkan nilai pasar dari barang atau jasa yang diterima, atau ditetapkan berdasarkan
mana yang lebih mudah dan jelas antara nilai pasar dengan nilai pendapatan.

3) Saat Pengakuan Pendapatan

Revenues dan income secara umum dapat terjadi pada berbagai tahap siklus opera sional,
yaitu pada saat diterima pesanan, saat produksi, penjualan atau pada saat pene rimaan.
Berhadapan dengan kesulitan penetapan terjadinya pendapatan pada berbagai tahapan siklus
operasional, akuntan bersandar pada prinsip realisasi sebagai critical event dalam penetapan saat
pengakuan pendapatan. Terjadinya tahap kritis ditandai oleh kepastian perubahan assets dan

10
liabilities dan perubahan tersebut dapat diukur. Adapun definisi prinsip realisasi yang
dikemukakan oleh AAA, 1957 adalah seperti berikut ini:

"Arti esensial dari realisasi adalah terjadinya perubahan assets dan liabilities yang dapat
diketahui cukup jelas dan objektif sehingga memberikan landasan yang me madai untuk diakui
dicatat pada perkiraan-perkiraan yang terkait. Pengakuan ini dilandasi oleh terjadinya
transaksi pertukaran antara pihak-pihak yang independen atau berdasarkan praktik
perdagangan yang normal atau berdasarkan kontrak ke sepakatan"

Pada dasarnya konsep realisasi dan kriteria yang berkaitan dengan pengakuan atas
perubahan assets dan liabilities, merupakan konsep yang masih menjadi bahan perde batan dari
berbagai interpretasi. AAA melalui Committee on concept and standards-Exter nal Reporting
(1973/1974), mengemukakan beberapa kriteria khusus dalam pengakuan pendapatan, antara lain,
yaitu:

 Hasil penjualan yang memiliki landasan yuridis.


 Transaksi yang terpisah dari modal.
 Adanya likuidasi atas assets.
 Adanya pengaruh (gross or net effect) terhadap shareholders equity yang dapat
diestimasikan dengan tingkat keandalan yang tinggi.

IASB Framework, menyatakan, bahwa kriteria pengakuan pendapatan adalah

1. Kuantitas pendapatan yang akan diakui dapat diukur secara reliabel.


2. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi dalam kaitannya dengantransaksi dapat diukur
secara reliabel
3. Adanya manfaat ekonomi yang berkaitan dengan transaksi akan mengakibatkan adanya
inflow pada suatu unit usaha

Kriteria lain menegaskan pada dasarnya bahwa:

1. Pengiriman barang telah terjadi atau jasa telah diberikan, artinya hak dan risiko
kepemilikan atas barang telah beralih ke pelanggan/pembeli
2. Ada bukti yang kuat mengenai kesepakatan pembayaran oleh pelanggan
3. Harga dapat ditentukan secara pasti
4. Ada jaminan bahwa penagihan kas akan dapat dilakukan, hal ini berkaitan dengan
penjualan kredit.

Committee on Concept and Standards-External Reporting AAA mendasarkan prinsip


realisasi pada konsep pengukuran reliable income. Prinsip realisasi adalah pengungkap an tingkat
kepastian laba yang dapat direalisasikan sebagai pengaruh dari peristiwa atau transaksi yang
dilaporkan sebagai pendapatan secara eksplisit. Committee tersebut mendefinisikan realisasi
sebagai berikut:

11
"Income harus selalu ada sebelum muncul persoalan realisasi. Realisasi bukanlah penentu
dalam konsep income, realisasi hanyalah berfungsi sebagai pedoman untuk menetapkan kapan
suatu peristiwa yang tercakup dalam konsep income benar-benar terjadi dan karena telah
terjadi peristiwa tersebut memiliki landasan yang layak dan objektif untuk dilakukan pencatatan
akuntansi. Saat terjadinya peristiwa ditandai oleh berkurangnya ketidakpastian dalam batas-
batas yang dapat diterima"

Arnett (1973) mengemukakan bahwa dengan adanya perbedaan interpretasi tentang


prinsip realisasi dan kriteria tertentu yang digunakan untuk pengakuan perubahan as sets dan
liabilities, maka aplikasi prinsip realisasi dapat menyesatkan. Secara umum pendapatan diakui
berdasarkan accrual basis atau ciritcal event basis.

The accrual base dalam pengakuan pendapatan

Pendekatan accrual dalam pengakuan pendapatan, berpandangan bahwa pendapatan


harus dilaporkan selama proses produksi (dalam kasus laba dihitung secara proporsional dengan
pekerjaan yang telah dilakukan atau jasa yang telah diberikan). Pada akhir proses produksi,
dalam penjualan barang atau pada saat penerimaan hasil penjualan.

Pendapatan yang diakui selama berlangsungnya proses produksi, umumnya dilakukan


dalam situasi sebagai berikut:

 Pendapatan sewa, bunga, dan komisi diakui sebagai pendapatan berdasarkan adanya
kesepakatan atau kontrak yang menetapkan peningkatan bertahap dalam klaim terhadap
pelanggan.
 Individu atau suatu badan usaha memberikan jasa professional atau jasa sejenis lainnya,
di mana klaim terhadap pelanggan bersifat proporsional dengan jasa yang telah diberikan.
 Pendapatan yang berdasarkan kontrak jangka panjang diakui berdasarkan tahap
perkembangan pekerjaan/kontruksi, atau persentase penyelesaian ditetapkan berda sarkan
hitungan sebagai berikut:
 Estimasi teknis/rekayasa tentang pekerjaan yang telah diselesaikan sampai tanggal
tertentu, dibandingkan dengan seluruh pekerjaan yang harus diselesaikan sesuai
kontrak.
 Jumlah biaya yang terserap dalam pekerjaan dibandingkan dengan total
biaya/estimasi seluruh proyek sesuai kontrak.
 . Pendapatan berdasarkan cost plus fixed fee contracts diakui berdasarkan accrual basis.
 Pendapatan yang diakui pada saat terjadi peningkatan nilai assets melalui proses
"accretion". Contohnya dalam hal minuman keras atau anggur yang semakin lama,
penambahan usia tanaman/kayu tebangan; penambahan usia hewan ternak.

12
The critical event basis dalam pengakuan pendapatan

Dalam pandangan critical event basis pengakuan pendapatan dilakukan berdasarkan


terjadinya peristiwa krusial dalam siklus operasional. Peristiwa tersebut berupa saat pen jualan,
penyelesaian proses produksi, dan penerimaan hasil penjualan.

 Saat penjualan dijadikan saat pengakuan pendapatan dengan ditandai oleh hal-hal sebagai
berikut:
 Harga barang diketahui dengan pasti.
 Pertukaran diakhiri dengan pengiriman barang, sehingga diketahui dengan
pasti,biaya-biaya yang tercakup dalam penjualan tersebut.
 Kerangka realisasi, penjualan merupakan peristiwa krusial
 Penyelesaian proses produksi dijadikan dasar dalam pengakuan pendapatan terdapat ciri-
ciri sebagai berikut:
 Pasar komoditas yang stabil.
 Harga komoditas stabil.
 Komoditas yang diperdagangkan merupakan barang standar
 Berdasarkan ciri tersebut, dengan selesainya proses produksi dapat diketahui dengan pasti
beberapa pendapatan yang bisa diterima. Penggunaan penyelesaian proses produksi
sebagai dasar pengakuan pendapatan umumnya dilakukan pada perdagangan produk
logam mulia yang sangat spesifik atau exclusive (yaitu, emas, perak, dsb).
 Penerimaan hasil penjualan sebagai dasar pengakuan pendapatan dilakukan dalam
kondisi penjualan berlangsung, namun jumlah keseluruhan hasil penjualan belum bisa
ditetapkan secara akurat. Dalam metode ini jumlah keseluruhan hasil penjualan masih
merupakan pendapatan yang ditangguhkan. Bentuk yang umum dari metodeini adalah
metode penjualan cicilan.

c. Prinsip Matching

Prinsip matching merupakan pandangan di mana beban diakui dalam periode yang sama
dengan pendapatan yang timbul sebagai akibat dari pengeluaran beban yang ber sangkutan
Pendapatan diakui dalam periode tertentu sesuai dengan prinsip pendapa tan, dan beban yang
berkaitan dengan perolehan pendapatan tersebut juga diakui dalam periode yang sama. Dengan
demikian, prinsip matching mencerminkan hubungan sebab dan akibat antara beban dan
pendapatan.

Secara operasional, prinsip matching mencakup dua tahap proses akuntansi. Pertama,
biaya dikapitalisir sebagai assets yang menunjukkan himpunan manfaat. Kedua, assets
dikonversikan sebagai expenses untuk mengakui porporsi manfaat yang sudah habis dan
mengakibatkan terjadinya pendapatan dalam suatu periode. Keterkaitan antara revenues dan
expenses tergantung pada salah satu dari empat kriteria sebagai berikut:

13
 Kaitan langsung antara biaya yang habis masa manfaatnya dengan revenues, contoh
harga pokok barang yang dijual dengan penjualan yang terjadi (cause and effect as
sociation).
 Kaitan langsung antara biaya yang habis masa manfaatnya dengan periode yang
bersangkutan, contoh gaji para direksi (immediate recognition).
 Alokasi biaya sepanjang masa manfaat, contoh biaya depresiasi (systematic allocation).
 Pembebanan seluruh biaya dalam suatu periode, kecuali terdapat bukti adanya biaya yang
masih menyisakan manfaat di masa mendatang, contoh un-expired prepaid insurance.

1) Biaya produksi barang jadi untuk dijual

Biaya produksi barang jadi untuk dijual, umumnya terdiri dari tiga komponen yaitu:(1)
bahan baku, (2) upah langsung, dan (3) biaya overhead. Penetapan biaya-biaya terse but
dilakukan mencakup dua tahap, yaitu inventory dan income determination. Inventory valuation
merupakan penetapan harga pokok produk yang harus dibebankan kepada produk. Sedangkan,
income determination merupakan matching antara biaya produk dengan revenue. Dalam
melakukan inventory valuation masalah yang timbul adalah penetapan biaya-biaya, antara yang
termasuk biaya produk dan biaya periodik. Biaya produk kemudian akan ditandingkan dengan
revenue, pertandingan demikian diklasifi kasikan ke dalam pertandingan langsung (cause and
effect).

2) Depresiasi atas assets

Assets yang disusutkan melalui depresiasi disebut juga sebagai wasting capital as sets,
diasumsikan bahwa assets tersebut dapat memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Nilai perolehan assets dikapitalisir, yang selanjutnya nilai kapitalisasi tersebut dialokasikan
secara rasional dan sistematis sepanjang masa manfaat assets yang bersangkutan. Proses alokasi
nilai perolehan atau kapitalisasi umumnya dibedakan dalam 3 kategori berdasarkan jenis assets
berikut:

 Depresiasi untuk jenis aset berwujud, seperti bangunan, mesin-mesin, kendaraan. mobil,
dan sebagainya.
 Deplesi, untuk jenis aset berupa sumber daya alam, seperti dalam
pertambangan,penebangan kayu.
 Amortisasi, untuk aset tidak berwujud seperti hak paten, hak cipta, franchise, good will,
biaya organisasi, dan biaya riset dan pengembangan.

3) Assets yang tidak didepresiasi

Kategori aset dan biaya yang tidak didepresiasikan, disebut juga permanent capital assets,
diasumsikan tidak dikonsumsi meskipun aktivitas operasional berjalan Nilai aset yang tidak

14
didepresiasikan tidak dipengaruhi oleh aktivitas operasional yang tidak berpengaruh terhadap
penetapan laba sampai aset tersebut dijual atau direvaluasi Oleh karena itu, aset yang tidak
didepresiasi tidak terkait pada prinsip matching

4) Biaya administrasi dan penjualan

Biaya administrasi dan penjualan mencakup semua biaya-biaya di luar biaya produksi
yang dikeluarkan guna administrasi organisasi penanganan operasional penjualan. Biaya
administrasi dan penjualan diperlakukan sebagai biaya periodik di mana biaya-biaya tersebut
dikeluarkan baik berdasarkan direct costing maupun full costing.

d. Prinsip Objektivitas

Kegunaan informasi keuangan banyak tergantung pada keandalan prosedur penge kuran
yang digunakan. Penetapan tingkat keandalan yang maksimum sering kali sulit untuk dilakukan,
karenannya akuntan menetapkan prinsip objektivitas untuk memper timbangkan pengukuran atau
prosedur pengukuran Prinsip objektivitas merupakan prinsip yang ditandai oleh adanya
perbedaan interprestasi. Beberapa interpretasi terhadap objektivitas antara lain, sebagai berikut

 Pengukuran yang objektif adalah pengukuran yang impersonal. Dalam arti bebas dari bias
personal inidvidu yang melakukan pengukuran. Dengan kata lain, objektivitas
menunjukkan realitas ekstern yang independen dari orang yang melakukan pengu kuran,
atau pengukuran yang dilakukan tidak disertai oleh kaitan kepentingan apa pun dari orang
yang melakukan pengukurah (ljiri & Jaedicke, 1966)
 Pengukuran yang objektif adalah pengukuran yang dapat diuji (verifiable, dalam arti hasil
pengukurannya dilandasi oleh bukti-bukti (Paton & Littleton, 1960)
 Pengukuran yang objektif adalah pengukuran yang proses dan hasilnya dicapai melalui
konsensus (kesepakatan) antara kelompok pengamat dan pengukur. Pandangan ini
mengandung makna bahwa objektivitas tergantung pada kelompok pengukur (jiri &
Jaedicke, 1966)
 Ukuran sebaran distribusi hasil pengukuran dapat digunakan sebagai indikator tingkat
objektivitas terhadap suatu sistem pengukuran.

e. Prinsip Konsistensi

Prinsip konsistensi adalah pandangan bahwa peristiwa ekonomis yang sama dan
dilaporkan, maka pelapornya harus konsisten dengan pelaporan yang dilakukan pada tahun-tahun
sebelumnya, Prinsip konsistensi mengharuskan agar prosedur akuntansi yang sama diterapkan
dalam penanganan objek atau peristiwa yang sama sepanjang waktu. Aplikasi prinsip konsistensi
mengakibatkan laporan keuangan untuk beberapa periode dapat diperbandingkan dan lebih
berguna. Dengan perkataan lain, tujuan dari konsitensi adalah komparabilitas.

15
Prinsip konsistensi timbul dari adanya kendala keterbatasan para pemakai laporan
keuangan yang dimaksudkan agar mempermudah pengambilan keputusan karena adanya
perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode. Konsistensi dianggap sebagai masalah
penting bagi akuntan terutama pada saat dilakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan.
Prinsip konsistensi tidak diartikan sebagai larangan bagi perusahaan untuk mengubah
prosedur akuntansi, apabila perubahan atau alternatif prosedur yang lain dianggap lebih baik dan
akan lebih informatif.

Sesuai dengan Statement APB Nomor 20, Perubahan dalam prosedur/teknik akuntansi dapat
terjadi berupa:

 Perubahan dalam prinsip akuntansi


 Perubahan estimasi.
 Perubahan entitas penyaji laporan.

f. Prinsip Full Disclosure

Dalam akuntansi terdapat kesepakatan umum tentang adanya pengungkapan sepe nuhnya
dan secukupnya atau full disclosure. Prinsip full disclosure diperlukan agar lapor an keuangan
dirancang dan disajikan untuk mengungkapkan informasi yang akurat mengenal peristiwa-
peristiwa ekonomis yang terjadi pada perusahaan dalam suatu pe riode dan mengungkapkan
informasi yang akurat mengenai peristiwa-peristiwa ekonomis yang terjadi dalam perusahaan
pada suatu periode dan mengungkapkan informasi yang cukup agar berguna serta tidak
menyesatkan bagi para pengambil keputusan.

Masalah lain yang sering kali menimbulkan perbedaan interpretasi adalah informa si apa
yang harus diungkapkan agar tidak menyesatkan para pengambil keputusan? Adakah informasi
akuntansi yang dianggap paling esensial? Apakah penyajian informasi harus mencakup
tambahan informasi lainnya berupa akuntansi sumber daya manusia, akuntansi sosioekonomi,
dan akuntansi inflasi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tergantung pada penentuan
kebutuhan para pemakai, tingkat kendala yang me lekat pada para pemakai, dan tingkat
kemampuan dalam pengolahan informasi, serta risiko tertentu yang dihadapi akibat dari
kemungkinan terjadinya overload atau ekspansi data.

g. Prinsip Konservatisme

Prinsip konservatisme merupakan kendala dalam penyajian data akuntansi yang re levan
dan dapat dipercaya. Prinsip konservatisme diterapkan dalam situasi pilihan di antara dua teknik
akuntansi (atau lebih). Preferensi pilihan adalah terletak pada teknik yang berdampak pada
keuntungan terkecil bagi stockholders equity. Dengan kata lain, pilihan utama adalah yang
berdampak rendah terhadap assets dan revenue, serta ber dampak tinggi terhadap liabilities dan

16
expenses. Prinsip konservatisme menuntut sikap pesimis dari akuntan, pada saat akuntan
dihadapkan pada pilihan teknik akuntansi dalam penyajian laporan keuangan. Untuk mencapai
perlakuan yang menyimpang, baik dari perlakuan teoretis maupun perlakuan yang telah diterima
secara umum

Konservatisme diterapkan sebagai cara untuk menghadapi situasi ketidakpastian,


berkaitan dengan kecenderungan sikap optimisme berlebihan dari para manajer dan investor
Demikian juga, konservatisme menimbulkan perlakuan yang tidak konsisten dalam bentuk
percepatan penghapusan aset atau cadangan yang berlebihan terhadap lability

Sterling (1967), mengemukakan pandangannya tentang konservatisme sebagai the most


ancient and probably the most pervasive principle of accounting valuation. Konser vatisme
dipahami sebagai pedoman dalam menghadapi situasi yang dianggap luar biasa dan tidak
dianggap sebagai pedoman umum yang harus diterapkan pada setiap per masalahan.
Konservatisme masih perlu diterapkan dalam beberapa situasi tertentu yang membutuhkan
professional judgement dari akuntan. Oleh karena itu, aplikasi konserva tisme merupakan
manifestasi dari intervensi subjektif akuntan yang dapat mengakibat kan timbulnya bias,
kesalahan, kemungkinan distorsi yang pada akhirnya bisa menye satkan, maka terdapat
kecenderungan yang memahami konservatisme bukan sebagai prinsip dalam akuntansi.

h. Prinsip Materialitas

Seperti konservatisme, prinsip materialitas merupakan pengecualian atau modifikasi


dalam prinsip akuntansi Materialitas berpandangan bahwa transaksi atau peristiwa ekonomis
yang pengaruhnya tidak signifikan cukup ditangani secara ringkas terlepas apakah penangannya
sesuai prinsip akuntansi atau tidak, dan tidak perlu disclosure. Secara implisit materialitas dapat
dijadikan pedoman bagi akuntan untuk memutuskan apa yang harus disertai disclosure dalam
penyajian laporan keuangan.

Berkaitan dengan aplikasi prinsip materialitas, APB Statement Nomor 4 mengemu kakan
bahwa laporan keuangan hanya berkaitan dengan pengungkapan informasi yang berpengaruh
secara signifikan terhadap evaluasi dan pengambilan keputusan yang di lakukan oleh para
pemakai informasi. Sedangkan APB Opinion Nomor 22 merekomen dasikan pentingnya
disclosure tentang semua kebijakan atau prinsip yang berpengaruh material terhadap posisi
keuangan, hasil operasi dan perubahan posisi keuangan.

The Accountant's International Study Group (1974) mengemukakan karakteristik materialitas


sebagai berikut

"Matenalitas merupakan persoalan esensial dalam professional judgement. Suatu item dianggap
material jika diketahui bahwa item tersebut berpengaruh besar terhadap evaluasi dan
pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan,"

17
Dibutuhkan adanya pedoman atau kriteria yang jelas untuk digunakan dalam menetapkan tingkat
materialitas. Terdapat 2 kriteria yang direkomendasikan:

 Size approach, penetapan materialitas dilakukan berdasarkan hubungan antara ukuran


atau jumlah item dengan variabel lain yang relevan, misalnya income.
 The change criterion approach, dalam kriteria kedua ini penetapan materialitas di lakukan
berdasarkan evaluasi pengaruh suatu item terhadap tren atau perubahan antarperiode.
Pendekatan ini diusulkan oleh D. Rappaport (1964) yang menyatakan bahwa kriteria
materialitas ditetapkan berdasarkan ukuran rata-rata kinerja keuangan tren dan rasio-rasio
yang mengungkapkan analisis hubungan yang signifikan dalam informasi akuntansi

i. Prinsip Keseragaman dan Daya Banding

Prinsip konsistensi menyangkut penggunaan prosedur yang sama yang dilakukan


perusahaan dari waktu ke waktu. Sedangkan prinsip keseragaman menyangkut peng gunaan
prosedur yang sama dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain. Tujuan yang diharapkan dari
prinsip keseragaman adalah untuk mencapai daya banding laporan keuangan di antara beberapa
perusahaan, dengan mengurangi perbedaan dalam peng gunaan prosedur akuntansi. Namun
kenyataan prinsip keseragaman menimbulkan de bat berkepanjangan, yang menyangkut apakah
penyajian laporan keuangan harus flek sibel atau harus seragam.

Para pendukung keseragaman mengemukakan argumentasinya sebagai berikut:

 Keseragaman memungkinkan dilakukannya perbandingan laporan keuangan diantara


beberapa perusahaan.
 Keseragaman dapat memelihara kepercayaan para pemakai terhadap laporan keuangan.

Sedangkan menurut argumentasi para pendukung fleksibilitas adalah:

 Keseragaman penggunaan prosedur akuntansi dalam penanganan item yang sama,


menimbulkan risiko tidak terungkapnya perbedaan dalam kasus yang ada di antara
perusahaan yang berbeda.
 Keseragaman merupakan harapan yang utopis. Keller (1965), mengemukakan bahwa
keseragaman tidak dapat di wujudkan melalui penerapan aturan akuntansi yang sama
pada situasi perusahaan yang secara faktual memang berbeda-beda.
 Permasalahan yang berbeda mengakibatkan perlakuan yang berbeda sehingga pe
rusahaan hanya melaporkan circumstantial variable yang terkait pada perusahaannya
Cadenhead (1970) mengartikan circumstantial sebagai kondisi lingkungan yang berbeda-
beda di antara perusahaan, yang berpengaruh terhadap:
 Kemungkinan metode atau prosedur yang dapat diterapkan.
 Objektivitas dalam pengukuran yang dihasilkan dari metode akuntansi.

18
19
2.1 Standar Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan adalah sebuah metode dan format yang digunakan secara
untuk menyajikan informasi laporan keuangan suatu kegiatan bisnis. Umumnya, sistem ini
memiliki bentuk berupa pernyataan atau dokumen, sehingga tak jarang disingkat menjadi PSAK
atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Dengan adanya standar ini, laporan keuangan apa pun yang dibuat, terlepas dari jenis perusahaan
atau bisnis yang membuat laporan keuangan tersebut, dapat disusun secara seragam.
Sampai di sini mungkin fungsi adanya penyeragaman melalui standar ini terasa sederhana, atau
bahkan mungkin sepele, tetapi justru dalam kesederhanaan tersebut ada nilai lebih yang
memudahkan para pelaku usaha dalam menjalankan keuangan bisnisnya.
Sebagai contoh, karena setiap laporan keuangan yang disusun sudah diseragamkan dengan
sebuah standar yang sama, pelaku usaha dapat dengan mudah membandingkan laporan keuangan
dari entitas yang berbeda. Dengan demikian pelaku usaha dapat lebih mudah melakukan analisis
bisnis berdasarkan laporan keuangan yang dibuat oleh beberapa entitas sekaligus.
Selain untuk kemudahan pelaku usaha itu sendiri, adanya dokumen atau pedoman Standar
Akuntansi Keuangan juga memungkinkan auditor untuk melakukan berbagai jenis audit sesuai
dengan kebutuhan. Auditor tak perlu lagi mempelajari setiap bentuk atau format laporan
keuangan yang ada, karena seluruh laporan keuangan tersebut sudah disusun secara seragam.
Tanpa adanya standar yang baku ini, bisa jadi auditor akan membutuhkan waktu yang lama
untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Bagaimana tidak? Jika format seluruh laporan keuangan tidak diseragamkan, berarti auditor akan
membutuhkan waktu untuk mempelajari terlebih dahulu cara penyusunan laporan keuangan
tersebut sebelum dapat memulai proses audit itu sendiri.
Meski demikian, bukan Standar Akuntansi Keuangan adalah solusi yang absolut bagi siapa pun
yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki kewajiban untuk memeriksa laporan
keuangan. Karena, setidaknya ada empat standar yang saat ini berlaku di Indonesia.
Namun, setidaknya pelaku usaha maupun auditor hanya perlu mengetahui perbedaan keempat
standar tersebut dan kapan atau dalam penyusunan laporan keuangan yang bagaimana standar
tertentu dapat dipakai. Tentunya ini masih jauh lebih baik jika dibandingkan memeriksa dan
mempelajari seluruh format laporan keuangan apabila penyusunannya tidak dibakukan dalam
sebuah standar yang seragam.

20
Empat format atau bentuk Standar Akuntansi Keuangan yang saat ini digunakan di Indonesia :
1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan-International Financial Report Standard
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan-International Financial Report, atau yang kerap
disingkat menjadi PSAK-IFRS merupakan dua entitas yang menjadi kesatuan, PSAK dan juga
IFRS.
PSAK sendiri adalah standar yang pada tahun 2012 lalu ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) dan berlaku hingga tahun 2021. Sementara IFRS merupakan standar yang
digunakan oleh International Federation of Accountant (IFAC), di mana Indonesia terdaftar
sebagai negara anggota di dalamnya.
Selain menggunakan PSAK, Indonesia juga harus menggunakan IFRS karena format laporan
dalam International Financial Report Standard inilah yang digunakan secara umum oleh negara-
negara yang terdaftar sebagai anggota International Federation of Accountants (IFAC).
Dengan kata lain, pelaku usaha yang ada di Indonesia tidak perlu khawatir saat harus menyajikan
laporan keuangan untuk kebutuhan apa pun kepada pemangku kepentingan di tingkat
internasional, karena pelaku usaha tersebut dapat menggunakan format dalam International
Financial Report Standard ini; Terlebih ketika pelaku usaha tersebut harus berurusan dengan
pelaku usaha lain di negara-negara yang juga menjadi anggota International Federation of
Accountants.
Dengan adanya standar yang berlaku secara internasional ini, pelaku usaha juga tidak perlu takut
akan mengalami kebingungan ketika harus mempelajari laporan keuangan dari rekan bisnis
maupun penyandang dana yang berada di luar negeri, karena sudah ada format yang sama yang
bisa digunakan. Tentunya, pedoman atau acuan penyusunan ini akan sangat berguna sekali,
khususnya bagi pelaku usaha yang bergerak dalam bisnis ekspor maupun impor.
PSAK merupakan standar yang harus digunakan oleh setiap badan usaha dengan akuntabilitas
publik, atau bisa juga disebut badan-badan usaha yang terdaftar, maupun masih dalam proses
pendaftaran, di pasar modal. Sebagai contohnya, perusahan publik, Badan Usaha Milik Negara,
badan usaha pengelola dana pensiun, maupun industri perbankan.
Dengan adanya PSAK ini, pelaku usaha dapat memberikan informasi yang relevan terkait
laporan keuangan bisnis yang dimilikinya tanpa perlu mengeluarkan panduan khusus yang bisa
digunakan untuk membedah laporan keuangan tersebut.
Ada beberapa prinsip dasar yang digunakan IFRS, di antaranya adalah:

 Ada penekanan interpretasi dan aplikasi atas standar akuntansi keuangan sehingga para
negara anggota IFAC berkomitmen untuk menerapkan SAK yang sudah ditentukan.
 Ada penilaian atas transaksi dan evaluasi sehingga laporan keuangan dapat
mencerminkan realitas ekonomi.
 Penerapan standar akuntansi ini membutuhkan professional judgement.

21
Manfaat Penerapan IFRS:

 Dapat meningkatkan daya banding laporan keuangan.


 Memberikan informasi berkualitas di pasar modal internasional.
 Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam
ketentuan pelaporan keuangan.
 Mengurangi biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis
keuangan bagi para analis.
 Dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice.

2. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)


Jika Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah format yang digunakan untuk badan-badan
usaha, baik yang dimiliki oleh negara maupun yang dimiliki secara mandiri, lalu bagaimana
dengan laporan keuangan yang perlu disusun oleh entitas pemerintahan?
Bagaimanapun juga, sebagai bentuk pertanggungjawaban uang negara, lembaga pemerintah pun
perlu menyusun laporan keuangan mereka sendiri baik di tingkat pemerintah pusat maupun di
tingkat pemerintah daerah. Oleh karena itu, bicara terkait lembaga pemerintahan, kita mengenal
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan juga Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD).
Untuk lembaga pemerintahan, pedoman yang digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan
adalah bagaimana supaya laporan keuangan yang nantinya disusun oleh lembaga pemerintahan
terkait dapat menjamin adanya transparansi, partisipasi, dan juga akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara yang baik.
Apabila laporan keuangan yang disusun oleh lembaga pemerintahan, baik Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat maupun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dapat memenuhi pedoman
tersebut, pemerintah tersebut dapat disebut sebagai pemerintahan yang bersih; mengingat praktik
Korupsi, Kolusi, dan juga Nepotisme, hingga kini, masih menjadi momok bangsa yang harus
diperangi bersama.
Tanpa adanya standar keuangan yang baku, pemerintah yang kotor dapat melakukan manipulasi
laporan keuangan yang seolah-olah terlihat baik, padahal sebenarnya laporan keuangan yang
dibuat tersebut tidak dapat menjamin adanya transparansi, partisipasi, maupun pengelolaan
keuangan negara yang baik.
Untuk alasan yang satu ini, keberadaan Standar Akuntansi Keuangan menjadi sesuatu yang
sangat krusial, termasuk di tingkat pemerintahan. Oleh karena itu, format Standar Akuntansi
Pemerintah pun dibuat untuk menjaga adanya kualitas yang baik dari setiap laporan keuangan
yang disusun oleh lembaga-lembaga pemerintahan.
3. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah
Setelah membahas standar yang baku sebagai pedoman dalam menyusun laporan keuangan bagi
badan usaha yang terdaftar di pasar modal sebagai perusahaan publik maupun memiliki urusan
keuangan secara internasional dan juga format penyusunan laporan keuangan yang dibakukan

22
untuk lembaga pemerintahan, standar berikutnya yang berlaku di Indonesia merupakan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah atau PSAK-Syariah.
Keberadaan format standar yang baku untuk laporan keuangan syariah ini juga menjadi krusial
dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia; karena, disadari atau tidak, Indonesia merupakan
negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Dengan kata lain, sistem keuangan
syariah yang dipergunakan dalam agama Islam ini pun memiliki peminat yang tak bisa dibilang
kecil pula.
PSAK-Syariah pun lantas menjadi Standar Akuntansi Keuangan yang diperlukan, khususnya
bagi praktik-praktik bisnis yang menerapkan sistem keuangan syariah. Sebagai contoh, di
Indonesia format standar yang satu ini kerap digunakan oleh lembaga-lembaga yang mengusung
kebijakan syariah seperti industri perbankan syariah, pegadaian yang bersifat syariah, badan
zakat, dan masih banyak lagi entitas bisnis yang menerapkan hukum syariah dalam praktiknya.
Berbeda dengan sejumlah format baku yang sudah dibahas sebelumnya, PSAK-Syariah disusun
tidak berdasarkan hukum perundang-undangan seperti Standar Akuntansi Pemerintah atau
disusun berdasarkan rekomendasi maupun ketetapan bersama seperti pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan-International Financial Report Standard, melainkan disusun dan
dikembangkan dengan menjadikan fatwa-fatwa keluaran Majelis Ulama Indonesia sebagai
acuannya.
Meski ada beberapa perbedaan dibanding standar baku lainnya dalam menyusun laporan
keuangan, PSAK-Syariah sesungguhnya memiliki konsep penyusunan laporan keuangan yang
sama. Hanya saja, dalam standar ini, ketentuan penyajian laporan keuangan umum juga
dibarengi dengan standar khusus yang banyak digunakan dalam sistem keuangan syariah seperti
mudharabah, murabahah, salam, ijarah, dan juga istishna.
Meskipun didasarkan pada agama, keberadaan PSAK-Syariah sangat membantu dalam
meyakinkan pelaku usaha untuk terus menggerakkan roda ekonomi tanpa perlu takut bahwa
praktik yang dilakukan mungkin saja melanggar ketentuan agama, sesuatu yang sedikit banyak
coba dihindari oleh masyarakat yang masih menganut sistem keuangan syariah.
4. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntansi Publik
Standar yang terakhir dalam penyusunan laporan keuangan yang banyak digunakan di Indonesia
adalah Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntansi Publik atau SAK-ETAP.
Sesuai dengan namanya, standar yang terakhir ini lebih banyak digunakan atau ditargetkan untuk
entitas bisnis yang akuntabilitas publiknya tidak dapat dibilang signifikan atau untuk entitas
bisnis yang menjadikan laporan keuangannya terbatas bagi tujuan umum maupun penggunaan
eksternal.
Secara konsep, yang membedakan SAK-ETAP dengan standar akuntansi lainnya adalah tidak
adanya laporan laba rugi yang disajikan secara komprehensif. Dengan kata lain, dalam laporan
keuangan yang disusun dengan standar ini, sejumlah penilaian keuangan yang dilakukan
memiliki batasan-batasan yang lebih besar.

23
Akuntabilitas publik pengguna SAK-ETAP yang tidak signifikan membuat entitas bisnis yang
tercakup dalam Standar Akuntansi Keuangan ini tidak memiliki pengakuan liabilitas. Di samping
itu, aset pajak tangguhan akibat beban pajak yang diakui oleh format standar ini dihitung sebesar
jumlah pajak menurut ketentuan pajak.
Perbedaan lainnya ada pada penilaian terhadap aset tetap, aset tak berwujud, serta properti
investasi setelah tanggal perolehan yang hanya dihitung menggunakan harga perolehannya saja.
Kompleksitas penyusunan laporan keuangan dengan format ini yang tergolong rendah
membuatnya banyak disukai oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Seperti yang sudah
diketahui, pelaku UMKM umumnya memiliki keterbatasan modal yang cukup signifikan.
Keterbatasan modal tersebut sering kali menjadi hambatan yang cukup besar tatkala pelaku
UMKM ingin membuat laporan keuangan secara terperinci sesuai dengan standar-standar
lainnya karena harus mempekerjakan tenaga pihak ketiga untuk melakukannya. Oleh karena itu,
format ini banyak digunakan karena cakupan kebutuhan bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah
memang tak serumit itu.
Bahkan, tak jarang kebutuhan audit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah pun dapat dilakukan
secara mandiri tanpa membutuhkan tenaga eksternal ketika pelaku usaha terkait dapat secara
tepat menerapkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntansi Publik ini.
Mengetahui setiap perbedaan standar yang ada dalam menyusun laporan keuangan dapat
membantu pelaku usaha menentukan format penyusunan yang tepat sesuai dengan kebutuhan
bisnisnya. Namun, tentu saja hal ini harus dibarengi dengan pencatatan keuangan yang baik
terlebih dahulu.
Tanpa adanya pencatatan yang rapi terhadap setiap transaksi yang masuk atau keluar cakupan
keuangan bisnis, laporan keuangan yang akurat pun akan mustahil untuk dibuat; dan sebagai
dampak jangka panjangnya mungkin saja dapat menghambat pelaku usaha dalam menentukan
strategi bisnis terbaik yang perlu diimplementasikan.
Manfaat SAK_ETAP:

 Membantu perusahaan kecil dan menengah dalam menyusun laporan keuangannya


sendiri.
 Standar akuntansi ini dinilai lebih sederhana karena sebagian besar siklus
akuntansinya menggunakan konsep biaya historis. Bentuk pengaturannya juga lebih
sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa
tahun.
 Laporan akuntasi jadi dapat diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga laporan
keuangan dapat digunakan untuk mejaring dana investasi agar usahanya lebih
berkembang.
 Implementasi SAK-ETAP lebih mudah dibandingkan PSAK_IFRS karena lebih
sederhana dan tetap dapat memberikan informasi yang dapat diandalkan dalam penyajian
laporan keuangan.

24
 SAK-ETAP mengadopsi IFR untuk usaha kecil dan menengah yang dimodifikasi sesuai
kondisi Indonesia, serta dibuat lebih ringkas. Namun perlu diingat, SAK-ETAP juga
masih memerlukan profesional judgement ya, meski tak sebanyak untuk PSAK-IFRS.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Aturan dan teknik akuntansi yang ada didasarkan pada pondasi teori akuntansi. Pondasi
ini dibentuk dari elemen-elemen hirarki yang berfungsi sebagai kerangka acuan atau struktur
teoritis. Pendekatan dan metodologi apapun yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi,
rerangka acuan atau struktur teori yang dihasilkan didasarkan pada serangkaian elemen dan
hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi.

Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen sebagai berikut :

Pernyataan tujuan laporan keuanganPernyataan postulat dan konsep teroritis akuntansi


yang terkait dengan asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep
teoritis diturunkan dari pernyataan tujuanPernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang
didasarkan pada postulat dan konsep teroritisBatang tubuh teknik-teknik akuntansi yang
diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi

Pemahaman terhadap elemen-elemen ini dan hubungan teori akuntansi menjamin


pemahaman terhadap alasan balik praktik aktual dan masa mendatang. Laporan keuangan yang
disajikan dalam laporan akuntansi formal semata-mata merupakan refleksi penerapan struktur
teori akuntansi. Perbaikan isi dan format laporan keuangan berkaitan dengan perbaikan struktur
teoritis akuntansi. Agenda terpentint dari badan-badan akuntansi seharusnya adalah penyusunan
elemen-elemen teori akuntansi yaitu tujuan akuntansi, postulat lingkungan, konsep teoritis
prinsip akuntansi.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dengan adanya standar ini, laporan keuangan
apa pun yang dibuat, terlepas dari jenis perusahaan atau bisnis yang membuat laporan keuangan
tersebut, dapat disusun secara seragam.
Sampai di sini mungkin fungsi adanya penyeragaman melalui standar ini terasa sederhana, atau
bahkan mungkin sepele, tetapi justru dalam kesederhanaan tersebut ada nilai lebih yang
memudahkan para pelaku usaha dalam menjalankan keuangan bisnisnya.
Sebagai contoh, karena setiap laporan keuangan yang disusun sudah diseragamkan dengan
sebuah standar yang sama, pelaku usaha dapat dengan mudah membandingkan laporan keuangan
dari entitas yang berbeda. Dengan demikian pelaku usaha dapat lebih mudah melakukan analisis
bisnis berdasarkan laporan keuangan yang dibuat oleh beberapa entitas sekaligus.

25
DAFTAR PUSTAKA
https://majoo.id/solusi/detail/standar-akuntansi-keuangan

 Prof. Dr. Winwin Yadiati, S.E., M.Si., Ak.- Teori Akuntansi, Prenadamedia Grup, Jakarta, 2007

26

Anda mungkin juga menyukai