Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TEORI DAN PRAKTIK AKUNTANSI

KONSEP DASAR DALAM AKUNTANSI

Disusun oleh:

1. Ni Nyoman Santi Dewi 2302621010001


2. Kadek Dego Nyampuh Wijaya Satria Sari 2302621010002

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2023
KONSEP DASAR DALAM AKUNTANSI

1.1 Pengertian dan Fungsi Konsep Dasar Akuntansi


Menurut Paton dan Littleton ( 2002: 212 ) menyatakan bahwa konsep
akuntansi adalah Penalaran dalam perekayasaan pelaporan keuangan bersifat deduktif
dan normatif, penyimpulan harus dimulai dari suatu asumsi yang disepakati dan
dianggap valid tanpa harus diuji kebenarannya. Asumsi tersebut biasanya berbentuk
konsep dan dinyatakan secara eksplisit atau implisit. Berbagai sumber atau penulis
mengajukan konsep dasar yang isinya berbeda-beda. Perbedaan konsep dasar dapat
terjadi karena perbedaan persepsi dari berbagai sumber tentang faktor lingkungan atau
perbedaan pendefinisian makna atau status suatu konsep dasar.
Selain itu menurut Suwardjono (2005) yang dikutip dari pendapat Paton dan
Littleton menyebutkan bahwa konsep dasar akuntansi terdiri atas konsep kesatuan
usaha atau entity theory, kelangsungan usaha atau going concern, penghargaan
sepakatan, upaya dan hasil atau effort and accomplishment, harga melekat atau cost
attach, asumsi dan yang terakhir terdiri atas bukti terverifikasi.
Menurut Hery (2015:10) menyimpulkan, bahwa “Dalam proses kegiatannya
akuntansi berlandaskan pada asumsi-asumsi tertentu”. Dalam asumsi ini timbul
konsep dalam akuntansi. Konsep-konsep akuntansi adalah sebagai berikut:
1. Konsep Entitas Usaha (Accounting Entity Concept)
2. Konsep Biaya / Harga Pertukaran (Historical Cost Concept)
3. Konsep Kontinuitas Usaha (Going Concern Concept)
4. Konsep Penandingan (Matching Cost And Revenues)
5. Konsep Pengukuran Uang (Money Measuring Unit)
6. Konsep Periode Akuntansi (Periodicity)
7. Cash Basis (Dasar Kas)
8. Accrual Basis (Dasar Akrual)
Fungsi konsep dasar adalah sebagai berikut:
a. Sebagai landasan penalaran pada tingkat perekayasaan. Perekayasaan
akuntansi adalah proses pemikiran logis dan objektif untuk
membangunstruktur dan mekanisma pelaporan keuangan dalam suatu
negara untuk menunjang tercapainya tujuan negara.
Perekayasaan akuntansi memilih dan mengaplikasikan ideologi,
teori, konsep dasar, dan teknologi yang tersedi secara teoretis dan
prakstisuntuk mencapai tujuan ekonomik dan sosial negara dengan
mempertimbangkan faktorsosial, ekonomik, politik, dan budaya negara.
b. Konsep dasar lebih banyak manfaatnya bagi penyusun standar dalam
berargumen untuk menentukan konsep prinsip, metoda, atau teknik yang
akan dijadikan standar. P&L menegaskan bahwa penyusun standar harus
dilandasi oleh pemikiran atau penalaran yang jelas dan jernih. Pemilihan
istilah, misalnya, harus didasarkan atas pikiran yang jernih dan kaedah
kebahasaan yang baik bukannya atas selera seseorang yang berkuasa.
Demikian juga, standar akuntansi tidak harus tunduk pada apa yang
nyatanya dipraktikkan tetapi harus lebih berorientasi kemasa depan demi
perbaikan secara bertahap.

1.2 Konsep Kesatuan Usaha


Suwardjono (2010) menyatakan bahwa konsep entitas bisnis atau kesatuan
usaha adalah perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomik
yang berdisi sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan kedudukannya terpisah dari
pemilik atau pihak lain yang menanamakan dana dalam perusahaan dan kesatuan
ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu entitas berdiri sendiri
tanpa campur tangan dari pihak-pihak yang berada diluar entitas tersebut. Pemisahan
kedudukan kesatuan usaha dan pemilik berarti bahwa fungsi mannajemen terpisah
dari fungsi investasi. Manajemen entitas tersebut berkewajiban melakukan pelaporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kegiatan yang dilakukan.
Batas kesatuan usaha yakni walaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung
keberadaannya, batas kesatuan usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis
atau hukum melainkan kesatuan ekonomik. Dimana akuntansi memperlakukan badan
usaha sebagai suatu kesatuan ekonomik daripada kesatuan yuridis.
Konsep kesatuan usaha ini harus menghasilkan atau menyediakan barang/jasa
kemudian menyerahkannya untuk menghasilkan pendapatan. Ada beberapa Implikasi
pada konsep kesatuan usaha ini yaitu :
a. Batas kesatuan usaha, konsep kesatuan usaha ini tergantung pada
keberadaannya klu secara yuridis.
b. Ekuitas, konsep kesatuan usaha ini memiliki implikasi terhadap ekuitas,
ekuitas ini bermaksud bahwa kesatuan usaha di anggap sebagai hubungan
bisnis atau bisa juga utang dalam konsep kesatuan usaha.
c. Pendapatan, pendapatan pada konsep kesatuan usaha ini dapat dianggap dapat
menaikkan ekuitas.

1.3 Konsep Kontinuitas Usaha


Suwardjono (2010) menyatakan bahwa konsep kontinuitas kegiatanatau usaha
adalah apabila tidak ada tanda-tanda, gejala, atau rencana pasti dimasa dating bahwa
kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi makan akuntansi mengganggap
bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak
terbatas. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi
menggangap suatu entitas akan terus berlangsung sampai ada tanda akan dilikuidasi.
Asumsi dasar akuntansi ini menganggap bahwa perusahaan akan hidup terus
dan tidak akan terjadi lukuidasi untuk masa yang akan datang. Penekanan dari asumsi
ini adalah anggapan terhadap perusahaan bahwa akan tersedia cukup waktu untuk
menyelesaikan usaha, kontrak atauperjanjian. Sehingga dengan demikian dibuat
berbagai metode penilaian dan pengalokasian di dalam akuntansi.Untuk contohnya
adalah adanya prosedur amortisasi dan depresiasi. Suatu perusahaan dipandang tidak
cukup bukti bahwa perusahaan akan berhenti usahanya maka economic entity tersebut
dipandang akan hidup terus dan begu dengan sebaliknya.
Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk terus maju dan
berkembang. Untuk mengetahui seberapa maju dan berkembangnya perusahaan yang
dijalankan, maka perusahaan tersebut harus membuat laporan mengenai perusahaan
secara periodik. Jika perusahaan tidak membuat laporan secara periodik, maka sulit
untuk menentukan keputusan lebih lanjut.

1.4 Upaya dan Hasil


Suwardjono (2010) menyatakan bahwa konsep upaya dan capaian atau hasil
adalah biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh pendapatan. Suatu entitas
dalam melakukan kegiatan prduktif maka akan mengorbankan sumber ekonomi guna
mendapatkan pendapatan. Secara konseptual pendapatan timbul karena biaya yang
dikeluarkan, bukan pendapatan yang menanggung biaya. Artinya pendapatan sudah
dapat diakui meskipun belum terealisasi karena adanya pengeluaran perusahaan.
Konsep ini mempunyai beberapa implikasi yakni:
a. Perlunya Basis Asosiasi
Apabila dihubungkan, aliran kas keluar (disposition price-aggregates)
merupakan pengukur upaya (effort) dan aliran kos masuk (acquisition price
aggregates) merupakan pengukur hasil atau capaian (accomplishment).
Selisih antara kedua komponen tersebut akan membentuk laba. Laba
mencerminkan keefektifan manajemen dalam mengelola sumber ekonomik
dan merupakan informasi penting bagi pihak yang berkepentingan
khususnya bagi mereka yang menyediakan sumber ekonomik dan
menanggung risiko akhir. Ukuran keefektifan ini akan tepat apabila hasil
ditandingkan dengan upaya yang menimbulkan hasil tersebut. Dengan
demikian, diperlukan dasar asosiasi (basis of association) yang tepat dan
rasional antara kedua komponen tersebut agar laba mempunyai makna atau
nilai sebagai pengukur kinerja yang terandalkan.
b. Penakaran Asosiasi Ideal dan Praktis
Konsep ini merupakan konsekuensi lebih lanjut dari konsep kontinuitas
usaha bahwa untuk menentukan kemajuan perusahaan tidak perlu ditunggu
nasib akhir perusahaan itu terjadi. Oleh karena itu, pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan memerlukan wadah atau penakar
kemajuan dari waktu ke waktu. Yang ditakar adalah biaya sebagai upaya
dan pendapatan sebagai hasil upaya tersebut. Penakar yang dimaksud disini
tidak lain adalah dasar atau wadah penandingan antara biaya dan
pendapatan. Penakar yang paling cocok adalah penakar yang dapat
menunjukkan secara tepat dan objektif bahwa biaya yang masuk dalam
penakar adalah biaya yang benar-benar menyebabkan timbulnya
pendapatan yang masuk dalam penakar tersebut. Kalau penakar sudah
ditentukan, masalah berikutnya adalah menentukan berapakah kos yang
harus masuk ke dalam penakar sehingga dapat dibaca (dihitung) kos yang
dapat diperhitungkan sebagai upaya dan “kos” pendapatan yang dapat
diperhitungkan sebagai hasil.
c. Laba Akuntansi versus Ekonomik
Konsep ini mempunyai implikasi terhadap interpretasi laba akuntansi.
Dengan konsep ini, laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran
dua elemen yang berkaitan yaitu pendapatan dan biaya. Laba yang
diperoleh dengan cara seperti ini disebut dengan laba struktual atau formal.
Disebut laba formal karena laba diperoleh sebagai hasil penerapan
ketentuan-ketentuan formal (dalam hal ini adalah prinsip atau standar
akuntansi). Karena perbedaan konsep dasar, pengertian dan tujuan, laba
akuntansi dapat berbeda maknanya (bahkan memang demikian) dengan
laba ekonomik atau laba material yang sering digunakan dalam ekonomika
atau perpajakan. Namun demikian akuntansi juga mengupayakan agar laba
akuntansi sedapat-dapatnya merupakan representasi atau produksi laba
ekonomik.
d. Cost Actual
Dalam menandingkan upaya dengan hasil, akuntansi hanyalah
menandingkan upaya yang benar-benar telah dilakukan oleh suatu kesatuan
usaha sehingga laba yang diperoleh adalah selisih biaya dan pendapatan
yang diukur dengan kos yang sesungguhnya terjadi. Artinya, kos tersebut
timbul karena transaksi, kejadian, atau upaya yang nyata-nyata dilakukan.
Untuk mengakui kos harus ada transaksi masa lalu (past transaction).
Dengan kata lain, biaya sesungguhnya adalah biaya yang terjadi akibat
suatu kegiatan yang nyata (real) sehingga kos hipotesis atau asumsian
(hypothetical atau imputed cost) tidak diakui.
e. Asas Akrual atau Himpun
Karena akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil dalam
menentukan besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya
atau pendapatan pada biaya yang telah dibayar atau pendapatan yang telah
diterima. Akuntansi menekankan substansi suatu kegiatan atau tansaksi
yang menimbulkan biaya dan pendapatan
f. Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotesis. Depresiasi untuk suatu
perioda harus diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang
diberikan oleh aset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau
pemberhentian aset tersebut. Seluruh potensi jasa aset tetap (depresiasi total
yang direpresentasi oleh kos aset) jelas akan dimanfaatkan atau dipakai
dengan cara tertentu sampai jasa yang terkandung didalamnya habis. Jadi,
depresiasi adalah bagian dari kos aset yang telah diperhitungkan sebagai
biaya.

g. Kapasitas Menganggur
Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metode tertentu harus
tetap merupakan biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun
perhitungan tersebut menimbulkan atau bahkan menambah rugi operasi.
h. Pos-Pos Luar Biasa
Sebagai konsekuensi konsep dasar kontiunitas usaha, konsep upaya
dan hasil harus dipandang dalam perspektif jangka panjang. Karena
perhatian diletakkan pada daya melaba, konsep upaya dan hasil tidak
sekadar memgakibatkan pengakruan dan penangguhan untuk perioda
berjalan tetap juga untuk jangka (accruing and deferring) panjang. Untuk
menentukan laba periodik, konsep menandingkan yang (matching)
berorientasi jangka panjang akan memasukkan juga:
 Untung luar biasa yaitu timbulnya atau bertambahnya manfaat
(windfull gains) ekonomik atau aset yang terjadi tanpa upaya yang jelas
dan direncanakan.
 Rugi luar biasa (extraordinary losses) yaitu hilangnya atau
berkurangnya manfaat ekonomik atau aset yang terjadi akibat hal-hal
yang tidak ada hubungannya atau tidak mudah dihubungkan dengan
upaya memperoleh hasil. imbalan investasi. Tingkat imbalan tersebut
dapat diukur secara periodik. Daya melaba adalah rata-rata dalam
jangka panjang tingkat imbalan periodik tersebut.

1.5 Bukti Terverifikasi dan Obyektif


Suwardjono (2010) menyatakan bahwa konsep bukti terverifikasi dan objektif
adalah konsep yang menyatakan informasi keuangan akan mempunyai tingkat
kebermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data
keuangan didukung oleh bukti-bukti yag obyektif dan dapat diuji kebenarannya.
Konsep bukti terverifikasi dan objektif menjadi dasar dalam menentukan persyaratan
transaksi-transaksi yang dapat diakui sebagai transaksi yang benar dilakukan oleh
usaha.
Bukti objektif yang dapat diperiksa (Variviable, objective evidence)
menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan
tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung
oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya
(keabsahannya/keautetikannya). Secara sudut pandang akuntansi tidak mendasarkan
diri pada objektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relatif.

1.6 Substansi Mengungguli Bentuk (Substance Over Form)


Substansi mengungguli bentuk (substance over form) dikenal sebagai salah
satu asumsi dasar dalam akuntansi keuangan. Pada laporan keuangan, substansi
mencerminkan realitas dari transaksi atau peristiwa yang sesungguhnya terjadi
sedangkan bentuk menunjukkan keadaan nya ditinjau dari sudut hukum. Berkaitan
dengan penyusunan standar, maka perekayasaan dan penetapan konsep akuntansinya
lebih menekankan pada makna atau substansi ekonomis suatu kejadian daripada
makna yuridisnya (Suwardjono, 2005: 243).
Meyer (1976, 80) berupaya memperjelas konsep tersebut dengan
menyodorkan sistem klasifikasi dua-dua (a two-by-two classification system) untuk
menggambarkan dua dimensi dari konsep substance over form. Dimensi pertama
adalah basis ekonomi dan dimensi yang kedua yaitu implementasi akuntansi. Basis
ekonomi menjadi substansi dari sebuah transaksi sedangkan implementasi akuntansi
yang berhubungan dengan proses pencatatan menjadi dasar dari sebuah bentuk
(form). Dengan dua dimensi tersebut, standar akuntansi yang ada telah memasukkan
konsep substance over form sehingga diharapkan akan membantu akuntan dalam
memecahkan masalah kontemporer dalam pelaporan keuangan. Substance over form
diterjemahkan menjadi substansi mengungguli bentuk, diartikan “jika informasi
dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang
seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai
dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya” (Ikatan
Akuntan Indonesia/IAI, 2002:35).

1.7 Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas


Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan akuntansi antarkesatuan
usaha merupakan suatu hal yang tidak dpaat dihindari karena perbedaan kondisi yang
melingkupi dan karakteristik kesatuan usaha individual. Keunikan kesatuan usaha
justru menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda agar informasi keuangan lebih
menggambarkan keadaan unit usaha yang sebenarnya.

1.8 Konservatisme
Konsep ini menyatakan bahwa dalam keadaan ketidakpastian akuntansi akan
menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan,
harapan kejadian atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan. Sikap konservatif
juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara
bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.
Jika akuntansi menganut konsep dasar konservtisma, dalam menyikapi
ketidakpastian, akuntansi (penyusun standar) akan menentukan pilihan perlakuan atau
prinsip akuntansi yang didasarkan pada munculan (keadaan, harapan kejadian,atau
hasil) yang dianggap kurang menentukan.

Anda mungkin juga menyukai