Anda di halaman 1dari 26

TEORI AKUNTANSI

Dosen : Elia Rossa SE.,M.Si.,Ak.,CA


Kuliah ke 3
28 September 2022

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

OUTLINE/AGENDA :
1. BERDOA,
2. PENGISIAN ABSEN
3. PEMBAHASAN MATERI

PEMBAHASAN
Apresiasi penuh pada lingkup akuntansi sekarang dan masa
mendatang tergantung pada pemahaman teknik akuntansi
maupun struktur teori akuntansi di mana teknik diturunkan.
Pengembangan struktur teori akuntansi untuk memberikan
justifikasi yang lebih baik pada aturan-aturan dan teknik-
teknik yang telah ada dimulai dengan pengujian yang
dilakukan oleh Paton tentang pondasi dasar akuntansi.
Untuk mengetahui teori akuntansi, pada dasarnya yang harus
dipelajari terlebih dahulu yaitu kita harus menganalisis dan
bisa mengurai unsur-unsur teori akuntansi itu sendiri. Salah
satu upaya untuk itu adalah mengenal elemen-elemen teori
akuntansi. Teori akuntansi keuangan dibangun untuk
mengembangkan akuntansi keuangan yang sesuai dan
bermanfaat bagi para pemakainya, struktur teori akuntansi itu
dimulai dari perumusan tujuan laporan keuangan, baru dari
tujuan ini dirumuskan apa itu postulat, konsep, prinsip, dan
akhinrya standar akuntansi yang merupakan pedoman atau
teknik penyusunan laporan keuangan.
Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang
berbeda-beda. Pada perkembangan saat ini akuntansi dapat
kita definisikan dengan mengacu pada konsep informasi.
Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah
menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat
keuangan tentang entitias ekonomik yang diperkirakan
bermanfaat dalam pembuatan-pembuatan keputusan
ekonomik, dalam membuat pilihan antara alternatif tindakan
yang ada.
Para akuntan memliki pandangan yang berbeda-beda tentang
proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori
akuntansi. Sebelum menguji pendekatan-pendekatan
tradisional dalam perumusan teori akuntansi, akan lebih baik
apabila dilakukan pengujian terhadap beberapa pandangan
yang telah membentuk perkembangan akuntansi keuangan.
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar
dalam memprediksikan dan menjelaskan perilaku serta
kejadian-kejadian akuntansi. Teori didefinisikan sebagai
kumpulan gagasarn (konsep), definisi, dan dalil yang
menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena,
dengan menjelaskan hubungan antar variabel yang ada dan
bertujuan untuk menjelaskan serta memprediksikan fenomena
tersebut.
Teori akuntansi keuangan dibangun untuk mengembangkan
akuntansi keuangan yang sesuai dan bermanfaat bagi para
pengguna laporan keuangan.
Struktur teori akuntansi adalah elemen-elemen yang saling
terkait dan menjadi pedoman bagi pengembangan teori dan
perumusan standar atau teknik akuntansi. Elemen-elemen
tersebut adalah :
1. Rumusan tentang tujuan laporan keuangan.
2. Postulat akuntansi, yang dijabarkan dari rumusan tujuan
laporan keuangan.
3. Konsep teoritis akuntansi, yang dijabarkan dari r
umusan tujuan laporan keuangan.
4. Prinsip dasar akuntansi, yang dijabarkan dari postulat
dan konsep teoritis akuntansi.
5. Standar atau teknik akuntansi, yang merupakan pedoman
dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip
dasar akuntansi.
Hirarki elemen struktur teori akuntansi dapat digambarkan
sebagai berikut

A. Sifat Struktur Teori Akuntansi


Pendekatan dan metodologi apa pun yang digunakan dalam
penyusunan teori akuntansi (deduktif atau induktif, normatif
atau deskriptif), rerangka acuan yang dihasilkan didasarkan
pada serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur
pengembangan teknik akuntansi. Struktur teori akuntansi
terdiri dari beberapa elemen-elemen berikut ini:
1. Pernyataan tujuan laporan keuangan.
2. Pernyataan postulat dan konsep teoritis akuntansi yang
terkait dengan asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit
akuntansi. Postulat dan konsep teoritis diturunkan dari
pernyataan tujuan.
3. Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan
pada postulat dan konsep teoritis.
4. Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari
prinsip-prinsip akuntansi.
Kita akan mendiskusikan tiga elemen teori akuntansi yang
ada, yaitu:
1. Postulat akuntansi;
2. Konsep-konsep teoritis akuntansi;
3. Prinsip-prinsipakuntansi.
B. Sifat Postulat Akuntansi
Dalam teori akuntansi kita sering dibingungkan oleh istilah-
istilah yang agak mirip, tetapi mempunyai arti yang berbeda
seperti istilah : aksioma, postulat, konsep, convention,
generalization, praktik, prosedur, prinsip, standar, norma dll.
Kebingungan seperti itu dapat dihindari dengan
mempertimbangkan penyusunan struktur teori akuntansi
secara deduktif, proses interaktif di mana tujuan akuntansi
menyediakan dasar untuk postulat dan konsep teoritis dari
mana teknik-teknik diturunkan.
Kita memulai dengan definisi berikut ini:
1. Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat
membuktikan kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma
yang sudah diterima kesesuaiannya dengan tujuan laporan
keuangan yang menggambarkan lingkungan ekonomi, politik,
sosiologi dan hokum di suatu tempat dimana akuntansi itu
beroperasi.
2. Konsep teoritis akuntansi adalah pernyataan yang tidak
memerlukan pembuktian atau aksioma, juga berterima umum
berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan,
yang menggambarkan sifat entitas akuntansi yang beroperasi
dalam ekonomi bebas yang dikarakteristikkan oleh
kepemilikan pribadi atas kekayaan.
3. Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang
diturunkan baik dari tujuan dan konsep teoritis akuntansi yang
mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4. Teknik (standar) akuntansi adalah aturan spesifik yang
diturunkan dari prinsip akun-akuntansi untuk memperlakukan
transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh entitas
akuntansi.
C. Postulat-postulat Akuntansi
1. Postulat Entitas (Entity)
Akuntansi mencatat hasil kegiatan operasi dari suatu entity
(lembaga atau peruahaan) yang terpisah dan dibedakan dari
pemilik. Menurut konsep ini kita bisa menyusun laporan
keuangan sesuai dengan kebutuhan pemakainya, maka setiap
perusahaan dianggap sebagai uni akuntansi yang terpisah dari
pemiliknya.
Berdasarkan pengertian ini maka yang menjadi objek dan
perhatian dar akuntansi yang dimasukkan ke dalam laporan
keuangan adalah kejadian yang dialami oleh lembaga atau
perusahaan dan bukan merupakan gabungan dengan pribadi
pemiliknya. Konsep ini disebut dengan firm oriented.
Dari sisi lain konsep entity ini dilihat dari kepentingan
ekonomi dari beberapa konsumen laporan keuangan suatu
entity bukan dari kegiatan administrasi lembaga tadi.
Pengertian ini disebut dengan user oriented. Dalam konsep ini
yang menjadi perhatian dalam penyusunan laporan keuangan
adalah para pemakainya. Informasi apa yang diinginkan
pemakai itulah yang dilaporkan dalam laporan keuangan .
Untuk mengetahui apa yang diinginkan para pemakai laporan,
perlu diketahui :
1. Kepentingan para pemakai laporan
2. Sifat-sifat dari para pemakai laporan
Contoh yang paling jelas di sini adalah Akuntansi Sosial,
Akuntansi Lingkungan, Akuntansi SDM, dll. Dalam bidang
ini yang menjadi dasar bertolak adalah apa yang diinginkan
oleh para pemakai laporan keuangan dan bukan tentang apa
maunya teori akuntansi.
2. Postulat Kelangsungan Usaha (going concern)
Postulat kelangsungan usaha, atau postulat kontinuitas,
menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi
untuk melaksanakan projek, komitmen, dan aktivitas yang
sedang berjalan. Postulat mengasumsikan bahwa perusahaan
tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa mendatang
yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan
terus beroperasi untuk periode waktu yang tidak tertentu.
Postulat ini memberikan pembenaran terhadap penilaian asset
secara historical cost dan book value bukan current value atau
liquidation value. Dalam asumsi ini seolah dinyatakan bahwa
nilai atau harga yang terdapat dalam laporan keuangan
didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan ini tidak akan
dilikuidasi atau dijual sehingga nilai dari asset atau utang dari
perusahaan yang akan dibubarkan. Tentu pada kenyatannya,
nilai aset pada perusahaan yang sudah berhenti dan
mennunggu akan dibubarkan umumnya berbeda atau jauh
lebih rendah dari perusahaan yang masih terus beroperasi dan
lancar. Postulat ini juga membenarkan metode alokasi
akuntansi seperti pembebanan penyusutan, penyisihan, konsep
konservatisme maupun amortisasi selama masa
penggunaannya tau selama perusahaan berjalan.
Postulat going concern ini juga dapat dipergunakan untuk
mendorong agar manajer bersikap forward looking, melihat
jauh ke depan dan investor pun dengan pemahaman ini
diharapkan ia akan bersedia menanamkan modalnya dalam
perusahaan dalam jangka waktu yang lama atau terus menerus
agar ia mendapatkan value added dari kinerja perusahaan.
3. Postulat unit pengukur (Unit Of Measure)
Postulat ini, yang disebut juga monetery unit postulate
menganggap bahwa setiap transaksi harus diukur dengan
suatu alat ukur atau alat tukar yang seragam. Alat ukur yang
dipakai dalam akuntansi adalah alat ukur moneter. Postulat ini
menimbulkan 2 keterbatasan yaitu :
1. Akuntansi terbatas pada pemberian informasi dalam satuan
moneter tanpa mencatat informasi non moneter lainnya yang
relevan. Sehingga akuntansi dianggap hanya
menginformasikan sebatas : kuantitatif, formal, terstruktur,
dapat diaudit, angka-angka dan berorientasi pada masa lalu.
Informasi non akuntansi dianggap kualitatif, informal,
penjelasan, tidak dapat diaudit dan berorientasi pada masa
depan. Namun para ahli pada saat ini teus berupaya agar
informasi yang diberikan oeh akuntansi keuangan dapat
memasukkan aspek kualitatif melalui berbagai instrumen
laporan.
2. Unit moneter itu sendiri sifatnya berfluktuasi tergantung
pada kemampuan daya beli. Pada kenyataannya, daya beli itu
tidak stabil karena termakan oleh inflasi sehingga informasi
keuangan yang disajikannya akan kehilangan relevansi.
4. Postulat Periode Akuntansi
Meskipun postulat kelangsungan usaha menyatakan bahwa
perusahaan akan tetap ada untuk periode waktu yang tidak
terbatas, pemakai meminta berbagai informasi tentang posisi
keuangan dan kinerja perusahaan untuk membuat keputusan
jangka pendek. Sebagai tanggapan terhadap kendala yang
disebabkan lingkungan pemakai, postulat periode akuntansi
menyatakan bahwa laporan keuangan yang menggambarkan
perubahan dalam kesejahteraan perusahaan seharusnya
diungkapkan secara periodik.
Panjangnya periode waktu dapat bervariasi tetapi hukum
pajak penghasilan yang mensyaratkan penentuan income
dengan dasar tahunan dan praktik bisnis tradisional,
menggunakan periode normal satu tahun. Meskipun
kebanyakan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang
terkait dengan tahun kalender, beberapa perusahaan
menggunakan tahun fiskal atau tahun bisnis alami". Bila
siklus bisnis tidak berhubungan dengan tahun kalender akan
lebih bermanfaat untuk mengakhiri periode akuntansi ketika
aktivitas bisnis telah mencapai titik terendah. Karena
kebutuhan akan informasi yang tepat waktu, relevan dan
sering, kebanyaka perusahaan juga menerbitkan laporan
interim yang menyediakan informasi keuangan triwulanan
atau bulanan. Studi empiris tentang reaksi pasar modal atas
penerbitan laporan interim dan dampaknya terhadap
keputusan investasi pemakai mengindikasikan kegunaan
laporan interim. Untuk menjamin kredibilitas laporan interim,
Accounting Principles Board menerbitkan APB Opinion
No.28, yang mensyaratkan laporan interim seharusnya
didasarkan pada prinsip akuntansi dan praktik yang sama
dengan yang digunakan dalam pembuatan laporan tahunan.
D. Konsep-konsep Teoritis Akuntansi
1. Teori Proprietary/Teori Kepemilikan
Menurut teori proprietary, entitas sebagai “agen”, perwakilan
atau susunan melalui wirausahawan individual atau
pengoperasi pemegang saham". Sudut pandang kelompok
pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara
memelihara catatan akuntansi dan membuat laporan
keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk
menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik,
dengan persamaan akuntansi:
Aset - Utang = Ekuitas Pemilik.
Persamaan ini dibaca : pemilik memiliki aset dan sekaligus
memiliki kewajiban, sehingga kekayaan bersihnya adalah
kekayaan perusahaan dikurangi dengan kewajiban
perusahaan. Oleh karena itu, teori ini berorientasi pada neraca
(balance sheet oriented). Aset dinilai dan neraca disajikanuntk
mengetahui dan mengukur perubahan hak dan kekayaan
pemilik, sedangkan penghasilan dan biaya dianggap sebagai
kenaikan atau penurunan harta kekayaan pemilik bukan
dianggap berasal dari investor atau pengambilan pemilik
sehingga biaya dan dividen adalah pengambilan modal.
Beberapa istilah akuntansi yang dipengaruhi oleh teori ini
adalah seperti penyajian divide per share, earning per share,
equity method dalam pencatatan perkiraan investasi pada
perusahaan lain dan lain-lain.
2. Teori Entitas
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang
terpisah dan berbeda dari pihak yang menyediakan modal
pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik,
merupakan pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki
sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab terhadap
pemilik maupun kreditor. Menurut teori ini, persamaan
akuntansinya adalah:
Aset = Ekuitas
Aset= Utang+ Ekuitas Pemegang saham
Aset adalah hak perusahaan, ekuitas menunjukkan sumber
aset yang berasal dari kreditor atas pemilik yang merupakan
kewajiban bagi perusahaan. Kreditor dan pemilim sebenarnya
adalah pemilik perusahaan yang merupakan tempat di mana
perusahaan memiliki kewajiban. Baik kreditor dan pemegang
saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak
yang berbeda terkait dengan income, control, risiko,dan
likuidasi.
Laba adalah milik perusahaan sebelum dibagikan kepada
pemilik.
Teori ini berorientasi pada laporan laba rugi (income
statement oriented). Pertanggungjawaban pada pemilik
dilakukan dengan cara mengukur pestasi kegiatan dan prestasi
keuangan yang ditunjukkan perusahaan. Dengan demikian,
income merupakan kenaikan equity pemilik atau kenaikan
kewajiban perusahaan kepada pemilik. Setelah dikurangi hak
kreditor kenaikan equity pemilik terjadi setelah dividen
dikeluarkan dan laba ditahan tetap dianggap sebagai hak milik
perusahaan sampai suatu saat dibagikan. Dalam teori ini pajak
dan bunga pinjaman dianggap sebagai bagian laba untuk
pemerintah dan kreditor. Oleh karena itu, bukan biaya.
Beberapa pengaruh teori ini pada pencatatan dan penyajian
akuntansi adalah :
1. Penggunaan LIFO dalam menilai persediaan pada masa
inflasi. Metode ini lebih baik dalam penentuan pendapatan
dari pada FIFO di masa inflasi.
2. Penyajian laporan keuangan konsolidasi
3. Definisi tentang revenuedan expenses yang lazim sesuai
dengan konsep ini
3. Teori dana (Fund Theory)
Menurut teori yang dikemukakan W.Y Vatter (1995) ini yang
menjadi perhatian bukan pemilik dan bukan pula perusahaan,
tetapi sekelompok aset yang ada dan kewajiban yang harus
ditunaikan disebut fund yang masing-masing pos memiliki
aturan dalam penggunaannya. Dengan demikian teori dana
menganggap bahwa unit usaha merupakan sumber ekonomi
(dana) dan kewajiban yang ditetapkan sebagai pembatasan-
pembatasan terhadap penggunaan aset atau dana tersebut.
Persamaan akuntansinya adalah:
Aset = Pembatasan Aset
Dalam persamaan ini unit akuntansi didefinisikan dalam
istilah aset, dan penggunaan aset ini adalah terbatas.
Kewajiban merupakan suatu pembatasan ekonomi secara
hukum terhadap penggunaan aset. Teoi dana ini memusatkan
perhatian pada harta atau aset centered dalam arti kata yang
menjadi pusat perhatiannya adalah penggunaan aset yang
dibatasi. Teori ini berorientasi pada laporan sumber dan
penggunaan dana. Laporan ini menggambarkan sumber dari
mana dana dan ke mana penggunaan dana perusahaan.
Umumnya teori ini berlaku untuk organisasi pemerintah atau
non profit (nirlaba).
4. The enterprise Theory
Sejalan dengan kemajuan sosial dan meningkatnya
pertanggungjawaban publik oleh perusahaan, maka konsep
teoritis akuntansi juga berubah. Dalam konsep teori ini yang
menjadi pusat perhatian adalah keseluruhan pihak atau
kontestan yang terlibat atau yang memiliki hubungan baik
langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan.
Misalnya, pemilik, manajemen, masyarakat, pemerintah,
kreditor, pegawai dan pihak yang berkepentingan lainnya.
Dalam teori ini pihak-pihak ini harus diperhatikan dalam
penyajian informasi laporan keuangannya. Menurut teori ini
akuntansi jangna hanya mementingkan informasi bagi pemilik
perusahaan, tetapi juga pihak lainnya juga yang memberikan
kontribusi langsung dan tidak langsung kepada eksistensi dan
keberhasilan suatu perusahaan atau lembaga.
E. Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi
Banyak pihak baik komite maupun perseorangan yang
memberikan prinsip dasar akuntansi tersebut. Antara yang
satu dengan yang lain kadang memiliki kadang memiliki
perbedaan dan juga persamaan. Berikut ini akan kita berikan
beberapa pendapat tersebut.
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia memberikan dua
asumsi dasar yaitu :
a. Dasar Acrual
Artinya dalam menyusun laporan keuangan pengakuan
tansaksi didasarkan pada kejadian atau perisiwa bukan
didasarkan pada transaksi kas.
b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi bahwa entity
yang dimaksud akan melanjutkan usahanya, da;lam asumsi
dasarnya tidak ada maksud untuk melakukan likudasi.
APB Statement No.4 memberikan sembilan prinsip dasar
akuntansi sebagai berikut :
1. The cost Principle
Menurut pendapat ini, cost principle atau disebut juga
acquisition cost adalah dasar penilaian yang tepat untuk
mencatat perolehan barang, jasa, biaya, harga pokok dan
equity. Dengan kata lain, setiap perkiraan dinilai berdasarkan
harga pertukarannya pada tanggal perolehan.
APB statement No.4 mendefinisikan cost sebagai berikut :
Cost adalah suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk
uang dari kas yang dibelanjakan atau barang lain yang
diserahkan , modal saham yang dikeluarkan, jasa yang
diberikan, atau utang yang dibebankan sebagai imbalan dari
barang dan jasa yang diterima atau akan diterima.
Kelemahan dari prinsip ini yang paling utama adalah akibat
nila uang atau kemampuan daya beli yang tidak stabil
sehingga bisa terjadi kemngkinan kesalahan pembaca dalam
membaca lapran keuangan yang disajikan secara cost
principle.
2. The Revenue Principle
Prinsip ini menjelaskan sifat dan komponen, pengukuran dan
pengakuan revenue sebagai salah satu elemen penyusunan
laporan laba rugi. Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagia
berikut :
a. Sifat dan komponen dari revenue
Pada umumnya revenue telah ditafsirkan sebagai:
1. Arus masuk net aset seagai akibat penjualan barang dan
jasa
2. Arus keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada
langganan
3. Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata
penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama periode
tertentu
Perbedaan tersebut timbul akibat perbedaan pandangan
tehadap apa yang dianggap termasuk dalam revenue.
Ada dua pandangan tentang revenue, yaitu sebagai berikut :
1. Secara luas, revenue termasuk seluruh hasil dari perusahaan
dan kegiatan investasi. Termasuk revenue adalah seluruh
perubahan net aset yang timbul dari kegiatan produsi dan dari
laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva dan investasi.
2. Secara sempit, revenue hanya berasal dari kegiatan
produksi, dan tidak termasuk laba rugi yang berasal dari
penjualan aktiva tetap.
b. Pengukuran Revenue
Revenue merupakan nilai yang diukur menurut produk atau
jasa yang ditukar dengan cara transaksi yang objektif.
Nilai di sini dapat berupa :
1. Net Cash atau Equivalent
2. Nilai discounted dari uang yang diterima atau akan diterima
sebagai imbalan pertukaran barang dan jasa yang diserahkan
perusahaan kepada langganannya.
Dari nilai ini, dua penafsiran yang muncul yaitu :
1. Potongan harga dan pengurangan lain dari harga tetap. Hal
ini perlu disesuaikan untuk menghitung net cash yang
sebenarnya atas nilai diskonto uang yang diklaim yang harus
dikurangi untuk menghitung revenue.
2. Untuk transaksi yang buan melalui kas, nilai tukarnya
dianggap sama dengan nilai pasar wajar dari jumlah yang
akan diterimayang paling mudah dan paling jelas dapat
dihitung.
3.The Matching Principles
Prinsip ini mengatur agar pembebanan biaya harus dilakukan
pada periode yang sama dengan periode pengakuan hasil.
Hasil diakui pada periode menurut prinsip pengakuan hasil
dan biaya akan dibebankan sesuai periode itu.
Akuntansi untuk biaya ini mencakup dua tahap yaitu :
1. Cost dikapitalisasi sebagai aset yang merupakan harta yang
menyimpan sejumlah jasa dan keuntungan.
2. Setiap aset dihapuskan dan dibebankan sebagai biaya untuk
menilai bagian dari aset itu yang dibebankan untuk
menghasilkan revenue selama periode itu.
Dengan demikan, yang dianut di sini adalah accrual basis
accounting bukan cash basis accounting.
Kaitan antara hasil dan biaya tergantung pada empat
kemungkinan sebagai berikut :
1. Pengurangan langsung biaya terhadap hasil seperti pada
harga pokok penjualan mengurangi penjualan.
2. Pengurangan langsung biaya menurut periodenya, seperti
gaji direksi
3. Alokasi biaya pada periode yang memberikan keuntungan,
misalnya biaya penyusutan.
4. Membiayakan seluruh cost pada periode yang dibebankan
kecuali dapat ditunjukkan bahwa pengeluaran akan
memberikan keuntungan di masa yang akan datang, bukan
pada periode itu, seperti biaya promosi.
4.Prinsip Objektivitas (Objectivity Principles)
Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat
realibilitas prosedur pengukuran yang digunakan. Karena
menjamin realibilitas maksimum adalah sangat sulit, akuntan
telah menggunakan prinsip objektivitas untuk menjustiikasi
pemilihan prosedur pengukuran yang digunakan. Prinsip
objektivitas mempunyai interpretasi yang berbeda-beda yaitu :
1. Pengukuran objektivitas merupakan ukuran yang “tidak
bersifat personal”, dalam pengertian bebas dari bias personal
pengukurnya. “Dengan kata lain, objektivitas merujuk pada
realitas eksternal yang independen dari orang yang
menerimanya”.
2. Pengukuran objektivitas merupakan pengukuran variable,
dalam pengertian bahwa pemgukuran didasarkan pada bukti,
3. Pengukuran objektivitas merupakan hasil dari “consensus
diantara kelompok pengamat atau pengukur tertentu”.
Pandangan ini juga memandang bahwa objektivitas
tergantung pada kelompok pengukur tertentu.
4. Ukuran penyebaran atas distribusi pengukuran digunakan
sebagai indicator tingkat objektivitas suatu system
pengukuran termaksud.
5.Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi
yang serupa seharusnya dicatat dan dilaporkan secara
konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini berimplikasi
bahwa prosedur akuntansi yang sama akan diterapkan dalam
item serupa sepanjang lebih berguna. Kecenderungan dalam
data akuntansi dan hubungan dengan factor-faktor eksternal
akan terungkap secara lebih akurat bila prosedur pengukuran
yang komparabel telah digunakan. Demikian pula, distorsi
jumlah income dan neraca dan kemungkinan manipulasi
laporan keuangan dapat dihindari dengan penggunaan
prosedur akuntansi yang konsisten sepanjang waktu.
Konsistensi juga merupakan batasan bagi pengguna laporan
keuangan yang komparabel dari sebuah perusahaan selama
beberapa waktu, sehingga mempertinggi kegunaan laporan.
Dalam opini standar, akuntan public mengakui prinsip
konsistensi dengan memperhatikan apakah laporan keuangan
telah dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umu
yang diterapkan dengan dasar yang “konsisten dengan tahun
sebelumnya” atau belum.
Prinsip konsistensi tidak menghalangi perusahaan mengubah
prosedur akuntasi ketika hal tersebut dapat dibenarkan dengan
perubahan keadaan, atau jika prosedur altenatif lebih baik.
Menurut APB Opinion No. 20, perubahan yang dapat
menjustifikasi perubahan prosedur adalah :
1. Perubahan dalam prinsip akuntansi
2. Perusahaan dalam estimasi akuntansi
3. Perubahan dalam entitas pelaporan
Perubahan ini harus terefleksi dalam akun dan dilaporkan
dalam laporan keuangan secara retroaktif untuk perubahan
entitas akuntansi, secara prospektif untuk parubahan dalam
estimasi akuntansi, dan secara umum dan segera untuk
perubahan dalam prinsip akuntansi.
6.Prinsip Pengungkapan Penuh (Disclosure Principle)
Terdapat konsensus umum dalam akuntansi bahwa terdapat
pengungkapan data akuntansi yang “penuh” (full), wajar (fair)
dan “cukup” (adequate). Pengungkapan penuh mensyaratkan
bahwa laporan keuangan didesain dan dibuat untuk
menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi yang telah
mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan memuat
informasi yang memadai untuk membuat laporan berguna dan
tidak menyesatkan bagi rata-rata investor. Secara lebih
eksplisit, prinsip pengungkapan penuh berimplikasi bahwa
tidak ada informasi penting atau kepentingan bagi rata-rata
investor yang menghilangkan atau disembunyikan.
Skinner memberikan perhatian pada beberapa permasalahan
yang seharusnya menjadi subjek pengungkapan penuh :
1. Rincian tentang kebijakan dan metode akuntansi, terutama
bila diperlukan pertimbangan dalam penerapan metode
akuntansi, bila metode khas untuk entitas pelaporan tertentu,
atau bila metode akuntansi alternatif dapat digunakan.
2. Informasi tambahan untuk membantu analisis investasi atau
untuk mengindikasikan hak berbagai pihak yang memiliki
klaim atas pelaporan entitas.
3. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan dan
metode akuntansi yang digunakan dan dampak perubahan
tersebut.
4. Aset, utang, biaya dan revenue yang timbul dari transaksi
dengan pihak lain yang memiliki kepentingan pengendalian
atau dengan direktur atau karyawan yang memiliki hubungan
khusus dengan entitas pelaporan.
5. Aset, utang, dan komitmen bersyarat
6. Transaksi keuangan atau transaksi operasi lainnya yang
terjadi setelah tanggal neraca yang memiliki dampak material
terhadap posisi keuangan entitas sebagaimana telah
digambarkan dalam laporan akhir tahun.
7.Prinsip Konservatisme (Conservatims Principle)
Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau
modifikasi dalam artian bahwa prinsip tersebut bertindak
sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang relevan
dan reliable. Prinsip konservatisme menyatakan behwa ketika
memilih diantara dua atau lebih teknik akuntansi yang dapat
diterima, maka preferensinya adalah memilih yang paling
kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham. Secara
lebih spesifik, prinsip ini menunjuk-kan bahwa lebih disukai
melaporkan nilai terendah untuk asset dan revenue dan nilai
tertinggi untuk utang dan expenses. Prinsip konservatisme
kemudian menyatakan bahwa akuntan secara umum
menggambarkan perilaku pesimistik ketika memilih teknik
akuntansi untuk pelaporan keuangan. Untuk mencapai tujuan
pemahaman income sekarang dan asset, prinsip konservatisme
mungkin mendorong perlakuan yang merupakan
penyimpangan dari pendekatan teoritis dan dapat diterima.
Sebagai contoh, pengadopsian konsep lower-of-cost-or-
market bertentangan dengan prinsip biaya historis. Meskipun
penilaian asset dan penyusutan dipercepat secara umum
diyakini sebagai ukuran yang melawan inflasi, mereka
dipandang sebagai hasil dari pengadopsian prinsip
konservatis-me. Chatfield mengatakan bahwa “.
Keduanya (LIFO dan penyusutan dipercepat) memunculkan
kembali tradisi lama tentang konservatisme neraca,
sedemikian banyak sehingga pembayar pajak dimungkinkan
menggunakan LIFO bersama dengan penilaian sediaan lower-
of-cost-or-market. Keduanya telah memberikan keutamaan
bagi kebutuhan menajemen akan penilaian yang lebih tepat.
8.Prinsip Materialitas (Materiality Principle)
Seperti halnya konservatisme, prinsip materialitas merupakan
prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip ini menyatakan
bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak
ekonomi signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling
tepat, apakah transaksi dan peristiwa tersebut sesuai dengan
prinsip berterima umum atau tidak, dan tidak perlu
diungkapkan.
Secara umum, badan-badan akuntansi telah meninggalkan
penggunaan materialitas dalam pertimbangan akuntan, pada
saat yang sama tetap menekankan pentingnya materialitas.
Menurut APB Statement No. 4, materialitas menunjukkan
bahwa “pelaporan keuangan hanya berurusan dengan
informasi yang cukup signifikan untuk mempengaruhi
evaluasi atau keputusan”, APB Opinion No. 30
menggantungkan pada konsep materialitas yang tidak
didefinisi untuk menjelaskan item-item luar biasa. Demikian
pula, APB Opinion No. 22 merekomendasikan pengungkapan
pengungkapan semua kebijakan atau prinsip yang secara
material mempengaruhi posisi keuangan, hasil operasi dan
perubahan dalam posisi keuangan suatu entitas. Pada tahun
1975, FASB menerbitkan memorandum diskusi tentang isu
materialitas, yang menekankan pentingnya prinsip ini.
Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional.
Kebanyakan definisi materialitas menekankan pada peran
akuntan dalam menginterpretasikan apa yang material dan apa
yang tidak material. Sebagai contoh, Frishkoff mendefinisi
materialitas sebagai “arti pentingnya relative dan kuantitatif
dari suatu informasi akuntansi bagi pengguna dalam konteks
keputusan yang harus dibuat”.
9. Prinsip Keseragaman dan Kompabilitas
Prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang
sama untuk item-item yang terkait dengan perusahaan tertentu
antar waktu, prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan
prosedur yang sama oleh perusahaan yang berbeda. Tujuan
yang diinginkan adalah mencapai komparabilitas laporan
keuangan dengan mengurangi keanekaragaman yang tercipta
karena penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh
perusahaan yang berbeda. Pada kenyataannya, debat yang
konstan terjadi tentang apakah fleksibilitas atau keseragaman
seharusnya berlaku dalam akuntansi dan pelaporan keuangan.
Pendukung utama prinsip keseragaman mengklaim bahwa
prinsip tersebut akan:
1. Mengurangi perbedaan penggunaan prosedur akuntansi dan
ketidakcukupan praktik akuntansi.
2. Memungkinkan pembandingan yang berarti bagi pengguna
laporan keuangan.
3. Memperbaiki kepercayaan pengguna pada laporan
keuangan.
4. Mendorong intervensi pemerintah dan regulasi praktik
akuntansi
Pendukung utama fleksibilitas mengklaim bahwa :
1. Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk
menunjukkan item yang sama yang terjadi dalam berbagai
kasus menimbulkan risiko penyembunyian perbedaan-
perbedaan penting diantara kasus-kasus tersebut;
2. Komparabilitas merupakan tujuan yang tidak praktis ; “hal
tersebut tidak dapat dicapai dengan mengadopsi peraturan-
peraturan perusahaan yang tidak menggunaan pencatatan yang
memadai untuk situasi faktual yang berbeda”
3. “Perbedaan dalam keadaan” atau “variable-variabel
keadaan” meminta perlakuan yang berbeda, sehingga
pelaporan perusahaan dapat merespon keadaan tempat
transaksi dan peristiwa terjadi. Varibel keadaan didifinisi
sebagai :
“…..kondisi lingkungan yang bervariasi diantara perusahaan
dan yang mempengaruhi
a. Kelayakan metode akuntansi, dan atau
b. Objektivitas ukuran yang merupakan hasil penerapan
metode akuntansi“
Tujuan implicit prinsip keseragaman maupun fleksibilitas
adalah melindungi pengguna dan menyajikan data bermanfaat
bagi pengguna. Kedua prinsip tersebut gagal mengatasi posisi
ekstrimnya dalam isu pelaporan keuangan. Keseragaman tidak
mendorong komparabilitas, tidak dapat disangkal sebagai
tujuan yang tidak layak. Fleksibilitas terbukti telah
mendorong munculnya kebingungan dan ketidakpercayaan,
solusi/tradeoff yang mungkin dapat diberikan adalah
mendukung keseragaman dengan mempersempit perbedaan
praktik akuntansi dan, pada saat yang sama memungkinkan
pengakuan yang layak atas dasar dan peristiwa ekonomi
khusus perusahaan tertentu dan industry tertentu dengan
hubungan yang tepat antara keadaan ekonomi tertentu dengan
teknik akuntansi. Posisi tengah ini meminta definisi
operasional dari “perbedaan keadaan” dan petunjuk yang
lebih baik untuk keterkaitan perbedaan dengan berbagai
prosedur.
KESIMPULAN
Aturan dan teknik akuntansi yang ada didasarkan pada
pondasi teori akuntansi. Pondasi ini dibentuk dari elemen-
elemen hirarki yang berfungsi sebagai kerangka acuan atau
struktur teoritis. Pendekatan dan metodologi apapun yang
digunakan dalam penyusunan teori akuntansi, rerangka acuan
atau struktur teori yang dihasilkan didasarkan pada
serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur
pengembangan teknik akuntansi.
Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen sebagai
berikut :
Pernyataan tujuan laporan keuanganPernyataan postulat dan
konsep teroritis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi
lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep
teoritis diturunkan dari pernyataan tujuanPernyataan tentang
prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan
konsep teroritisBatang tubuh teknik-teknik akuntansi yang
diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi
Pemahaman terhadap elemen-elemen ini dan hubungan teori
akuntansi menjamin pemahaman terhadap alasan balik praktik
aktual dan masa mendatang. Laporan keuangan yang disajikan
dalam laporan akuntansi formal semata-mata merupakan
refleksi penerapan struktur teori akuntansi. Perbaikan isi dan
format laporan keuangan berkaitan dengan perbaikan struktur
teoritis akuntansi. Agenda terpentint dari badan-badan
akuntansi seharusnya adalah penyusunan elemen-elemen teori
akuntansi yaitu tujuan akuntansi, postulat lingkungan, konsep
teoritis prinsip akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Eldon S. Hendriksen – Michael F. Van Breda, Teori
Akunting Edisi Kelima. Buku Satu.
2. Harahap-Sofyan Safri,Teori akuntansi Edisi Revisi, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2007
3. Ahmed Riahi – Belkaoui, Accounting Theory, Salemba
Empat, Jakarta, 2000..

Anda mungkin juga menyukai