Anda di halaman 1dari 9

RMK KERANGAK KONSEPTUAL AKUNTANSI

SELLY SUHALTI
02320180242
TEORI AKUNTANSI
B6

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


TAHUN AJARAN 2021/2022
MAKASSAR
A. Pengertian Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual  adalah suatu konstitusi, suatu system koheren dari


hubungan antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten
dan yang menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan
keuangan.
Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu sistem yang
koheren dari hubungan antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar
yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi serta keterbatasan akuntansi keuangan
dan laporan keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan maksud akuntansi,
sedangkan fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi, konsep yang
memberikan petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur kejadian tersebut,
meringkas dan mengkomunikasikan pada pihak-pihak yangberkepentingan.
Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur (belkaoui,
1993), karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi yang
didasarkan pada proses penalaran logis yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki
yang memiliki beberapa tingkatan. Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk
konstitusi dalam proses penyusunan standar.  Tujuannya adalah memberikan petunjuk
dalam menyelesaikan perselisihan yang meningkat selama proses penyusunan standar
dengan mempersempit pertanyaan, apakah standar telah sesuai dengan kerangka
konseptual ataukah tidak.  Secara lengkap, kerangka kerja konseptual adalah :
a. Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi
b. Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada standar
khusus yang mengaturnya.
c. Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan
d. Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative metode
akuntansi.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh  FASB


sebagai :
“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi
landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-
batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Yang dimaksud tujuan adalah
tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah
konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada
pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan,
pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep
lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi
berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi
keuangan dan pelaporan.

Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual


1. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai
laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar
laporan keuangan perusahaan.
2. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada
kerangka teori yang telah ada

Elemen Kerangka Konseptual


Menurut Belkaoui (2000: 142) kerangka konseptual memiliki empat tingkatan, yaitu:
1. Tingkat Pertama
Pernyataan konsep akuntansi keuangan mengenai rumusan tujuan pelaporan
keuangan suatu kesatuan bisnis (organisasi bisnis) SFAC nomor 1.
SFAC nomor 4 tujuan pelaporan keuangan perusahaan nonbisnis organisasi nirlaba.
2. Tingkat Kedua
Pernyataan tentang Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi SFAC nomor 2.
Unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan bisnis, SFAC nomor 3, kemudian
diganti SFAC nomor 6, yang mengatur tentang unsure-unsur laporan keuangan baik
untuk perusahaan bisnis maupun organisasi nirlaba (sektor publik).
3. Tingkat Ketiga
Rumusan tentang pengakuan dan pengukuran laporan dan pelaporan keuangan SFAC
nomor 5. SFAC nomor 33, mengatur tentang pelaporan keuangan dengan
penyesuaian tingkat harga (tingkat inflasi).
4. Tingkat Keempat
Pelaporan posisi keuangan, pelaporan arus kas dan likuiditas,
pelaporan earnings (dalam hal ini adalah laporan laba rugi).
A.

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI


1) Elemen-Elemen Teori Akuntansi
Masing-masing tingkatan memiliki hirerakinya. Menurut Belkaoui apapun metodologi
dan pendekatan yang digunakan, apakah itu deduksi atau induksi, apakah deskriptif atau
normatif, struktur akhir atau kerangka acuannya harus didasarkan pada unsur-unsur atau
perangkat elemen-elemen dan hubungan yang mendasari pembangunan pengembangan
teknik-teknik akuntansi.
Suatu struktur teori akuntansi menurut Ahmed Belkaoui harus mencakup elemen-elemen
atau unsur-unsur sebagai berikut:
a. A Statement of objectives.
Merupakan tujuan dari financial statement atau laporan keuangan yang dihasilkan
akuntansi.
b. A Statement of the postulate and theoretical concept of accounting.
Postulat-postulat dan konsep teori akuntansi berkaitan langsung dengan asumsi-asumsi
lingkungan serta sifat daripada unit akuntansi yang dapat diturunkan dan tujuan yang
telah dinyatakan.
c. A Statement of basic accounting principle.
Prinsip-prinsip dasar akuntansi yang diturunkan baik dari postulate maupun theoretical
concepts.
d. A Body of accounting techniques
Sekumpulan teknik-teknik atau prosedur akuntansi yang diturunkan dari accounting
principles.

B. Postulat, Konsep Teoritis, dan Prinsip Akuntansi


Pengertian
1. Postulat akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma,
berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan,
menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosiologi dan hukum tempat akuntansi
beroperasi.
Postulat akuntansi terdiri atas :
i. Postulat entitas (entity)
Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit akuntansi yang
terpisah dan berbeda dari pemiliknya.
Jadi akuntansi lebih melihat bahwa entitas terpisah dari pemiliknya, artinya akuntansi
tidak bisa dihasilkan jika setiap proses pengambilan pemilik tidak dilakukan proses
pencatatan
ii. Postulat kelangsungan usaha (going concern)
Postulat kelangsungan usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas
akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan projek, komitmen, dan aktifitas yang
sedang berjalan.
Postulat mengasumsikan bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam
masa mendatang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan terus
beroperasi untuk periode waktu yang tidak tertentu. Postulat kelangsungan usaha
menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi.
iii. Postulat unit pengukur (monentary unit)
Unit pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk mencatat transaksi perusahaan degan
cara yang seragam. Pengukuran yang digunakan adalah unit moneter.
Jadi postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses
mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter.
iv. Postulat periode akuntansi (accounting period)
Periode akuntansi dibutuhkan investor untuk mengetahui kinerja operasional
perusahaan.Oleh karena itu postulat ini berkebalikan dengan postulat keberlangsungan
usaha. Karena untuk postulat periode akuntansi, mensyaratkan perusahaan pada saat
pembuatan laporan keuangan berarti perusahaan dalam kondisi likuidasi.

2. Konsep teoritis akuntansi adalah juga pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian
atau aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan
keuangan, yang menggambarkan sifat entitas akuntansi yang beroperasi dalam ekonomi
bebas yang dikarakteristikkan oleh kepemilikan pribadi atas kekayaan.
Konsep Teoritis Akuntansi terdiri atas :
1. Teori Proprietary / Teori Kepemilikan
Menurut teori proprietary antita sebagai “agen, perwakilan atau susunan melalui
wirausaha individual atau pengoperasi pemegang saham”. Sudut pandang kelompok
pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi
dan membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk
menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik.
2. Teori Entitas
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak
yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik,
merupakan pusat kepentingan akuntansi.Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan
danbertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor.
3. Teori Dana
Teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana) serta
kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya. Laporan ini
merefleksikan perilaku operasi perusahaan yang berkaitan sumber dan penggunaan
dana.Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba

3. Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan dan
konsep teoritis akuntansi, yang mengatu pengembangan teknik-teknik akuntansi.
Prinsip Akuntansi terdiri atas :
1. Prinsip Kos (cost principle)
Menurut prinsip kos, kos pemerolehan (acquisition cost) atau kos historis merupakan
dasar penilaian yang memadai untuk mengakui pemerolehan semua barang dan jasa,
expenses, kos, dan ekuitas. Kos adalah jumlah, diukur dalam uang, kas yang
dibelanjakan atau properti lain yang ditransfer, penerbitan modal saham, jasa yang
diberikan, atau utang yang terjadi, sebagai imbalan atas barang atau jasa yang
diterima, atau seharusnya diterima.
2. Prinsip Revenue (Revenue cost)
Prinsip-Prinsip revenue menspesifikasi:
 Sifat komponen-komponen revenue
1) Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa
2) Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan
3) Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh
perusahaan selama priose waktu tertentu
 Sifat dan komponen revenue menurut hendariiksen
1) Konsep produk lebih superior dari pada konsep aliran keluar, yang lebih superior
dari pada konsep aliran masuk.
2) Konsep produk adalah netral terkait dengan pengukuran (jumlah) dan saat
(tanggal pengakuan) revenue, sdangkan konsep aliran masuk membingungkan
terkait dengan pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal pengakuan) proses revenue
 Accounting Terminology Bulletin 2
Mendefinisikan Revenue “Revenue berasal dari penjualan barang atau pemberian
jasa dan diukur dengan beban yang ditanggung pelanggan, klien, atau penyewa
barang dan jasa yang disediakan untuk mereka. Revenue juga meliputi keuntungan
dari penjualan atau pertukaran aset (selain saham yang diperdagangkan) dan deviden
yang diperoleh dari invesasi, dan peningkatan lain dalam ekuitas pemilik kecuali
peningkatan yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal.
 Pengukuran Revenue, revenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atau
jasa dalam sebuah transaksi yang lugas (arm’s-length transaction)
Ada dua intepretasi revenue yang muncul dari konsep revenue ini:
1) Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap, seperti kerugian
piutang yang tidak tertagih (intepretasi ini bertentangan dengan pandangan
bahwa potongan tunai dan kerugian piutang tidak tertagih dianggap sebagai
expenses).
2) Untuk transaksi non kas,nilai pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar
barang/ jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan
jelas dalam menghitungnya.
 Waktu Pengakuan Revenue umumnya diakui bahwa revenue dan income yang
diperoleh dalam semua tahap siklus operasi (yaitu selama penerimaan order,
produksi, penjualan dan penagihan). Karena sulit alokasi reveue dan income pada
siklus yang berbeda maka menggunakan realisasi. Realisasi adalah perubahan dalam
aset atau utang secara memadai telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk
membenarkan pengakuan dalam akun.
 Diperlukan aturan spesifik atau pertimbangan yang diperlukan untuk mengakui
perubahan aset dan AAA membuat standar kriteria tersebut:
1) Diperoleh (earned), dalam satu atau bebeapa pengertian
2) Dalam bentuk yang dapat didistribusikan
3) Hasil atas konversi yang timbul dari transaksi antar perusahaan dan pihak
eksternal
4) Hasil dari penjualan yang saham atau proses serupa
5) Dipotong dari modal
6) Dalam bentuk aset lancar
7) Dampak kotor atau bersih pada ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasi
dengan tingkat reliabilitas tinggi. Secara umum, revenue diakui dengan dasar
akrual atau dasar peristiwa kritis.
 Dasar akrual untuk pengakuan revenue berimplikasi bahwa revenue harus dilaporkan
selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan atau pada saat
pengumpulan penjualan
Revenue diakui selama produksi jika:
1) Revenue berupa sewa, bunga, komisi diakui ketika telah diperoleh (earned).
2) Pemberian jasa individual atau kelompok profesional atau jasa yang serupa lebih
baik menggunakan dasar akrual untuk pengakuan revenue.
3) Revenue dari kontrak jangka panjang
4) Revenue atas cost plus fixed-fee contracts
5) Perubahan aset karena pertumbuhan (acretion) akan menimbulkan peningkatan ,
sebagai contoh minuman keras anggur,  tanaman kayu, ternak dsb)

3. Prinsip Penandingan (Matching Principle)


Secara operasional, ada dua tahap untuk akuntansi expenses:
a) Kos dikapitalisir sebagai aset yang menggambarkan sekumpulan jasa atau
manfaat potensial
b) Setiap aset dihapus sebagai expenses untuk mengakui proporsi jasa potensial aset
yang telah terpakai untuk menghasilkan revenue selama periode tertentu. Jadi,
akuntansi akrual lebih ditunjukkan oleh prinsip penandingan dalam artian
kapitalisasi dan alokasi dibanding akuntansi kas.
Hubungan antara revenue dan expenses tergantung pada sati dari empat kriteria:
1) Penandingan kos yang telah terpakai dengan revenue (sbg contoh, cost of good
soldditandingkan dengan penjualan)
2) Penandngan langsung kos yang telah terpakai dengan periodanya (contoh; gaji
direktur untuk periode tertentu)
3) Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat (contoh; depresiasi)
4) Menjadikan expenses semua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali dapat
ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa datang (contoh; expenses
advertensi)
Cost yang belum terserap (aset) yang tdk memenuhi salah satu dari empat kriteria
untuk menjadikannya expenses pd periode berjalan dapat dibebankan pada periode
mendatang dan dapat diklasifikasikan dalam katagori yang berbeda sesuai dengan
penggunaan
4. Prinsip Objektive (Objective principle)
Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat reliabilitas prosedur
pengukuran yang digunakan. Karena menjamin reliabilitas maksimum adalah sangat
sulit, akuntan telah menggunakan prinsip objektifitas untuk menjustifikasi pemilihan
prosedur pengukuran yang digunakan.
5. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya
dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode.
6. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)
Terdapat konsensus di akuntansi bahwa pengungkapan data akuntansi yang penuh
(full), wajar (fair) dan cukup (adequate).Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa
laporan keuangan didesain dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa
ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode.
7. Prinsip Konservatisme (conservatism)
Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi dalam artian
bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang
relevan dan reliabel.
8. Prinsip Materialitas (Materiality)
Prinsip ini menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak
ekonomi signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi
tersebut sesuai dengan PABU atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan.
9. Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas (comparability)
Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama untuk item-item
yang terkait dengan perusahaan antar waktu. Artinya penggunaan prosedur sama oleh
perusahaan yang berbeda. Tujuannya adalah komparabilitas laporan keuangan.

C. Standar (Teknik) Akuntansi


Standar akuntansi adalah peraturan- peraturan khusus yang dijabarkan dari prinsip dasar
akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perlakuan pencatatan dan pelaporan
terhadap semua transaksi atau kejadian-kejadian tertentu yang dialami oleh suatu lembaga
(entity) organisasi atau perusahaan.
Inilah yang sebenarnya digambarkan oleh Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika dan APB Statement menjadi FASB
Statement. Standar ini diperlukan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan
yang baku. Standar akuntansi ini akan secara terus-menerus berubah dan berkembang seiring
dengan perkembangan zaman, dunia usaha,dan kemajuan teknologi.
Belkoui (1985) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu:
1) Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan kegiatan perusahaan
yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding.
2) Memberikan pedoman bagi akuntan publik dalam melakukan pekerjaannya secara hati-
hati dan independen.
3) Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap
penting dalam perhitungan PPh, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan
pengaturan ekonomi, dan peningkatan efisiensi ekonomi, serta tujuan-tujuan makro
lainnya.
4) Menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.

Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses perumusan
standar akuntansi. Belkoui (1985) membaginya ke dalam tiga fase:
1. Fase peranan manajemen (1990-1933)
Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang besar dalam perumusan
standar akuntansi. Metode yang dipakai dalam memecahkan masalah akuntansi yang
timbul di periode ini adalah lebih bersifat pragmatis, bukan berdasarkan pada teori yang
ada.
2. Fase peranan profesi (1933-1973)
Dalam periode ini, perumusan standar akutansi didominasi oleh profesi, dimana
organisasi mulai tumbuh dan berkembang dengna pesat. Namun anggota asosiasi dan
organisasi profesi masih belum yakin terhadap kerangka teori yang ada yaitu kekuatan
atau otoritasnya tidak jelas. Oleh sebab itu banyak sekali alternative yang timbul yang
pada akhirnya meniptakan fleksibilitas dalam penerapan standar akuntansi.
3. Fase politisasi (1973-sekarang)
Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan profesi telah
menimbulkan kecendariungan pada lahirnya metode yang lebih bersifat deduktif dan
politisasi dalam perumusan standar akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai