Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual  adalah suatu konstitusi, suatu system koheren dari


hubungan anatara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang
konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan
laporan keuangan.
Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk konstitusi dalam proses
penyusunan standar.  Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam menyelesaikan
perselisihan yang meningkat selama proses penyusunan standar dengan mempersempit
pertanyaan, apakah standar telah sesuai dengan kerangka konseptual ataukah tidak. 
Secara lengkap, kerangka kerja konseptual adalah :
 Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi
 Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada
standar khusus yang mengaturnya.
 Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan
 Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative metode
akuntansi.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh 
FASB sebagai :
“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to
lead to consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of
financial accounting and reporting”.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren
yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi
landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-
batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan.
Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang
mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi,
kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan
pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-
konsep lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai
referensi berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar
akuntansi keuangan dan pelaporan.
1. Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual
a. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan
pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan
komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
b. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu
pada kerangka teori yang telah ada
2.      Perumusan Kerangka Konseptual
Proses perumusan kerangka konseptual pada dasarnya merupakan proses evolusi
yang dihasilkan dari pekerjaan/proyek sebelumnya. Upaya dilakukan sebelum
dihasilkan kerangka konseptual, dapat dilacak pada berbagai publikasi.
Level Pertama yaitu Tujuan Utama
yang terdiri Tujuan Pelaporan
Keuangan,

Level Kedua yaitu Konsep


Fundamental yang terdiri dari
Karakteristik Kualitatif Informasi
Akuntansi dan Elemen Laporan
Keuangan,

Level Ketiga yaitu Konsep Pengakuan dan


Pengukuran yang terdiri dari
komponen Asumsi, Prinsip, dan
Batasan,

I. FIRST LEVEL : OBJECTIVE (Tujuan Lapora Keuangan)


Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk
menyediakan informasi:
1) yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang
aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
2)   untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan
potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan
ketidakpastian arus kas masa depan;
3)  tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan
perubahan di dalamnya.
Tujuan(objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang
berguna bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu
menyempit pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari
investasi mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas bisnis.
Pada akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi
yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis yaitu
arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai
kegunaan keputusan (decision usefulness).
Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan
mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial statement),
yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai
kelompok pemakai

II. SECOND LEVEL: FUNDAMENTAL CONCEPTS


A. Elemen-Elemen Dasar Laporan Keuangan dari Perusahaan Bisnis
Statement of Financial Accounting Concept No. 3, Elements of Finacial
Statement of Business enterprises, mendefinisikan sepuluh elemen yang saling
berkaitan yang secara langsung berhubungan dengan pengkuran kinerja dan status
dari perusahaan; aktiva, kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi
kepada pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.
Elemen-elemen tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1. Aktiva
Kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan yang diperoleh atau
dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat dari transaksi atau
peristiwa di masa lalu.
2. Kewajiban
Kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang timbul dari
utang saat ini suatu entitas untuk mengalihkan aktiva atau memberikan jasa
kepada entitas lain di masa depan sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa di
masa lalu.
3. Ekuitas
Kepentingan residual dari aktiva suatu entitas yang tersisa setelah mengurangi
dengan kewajibannya. Dalam perusahaan bisnis, ekuitas ini adalah saham
kepemilikan.
4. Investasi oleh pemilik
Peningkatan aktiva bersih dari perusahaan yang diakibatkan dari pengalihan
sesuatu yang bernilai kepada perusahaan dari entitas lain untuk mendapatkan
atau meningkatkan kepemilikan (atau ekuitas) dari perusahaan. Kebanyakan
aktiva umumnya diterima sebagai investasi oleh pemilik, namun aktiva dapat
juga terdiri atas jasa atau pemenuhan atau konversi kewajiban perusahaan.
5. Distribsi kepada pemilik
Penurunan aktiva bersih dari perusahaan yang diakibatkan oleh pengalihan
aktiva, pemberian jasa, atau timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada
pemilik. Distribusi kepada pemilik menurunkan kepemilikan (atau ekuitas)
dalam perusahaan.
6. Laba komprehensif
Perubahan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan selama eriode tertentu yang
diakibatkan dari transaksi dan peristiwa serta kejadian-kejadian lain dari
sumber nonpemilik. Laba komprehensif mencakup semua perubahan yang
terjadi pada ekuitas selama suatu periode kecuali perubahan yang ditimbulkan
oleh investasi pemilik dan distribusi kepada pemilik.
7. Pendapatan
Arus masuk atau peningkatan lai dari aktiva sebuah entitas atau pelunasan
kewajiban sebuah entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode
tertentu yang dihasilkan oleh penyampaian atau produksi barang, pemberian
jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang menjadi bagian dari operasi-operasi
pusat atau utama entitas yang sedang berjalan.
8. Beban
Arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva sebuah entitas atau timbulnya
kewajiban sebuah entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama datu periode
tertentu yang dihasilkan oleh penyampaian atau produksi barang, pemberian
jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang menjadi bagian dari operasi-operasi
pusat atau utama entitas yang sedang berjalan.
9. Keuntungan
Peningkatan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi entitas yang
insidental atau sampingan dan dari semua transaksi dan peristiwa serta kejadian
lainnya yang memengaruhi entitas selama periode tertentu kecual yang timbul
dari pendapatan atau investasi pemilik.
10. Kerugian
Penurunan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi entitas yang insidental atau
sampingan dan dari semua transaksi dan peristiwa serta kejadian lainnya yang
memengaruhi entitas selama periode tertentu kecuali yang timbul dari beban
atau distribusi kepada pemilik.
Definisi-definisi di atas memberikan metode penyaringan pertama yang siginfikan
dalam menentukan isi dari laporan keuangan. Definisi ini menguraikan karakteristik
penting yang harus dipenuhi sebelum peristiwa dan kejadian dapat dianggap sebagai
elemen dari laporan keuangan. Ada tiga hal yang layak untuk dicatat :
a. Konsep laba komprhensif adalah lebih inklusif daripada konsep laba akuntansi
tradisional. Laba komprehensif dapat dimasukkan ke dalam laporan yang
mencakup perubahan dalam aktiva bersih perusahaan selama satu periode dari
semua sumber kecuali transaksi dengan pemilik. Keadaan unu adalah
persyaratan yang sepenuhnya inklusif dan dapat membantu para pengguna
yang mencari angka laba yang sebenarnya dengan (a) memberikan detail yang
menyoroti kerumitan dari angka yang disajikan dan memungkinkan pengguna
untuk membuat penilaian mereka sendiri, dan (b) dengan menunjukkan kinerja
perusahaan sebagai suatu kontinum “dengan transaksi dan peristiwa yang
terjadi secara rutin dan tidak rutin selama keberadaan perusahaan.
b. Kedua, definisi dari aktiva, kewajiban, dan ekuitas berhubungan dengan jumlah
sumber daya dan klaim atas sumber daya tersebut pada satu titik waktu
tertentu, di mana definisi dari pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian
berhubungan dengan dampak dari transaksi, peristiwa, dan kejadian selama
satu periode waktu.
c. Ketiga, nilai dari aktiva, kewajiban, dan ekuitas diasumsikan akan berubah
sebagai akibat dari pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian, yang
menyiratkan “artikulasi”. Dengan kata lain, laporan keuangan diasumsikan
untuk saling berinteraksi dan berhubungan.

B. Qualitative Characteristics of Accounting Information


Suatu informasi memiliki karakteristik kualitatif decision usefullness, jika
informasi tersebut relevance dan faithfull representation.
1. Fundamental Qualites
a. Relevance
Informasi disebut relevan, jika informasi keuangan tersebut mampu membuat
perbedaan dalam proses pengambilan keputusan. Financial information mampu
membuat perbedaan jika informasi tersebut memiliki predictive value,
confirmatory value, atau keduanya.
 Predictive value
Jika  informasi tersebut memiliki nilai sebagai input bagi proses
prediktif, untuk membentuk ekspektasi user terkait masa depan.
Contoh: Jika investor potensial tertarik untuk membeli saham biasa dari
PT Indonesia, maka mereka akan menganalisis aset dan klaim atas aset
tersebut, pembayaran dividen, dan kinerja pendapatan tahun-tahun
sebelumnya, untuk memprediksi nilai, waktu, dan tidak kepastian dari arus
kas PT Indonesia di masa mendatang.
 Confirmatory value
Informasi relevan juga membantu para user untuk menkonfirmasi atau
mengkoreksi ekspektasinya. Contoh: Ketika PT Indonesia menerbitkan
laporan keuangan akhir tahun, maka informasi keuangan tersebut
mengkonfirmasi atau merubah ekspektasi masa lalu (atau masa kini), yang
berdasarkan evaluasi sebelumnya.
Predictive value dan confirmatory value saling berkaitan. Contoh:
informasi tentang ukuran dan struktur aset dan liabilitas PT Indonesia
membantu users untuk memperkirakan kemampuannya untuk mengambil
keuntungan atau untuk menghindari kerugian. Informasi yang sama
membantu untuk mengkonfirmasi atau mengkoreksi prediksi masa lalu
terkait kemampuan tersebut.
 Materiality
Informasi menjadi material, ketika tidak disajikan atau salah saji
informasi tersebut akan mempengaruhi keputusan user. Masing-masing
individu perusahaan menentukan apakah suatu informasi adalah material,
dengan mempertimbangkan sifat dan ukuran dari item-item tersebut.
Singkatnya, informasi tersebut harus membuat perubahan, jika tidak maka
perusahaan tidak perlu mengungkapkannya.
Suatu item menjadi material ketika pengungkapan atau tidak disajikan
item tersebut, akan mempengaruhi atau merubah keputusan dari orang
yang reasonable. Contoh: Pengeluaran peralatan Rp50 juta akan tidak
material bagi perusahaan dengan aset Rp50 milyard (0,1%), sehingga
diperlakukan sebagai beban (expense), tapi akan material bagi perusahaan
dengan aset Rp1 milyard (5%), sehingga diperlakukan sebagai aktiva
tetap.
Perusahaan dan auditors umumnya menerapkan rule of thumb bahwa
item yang bernilai < 5% dari net income, dipertimbangkan immaterial.
Namun, perusahaan tidak boleh menggunakan alasan materiality dalam
rangka mempertahankan positive earnings trend, mengkonversi kerugian
menjadi keuntungan, meningkatkan kompensasi manajemen, atau
menyembunyikan transasksi ilegal seperti suap. Dengan kata lain,
perusahaan harus mempertimbangkan baik faktor quantitative dan
qualitative dalam penentuan apakah suatu item material atau tidak.
b. Faithful Representation
Faithful representation berarti bahwa angka-angka dan deskripsi-nya sesuai
dengan apa yang sebenarnya ada atau terjadi. Contoh: ketika PT Indonesia
melaporkan penjualan $60,510 million, ketika penjualan sebenarnya $40,510
million, maka Laporan Keuangan PT Indonesia tidak jujur dalam menyajikan
nilai penjualan sebenarnya. Agar faithful representation, informasi harus
lengkap, neutral, dan bebas dari kesalahan material.
 Completeness
Completeness berarti bahwa seluruh informasi yang diperlukan untuk
faithful representation, disajikan. Contoh, ketika PT Indonesia gagal
menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menilai value allowance
dari receivables, informasi tersebut tidak lengkap, dan maka tidak faithful
representation.
 Neutrality
Neutrality berarti bahwa perusahaan tidak memilih informasi tertentu
yang hanya menguntungkan pihak tertentu, tetapi tidak menguntungkan
bagi yang lain. Contoh: dalam notes to financial statements, perusahaan
rokok seharusnya tidak menyembunyikan informasi terkait beberapa
tuntutan hukum yang dihadapi karena masalah kesehatan,—meskipun
pengungkapan tersebut dapat merusak perusahaan.
 Free from Error
Item informasi yang bebas dari error akan lebih akurat (faithful)
representation. Contoh: Jika PT Indonesia salah saji kerugian atas
pinjamannya, laporan keuangannya akan misleading dan tidak faithful
representation. Contoh, management harus mengestimasi nilai
uncollectible accounts untuk menentukan bad debt expense.

2. Enhancing Qualities
Membedakan antara more-useful information dari less-useful information.
Enhancing qualitative characteristics merupakan pelengkap dari fundamental qualitative
characteristics. Karakteristik ini membedakan antara more-useful information dari less-
useful information. Enhancing characteristics: comparability, verifiability, timeliness,
and understandability.
a. Comparability
Agar dapat dibandingkan maka informasi perlu diukur dan dilaporkan dengan
cara yang similar oleh perusahaan-perusahaan berbeda dalam industri yang sama.
Contoh, agar dapat dibandingkan, informasi aset PT Indonesia dan PT Singapura,
maka informasi tersebut perlu diukur dan dilaporkan dengan perlakuan akuntansi
yang simiar. Tipe lainnya dari comparability adalah consistency, dimana perusahaan
menerapkan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian yang similar, dari
periode ke periode. Contoh: ketika perusahaan menggunakan metode FIFO untuk
menilai inventoriesnya, maka perlakuan tersebut seharusnya diterapkan seterusnya
dari periode ke periode, kecuali terjadi perubahan yang justified.
b. Verifiability
Verifiability terjadi pihak independen yang mengukur, dengan menggunakan
metode yang sama, akan mendapatkan hasil yang sama. Verifiability terjadi dalam
situasi sbb :
- Dua auditor independen yang berbeda menghitung persediaan PT Indonesia
dan mendapatkan hasil yang sama terkait perhitungan fisik persediaan.
Verifikasi nilai dari suatu aset dapat terjadi dengan menghitung persediaan
(disebut sebagai direct verification).
- Dua auditor independen yang berbeda menghitung nilai persediaan PT
Indonesia pada akhir tahun dengan menggunakan metode FIFO. Verifikasi
dapat terjadi dengan menguji input (kuantitas dan biaya) dan menghitung
ulang output (nilai persediaan akhir) dengan menggunakan konvesi atau
metodologi akuntansi yang sama (disebut sebagai indirect verification).
c. Timeliness
Timeliness berarti menyediakan informasi kepada decision-makers sebelum
informasi tersebut kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan.
Contoh, jika PT Indonesia menunggu untuk melaporkan hasil interim-nya setelah 9
bulan dari akhir periode, informasi tesebut akan kurang bernilai bagi tujuan decision
making.
d. Understandability
Decision-makers sangat bervariasi terkait tipe keputusan yang mereka buat,
bagaimana mereka membuat keputusan, informasi yang telah mereka miliki atau
informasi yang dapat mereka peroleh dari sumber lainnya, dan kemampuan mereka
untuk memproses informasi tersebut. Agar informasi menjadi berguna, perlu ada
hubungan (linkage) antar user dan keputusan yang mereka buat.  Hubungan ini,
understandability, merupakan kualitas dari informasi yang membuat informed user
melihat signifikansi informasi tersebut. Understandability meningkat ketika
informasi diklasifikasikan, dikarakteristikan, disajikan secara jelas dan padat.
Contoh, asumsikan PT Indonesia menerbitkan laporan triwulan yang menunjukan
pendapatan interim telah turun secara signifikan. Laporan interim ini memberikan
informasi yang relevant dan faithfully represented untuk tujuan decision-making.
Bagi yang paham informasi keuangan, mereka akan menjual saham PT Indonesia,
namun bagi yang tidak paham, mereka akan mengabaikan informasi tersebut. Maka,
meskipun PT Indonesia telah menyajikan informasi relevant dan faithful
representation, informasi tersebut kurang berguna bagi mereka yang tidak paham
informasi keuangan.

III. THIRD LEVEL : RECOGNITION, MEASUREMENT AND DISCLOSURE


CONCEPTS
A. Assumption (Asumsi-Asumsi Dasar)
Jadi, asumsi dasar akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh
para akuntan agar akuntansi dapat dipraktikkan.
1. Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). 
Akuntansi memandang bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri
dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan (pemilik, kreditor,
karyawan, dan lainnya).
2. Keberlangsungan (going concern). 
Sebagian besar metode akuntansi di dasarkan pada asumsi kelangsungan hidup
yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.pengalaman
mengindikasikan bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis,
perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang panjang
3. Asumsi unit moneter ( monetary unit assumption).
Akuntansi menggunakan unit moneter sebagai alat pengukur suatu obyek atau
aktivitas perusahaan dan menganggap nilai uang adalah stabil dari waktu ke
waktu.
4. Asumsi periodisitas (periodicity assumption).
Asumsi periodisitas (periodicity assumption) atau periode waktu menyiratkan
bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat di pisahkan dalam periode
waktu artifisial periode waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum yaitu
secara bulanan, kuartalan dan tahunan.

B. Principles
Prinsip akuntansi diartikan sebagai seperangkat aturan-aturan umum dan
universal yang dijadikan sebagai obyek pengetahuan akuntansi dalam konteks teoritis
dan menjadi landasan pengembangan teknik akuntansi. Prinsip dikenal sebagai
pedoman untuk mengakui transaksi yang terjadi dalam periode tertentu di suatu entitas
yang berkaitan dengan bagaimana aktiva, pasiva, pendapatan, dan biaya diidentifikasi,
diukur, sampai dengan dilaporkan. Empat prinsip yang dikenal dalam akuntansi antara
lain sebagai berikut :
1. Measurement (Pengukuran)
Ada dua jenis pengukuran yaitu cost principle, dan fair value. Menurut cost
prinsiple dasar penilaian yang paling tepat adalah acquisition cost (historical
cost). Artinya, semua transaksi yang berkaitan dengan aset, utang, modal,
pendapatan, dan biaya dicatat menurut harga perolehan pada tanggal terjadinya
transaksi. Harga perolehan merupakan harga yang disepakati antara penjual dan
pembeli dalam suatu transaksi. Sedangkan fair value yaitu aset dinilai sesuai
nilai saat ini yang berlaku.
2. Pengakuan pendapatan (Revenue Recognition)
Pengakuan pendapatan umumnya terbagi menjadi tiga :
a. Sebelum produksi
b. Pada saat selesai produksi dan,
c. Saat menerima uang tunai.
3. Pengakuan Beban (Expense Recognition)
Pengakuan beban untuk suatu periode diklasifikasikan dengan mengaitkannya
pada pendapatan tertentu atau dengan periode tertentu. Beban diakui : 
a. Direct or product matching
Meskipun dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar pengamatan
yang dilakukan para akuntan menunjukkan bahwa barang/jasa tertentu yang
digunakan dalam proses produksi pada akhirnya akan membantu dalam
proses menghasilkan pendapatan selama periode tertentu. Contoh dari biaya
ini adalah biaya komisi penjualan, gaji dan upah, serta kos barang terjual
atau harga pokok produksi.
b. Alokasi Sistematik dan Rasional (period matching)
Atas dasar konsep penandingan ini, ukuran penandingan yang digunakan
bkan produk (unit fisik) tetapi periode. Cost yang yang terjadi dapat
dialokasikan dalam beberapa peirode, dan dapat juga langsung diakui dan
dibebankan sebagai biaya. Apabila manfaat cost suatu aktiva lebih dari satu
periode, maka cost tersebut dialokasikan secara sistematis pada periode yang
menikmati manfaat tersebut, depresiasi aktiva tetap merupakan contoh
alokasi sistematis
c. Pembebanan Segera (Immediate Recognition)
Apabila tidak alasan yang kuat untuk membebankan cost atas dasar
hubungan sebab akibat ataupun alokasi sistematis dan rasional, maka cost
langsung dibebankan pada periode terjadinya. Alasan yang melandasi
pembebanan dengan cara ini adalah kepraktisan. Misalnya, pencatatan
terhadap biaya advertensi. Cost yang dikeluarkan untuk kegiatan advrtensi
sulit untuk dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan sebab
akibat dan memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. 

4. Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)


Laporan keuangan harus mampu menggambarkan secara akurat kejadian-
kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan selama perioda tertentu dan
melaporkan informasi yang cukup sehingga laporan tersebut bermanfaat
bagi pihak yang berkepentingan. Informasi yang dimasukkan dalam laporan
keuangan biasanya bersifat seperti :
a. Hal-hal yang harus diungkapkan karena mempengaruhi keputusan pemakai.
b. Kebutuhan untuk menyajikan secara penuh agar informasi dapat dipahami.
c. Catatan atas laporan keuangan umumnya ditujukan untuk memperkuat atau
memperjelas pos-pos yang disajikan dalam bagian utama laporan keuangan
dan laporan tahunan.
C. Kendala (Constraint)
Dalam menyajikan informasi yang berkualitas, akuntansi dihadapkan pada dua
kendala utama yaitu hubungan biaya-manfaat dan materialitas. Dua kendala lainnya
yang berkaitan dengan lingkungan adalah praktik industri dan konservatisme.
1. Cost
Banyak orang mengira bahwa informasi akuntansi itu gratis, mereka salah,
karena dalam penyusunan laporan keuangan terdapat biaya yang dikeluarkan
agar menjadi informasi yang berguna. Penyajian informasi pasti memerlukan
biaya tertentu. Biaya tersebut meliputi biaya pengumpulan dan pengolahan data
misalya nilai aset harus diaudit terlebih dahulu agar nilainya sesuai,
biaya auditing atau biaya yang dikeluarkan untuk membayar auditor menjadi
biaya untuk menyusun laporan keuangan, biaya pengungkapan, serta biaya
untuk analisis/interprestasi, sehingga entitas harus lebih selektif dalam
menyusun laporan keuangan, dan tidak sembarangan.
2. The Materiality Principle
Akuntansi hanya melaporkan/berkepentingan dengan informasi keuangan yang
dianggap material dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan.
Materialitas suatu transaksi sangat sulit ditentukan ukurannya. Oleh karena itu,
materialitas suatu transaksi tergantung pada judgement penyusunan laporan
keuangan. Misal : nilai piutang yang tidak dapat ditagih sebesar 60% dari total
penjualan, hal ini tentu saja dapat mempengaruhi pengguna dalam mengambil
keputusan.
3. Industri Practice
Masalah lain yang perlu dipertimbangkan dalam penyajian laporan keuangan
adalah adanya praktik industri tertentu yang sering kali menyimpang dari teori
dasar akuntansi. Misalnya, bank sering kali melaporkan investasi sekuritas
berdasarkan nilai pasarnya karena sekuritas tersebut memiliki frekuensi
perdagangan yang tinggi.
4. The Conservatism Principle
Apabila perusahaan memilih satu diantara dua teknik akuntansi yang ada, maka
harus dipilih alternatif yang kurang menguntungkan bagi ekuitas pemegang
saham. Teknik yang dipilih adalah yang menghasilkan nilai aset dan pendapatan
rendah, atau yang menghasilkan nilai utang dan biaya yang paling tinggi.

Anda mungkin juga menyukai