Disusun Oleh
Kelompok 9
Kelas : C3 - Akuntansi
4. Standar Akuntansi
Berikut adalah isi dari Elemen Struktur Teori Akuntansi
1. Rumusan tujuan laporan keuangan
Rumusan tujuan laporan keuangan yang diperoleh dari para pemakai laporan
keuangan sebagai struktur paling atas dan merupakan tujuan akhir yang akan dicapai
dalam praktik akuntansi. Adalah menyajikan informasi baik yang bersifat kuantitatif
maupun yang bersifat kualitatif, terhadap data/informasi yang wajib maupun data
pendukung yang bersifat sukarela. Baik untuk informasi umum dan khusus dalam
laporan keuangan (financial statement) untuk kepentingan pemakai. Bahwa laporan
keuangan merupakan hasil akhir (output) dari serangkaian kegiatan pencatatan,
pengklasifikasian, penyajian dan pengungkapan atas aktivtas bisnis manajemen.
Oleh karena itu, laporan keuangan ini harus mengacu pada standar akuntansi
berterima umum. Sebab elemen yang ada dalam laporan keuangan tersebut bersifat
standard baku. Hal ini berbeda dengan pelaporan keuangan (financial report), karena
pelaporan keuangan ini merupakan laporan keuangan plus laporan lainnya yang
bersifat opsional atau pelengkap informasi, seperti laporan segmen usaha, laporan
kontijensi, dan laporan lainnya.
2. Rumusan tentang postulat akuntansi yang dirumuskan dari tujuan laporan keuangan
Postulat akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau
aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan
keuangan, menggambarkan lingkungan akuntansi, politik, sosiologi, dan hukum
tempat akuntansi beroperasi. Arti lain postulat akuntansi merupakan pernyataan yang
dapat membuktikan kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang sudah
diterima karena kesesuaiannya dengan (untuk menopang dan mewujudkan) tujuan
laporan keuangan, yang, menggambarkan aspek ekonomi, politik, sosiologis, dan
hukum dari suatu lingkungan dimana akuntansi itu beroperasi.
Alasan awal yang diakui kebenarannyaatau dijadikan aksiomatis berupa
hipotesis atau asumsi pokok dalam lingkungan praktik akuntansi. Postulat/dalil
disebut juga pernyataan atau aksioma yang terbukti dengan sendirinya. Dalil adalah
keterangan yang dijadikan bukti atau alasan untuk kebenaran.
3. Konsep teoritis akuntansi
Yang berhubungan dengan asumsi-asumsi dan sifat-sifat akuntansi yang
mengarah pada sifat dan jenis informasi yang disusun untuk kelompok atau pemakai
tertentu. Konsep teoritis akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan
kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang juga sudah diterima umum
karena kesesuaiannya dengan (untuk menopang dan mewujudkan) tujuan laporan
keuangan yang menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang disajikan sesuai kebutuhan
dan penekanannya (pemakainya) yang berperan dalam ekonomi bebas yang ditandai
oleh adanya pengakuan pada pemilikan pribadi.
Hal ini berkaitan dengan anggapan-anggapan lingkungan dan sifat satuan
akuntansi. Dalil dan konsep ini teoritis ini diperolah dari tujuan yang telah dinyatakan
dalam laporan keuangan di atas. Merupakan pernyatan yang sudah diakui
kebenarannya, dan bersifat umum sebagai pedoman dasar dalam menjelaskan suatu
kejadian atau fenomena.
4. Prinsip (sifat) Dasar Akuntansi
Menjelaskan tentang prinsip dasar akuntansi sebagai pedoman umum yang
didasarkan pada dalil dan konsep teoritis. Prinsip ini merupakan landasan yang harus
dijalankan dalam praktik akuntansi secara konsisten.
Prinsip dasar akuntansi adalah prinsip atau sifat-sifat yang mendasari
akuntansi dan seluruh outputnya, termasuk laporan keuangan yang dijabarkan dari
tujuan laporan keuangan, postulat akuntansi dan konsep teoritis akuntansi yang
merupakan sifat dan kualitas dasar dari akuntansi keuangan yang menjadi dasar dalam
pengembangan standar, teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun
laporan keuangan.
5. Teknik Akuntansi
Merupakan kumpulan pelaksanaan dan kegiatan yang merupakan aturan
khusus dan berasal dari prinsip akuntansi untuk mengakui transaksi dan kejadian
khusus yang dihadapi dalam kesatuan akuntansi (entitas bisnis). Teknik ini tergantung
dari situasi dan kebijakan akuntansi yang ditempuh oleh manajemen dalam
menjalankan aktivitas bisnisnya. Teknik akuntansi adalah peraturan-peraturan khusus
yang dijabarkan dari prinsip dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana
standar perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi atau kejadian-
kejadian tertentu yang dialami suatu lembaga (entity), organisasi atau perusahaan.
Jadi, keempat tingkatan tersebut merupakan rangkaian yang membentuk Teori
Akuntansi, dari hirarki dasar hingga hirarki tertinggi. Oleh karena itu, Teori
Akuntansi tersebut dalam perumusannnya harus didasarkan atas metoda ilmiah.
Karena tanpa adanya metoda ilmiah tersebut maka Teori Akuntansi akan sulit untuk
dikembangkan, terutama 25 berkaitan dengan masalah praktik akuntansi dalam bisnis.
Sehingga segala hal yang berkaitan dengan praktik akuntansi harus dapat
dideskripsikan secara jelas dan objektif.
3. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik dari
tujuan dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik
akuntansi. Untuk lebih memahami dan membandingkan apa sebenarnya yang
dapat dimasukkan sebagai prinsip akuntansi, berikut dikemukakan seperangkat
konsepkonsep dasar menurut beberapa sumber
a) Standar Akuntansi Keuangan Indonesia memberikan 2 asumsi
1. Dasar Akrual dalam meyusun laporan keuangan pengakuan transaksi
didasarkan pada kejadian atau peristiwa.
2. Kelangsungan Usaha laporan keuangan disusun berdasarkan bahwa
entity yang dimaksud akan terus akan terus melanjutkan usahanya
dengan asumsi tidak ada likuidasi.
b) APB Statement No.4 memberikan 9 prinsip dasar akuntansi
1. Prinsip Kos / The Cost Principle
Merupakan dasar penilaian yang tepat untuk mencatat
perolehan barang, jasa, biaya, harga pokok dan ekuitas. Dengan kata
lain setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga pertukarannya pada
tanggal perolehannya. APB Statement No.4 mendefinisikan Kos
adalah jumlah, diukur dalam uang, kas uang dibelanjakan atau property
lain yang ditransfer, penerbitan modal saham, jasa yang diberikan atau
uang yang terjadi, sebagai imbalan atas barang atau jasa yang diterima,
atau seharusnya diterima. Kos dapat diklasifikasikan sebagai belum
terpakai (unexpired) adalah asset yang dapat digunakan untuk
menghasilkan revenue di masa mendatang dan telah terpakai (experid)
adalah pengurang revebue atau dibenbankan sebagai pengurang laba
ditahan.
Prinsip kos dijustifikasi oleh postulat kelangsungan usaha yang
mengasumsikan bahwa entitas akan meneruskan aktivitasnya secara
tidak terbatas, sehingga mengelimiasi perlunya menggunakan nilai
sekarang atau nilai likuiditas untuk penilaian asset. Prinsip kos lemah
pada validitas postulat unit pengukur, yang mengasumsikan bahwa
daya beli dolar adalah stabil, merupakan keterbatasan utama untuk
menerapkan prinsip kos, pada kenyataannya adanya inflasi.
2. Prinsip Revenue / The Revenue
Principle Prinsip Revenue Menspesifikasi:
Sifat dan Komponen-komponen revenue
Pengukuran Revenue
Waktu Pengukuran Revenue
Sifat dan Komponen-Komponen Revenue:
Pada umumnya revenue telah ditafsirkan sebagai
1. Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang
atau jasa.
2. Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada
pelanggan,
3. produk perusahaan yang dihasilkan dan penciptaan barang atau
jasa oleh perusahaan selama periode waktu tertentu.
Terdapat dua pandangan tentang komponen revenue:
a. Pandangan revenue yang komprehensif (secara luas) adalah
semua perubahan dalam asset bersih yang berasal dari
aktivitas penghasil revenue dan keuntungan atau kerugian
yang berasal dari penjualan asset tetap dan investasi.
b. Pandangan yang lebih sempit tentang revenue hanya
memasukkan hasil yang berasal dari aktivitas penghasil
revenue (kegiatan produksi) dan tidak memasukkan
Penghasilan investasi dan keuntungan dan kerugian dari
pelepasan asset tetap.
Pengukuran Revenue
Revenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atau
jasa dalam sebuah transaksi yang lugas. Terdapat dua interpretasi
revenue yang muncul dari konsep revenue ini
1. Potongan tunai (cash discount) dan berbagai pengurangan
dalam harga tetap, seperti kerugian piutang yang tidak tertagih
memerlukan penyesuaian untuk menghitung ekuivalen kas
bersih yang sesungguhnya atau nilai diskonto sekarang atau
klaim uang dan secara konsekuen harus dikurangkan ketika
harus menghitung revenue.
2. Untuk transaksi nonkas, nilai pertukaran sama dengan nilai
pasar yang wajar barang/jasa yang diberikan atau yang diterima,
mana yang lebih mudah dan jelas dalam menghitungnya.
Waktu Pengukuran Revenue
Secara umum revenue akan diakui secara
1. Accrual basis
Pengakuan revenue harus dilaporkan selama kegiatan produksi,
pada akhir produksi, pada saat penjualan barang atau pada saat
penagihan piutang
a. Revenue Umumnya diakui selama kegiatan produksi dalam
hal sebagai berikut
sewa, bunga, dan komisi dianggap diakui sebagai
revenue berdasarkan perjanjian yang telah dibuat
sebelumnya yang menjelaskan tentang kenaikan
bertahap dari klaim kepada pelanggan.
Pemberian jasa individual atau kelompok professional
atau jasa yang seperti konsultan, akuntan, appraisal,
dokter, notaris, pengacara dan lain-lain. Mungkin lebih
baik menggunakan dasar akrual dalam penerapan
pengakuan pendapatan.
b. Revenue dari kontrak jangka panjang diakui dengan dasar
kemajuan konstruksi atau persentase penyelesaian.
Persentase penyelesaian dapat dihitung dengan cara
Taksiran para ahli
Jumlah biaya yang sudah dikeluarkan dibandingkan
dengan taksiran biaya seluruh obyek.
c. Revenue atas “cost plus fixed contracts lebih baik diakui
dengan dasar akrual. Kontrak yang dibuat berdasarkan fee
yang tetap ditambah biaya-biaya tertentu.
d. Perubahan asset karena pertumbuhan (accretion) akan
menimbulkan peningkatan revenue sebagai contoh, ketika
umur minuman keras atau anggur, tanaman kayu, atau
ternak menjadi dewasa, revenue akresi didasarkan pada
penilaian sediaan yang sebanding, meskipun belum ada
transaksi.
2. Critical Even Basis
Untuk pengakuan revenue dipicu oleh peristiwa krusial dalam
silklus operasi. Kejadian kritis tersebut dapat berupa
a. Saat terjadinya penjualan, digunakan apabila:
Harga produk diketahui secara pasti
Pertukaran telah selesai dengan pengitiman barang,
sehingga sudah diketahui biaya yang sudah dikeluarkan
Dari segi realisasi, penjualan tersebut dianggap sebagai
kejadian penting
b. Penyelesaian Produksi / proyek Bisa digunakan dalam
situasi pasar stabil dan harga komoditas juga stabil.
c. Pada saat pembayaran setelah dilakukan penjualan. Dapat
dilakukan apabila penjualan yang akan dilakukan dan
penilaian yang akurat tidak dapat dilakukan pada barang
yang akan diserahkan tersebut.
3. The Matching Principle / Prinsip Penandingan
Prinsip penandingan mengatakan bahwa expense (beban) harus
diakui pada periode yang sama dengan revenue, yaitu revenue
diakui dalam periode tertentu sesuai dengan prinsip revenue,
dan beban yang terkait kemudian diakui.
Hubungan antara revenue dan expense tergantung pada satu
dari empat kriteria
a. Pengurangan langsung biaya terhadap hasil seperti pada
harga pokok penjualan mengurangi penjualan.
b. Pengurangan langsung kos yang telah terpakai dengan
periodenya (sebagai contoh, gaji direktur untuk periode
tertentu).
c. Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat
(sebagai contoh, depresiasi)
d. Menjadikan expense semua kos lain dalam periode
terjadinya, kecuali jika dapat ditunjukkan bahwa masih
memiliki manfaat di masa mendatang Seperti biaya
promosi.
Kos yang belum terserap (yaitu, asset) yang tidak
memenuhi salah satu dari empat criteria untuk menjadikannya
expense pada periode berjalan dapat dibebankan pada periode
mendatang dan dapat diklasifikasikan dalam kategori yang
berbeda sesuai penggunaan yang dalam penerapan prinsip
penandingan.
3. Harga Pokok Barang yang Dijual
Hal-hal yang termasuk dalam harga pokok penjualan adalah bahan
mentah, upah langsung, dan biaya overhead. Untuk menghitung harga
pokok penjualan dilakukan 2 tahap :
Penilaian persediaan / penentuan harga pokok produksi yang
dikeluarkan untuk membuat produk itu
Penentuan pendapatan dengan mengurangi harga pokok
produksi dari hasil penjualan.
Dalam menentukan nilai persediaan problem yang harus diputuskan
adalah biaya mana yang termasuk dianggap sebagai product cost atau
period cost. Biaya yang dianggap sebagai product cost apabila biaya
yang dikeluarkan itu memberikan keuntungtan dimasa yang akan
dating., sedangkan periodic cost adalah biaya yang dikeluarkan hanya
memberikan manfaat pada periode itu, oleh karena itu harus
dibebankan pada pendapatan periode itu.
Dalam menghitung biaya produksi ada 2 konsep:
a. Absorbtion costing (full costing)
b. Direct costing (variable costing
Biaya Operasi
Biaya operasi biasanya dibagi 2
1. Biaya penjualan / biaya distribusi / biaya pemasaran
2. Biaya umum dan administrasi
Biaya Penyusutan
Asset yang bisa digunakan lebih dari satu periode biasanya
dikapitalisasi atau unexpired cost dan jumlah ini dialokasi secara
sistematis selama masa manfaatnya.
Depreciation : penyusutan aktiva tetap berwujud
Depletion : penyusutan untuk aktiva sumber-sumber alam
Amotization : penyusutan untuk aktiva tidak berwujud
4. The Objectivity Principle / Prinsip Objektivitas
Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat
realibilitas/kepercayaan kepada prosedur pengukuran yang digunakan.
Karena menjamin reliabilitas maksimum adalah sangat sulit, sehingga
akuntan menggunakan prinsip objektivitas untuk menjustifikasi
pemilihan prosedur pengukuran yang digunakan. Prinsip objektivitas
ini memiliki interpretasi yang berbeda-beda :
1. Objektivity merupakan realitas yang dikemukakan pihak luar yang
independen (bebas) dari orang yang merasakannya.
2. Objektivity dianggap sebagai suatu ukuran yang dapat diperiksa
yang didasarkan pada bukti.
3. Ukuran objektif dianggap sebagai hasil konsensus diantara
kelompok tertentu yang mengamatinya atau mengukurnya. Dengan
demikin Objektivity akan tergantung pada ukuran dari kelompok
tertentu tersebut.
4. Tingkat Objektivity dapat diukur melalui penentuan batas atau
limit tertentu.
5. The Consistency Principle / Prinsip Konsistensi
Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa
seharusnya dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke
periode. Artinya bahwa prosedur, prinsip akuntansi yang sama harus
diterapkan dalam periode itu. Kegunaan prinsip ini adalah agar laporan
keuangan itu dapat diperbandingkan. Prinsip konsistensi tidak
menghalangi perusahaan mengubah prosedur akuntansi ketika hal
tersebut dapat dibenarkan dengan perubahan keadaan, atau jika 37
prosedur alternative lebih baik. Menurut APB opinion No. 20 ada 3
jenis perbuhan :
1. Perubahan dalam prinsip akuntansi
2. Perubahan dalam estimasi akuntansi
3. Perubahan dalam entitas pelaporan
Perubahan ini harus terefleksi dalam akun dan dilaporakan dalam
laporan keuangan secara retroaktif untuk perubahan dalam entitas
akuntansi, secara prospektif untuk perubahan dalam estimasi
akuntansi, dan secara umum dan segera untuk perubahan dalam
prinsip akuntansi.
6. The Disclousure Principle / Prinsip Pengungkapan Penuh
Laporan keungan harus disajikan secara penuh (full), wajar (fair), dan
cukup (adequate). Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan
keuangan agar didesaian dan dibuat untuk menggambarkan secara
akurat peristiwa ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan untuk
suatu periode dan memuat informasi yang memadai untuk membuat
laporan keuangan dan tidak menyesatkan bagi rata-rata investor.
Adequate : Informasi yang minimum harus disajikan
Fair : Aturan etis tentang perlakuan yang sama kepada
semua pemakai laporan keuangan
Full : Menyangkut kelengkapan penyajian informasi
Menurut Skiner ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar laporan
keuangan disebut Full Disclousure:
Penjelasan / Rincian tentang kebijakan dan metode akuntansi,
terutama bila diperlukan pertimbangan dalam penerapan
metode akuntansi.
Informasi tambahan untuk membantu analisa investasi atau
untuk mengindikasikan hak berbagai pihak yang memiliki
klaim atas pelaporan entitas.
Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan dan metode
akuntansi yang digunakan dan dampak perubahan tersebut.
Aset, Utang, Kos, dan Revenue yang timbul dari transaksi
dengan pihak lain yang memiliki kepentingan pengendalian
atau dengan direktur atau karyawan yang memiliki hubungan
khusus dalam entitas pelaporan.
Aset, Utang yang masih bersifat contigency dan yang
mengandungKomitmen tertentu.
Transaksi keuangan atau transaksi operasi lainnya yang terjadi
setelah tanggal neraca yang memiliki dampak material terhadap
posisi keuangan entitas.
7. The Conservatism Principle / Prinsip Konservatisme
Prinsip Konservatisme menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua
atau lebih teknik akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya
adalah memilih yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas
pemegang saham.
8. The Materiality Principle
Prinsip materialitas menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang
tidak memiliki dampak ekonomi signifikan dapat diatasi dengan cara
yang paling tepat, apakah transaksi dan peristiwa tersebut sesuai
dengan prinsip berterima umum atau tidak, dan tidak perlu
diungkapkan. Suatu jumlah material tidak semata-mata, karena alasan
besarnya jumlah. factor-factor lain meliputi serangkaian hal-hal berikut
ini harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan tentang
materilitas. Antara lain:
a. Sifat Item, apakah item
Merupakan factor yang menentukan perhitungan net
income
Sifatnya Tidak biasa atau luar biasa
Peristiwa atau kondisi bersyarat.
Dapat ditentukan berdasarkan fakta dan keadaan yang ada
Diharuskan oleh undang-undang atau regulasi.
b. Dari segi Jumlah dihubungkan dengan angka tertentu
Laporan keuangan secara keseluruhan.
Total akun-akun yang dibentuk dari akun yang terpisah,
Item-item terkait
Jumlah yang terkait dalam tahun sebelumnya atau jumlah
yang diperkirakan dimasa yang akan datang.
9. The Uniformity dan Comparability Principle / Prinsip
Keseragaman dan Komparabilitas
Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama
untuk perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah
mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi
keanekaragaman yang tercipta karena penggunaan prosedur akuntansi
yang berbeda oleh perusahaan yang berbeda dengan kata lain agar
laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat
diperbandingkan. Dengan adanya keseragaman ini maka diharapkan:
1. Mengurangi perbedaan penggunaan prosedur akuntansi dan
ketidaklengkapan praktik akuntansi
2. Memungkinkan perbandingan yang berarti bagi pengguna laporan
keuangan.
3. Memperbaiki kepercayaan pengguna para laporan keuangan /
meningkatkan keyakinan pemakai laporan keuangan.
4. Mendorong intervensi pemerintah dan regulasi praktik akuntansi.
Pendukung utama fleksibilitas mengklaim bahwa:
1. Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk
menunjukkan item yang sama yang terjadi dalam berbagai
kasus menimbulkan risiko penyembunyian perbedaan-
perbedaan penting diantara kasus tersebut.
2. Komparbilitas merupakan tujuan yang tidak praktis, hal
tersebut tidak dapat dicapai dengan mengadopsi aturan-aturan
perusahaan yang tidak menggunakan pencatatan yang memadai
untuk situasi factual yang berbeda.
3. Perbedaan dalam keadaan”atau “ variable-variabel keadaan
meminta perlakuan yang berbeda, sehinggga pelaporan
perusahaan dapat merespon keaadaan tempat transaksi dan
peristiwa terjadi
c. Prinsip Akuntansi menurut Prinsip Akuntansi 1984
1. Kesatuan Akuntansi
2. Kesinambungan
3. Periode Akuntansi
4. Pengukuran Dalam Nilai Uang
5. Harga Pertukaran
4. TEKNIK AKUNTANSI
Teknik akuntansi adalah adalah aturan spesifik yang diturunkan dari prinsip
akuntansi memperlakukan transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh
entitas akuntansi. Akuntansi dipraktikan dalam suatu kerangka yang implicit.
Rerangka ini dikenal sebagai Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), istilah
ini sebenarnya digunakan untuk menunjuk seperangkat pedoman resmi dan
kebiasaan-kebiasaan dunia usaha yang dianggap berlaku dalam lingkungan
(Negara) dan waktu tertentu. Soewarjono dalam bukunya teori akuntansi
berpendapat prinsip akuntansi berterima umum cukup tepat sebagai pedanan
generally accepted accounting principles (GAAP).
Di Amerika Istilah generally accepted accounting principle timbul dan
digunakan melalui proses atau riwayat yang bertahap khususnya tentang
pemakaian kata generally accepted, karena itu istilah GAAP tersebut sebenarnya
mempunyai konotasi sebagai prinsip akuntansi berterima umum di Amerika dan
bukannya istilah yang generic (berlaku universal) meskipin selalu ditulis dengan
huruf kecil. Di Amerika yang dimaksud dengan GAAP adalah konsep-konsep,
prinsip-prinsip dan praktik-praktik akuntansi tertentu yang secara otoritatif di
dukung berlakunya sebagai suatu pedoman (mempunyai substansi authoritative
support) walaupun tiap jenis prinsip atau praktik tersebut mempunyai tingkat
keotoritatifan yang berbed. Struktur GAAP tersebut terdiri dari beberapa tingkat
(level). Makin ke atas dan ke kanan tingkat otoritatifnya makin lemah. Berikut ini
diuraikan secara ringkas ini tiap tingkat bangunan GAAP tersebut:
Foundation (fondasi) yang berupa konsep dasar dan prinsip-prinsip umum
(akuntansi) seperti kelangsungan hidup, substansi mengungguli bentuk,
netralitas, dasar akrual, konservatisme, materialitas).
Tingkat Pertama (first floor). Tingkat ini berisi pengumuman atau ketentan
resmi yang diterbitkan oleh badan otoritatif. Pengumuman resmi ini
biasanya berupa pernyataan standar, interpretasi, dan suplemen. Otoritas
penerbitan ini kuat karena ketentuanyang termuat dalam pengumuman
resmi tersebut telah dirancang dan dibahas melalui prose dan prosedur
formal sebelum diterbitkan. Prosedur yang biasanya dilakukan oleh badan
yang berwenang ini adalah:
1. Membentuk komisi yang terdiri atas beberapa ahli yang dianggap
dapat mewakili kepentingan pihak yang akan menggunakan pedoman
yang akan disusun.
2. Komisi mempelajari sumber-sumber acuan dan literature tentang
subjek yang akan ditentukan dan melakukan riset lapangan.
3. Menerbitkan notulen atau memorandum diskusi tentang permasalahan
yang timbul dan alternative pemecahannya untuk mendapatkan
tanggapan dari masyarakat.
4. Melakukan dengar pendapat umum
5. Berdasarkan komentar dan pendapat yang dikumpulkan dalam langkah
3 dan 4, komite akan membuat rancangan pernyataan resmi (disebut
dengan exposure draf) dan menyebarluaskan rancanagan tersebut
untuk mendapatkan tanggapan atas komentar public.
Tingkat kedua (second floor). Kalau suatu perlakuan akuntansi
tidak diatur dalam ketentuan resmi yang diterbitkan dalam tingkat
pertama, sumber acuan untuk menentukan perlakuan akuntansi
tertentu yang dapat diambilkan dari tingkat kedua atau tingkat
berikutnya. Kalau terdapat perbedaan atau konflik perlakuan maka
harus dipertimbangkan dan dipilih perlakuan yang
menggambarkan substansi transaksi yang lebih baik. Penerbitan-
penerbitan pada tingkat kedua ini memberi pedoman akuntansi
yang lebih sempit aplikasinya karena hanya menyangkut industri
tertentu dan biasanya bersifat agak teknis dan procedural.
Tingkat ketiga (third Floor). Tingkat ini berisi publikasi badan
resmi yang berwenang yang tidak termasuk dalam kategori resmi
karena tidak disusun berdasarkan prosedur resmi seperti
penerbitan pada tingkat pertama. Penerbitan ini lebih merupakan
petunjuk aplikasi ketentuan yang diatur dalam penerbitan resmi
dalam tingkat pertama yang berupa pernyataan standar atau
interpretasi.
Tingkat keempat (fourth floor). Kalau perlakuan akuntansi
tertentu tidak dapat dicarikan acuannya dalam ketiga tingkatan
yang ada di bawahnya maka sumbersumber atau literature
akuntnasi lainnya dapat dignakan sebagai acuan
Referensi :
Sofyan Syafri Harahap, 2009, Teori Akuntansi, Jakarta: Rajawali Press