Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR AKUNTANSI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

PELAPORAN KEUANGAN
(TEMU 2)

KELOMPOK 2

Ni Luh Pipin Cahyani (06)


Ni Komang Ayu Parwathi (07)
Dewi Kurniawati (08)
Putu Dina Cristina (09)
Ni Komang Maheswari Puspita D. N. P. (10)

PROGRAM SARJANA AKUNTANSI KELAS A2


TAHUN AJARAN 2022/2023
PETA KONSEP

Konsep Dasar Akuntansi dan Kerangka


Konseptual Pelaporan Keuangan

Konsep Dasar Kerangka Konseptual


Akuntansi Pelaporan Keuangan

Pengertian Sumber Konsep Manfaat Kerangka Konseptual


Konsep Dasar Dasar Konsep Dasar Pelaporan Keuangan
Konsep yang berlaku Sumber yang berasal dari Melandasi Peraturan yang merumuskan
secara umum untuk berbagai persepsi, yaitu penalaran pada konsep yang mendasari
mendapatkan kesatuan IAI dan IFRS; Paul tingkat penyusunan dan penyajian
analisis dari pihak Grady; Wolk, Tearney, perekayasaan laporan keuangan untuk
pemberi informasi dan Dodd; Patton dan akuntansi dan pengguna eksternal.
keuangan hingga Littleton. bermanfaat bagi
pihak-pihak lainnya. penyusunan
standar.

Rumusan Konsep
Dasar
Kerangka Pelaporan Keuangan
Sumber rumusan konsep dasar
menggunakan persepsi dari Patton dan • Level 1 “Tujuan Utama Pelaporan
Littleton (lengkap): Keuangan”
- Entitas bisnis atau kesatuan usaha • Level 2 “Konsep Fundamental”
- Kontinuitas kegiatan atau usaha
• Level 3 “Konsep Pengakuan dan
- Penghargaan sepakatan
- Kos melekat Pengukuran”
- Upaya dan capaian atau hasil
- Bukti Terverifikasi Dan Objektif
- Asumsi
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Akuntansi


Setiap perusahaan, baik yang besar maupun kecil tidak bisa terlepas dari konsep
dasar akuntansi yang bertujuan agar lebih mudah dalam pengembangan usahanya. Konsep
dasar akuntansi adalah rumus atau konsep yang berlaku secara general/umum untuk
mendapatkan kesatuan analisis, pandangan serta pendapat dari pihak pemberi informasi
keuangan hingga pihak-pihak lainnya. Pemahaman yang baik terhadap konsep ini sangat
diperlukan untuk menghindari perusahaan dari kesalahan pencatatan keuangan yang bisa
mengakibatkan banyak kerugian atau berujung kebangkrutan. Secara keseluruhan, konsep
dasar akuntansi ini dijadikan pedoman dalam menyusun berbagai jenis persoalan keuangan
terutama bagi praktik akuntansi.
Adapun tujuan penerapan konsep dasar akuntansi dalam laporan keuangan, yaitu:
1) Mempertahankan konsistensi dan keseragaman pada saat menyusun laporan keuangan.
2) Sebagai indikator penting dalam mempersiapkan data-data transaksi dan menyimpan
informasi penting terkait transaksi keuangan pada bisnis.
3) Menjadi acuan terkait aturan atau asumsi umum yang harus diaplikasikan oleh entitas
bisnis yang bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang komprehensif serta
dapat dibandingkan satu sama lain.

B. Sumber Konsep Dasar


Dalam pengajuan konsep dasar akuntansi, terdapat berbagai sumber yang
mengajukan persepsinya dalam konsep dasar akuntansi. Berbagai persepsi tersebut ialah:
1) IAI dan IFRS
Ada dua konsep dasar yang disebut secara spesifikasi dalam rerangka konseptual IASC,
antara lain:
− Basis Akrual (Accrual basis)
− Kelangsungan Usaha (Going Concern)
2) Paul Grady
Konsep dasar merupakan konsep yang mendasari kualitas kebermanfaatan dan
keterandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan yang melekat pada
statement keuangan.10 konsep dasar menurut Paul Grady adalah:
− Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi
− Entitas bisnis spesifik
− Usaha berlanjut
− Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akuntansi
− Konsistensi antara periode untuk entitas yang sama
− Keanekaragaman perlakuan akuntansi diantara entitas independen
− Konservatisma
− Keterandalan data melalui pengendalian internal
− Matearilitas
− Ketepatwaktuan dalam pelaporan keuangan memerlukan penaksiran
3) Wolk, Tearney, dan Dodd
Keempat konsep yang dikategorikan sebagai postulat adalah:
− Usaha berlanjut
− Periode waktu
− Entitas akuntansi
− Unit Moneter.
4) Patton dan Littleton
Konsep dasar yang dikemukan Patton dan Littleton diterbitkan dalam konsep –konsep
dasar yang dikemukan Patton dan Littleton:
− Entitas bisnis atau kesatuan usaha
− Kontinuitas kegiatan atau usaha
− Penghargaan sepakatan
− Kos melekat
− Upaya dan capaian atau hasil
− Bukti Terverifikasi Dan Objektif
− Asumsi

C. Rumusan Konsep Dasar Akuntansi


Konsep-konsep dasar akuntansi yang dirumuskan oleh Patton dan Littleton (P&L)
sebenarnya sudah cukup lengkap, karena dapat menjelaskan tentang faktor lingkungan dan
praktik akuntansi yang berjalan sesuai zaman perkembangannya. Oleh karena itu, konsep
dasar P&L dijadikan bahasan utama kemudian ditambah dengan konsep dasar lain.
Pemaparan rumusan konsep dasar berikut diarahkan untuk menunjukkan pengertian,
validitas, implikasi konsep dasar terhadap standar atau praktik akuntansi, dan hal-hal
penting lain yang berkaitan dengan konsep dasar tersebut.
1. Kesatuan Usaha
Rumusan konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu
kesatuan usaha dan badan usaha ekonomi yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya
sendiri, dan memiliki kedudukan terpisah dari pemilik atau pihak lain yang
menanamkan modalnya dalam perusahaan dan kesatuan ekonomi tersebut menjadi
sudut pandang dalam akuntansinya. Dalam konsep ini, suatu badan usaha diperlakukan
selayaknya orang (person), sehingga badan usaha ini dapat dipersonifikasikan dapat
melakukan perbuatan hukum dan ekonomi, misalnya memiliki aset atas nama badan
usaha tersebut.
- Batas kesatuan
Batas kesatuan usaha dari suatu entitas/badan usaha merupakan batas satuan
ekonomis bukan yuridis/hukum, sehingga berada dalam satu kendali manajemen.
- Pengertian ekuitas, pendapatan, dan biaya
Secara konseptual, ekuitas merupakan kewajiban perusahaan kepada
pemilik/investor (hubungan bisnis). Selanjutnya, dalam konsep kesatuan usaha,
semua sumber ekonomi yang dikuasai oleh perusahaan merupakan aset perusahaan
dan apabila terdapat aliran kas masuk akibat penjualan barang/jasa maka aset
perusahaan akan bertambah, kas masuk itu disebut pendapatan. Sejalan dengan
pengertian pendapatan sebagai kenaikan aset, definisi biaya sebagai penurunan aset
dapat dijelaskan dengan konsep kesatuan usaha, yang mana pengeluaran yang
timbul pada saat melakukan penjualan akan mengakibatkan aset (sebesar kos yang
terjual) berkurang disebut sebagai biaya.
- Sistem berpasangan (double entry)
Sistem berpasangan sebenarnya merupakan konsekuensi logis atau turunan dari
konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen dan pemilik
mengakibatkan manajemen harus selalu menjelaskan aset yang dikelolanya.
- Persamaan akuntansi
Konsep kesatuan usaha memisahkan manajemen dengan investor dan kreditur dan
manajemen bertanggungjawab pada keduanya. Pertanggungjawaban menuntut
kejelasan sumber dari aset, hubungan fungsional seperti ini disebut persamaan
akuntansi, yaitu: Aset = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan – Biaya + Investasi
oleh pemilik – Distribusi pemilik
- Atrikulasi
Atrikulasi berkaitan merupakan statement keuangan yang berkaitan secara
mendasar (fundamentally related financial statements). Atrikulasi ini akan
menunjukkan laba pada laporan keuangan akan sama dengan laba pada laporan
perubahan ekuitas, dan jumlah ekuitas akhir pada laporan perubahan ekuitas akan
sama dengan ekuitas pada neraca. Dalam hal ini, pendapatan, biaya, dan laba
mempengaruhi ekuitas.

2. Kontinuitas Usaha
Konsep kontinuitas usaha atau usaha berlanjut menyatakan bahwa tidak ada tanda-
tanda, gejala-gejala, atau rencana yang pasti di masa mendatang bahwa badan usaha
akan dibubarkan atau dilikuidasi, sehingga akuntansi menganggap suatu kesatuan
usaha/badan usaha akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Konsep
ini akan digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan atau
saat menghadapi pilihan dalam proses perekayasaan atau penyusunan standar, karena
kelangsungan hidup perusahaan tidak pasti di masa mendatang.
- Arti penting Laporan Periodik dengan konsep kontinuitas usaha
Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk melangsungkan
kegiatannya secara terus-menerus dan berkembang dengan menaikkan laba secara
kontinyu dalam jangka panjang. Laba diperoleh melalui kegiatan penjualan
barang/jasa oleh perusahaan dan kegiatan lain yang menimbulkan biaya (aliran aset
keluar) dan mendatangkan pendapatan (aliran aset masuk) lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan. Pelaporan keuangan lebih berkepentingan dengan daya melaba
perusahaan (rata-rata dalam jangka panjang tingkat imbalan investasi periodik).
- Kedudukan Statemen Laba-Rugi
Untuk mengukur daya melaba jangka panjang, aliran kontinus sumber ekonomik
masuk dan keluar kesatuan usaha (pendapatan dan biaya) harus dipotong-potong
sesuai dengan periode waktu sebagai wadah atau penakar. Informasi yang
dituangkan dalam statemen keuangan periodik harus dianggap bersifat tentatif dan
bukan tuntas.
- Fungsi neraca dan penilaian elemennya
Dengan konsep kontinuitas usaha, tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk
menunjukkan sisa potensi-potensi jasa (service potentials) atau sumber-sumber
ekonomi yang belum dikonsumsi dalam tahun yang berakhir pada tanggal neraca.
Dalam hal ini, neraca berfungsi untuk menunjukkan potensi jasa yang masih
dimiliki/dikuasai kesatuan usaha untuk menghasilkan pendapatan pendapatan pada
periode berikutnya.

3. Penghargaan Sepakatan
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah/agregat-harga (price-aggregate) atau
penghargaan sepakatan (measured consideration) yang terlibat dalam setiap transaksi
atau kegiatan pertukaran (exchange activities) merupakan bahan olah dasar akuntansi
(the basic subject matter of accounting) yang paling objektif terutama dalam mengukur
sumber ekonomi yang masuk (pendapatan) dan sumber ekonomi yang keluar (biaya).
Sebagai konsekuensi, elemen-elemen atau pos-pos pelaporan keuangan diukur atas
dasar penghargaan sepakatan tersebut. Penghargaan sepakatan dalam suatu pertukaran
merupakan istilah mengandung makna adanya penilaian bersama antara pembeli dan
penjual. Nilai bersifat subjektif dan interpretatif, sedangkan penghargaan sepakatan
adalah apa yang melekat pada objek sehingga bersifat objektif dan inheren.
- Jasa dibalik kos
Akuntansi menggunakan satuan mata uang, karena satuan tersebut paling mudah
untuk mengkuantifikasi objek atau jasa ke dalam satuan yang homogenus dan juga
harga dalam satuan uang adalah cara yang umum digunakan untuk menyatakan
kesepakatan dalam pertukaran. Dari segi akuntansi, potensi jasa yang ada dibalik
angka kos mempunyai arti penting, karena kos merupakan salah satu atribut untuk
merepresentasi secara tepat realitas kegiatan perusahaan.
- Keterbatasan informasi akuntansi
Dengan memahami arti penting kos sebagai bahan olah akuntansi sebenarnya dapat
dikenali keterbatasan akuntansi dalam memberikan informasi untuk kepentingan
pengambilan keputusan. Informasi akuntansi hanya merupakan sebagian dari
informasi yang mungkin dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh pihak
eksternal dan manajemen.

4. Kos Melekat
Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang direpresentasinya,
sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-
gabungkan kembali mengikuti objek yang dilekatinya. Berbagai kos mempunyai daya
saling mengikat antara yang satu dengan lainnya mengikuti ikatan objek-objek yang
disimbolkannya. Bila berbagai komponen digabung menjadi suatu objek atau barang
baru, gabungan kos yang baru semata-mata merupakan penggabung berbagai kos yang
melekat pada tiap komponen tanpa memperhatikan nilai ekonomi baru yang melekat
pada barang baru. Kos melekat dilandasi oleh konsep kos terkandung (kos yang benar-
benar ada dalam produk) dna kos penggantian (seandainya kos produk tidak ada dan
harus diadakan).
- Saat pengakuan nilai tambah
Secara ekonomi, kegiatan perusahaan terdiri atas penggabungan berbagai faktor
produksi untuk menghasilkan produk baru yang manfaatnya lebih tinggi. Kalau
kegiatan produksi menggunakan bahan baku dan bermacam-macam faktor
produksi, kegiatan akuntansi menggunakan kos untuk menyatakan pemrosesan
faktor produksi tersebut. Konsep dasar kos melekat mempunyai implikasi penting
terhadap saat pengakuan tambahan manfaat produk fisik yang dihasilkan. Kalau
kos produk harus menunjukkan nilai, maka dalam kos produk tersebut harus
dimasukkan nilai tambahan manfaat yang melekat pada produk sebagai akibat
proses produksi, yang mana nilai tambah ini akan terealisasi pada saat produk telah
terjual dan aset (kos) baru masuk ke dalam perusahaan.
- Wadah penggabungan
Dalam mengikuti aliran fisis produksi, kos dipecah, dikelompokkan, dan kemudian
digabung kembali mengikuti unit fisis produk. Ini berarti bahwa kos digabungkan
dengan produk sebagai wadah atau penakar penggabungan. Setelah produk
diserahkan kepada pelangganan (penjualan), maka kos yang melekat pada unit
produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara logis dapat disebut
dengan kos barang terjual (cost of goods sold).

5. Upaya dan Hasil


Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka menperoleh
pendapatan. Dengan kata lain, tidak hasil (pendapatan) tanpa upaya (biaya). Secara
konseptual, pendapatan timbul karena biaya bukan pendapatan menanggung biaya.
Artinya, begitu kesatuan usaha melakukan kegiatan produktif (yang direpresentasi
dengan terhimpunnya kos), maka pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk meskipun
belum terealisasi.
- Perlunya basis asosiasi
Aliran kos keluar (disposition price-aggregates) merupakan pengukur upaya
(effort) dan aliran kos masuk (acquisition price-aggregates) merupakan pengukur
hasil atau capaian (accomplishment). Selisih antara kedua komponen tersebut akan
membentuk laba. Laba mencerminkan tingkat keefektifan manajemen dalam
mengelola sumber ekonomi, yang mana ukuran keefektifan akan tepat apabila hasil
dibandingkan dengan upaya. Dengan demikian, diperlukanlah dasar asosiasi (basis
of association) yang tepat dan rasional antara kedua komponen tersebut agar laba
mempunyai makna atau nilai sebagai pengukur kinerja yang terandalkan.
- Penakar asosiasi ideal dan praktis
Konsep ini merupakan konsekuensi lebih lanjut dari konsep kontinuitas usaha
bahwa untuk menentukan kemajuan perusahaan tidak perlu ditunggu nasib akhir
perusahaan itu terjadi. Oleh karena itu, pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan memerlukan wadah penandingan atau penakar kemajuan dari waktu ke
waktu, yang ditakar adalah biaya sebagai upaya dan pendapatan sebagai hasil
upaya tersebut.
- Laba akuntansi versus ekonomi
Konsep ini mempunyai implikasi terhadap interpretasi laba akuntansi. Dalam
konsep ini, laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran dua elemen
yang berkaitan, yaitu pendapatan dan biaya. Laba yang diperoleh dengan cara
seperti ini disebut dengan laba struktural atau formal, karena laba diperoleh sebagai
hasil penerapan ketentuan-ketentuan formal (prinsip atau standar akuntansi). Laba
akuntansi dapat berbeda maknanya dengan laba ekonomi yang sering digunakan
dalam ekonomi atau perpajakan. Namun, akuntansi juga mengupayakan agar laba
akuntansi agar dapat merepresentasikan laba ekonomi.
- Kos aktual
Dalam menandingkan upaya dengan hasil, akuntansi hanyalah menandingkan
upaya yang benar-benar telah dilakukan oleh suatu kesatuan usaha, sehingga laba
yang dihasilkan merupakan selisih biaya dan pendapatan yang diukur dengan kos
yang sesungguhnya terjadi (kos tersebut timbul karena transaksi, kejadian, upaya
nyata yang dilakukan).
- Asas akrual atau himpun
Akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil dalam menentukan
besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya atau pendapatan pada
biaya yang telah dibayar atau pendapatan yang telah diterima. Akuntansi
menekankan substansi suatu kegiatan atau transaksi yang menimbulkan biaya dan
pendapatan. Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang
menyatakan bahwa pendapatan diakui ketika hak kesatuan usaha timbul lantaran
penyerahan barang/jasa ke pihak luar dan biaya diakui ketika kewajiban timbul
karena penggunaan sumber ekonomi yang melekat pada barang/jasa yang
diserahkan ke pihak luar.
- Depresiasi
Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotetis. Depresiasi untuk suatu periode
harus diperhitungkan dan diakui sebagai biaya, karena jasa yang diberikan aset
tetap tidak terjadi sekaligus pada saat perolehan atau pemberhentian aset tersebut.
Seluruh potensi jasa aset tetap (depresiasi total yang direpresentasi oleh kos aset)
jelas akan dimanfaatkan atau dipakai dengan cara tertentu sampai jasa yang
terkandung di dalamnya habis. Jadi, depresiasi adalah bagian dari kos aset yang
telah diperhitungkan sebagai biaya.
- Kapasitas mengganggur
Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metoda tertentu harus tetap merupakan
biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan tersebut
menimbulkan atau bahkan menambah rugi operasi.
- Pos-pos luar biasa
Fokus usaha yang diletakkan pada daya melaba, mengakibatkan konsep upaya dan
hasil tidak sekadar mengakibatkan pengakruan dan penangguhan (accruing and
deferring) untuk perioda berjalan tetapi juga untuk jangka panjang. Untuk
menentukan laba periodik juga harus dimasukkan untung luar biasa (windfall
gains), yaitu bertambahnya manfaat ekonomi tanpa upaya yang jelas atau
terencana, dan rugi luar biasa (extraordinary losses), yaitu berkurangnya manfaat
ekonomi akibat hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan upaya dalam
mendapatkan hasil.

6. Bukti Terverifikasi dan Objektif


Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat
kebermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data
keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya
(keabsahannya/keautentikannya). Objektivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi
yang melingkupi penciptaan, pengukuran, dan penangkapan atau pengakuan data
akuntansi. Akuntansi mendasarkan diri pada objektivitas relatif, yaitu objektivitas yang
paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan
tersedianya informasi pada waktu tersebut (termasuk adanya bukti transaksi).
- Arti penting untuk pengauditan
Di samping penting karena membantu pencapaian karakteristik kualitatif informasi
yang tinggi, konsep bukti yang dapat diuji kebenarannya dan objektif itu jadi
penting dalam kaitannya dengan pengauditan untuk menentukan kewajaran
statement keuangan melalui bukti yang dapat diverifikasi dan diandalkan.
- Objektivitas bukti
Bukti hendaknya diartikan dalam arti luas dan substantif tidak sekadar bukti formal
dan material. Bukti menjadi basis rasional dalam melakukan pertimbangan
(judgment). Objektif berarti fakta yang diungkapkan pada bukti tidak dipengaruhi
oleh kepentingan pribadi.
- Objektivitas relatif
Akuntansi bukan ilmu pasti sehingga objektivitas bukti dalam akuntansi bersifat
relatif. Fakta akuntansi tidak akan selalu bersifat objektif penuh dan dapat
diverifikasi secara tuntas. Oleh karena itu, konsep objektivitas dalam penciptaan
data akuntansi adalah objektivitas yang disesuaikan dengan keadaan yang ada pada
saat penentuan fakta bukan objektivitas mutlak.
- Objektivitas dan keterverifikasian jangka panjang
Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang sepenuhnya
objektif. Namun, apabila persyaratan objektivitas semacam ini harus diikuti secara
mutlak dalam segala hal maka akuntansi akan menjadi berpandangan jangka
pendek dan bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha.

7. Asumsi
Asumsi dalam daftar konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep
dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya
merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasannya.
- Kontinuitas usaha
Konsep kontinuitas usaha hanya dapat dibenarkan atas dasar pengalaman
perusahaan pada umumnya. Oleh karena itu, penerapan konsep ini dalam
perusahaan tertentu adalah semata-mata asumsi dan kenyataan ini harus tetap
dipertimbangkan dalam proses pelaporan.
- Periode satu tahun
Pelaporan periodik dengan waktu sebagai wadah pengukuran adalah salah satu hal
penting dalam akuntansi. Untuk tujuan "penakaran" terhadap pendapatan dan biaya
yang menghasilkan pendapatan tersebut, interval waktu yang biasanya digunakan
adalah satu tahun, baik tahun kalender ataupun tahun buku/fiskal. Akuntansi
menganggap (walaupun tidak dapat diuji validitasnya) bahwa waktu satu tahun
adalah periode waktu yang tepat untuk pelaporan.
- Kos sebagai bahan olah
Penghargaan sepakatan yang menjadi bahan oleh akuntansi didasarkan atas asumsi
bahwa kos faktor produksi yang diperoleh perusahaan menunjukkan nilai wajar
pada saat terjadinya. Asumsi dibalik penalaran tersebut adalah bahwa para pelaku
ekonomi bertindak rasional, suatu asumsi yang tidak selalu benar dalam tiap
keadaan.
- Daya beli uang stabil
Konsep bahwa jumlah rupiah yang tercatat akan tetap menunjukkan nilai dilandasi
asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa. Dalam periode-periode
yang mengalami inflasi cukup tinggi, asumsi tersebut jelas tidak berlaku lagi untuk
tujuan tertentu.
- Tujuan mencari laba
Konsep pendapatan dan biaya sebagai aliran jumlah rupiah yang ditandingkan
sebenarnya mengandung asumsi bahwa pendapatan adalah objek yang dituju oleh
upaya yang diukur dengan kos. Dengan kata lain, perusahaan dipandang sebagai
suatu organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan laba.

Selain itu, juga terdapat konsep dasar lain yang penting untuk dibahas, antara lain.
1. Substansi daripada Bentuk
Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep di tingkat perekayasaan
atau dalam menetapkan standar di tingkat penyusun standar, akuntansi akan menekankan
makna atau substansi ekonomik suatu objek atau kejadian daripada makna yudirisnya
meskipun makna yudiris mungkin menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi
yang berbeda.
2. Pengakuan Hak Milik Pribadi
Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui
secara yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomi
atau aset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh penguasaan. Dengan
pengakuan hak milik pribadi ini, suatu perlindungan harus diberikan kepada seseorang
yang memiliki hak atas suatu kekayaan (property rights).
3. Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas
Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan (metode) akuntansi antar kesatuan
usaha/entitas merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, karena perbedaan kondisi
yang melingkupi dan karakteristik. Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki
perlakuan akuntansi yang berbeda agar informasi keuangan lebih menggambarkan
keadaan unit usaha yang sebenarnya. Akuntansi juga tentunya menghendaki agar
statemen keuangan dapat saling diperbandingkan antar perusahaan dalam batas-batas
yang layak.
4. Konservatisma
Konservatisma adalah sikap dalam menghadapi ketidakpastian untuk mengambil
keputusan atas dasar outcome yang terburuk dari ketidakpastian tersebut. Sikap
konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan
cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko. Dari
sisi akuntansi, dalam menyikapi ketidakpastian, akuntansi akan menentukan pilihan
perlakuan/prinsip yang didasarkan pada munculan yang dianggap kurang
menguntungkan.
5. Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data
Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai merupakan
sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi yang tinggi. Konsep ini dilandasi
penalaran bahwa objektivitas dalam akuntansi merupakan objektivitas mutlak dan
akuntansi mengakui adanya taksiran-taksiran, sehingga keterandalan data hanya dapat
dijamin kalau kesatuan usaha mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai.

D. Manfaat Konsep Dasar


Konsep dasar berfungsi melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi,
konsep dasar lebih banyak manfaatnya bagi penyusunan staandar dalam berargumen untuk
menentukan konsep, prinsip, metoda, atau teknik yang akan dijadikan standar. Dalam tiap
standar yang diterbitkan, misalnya, FASB menyertakan bagian yang disebut Basis
Penyimpulan yang didalamnya terefleksi konsep dasar yang dianut baik secara eksplisit
maupun implisit. Patton &Littleton menegaskan bahwa penyusunan standar harus
dilandasi oleh pemikiran atau penalaran yang jelas dan jernih.
E. Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan pengaturan yang
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk
pengguna eksternal. Kerangka Konseptual bukan merupakan PSAK sehingga tidak
mendefinisikan standar untuk pengukuran atau isu pengungkapan tertentu. Kerangka
Konseptual ini tidak mengungguli PSAK tertentu. Jika terdapat perbedaan antara PSAK dan
KKPK, maka persyaratan yang ada dalam PSAK mengungguli persyaratan yang ada dalam
Kerangka Konseptual.
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) telah disahkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 11 Desember 2019. DE KKPK ini memiliki
tanggal efektif 1 Januari 2020 dengan penerapan lebih dini diperkenankan untuk perusahaan
yang menggunakan KKPK dalam mengembangkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada
PSAK yang berlaku untuk transaksi tertentu.
KKPK merupakan adopsi dari the Conceptual Framework for Financial Reporting per
Maret 2018. KKPK ini menggantikan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK)
yang telah disahkan pada tanggal 28 September 2016 dan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) (Penyesuaian 2014) yang telah disahkan pada
tanggal 27 Agustus 2014.
Kerangka Konseptual mendeskripsikan tujuan dari dan konsep untuk, pelaporan
keuangan bertujuan umum. Tujuan Kerangka Konseptual adalah untuk:
1) Membantu Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK
IAI) dalam mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berdasarkan
konsep yang konsisten.
2) Membantu penyusun laporan keuangan untuk mengembangkan kebijakan akuntansi
yang konsisten ketika tidak ada Standar yang berlaku untuk transaksi tertentu atau
peristiwa lain, atau ketika Standar memberikan pilihan kebijakan akuntansi; dan;
3) Membantu semua pihak untuk memahami dan menginterpretasikan Standar.
Kerangka Konseptual bukan merupakan Standar. Kerangka Konseptual ini tidak ada
yang mengungguli Standar atau persyaratan dalam Standar tertentu.
Kerangka Pelaporan Keuangan

❖ Level 1 “Tujuan Utama Pelaporan Keuangan”


"Memberikan informasi keuangan tentang pelaporan entitas yang berguna untuk
investor sekarang dan potensial, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya dalam
membuat keputusan dengan kapasitas mereka sebagai penyedia modal." Pelaporan
keuangan dibuat dengan tujuan tertentu dan pasti yaitu sebagai media pemberi
informasi yang diharapkan memiliki manfaat terhadap para pembuat keputusan;
membantu menentukan jumlah, waktu, hingga memperkirakan ketidakpastian aliran
kas yang mungkin terjadi; sampai menyediakan informasi yang memuat sumber-
sumber ekonomi, tuntutannya, dan perubahan yang mungkin terjadi di dalamnya.
Laporan keuangan ini digunakan oleh banyak pihak dengan berbagai kepentingannya
masing-masing. Maka dari itu, pelaporan keuangan ini memiliki tujuan tersendiri yang
bisa kita klasifikasikan menjadi 3 bagian besar, yaitu tujuan secara luas, tujuan secara
sempit, dan tujuan yang terakhir. Laporan keuangan memiliki tujuan secara luas sebagai
pemuat informasi untuk penggunanya dalam pembuatan keputusan.
Tujuan secara sempit laporan ini adalah penyampaian informasi yang memiliki kaitan
dengan kepentingan berbagai pihak. Lantas, tujuan yang terakhir adalah menyampaikan
informasi yang bisa berfungsi menentukan prospek aliran kas suatu bisnis.
❖ Level 2 “Konsep Fundamental”
Dalam level dua ini, konsep fundamental merupakan dasar yang menjembatani antara
permasalahan tujuan akuntansi serta bagaimana dengan akuntansi yang menyangkut
masalah pengakuan serta pengukuran. Fundamental sendiri dimaknai sebagai konsep
dasar, konsep yang berfungsi dalam memberikan petunjuk untuk memilih kejadian,
mencatat kejadian, meringkasnya dan mengkomunikasikan nya kepada pihak-pihak
yang memiliki kepentingan. Level dua ini memiliki 2 poin penting yang termasuk
dalam konsep fundamental laporan keuangan sebagai berikut.
a) Karakteristik Kualitatif
IASB mengidentifikasi Karakateristik Kualitatif informasi akuntansi yang
dibedakan menjadi informasi yang lebih baik (lebih berguna) dari informasi yang
kurang bermutu (kurang berguna) untuk tujuan pengambilan keputusan.

• Kualitas Dasar
- Relevansi adalah salah satu dari dua kualitas dasar yang membuat informasi
akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan.
- Penyajian jujur berarti bahwa angka-angka dan penjelasan sesuai dengan apa
yang benar-benar ada atau terjadi. unsur laporan keuangan
• Peningkatan Kualitas
Peningkatan kualitas berfungsi untuk membedakan informasi yang lebih
berguna dari informasi yang kurang berguna.
b) Unsur
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aset, liabilitas, dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut.
• Aset
Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomik di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan.
• Liabilitas
Utang perusahaan masa kini dari entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber day
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomik.
• Ekuitas
Hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua liabilitas.
• Penghasilan
Kenaikan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
• Beban
Penurunan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.

❖ Level 3 “Konsep Pengakuan dan Pengukuran”


Konsep-konsep ini menjelaskan bagaimana perusahaan harus mengakui, mengukur,
serta melaporkan unsur dan peristiwa keuangan.
a) Asumsi Dasar
• Entitas Ekonomi, perusahaan menjaga aktivitasnya terpisah dan berbeda dari
pemiliknya dan dari unit bisnis lainnya.
• Kelangsungan Usaha, perusahaan bertahan cukup lama untuk memenuhi
tujuan dan komitmen mereka.
• Unit Moneter, uang adalah denominator yang umum.
• Periodisitas, perusahaan dapat membagi kegiatan ekonominya ke dalam
beberapa periode waktu. Akuntansi Berbasis Akrual - transaksi dicatat pada
periode di mana peristiwa itu terjadi.
b) Prinsip
• Pengukuran
- Biaya perolehan umumnya dianggap sebagai penyajian jujur dari jumlah
yang dibayarkan untuk item tertentu.
- Nilai wajar adalah "jumlah di mana aset dapat dipertukarkan, liabilitas
dapat diselesaikan, atau instrumen ekuitas yang diberikan dapat
dipertukarkan, antara pihak yang memiliki cukup pengetahuan dalam
transaksi wajar.
- IASB juga telah mengambil langkah tambahan yang memberikan
perusahaan pilihan untuk menggunakan nilai wajar sebagai dasar
pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan.
• Pengakuan Pendapatan
Pendapatan diakui jika terdapat besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi
masa depan akan diperoleh perusahaan dan dapat dilakukan pengukuran yang
dapat diandalkan dari jumlah pendapatan yang dimungkinkan.
• Pengakuan Beban
Arus keluar atau "penggunaan" lain dari aset atau munculnya liabilitas (atau
gabungan keduanya) selama periode sebagai akibat dari pengiriman atau
produksi barang dan/atau penyediaan jasa.
• Pengungkapan Penuh
Memberikan informasi yang cukup penting untuk memengaruhi penilaian dan
keputusan pengguna yang diinformasikan. Diberikan melalui:
a. Laporan Keuangan
b. Catatan atas Laporan Keuangan
c. Informasi tambahan
c) Kendala
• Biaya, biaya penyediaan informasi harus dipertimbangkan terhadap manfaat
yang dapat diperoleh dari penggunaannya
• Materialitas, informasi dianggap jika mengabaikan atau salah menyatakan
yang bisa memengaruhi atau mengubah penilaian pengguna.
SIMPULAN

Konsep dasar akuntansi adalah rumus atau konsep yang berlaku secara general/umum
untuk mendapatkan kesatuan analisis, pandangan serta pendapat dari pihak pemberi informasi
keuangan hingga pihak-pihak lainnya. Dalam pengajuan konsep dasar akuntansi, terdapat
berbagai sumber yang mengajukan persepsinya dalam konsep dasar akuntansi. Berbagai
persepsi tersebut ialah IAI, IFRS, Paul Grady, Wolk, Tearney, dan Dodd, serta Patton dan
Littleton. Konsep-konsep dasar akuntansi yang dirumuskan oleh Patton dan Littleton (P&L)
sebenarnya sudah cukup lengkap, karena dapat menjelaskan tentang faktor lingkungan dan
praktik akuntansi yang berjalan sesuai zaman perkembangannya. Konsep dasar tersebut
meliputi Entitas bisnis atau kesatuan usaha, kontinuitas kegiatan atau usaha, penghargaan
sepakatan, kos melekat, upaya dan capaian atau hasil, bukti terverifikasi dan objektif, dan
asumsi. Konsep dasar berfungsi melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi,
konsep dasar lebih banyak manfaatnya bagi penyusunan staandar dalam berargumen untuk
menentukan konsep, prinsip, metoda, atau teknik yang akan dijadikan standar.
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan pengaturan yang
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk
pengguna eksternal. Kerangka Konseptual bukan merupakan PSAK sehingga tidak
mendefinisikan standar untuk pengukuran atau isu pengungkapan tertentu. Kerangka
Konseptual ini tidak mengungguli PSAK tertentu. Jika terdapat perbedaan antara PSAK dan
KKPK, maka persyaratan yang ada dalam PSAK mengungguli persyaratan yang ada dalam
Kerangka Konseptual.
REFERENSI

IAI. (2022). Kerangka Dasar SAK Umum. Retrieved from Ikatan Akuntan Indonesia:
http://iaiglobal.or.id
Kieso, W. W. (2019). Kerangka Konseptutal Pelaporan Keuangan. Retrieved from
SlidePlayer: https://slideplayer.info
Rivai, A. (2018, Januari 11). SUMBER KONSEP DASAR TEORI AKUNTANSI. Retrieved from
Ayo Riset: http://www.ayoriset.com/
Suwardjono. 2017. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai