PELAPORAN KEUANGAN
(TEMU 2)
KELOMPOK 2
Rumusan Konsep
Dasar
Kerangka Pelaporan Keuangan
Sumber rumusan konsep dasar
menggunakan persepsi dari Patton dan • Level 1 “Tujuan Utama Pelaporan
Littleton (lengkap): Keuangan”
- Entitas bisnis atau kesatuan usaha • Level 2 “Konsep Fundamental”
- Kontinuitas kegiatan atau usaha
• Level 3 “Konsep Pengakuan dan
- Penghargaan sepakatan
- Kos melekat Pengukuran”
- Upaya dan capaian atau hasil
- Bukti Terverifikasi Dan Objektif
- Asumsi
PEMBAHASAN
2. Kontinuitas Usaha
Konsep kontinuitas usaha atau usaha berlanjut menyatakan bahwa tidak ada tanda-
tanda, gejala-gejala, atau rencana yang pasti di masa mendatang bahwa badan usaha
akan dibubarkan atau dilikuidasi, sehingga akuntansi menganggap suatu kesatuan
usaha/badan usaha akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Konsep
ini akan digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan atau
saat menghadapi pilihan dalam proses perekayasaan atau penyusunan standar, karena
kelangsungan hidup perusahaan tidak pasti di masa mendatang.
- Arti penting Laporan Periodik dengan konsep kontinuitas usaha
Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk melangsungkan
kegiatannya secara terus-menerus dan berkembang dengan menaikkan laba secara
kontinyu dalam jangka panjang. Laba diperoleh melalui kegiatan penjualan
barang/jasa oleh perusahaan dan kegiatan lain yang menimbulkan biaya (aliran aset
keluar) dan mendatangkan pendapatan (aliran aset masuk) lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan. Pelaporan keuangan lebih berkepentingan dengan daya melaba
perusahaan (rata-rata dalam jangka panjang tingkat imbalan investasi periodik).
- Kedudukan Statemen Laba-Rugi
Untuk mengukur daya melaba jangka panjang, aliran kontinus sumber ekonomik
masuk dan keluar kesatuan usaha (pendapatan dan biaya) harus dipotong-potong
sesuai dengan periode waktu sebagai wadah atau penakar. Informasi yang
dituangkan dalam statemen keuangan periodik harus dianggap bersifat tentatif dan
bukan tuntas.
- Fungsi neraca dan penilaian elemennya
Dengan konsep kontinuitas usaha, tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk
menunjukkan sisa potensi-potensi jasa (service potentials) atau sumber-sumber
ekonomi yang belum dikonsumsi dalam tahun yang berakhir pada tanggal neraca.
Dalam hal ini, neraca berfungsi untuk menunjukkan potensi jasa yang masih
dimiliki/dikuasai kesatuan usaha untuk menghasilkan pendapatan pendapatan pada
periode berikutnya.
3. Penghargaan Sepakatan
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah/agregat-harga (price-aggregate) atau
penghargaan sepakatan (measured consideration) yang terlibat dalam setiap transaksi
atau kegiatan pertukaran (exchange activities) merupakan bahan olah dasar akuntansi
(the basic subject matter of accounting) yang paling objektif terutama dalam mengukur
sumber ekonomi yang masuk (pendapatan) dan sumber ekonomi yang keluar (biaya).
Sebagai konsekuensi, elemen-elemen atau pos-pos pelaporan keuangan diukur atas
dasar penghargaan sepakatan tersebut. Penghargaan sepakatan dalam suatu pertukaran
merupakan istilah mengandung makna adanya penilaian bersama antara pembeli dan
penjual. Nilai bersifat subjektif dan interpretatif, sedangkan penghargaan sepakatan
adalah apa yang melekat pada objek sehingga bersifat objektif dan inheren.
- Jasa dibalik kos
Akuntansi menggunakan satuan mata uang, karena satuan tersebut paling mudah
untuk mengkuantifikasi objek atau jasa ke dalam satuan yang homogenus dan juga
harga dalam satuan uang adalah cara yang umum digunakan untuk menyatakan
kesepakatan dalam pertukaran. Dari segi akuntansi, potensi jasa yang ada dibalik
angka kos mempunyai arti penting, karena kos merupakan salah satu atribut untuk
merepresentasi secara tepat realitas kegiatan perusahaan.
- Keterbatasan informasi akuntansi
Dengan memahami arti penting kos sebagai bahan olah akuntansi sebenarnya dapat
dikenali keterbatasan akuntansi dalam memberikan informasi untuk kepentingan
pengambilan keputusan. Informasi akuntansi hanya merupakan sebagian dari
informasi yang mungkin dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh pihak
eksternal dan manajemen.
4. Kos Melekat
Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang direpresentasinya,
sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-
gabungkan kembali mengikuti objek yang dilekatinya. Berbagai kos mempunyai daya
saling mengikat antara yang satu dengan lainnya mengikuti ikatan objek-objek yang
disimbolkannya. Bila berbagai komponen digabung menjadi suatu objek atau barang
baru, gabungan kos yang baru semata-mata merupakan penggabung berbagai kos yang
melekat pada tiap komponen tanpa memperhatikan nilai ekonomi baru yang melekat
pada barang baru. Kos melekat dilandasi oleh konsep kos terkandung (kos yang benar-
benar ada dalam produk) dna kos penggantian (seandainya kos produk tidak ada dan
harus diadakan).
- Saat pengakuan nilai tambah
Secara ekonomi, kegiatan perusahaan terdiri atas penggabungan berbagai faktor
produksi untuk menghasilkan produk baru yang manfaatnya lebih tinggi. Kalau
kegiatan produksi menggunakan bahan baku dan bermacam-macam faktor
produksi, kegiatan akuntansi menggunakan kos untuk menyatakan pemrosesan
faktor produksi tersebut. Konsep dasar kos melekat mempunyai implikasi penting
terhadap saat pengakuan tambahan manfaat produk fisik yang dihasilkan. Kalau
kos produk harus menunjukkan nilai, maka dalam kos produk tersebut harus
dimasukkan nilai tambahan manfaat yang melekat pada produk sebagai akibat
proses produksi, yang mana nilai tambah ini akan terealisasi pada saat produk telah
terjual dan aset (kos) baru masuk ke dalam perusahaan.
- Wadah penggabungan
Dalam mengikuti aliran fisis produksi, kos dipecah, dikelompokkan, dan kemudian
digabung kembali mengikuti unit fisis produk. Ini berarti bahwa kos digabungkan
dengan produk sebagai wadah atau penakar penggabungan. Setelah produk
diserahkan kepada pelangganan (penjualan), maka kos yang melekat pada unit
produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara logis dapat disebut
dengan kos barang terjual (cost of goods sold).
7. Asumsi
Asumsi dalam daftar konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep
dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya
merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasannya.
- Kontinuitas usaha
Konsep kontinuitas usaha hanya dapat dibenarkan atas dasar pengalaman
perusahaan pada umumnya. Oleh karena itu, penerapan konsep ini dalam
perusahaan tertentu adalah semata-mata asumsi dan kenyataan ini harus tetap
dipertimbangkan dalam proses pelaporan.
- Periode satu tahun
Pelaporan periodik dengan waktu sebagai wadah pengukuran adalah salah satu hal
penting dalam akuntansi. Untuk tujuan "penakaran" terhadap pendapatan dan biaya
yang menghasilkan pendapatan tersebut, interval waktu yang biasanya digunakan
adalah satu tahun, baik tahun kalender ataupun tahun buku/fiskal. Akuntansi
menganggap (walaupun tidak dapat diuji validitasnya) bahwa waktu satu tahun
adalah periode waktu yang tepat untuk pelaporan.
- Kos sebagai bahan olah
Penghargaan sepakatan yang menjadi bahan oleh akuntansi didasarkan atas asumsi
bahwa kos faktor produksi yang diperoleh perusahaan menunjukkan nilai wajar
pada saat terjadinya. Asumsi dibalik penalaran tersebut adalah bahwa para pelaku
ekonomi bertindak rasional, suatu asumsi yang tidak selalu benar dalam tiap
keadaan.
- Daya beli uang stabil
Konsep bahwa jumlah rupiah yang tercatat akan tetap menunjukkan nilai dilandasi
asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa. Dalam periode-periode
yang mengalami inflasi cukup tinggi, asumsi tersebut jelas tidak berlaku lagi untuk
tujuan tertentu.
- Tujuan mencari laba
Konsep pendapatan dan biaya sebagai aliran jumlah rupiah yang ditandingkan
sebenarnya mengandung asumsi bahwa pendapatan adalah objek yang dituju oleh
upaya yang diukur dengan kos. Dengan kata lain, perusahaan dipandang sebagai
suatu organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan laba.
Selain itu, juga terdapat konsep dasar lain yang penting untuk dibahas, antara lain.
1. Substansi daripada Bentuk
Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep di tingkat perekayasaan
atau dalam menetapkan standar di tingkat penyusun standar, akuntansi akan menekankan
makna atau substansi ekonomik suatu objek atau kejadian daripada makna yudirisnya
meskipun makna yudiris mungkin menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi
yang berbeda.
2. Pengakuan Hak Milik Pribadi
Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui
secara yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomi
atau aset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh penguasaan. Dengan
pengakuan hak milik pribadi ini, suatu perlindungan harus diberikan kepada seseorang
yang memiliki hak atas suatu kekayaan (property rights).
3. Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas
Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan (metode) akuntansi antar kesatuan
usaha/entitas merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, karena perbedaan kondisi
yang melingkupi dan karakteristik. Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki
perlakuan akuntansi yang berbeda agar informasi keuangan lebih menggambarkan
keadaan unit usaha yang sebenarnya. Akuntansi juga tentunya menghendaki agar
statemen keuangan dapat saling diperbandingkan antar perusahaan dalam batas-batas
yang layak.
4. Konservatisma
Konservatisma adalah sikap dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil
keputusan atas dasar outcome yang terburuk dari ketidakpastian tersebut. Sikap
konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan
cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko. Dari
sisi akuntansi, dalam menyikapi ketidakpastian, akuntansi akan menentukan pilihan
perlakuan/prinsip yang didasarkan pada munculan yang dianggap kurang
menguntungkan.
5. Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data
Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai merupakan
sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi yang tinggi. Konsep ini dilandasi
penalaran bahwa objektivitas dalam akuntansi merupakan objektivitas mutlak dan
akuntansi mengakui adanya taksiran-taksiran, sehingga keterandalan data hanya dapat
dijamin kalau kesatuan usaha mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai.
• Kualitas Dasar
- Relevansi adalah salah satu dari dua kualitas dasar yang membuat informasi
akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan.
- Penyajian jujur berarti bahwa angka-angka dan penjelasan sesuai dengan apa
yang benar-benar ada atau terjadi. unsur laporan keuangan
• Peningkatan Kualitas
Peningkatan kualitas berfungsi untuk membedakan informasi yang lebih
berguna dari informasi yang kurang berguna.
b) Unsur
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aset, liabilitas, dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut.
• Aset
Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomik di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan.
• Liabilitas
Utang perusahaan masa kini dari entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber day
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomik.
• Ekuitas
Hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua liabilitas.
• Penghasilan
Kenaikan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
• Beban
Penurunan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.
Konsep dasar akuntansi adalah rumus atau konsep yang berlaku secara general/umum
untuk mendapatkan kesatuan analisis, pandangan serta pendapat dari pihak pemberi informasi
keuangan hingga pihak-pihak lainnya. Dalam pengajuan konsep dasar akuntansi, terdapat
berbagai sumber yang mengajukan persepsinya dalam konsep dasar akuntansi. Berbagai
persepsi tersebut ialah IAI, IFRS, Paul Grady, Wolk, Tearney, dan Dodd, serta Patton dan
Littleton. Konsep-konsep dasar akuntansi yang dirumuskan oleh Patton dan Littleton (P&L)
sebenarnya sudah cukup lengkap, karena dapat menjelaskan tentang faktor lingkungan dan
praktik akuntansi yang berjalan sesuai zaman perkembangannya. Konsep dasar tersebut
meliputi Entitas bisnis atau kesatuan usaha, kontinuitas kegiatan atau usaha, penghargaan
sepakatan, kos melekat, upaya dan capaian atau hasil, bukti terverifikasi dan objektif, dan
asumsi. Konsep dasar berfungsi melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi,
konsep dasar lebih banyak manfaatnya bagi penyusunan staandar dalam berargumen untuk
menentukan konsep, prinsip, metoda, atau teknik yang akan dijadikan standar.
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan pengaturan yang
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk
pengguna eksternal. Kerangka Konseptual bukan merupakan PSAK sehingga tidak
mendefinisikan standar untuk pengukuran atau isu pengungkapan tertentu. Kerangka
Konseptual ini tidak mengungguli PSAK tertentu. Jika terdapat perbedaan antara PSAK dan
KKPK, maka persyaratan yang ada dalam PSAK mengungguli persyaratan yang ada dalam
Kerangka Konseptual.
REFERENSI
IAI. (2022). Kerangka Dasar SAK Umum. Retrieved from Ikatan Akuntan Indonesia:
http://iaiglobal.or.id
Kieso, W. W. (2019). Kerangka Konseptutal Pelaporan Keuangan. Retrieved from
SlidePlayer: https://slideplayer.info
Rivai, A. (2018, Januari 11). SUMBER KONSEP DASAR TEORI AKUNTANSI. Retrieved from
Ayo Riset: http://www.ayoriset.com/
Suwardjono. 2017. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.