Oleh:
Kelompok 3
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
PEMBAHASAN
Dari beberapa paparan mengenai rumusan konsep dasar akuntansi di atas, maka
terdapat beberapa rumusan dasar akuntansi secara lebih terperinci:
1. Dasar Akrual (Accrual Basic). Pada konsep dasar akrual, asas dalam pengakuan
pendapatan dan biaya yang menyatakan pendapatakan diakui pada saat hak
kesatuan timbul dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul. Akuntansi
mendasarkan diri pada pengukuran dan penandingan secara ekonomik pendapatan
dan biaya, bukannya perbandingan biaya atas dasar kas masuk dan kas keluar (asas
tunai).
2. Dasar Kas (Cash Basic). Transaksi atau peristiwa ekonomi diakui pada saat
terjadinya pembayaran atau penerimaan kas dan dicatat dalam buku akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada waktu/periode transaksi kas berlangsung.
3. Konsep Kesatuan Usaha. Konsep kesatuan usaha adalah informasi keuangan
perusahaan yang hanya menginformasikan masalah keuangan perusahaan itu
sendiri. Keuangan perusahaan terpisah dari pemilik, keuangan karyawan, dan dari
keuangan para direksi. Dengan demikian, perusahaan dianggap sebagai badan atau
organisasi yang berdiri sendiri. Batas kesatuan usaha dari suatu entitas adalah batas
satuan ekonomis daripada yuridis sehingga berada dalam kendali satu manajemen.
4. Kesinambungan (Going Concern). Konsep yang menyatakan jika suatu
perusahaan tidak terdapat tanda-tanda likuidisai, maka dianggap perusahaan
tersebut tetap berlangsung tanpa batas waktu. Dalam proses usaha tersebut,
senantiasa dibuat laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan
yang disusun secara periodik dapat dibandingkan sehingga diperoleh informasi
kemajuan atau kemunduran usaha.
5. Penetapan Beban dan Pendapatan (Matching Concept). Penetapan beban dan
pendapatan perusahaan hanya diakui dalam periode yang bersangkutan sehingga
beban dan pendapatan yang terjadi benar-benar sudah direalisasikan. Perhitungan
laba rugi yang dilaporkan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam jangka
waktu yang tertentu atau periode tertentu.
6. Harga Perolehan (Cost). Usaha yang terjadi dalam pembelian yang dilakukan
perusahaan dicatat sebesar harga perolehan barang tersebut. Misalnya, dibeli
sebuah mesin seharga Rp10.000.000. Mesin tersebut kemudian dipasang di pabrik.
Ternyata masih dikeluarkan beban pemasangan mesin sebesar Rp1.200.000. Maka,
harga perolehan menjadi Rp11.200.000 (Rp.10.000.000 + Rp1.200.000). Nilai
inilah yang dicatat dalam akuntansi. Harga perolehan adalah jumlah uang yang
dikeluarkan untuk memperoleh sebuah barang atau jasa dalam pertukaran.
7. Periode Akuntansi. Informasi keuangan perusahaan harus dilaporkan secara
berkala, misalnya per tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan atau satu tahun.
Pelaporan informasi keuangan secara berkala ini disebut periode akuntansi. Tujuan
diadakannya pelaporan secara berkala ini adalah untuk menentukan strategi dan
kebijakan perusahaan pada masa yang akan datang.
8. Pengukuran Nilai Uang. Menjelaskan bahwa akuntansi merupakan alat
pengukuran sumber-sumber ekonomi serta kewajiban beserta perubahannya akibat
operasi perusahaan. Transaksi-transaksi usaha harus dapat diukur dengan satuan
uang tertentu, demikian juga dengan harta, utang, dan modal yang terdapat dalam
perusahaan. Dengan adanya pengukuran dengan nilai uang ini, maka seluruh
kekayaan perusahaan dapat dihitung nilainya.
9. Penghargaan Sepakatan. Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah yang
terlibat dalam setiap transaksi merupakan bahan olah dasar akuntansi yang paling
objektif dalam mengukur sumber daya ekonomi yang masuk dan sumber ekonomi
yang keluar. Transaksi harus diukur dalam satuan moneter yang disepakati antar
pihak yang bertransaksi.
10. Jasa dibalik Kos. Akuntansi menggunakan satuan mata uang karena satuan
tersebut paling mudah untuk menguantifikasi objek atau jasa ke dalam satuan yang
homogen. Harga dalam satuan uang adalah cara yang sudah umum untuk
menyatakan kesepakatan dalam pertukaran. Namun dari segi akuntansi, bukan
uang atau harga itu sendiri yang memiliki arti penting melainkan potensi jasa yang
ada dibalik angka kos yang mempunyai arti penting.
11. Kos Melekat. Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang
direpresentasinya sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah
atau digabungkan kembali mengikuti objek yang dilekatinya. Bila berbagai
komponen digabung menjadi suatu objek atau barang baru, gabungan kos yang baru
merupakan penggabungan berbagai kos yang melekat pada tiap komponen tanpa
memperhatikan nilai utilitas baru yang melekat pada barang baru. Kos Melekat
dilandasi oleh konsep kos yang disebut kos terkandung. Kos Terkandung yaitu kos
yang benar-benar terkandung dalam suatu objek atau produk sebagai pasangan kos
penggantian yaitu objek tersebut tidak ada dan harus diadakan. Jadi, untuk barang
sebagai hasil akhir kegiatan produksi, kos terkandung adalah kos komponen yang
melekat pada barang tersebut sedangkan kos penggantian adalah price aggregate
yang tidak jadi diperoleh apabila barang tersebut tidak ada atau price aggregate
yang harus dikorbankan apabila perusahaan tidak memproduksi barang tersebut
(nilai masukan). Jadi, kos melekat merupakan konsep dasar untuk mendukung
bahwa bahan olah akuntansi adalah kos yang sesungguhnya telah terjadi.
12. Saat Pengakuan Nilai Tambah. Kos produk merupakan hasil penggabungan dari
penggolongan, pemecahan, dan pengikhtisaran berbagai kos yang melekat pada
faktor-faktor produksi seperti kos bahan baku, kos tenaga kerja, dan kos faktor
produksi lainnya. Jumlah rupiah nilai yang merupakan tambahan manfaat yang
melekat pada produk harus dimasukkan ke dalam nilai kos produk sebagai akibat
proses produksi tersebut. Namun, nilai tambahan ini baru akan terealisasi apabila
penjualan sudah terjadi dan penghargaan sepakatan lebih tinggi daripada gabungan
kos atau kos produk sehingga nilai tambahan tersebut telah dapat ditentukan secara
objektif jumlah rupiahnya.
13. Wadah Penggabungan. Kos digabungkan dengan produk sebagai wadah atau
penakar penggabungan. Setelah produk diserahkan kepada pelanggan maka kos
yang melekat pada unit produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan
secara logis dapat disebut dengan kos barang terjual. Kos yang mudah dikaitkan
dengan produk, seperti kos tenaga kerja langsung, biasanya wadah
penggabungannya adalah produk. Sedangkan Kos yang tidak erat kaitannya dengan
produk atau sukar dirunut secara praktis ke produk misalnya kos administrasi,
wadah penggabungannya adalah periode dan akan membentuk kos periode.
14. Bukti Terverifikasi dan Objektif. informasi keuangan akan mempunyai tingkat
kebermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data
keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya.
Objektivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan,
pengukuran, dan penangkapan atau pengakuan data akuntansi. Jadi, akuntansi tidak
mendasarkan diri pada objektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relatif yaitu
objektivitas yang paling tinggi waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan
keadaan dan tersedianya informasi pada waktu tersebut.
15. Asumsi. Konsep dasar dalam banyak hal merupakan asumsi atau paling tidak
dilandasi oleh asumsi-asumsi yang validitasnya sulit diuji secara objektif tetapi
bermanfaat untuk basis pemilihan konsep atau prinsip.
B. Kerangka Konseptual Penyajian Laporan Keuangan
Kerangka konseptual adalah struktur teori akuntansi yang didasarkan pada penalaran
logis yang menjelaskan kenyataan yang terjadi dan menjelaskan apa yang harus dilakukan
apabila ada fakta atau fenomena baru. Perumusan kerangka konseptual dimulai dengan
penentuan tujuan yang menjadi landasan untuk menyusun elemen lain seperti karakteristik
kualitatif dari informasi dan pengakuan serta pengukuran elemen laporan keuangan.
Sebagai dokumen, kerangka konseptual akan berisi komponen konsep yang terdiri atas
tujuan (objectives) dan hal-hal mendasar (fundamentals) yang saling berkaitan. Komponen
konsep yang biasanya dicakupi dalam kerangka konseptual adalah tujuan pelaporan
keuangan, kriteria kualitas informasi, elemen-elemen statemen keuangan, pengukuran dan
pengakuan. Sebagai konstitusi, kerangka konseptual menjelaskan, menentukan,
mengarahkan sifat, fungsi, lingkup pelaporan dan statemen keuangan dalam suatu negara.
Terdapat model kerangka konseptual yang berlaku secara umum dan universal, yaitu:
1. Kerangka Konseptual Versi FASB. Financial Accounting Standar Board (FASB)
merupakan lembaga pengatur standar akuntansi keuangan (dewan standar) yang
dipercaya untuk mengatur standar akuntansi keuangan di Amerika Serikat sejak tahun
1973. Kerangka konseptual yang dikembangkan oleh FASB memuat empat komponen:
a. Tujuan Pelaporan Keuangan (Bisnis dan Non-Bisnis)
• Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat
bagi para investor dan kreditor dan pemakai lain, dalam membuat
keputusan-keputusan investasi dan kredit;
• Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu
para investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat terjadi, dan
ketidakkpastian penerimaan kas mendatang;
• Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber-
sumber daya ekonomik, klaim terhadap sumber-sumber tersebut
(kewajiban untuk mentransfer sumber daya ekonomik ke entitas lain dan
ekuitas pemilik), dan akibat-akibat perubahan-perubahannya.
b. Karakteristik Kualitatif Informasi
Tujuan pelaporan yaitu menentukan karakteristik kualitatif informasi
Primer (utama) yang harus disediakan. Agar bermanfaat, informasi akuntansi
harus berpaut dengan keputusan (relevan) dan terandalkan (reliabilitas).
• Keberpautan (Relevan) adalah kemampuan informasi untuk membantu
pemakai dalam membedakan beberapa alternatif keputusan sehingga
pemakai dapat dengan mudah menentukan pilihan.
• Keterandalan (Reliabilitas) adalah kemampuan informasi untuk
memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid.
Keterandalan terbagi menjadi:
1) Ketepatan Penyimbolan (Representational Faithfulness) –
kesesuaian atau kecocokan antara pengukur atau deskripsi dan
fenomena yang diukur atau dideskripsi.
2) Keterujian (verifiabilitas) – kemampuan informasi untuk
memberi keyakinan bahwa informasi merepresentasi apa yang
dimaksudkan untuk direpresentasi sesuai dengan consensus atau
bahwa cara pengukuran yang dipilih telah diaplikasi tanpa ada
kesalahan.
3) Netral – ketidakberpihakan pada grup tertentu atau
ketidakbiasaan dalam memperlakukan akuntansi.
Paton, W.A. dan A.C. Littleton. 1940. An Introduction to Corporate Accounting Standards.
American Accounting Association.