Anda di halaman 1dari 7

Upaya dan Hasil

Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh
hasil berupa pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa
upaya (biaya). Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya bukan
sebaliknya pendapatan menanggung biaya. Artinya, begitu kesatuan usaha
melakukan kegiatan produktif (yang direpresentasi dengan terhimpunnya kos) maka
pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk pula walaupun belum terealisasi.
Perlunya Basis Asosiasi
Kalau dihubungkan dengan Gambar 5.6, aliran kos keluar (disposition price-ag
gregates) merupakan pengukur upaya (effort) dan aliran kos masuk (acquisition
price-aggregates) merupakan pengukur hasil atau capaian (accomplishment). Selisih
antara kedua komponen tersebut akan membentuk laba. Diperlukanlah dasar
asosiasi (basis of association) yang tepat dan rasional antara kedua komponen
tersebut agar laba mempunyai makna atau nilai sebagai pengukur kinerja yang
terandalkan.
Penakar Asosiasi Ideal dan Praktis
Konsep ini merupakan konsekuensi lebih lanjut dari konsep kontinuitas usaha bahwa
untuk menentukan kemajuan perusahaan tidak perlu ditunggu nasib akhir
perusahaan itu terjadi. Oleh karena itu, pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan memerlukan wadah atau penakar kemajuan dari waktu ke waktu. Yang
di takar adalah biaya sebagai upaya dan pendapatan sebagai hasil upaya tersebut.
Penakar yang dimaksud di sini tidak lain adalah dasar atau wadah penandingan
antara biaya dan pendapatan. Penakar yang paling cocok adalah penakar yang
dapat menunjukkan secara tepat dan objektif bahwa biaya yang masuk dalam
penakar adalah biaya yang benar-benar menyebabkan timbulnya pendapatan yang
masuk dalam penakar tersebut.
Laba Akuntansi versus Ekonomik
Konsep ini mempunyai implikasi terhadap interpretasi laba akuntansi. Dengan
konsep ini, laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran dua elemen
yang berkaitan yaitu pendapatan dan biaya. Laba yang diperoleh dengan cara
seperti ini disebut dengan laba struktural atau formal. Disebut laba formal karena
laba diperoleh sebagai hasil penerapan ketentuan-ketentuan formal (dalam hal ini
adalah prinsip atau standar akuntansi).
Kos Aktual
Dalam menandingkan upaya dengan hasil, akuntansi hanyalah menandingkan
upaya yang benar-benar telah dilakukan oleh suatu kesatuan usaha sehingga laba
yang diperoleh adalah selisih biaya dan pendapatan yang diukur dengan kos yang
sesungguhnya terjadi. Artinya, kos tersebut timbul karena transaksi, kejadian, atau
upaya yang nyata-nyata dilakukan. Untuk mengakui kos harus ada transaksi masa
lalu (past transactions).
Asas Akrual atau Himpun
Akibat suatu transaksi tertentu yang telah terjadi (past events), berjalannya waktu
sudah dapat menjadi dasar untuk mengakui biaya atau pendapatan. Karena itu
dalam proses penandingan (matching), akuntansi mendasarkan diri pada asas
akrual bukannya asas tunai. Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan
dan biaya yang menyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat hak kesatuan
usaha timbul lantaran penyerahan barang atau jasa ke pihak luar dan biaya diakui
pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat
pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut.
Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotetis. Depresiasi untuk suatu perioda harus
diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh aset tetap
tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau pemberhentian aset tersebut.
Jadi, depresiasi adalah bagian dari kos aset yang telah diperhitungkan sebagai
biaya. Besarnya laba perusahaan tidak boleh mempengaruhi besarnya depresiasi
oleh karena laba merupakan hasil akhir akibat penyerahan barang yang didalamnya
melekat berbagai macam jasa termasuk jasa aset tetap.
Kapasitas Menganggur
Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metoda tertentu harus tetap merupakan
biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan tersebut menimbulkan
atau bahkan menambah rugi operasi. Misalnya suatu perusahaan membeli truk
dengan kapasitas lima ton dan depresiasi didasarkan atas metode garis
lurus.Apakah biaya depresiasi harus dikurang jika truk tidak selalu dipakai atau
dipakai dibawah kapasitas ? Depresiasi total truk dapat disamakan dengan kos sewa
truk dengan tarif sewa atas dasar waktu dan seluruh kos sewa telah dibayar dimuka.
Walaupun truk tidak dipakai atau dipakai dibawah kapasitas, biaya sewa tiap tahun
tetap terjadi dan akan tetap merupakan pengurang pendapatan.
Pos-pos Luar Biasa
Sebagai konsekuensi konsep dasar kontinuitas usaha, konsep upaya dan hasil
harus dipandang dalam perspektif jangka panjang. Karena perhatian diletakkan
pada daya melaba, konsep upaya dan hasil tidak sekadar mengakibatkan
pengakruan dan penangguhan (occruing and deferring) untuk perioda berjalan tetapi
juga untuk jangka panjang. Untuk menentukan laba periodik, konsep menandingkan
(matching) yang berorientasi jangka panjang akan memasukkan juga:
(a) Untung luar biasa (windfall gains) yaitu timbulnya atau bertambahnya manfaat
ekonomik atau asel yang terjadi tanpa upaya yang jelas dan direncanakan.
(b) Rugi luar biasa (extraordinary losses) yaitu hilangnya atau berkurangnya
manfaat ekonomik atau aset yang terjadi akibat hal-hal yang tidak ada
hubungannya atau tidak mudah dihubungkan dengan upaya untuk mem-
peroleh hasil.
Bukti Terverifikasi dan Objektif
Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat
kebermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data
keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya
(keabsahannya/keautentikannya). Objektivitas bukti harus direvaluasi atas dasar
kondisi yang melingkupi penciptaan, pengukuran, dan penangkapan atau peng-
akuan data akuntansi. Jadi, akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektivitas
mutlak melainkan pada objektivitas relatif yaitu objektivitas yang paling tinggi pada
waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan tersedianya
informasi pada waktu tersebut.
Arti Penting Untuk Pengauditan
Di samping penting karena membantu pencapaian karakteristik kualitatif informasi
yang tinggi, konsep bukti yang dapat diuji kebenarannya dan objektif itu menjadi
penting dalam kaitannya dengan pengauditan untuk menentukan kewajaran
statemen keuangan. Salah satu kriteria kewajaran adalah bahwa pos-pos statemen
keuangan didefinisi, diukur, dinilai, diakui, dan disajikan sesuai dengan PABU. Untuk
menentukan kesesuaian tersebut diperlukan adanya bukti yang dapat diverifikasi
dan dapat diandalkan.
Objektivitas Bukti
Bukti hendaknya diartikan dalam arti luas dan substantif tidak sekadar bukti formal
dan material. Itulah sebabnya Sudibyo (2001) membedakan makna antara bukti
audit (audit evidence) dan bahan kebuktian (evidential matter). Bukti adalah sarana
untuk memastikan kebenaran atau memberikan pembuktian. Bukti yang kuat adalah
bukti yang dapat memberikan keyakinan tinggi akan kebenaran suatu pernyataan.
Bukti "terverifikasi" (yang dapat diverifikasi) adalah bukti yang mempunyai sifat
tertentu sehingga memungkinkan untuk menjadi bahan pembuktian kebenaran
pernyataan. "Objektif berarti bahwa fakta yang diungkapkan oleh suatu bukti tidak
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi (personal bias).

Objektivitas Relatif
Akuntansi bukan ilmu pasti sehingga objektivitas bukti dalam akuntansi bersifat
relatif. Fakta akuntansi tidak akan selalu bersifat objektif penuh (conclusively
objective) dan dapat diverifikasi secara tuntas (completely verifiable). Konsep
objektivitas dalam penciptaan data akuntansi adalah objektivitas yang disesuaikan
dengan keadaan yang ada pada saat penentuan fakta bukan objektivitas mutlak.
Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka Panjang
Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang sepenuhnya objektif.
Akan tetapi, bila persyaratan objektivitas semacam ini harus diikuti secara mutlak
dalam segala hal maka akuntansi akan menjadi berpandangan jangka pendek dan
bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha. Dalam jangka panjang, ada risiko
dari konsep objektivitas relatif yaitu bahwa perlakuan akuntansi atas dasar bukti
yang tersedia sekarang menjadi tidak sesual dengan keadaan dan fakta pada
perioda masa datang. Konsep dasar bukti terverifikasi dan objektif dalam akuntansi
mengandung elemen variabilitas sehingga tiap bukti mempunyai tingkat objektivitas.
Asumsi
Asumsi dalam daftar konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep
dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya
merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala
keterbatasannya. Berikut ini adalah beberapa contoh asumsi yang menjadi landasan
pe nalaran dalam memilih konsep yang relevan.
Kontinuitas Usaha
Penerapan konsep ini dalam perusahaan tertentu adalah semata-mata asumsi dan
kenyataan ini harus tetap dipertimbangkan dalam proses pelaporan. Tingkat
kegagalan usaha adalah tinggi terutama untuk perusahaan perseorangan yang kecil.
Gejala kebankrutan dalam masa berikutnya kadang-kadang lebih menonjol daripada
pertumbuhan yang berlangsung terus.
Perioda Satu Tahun
Pelaporan periodik dengan waktu sebagai wadah pengukuran adalah salah satu
kebiasaan penting dalam akuntansi. Untuk tujuan “penakaran" terhadap pendapatan
dan biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut, interval waktu yang biasanya
digunakan adalah satu tahun, baik tahun kalender ataupun tahun buku fiskal.
Akuntansi menganggap (walaupun tidak dapat diuji validitasnya) bahwa waktu satu
tahun adalah periode waktu yang tepat untuk pelaporan. Waktu satu tahun dianggap
tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu panjang.
Kos Sebagal Bahan Olah
Penghargaan sepakatan yang menjadi bahan oleh akuntansi didasarkan atas
asumsi bahwa kos faktor produksi yang diperoleh perusahaan menunjukkan nilai
wajar pada saat terjadinya. Asumsi di balik penalaran tersebut adalah bahwa para
pelaku ekonomi bertindak rasional, suatu asumsi yang tidak selalu benar dalam tiap
keadaan.
Daya Beli Uang Stabil
Konsep bahwa jumlah rupiah yang tercatat akan tetap menunjukkan nilai dilandasi
asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa. Dalam perioda-perioda
yang mengalami inflasi cukup tinggi asumsi tersebut jeins tidak berlaku (valid) lagi
untuk tujuan-tujuan tertentu. Kebermanfaatan informasi akuntansi menghadapi
tantangan pada masalah ini. Namun, tidak berarti bahwa akuntansi sebagai
penyedia data dasar (basic quantitative data) berupa kos historis menjadi berkurang
fungsi dan kekuatannya.
Tujuan Mencari Laba
Konsep pendapatan dan biaya sebagai aliran jumlah rupiah yang ditandingkan
sebenarnya mengandung asumsi bahwa pendapatan adalah objek yang dituju oleh
upaya yang diukur dengan kos. Dengan kata lain, perusahaan dipandang sebagai
suatu organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan laba. Asumsi ini tidak diragukan
kelayakannya. Keinginan untuk menghasilkan laba adalah karakteristik nyata yang
melekat pada perusahaan-perusahaan komersial pada umumnya.
Konsep Dasar Lain
Konsep-konsep dasar yang diuraikan oleh P&L. di atas merupakan konsep-konsep
dasar yang terpadu dan lengkap sebagai landasan konseptual untuk merekayasa
pelaporan keuangan. Telah dibahas pula kaitan antara konsep-konsep dasar
tersebut dengan konsep dasar dari sumber lain yang berpaut. Berikut ini adalah
beberape konsep yang belum dicakupi konsep dasar P&L dan cukup penting untuk
dibahas.
Substansl Daripada Bentuk
Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep di tingkat
perekayasaan atau dalam menetapkan standar di tingkat standar, akuntansi akan
menekankan makna atau substansi ekonomik suatu objek atau kejadian daripada
makna yuridisnya meskipun makna yuridis mungkin menghendaki atau
menyarankan perlakuan akuntansi yang berbeda.
Pengakuan Hak Milik Pribadi
Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau
diakui secara yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber
ekonomik atau aset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk mem peroleh
penguasaan. Struktur akuntansi yang berjalan sekarang ini (paling tidak di AS)
dilandas oleh struktur masyarakat dan pemerintahan yang mengakui hak milik
pribadi. Dengan pengakuan hak milik pribadi ini, suatu perlindungan harus diberikan
kepada mereka yang memiliki hak atas suatu kekayaan (property rights).
Berdasarkan Undang-Undang Dasar, beberapa kekayaan di Indonesia tidak dapat
dimiliki secara pribadi yaitu kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang
banyak
Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas
Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan (metoda) akuntansi
antarkesatuan usaha merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari karena
perbedaan kondisi yang melingkupi dan karakteristik kesatuan usaha individual.
Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda
agar informasi keuangan lebih menggambarkan keadaan unit usaha yang
sebenarnya. Tentu saja, akuntansi juga menghendaki agar statemen keuangan
dapat saling diperbandingkan antarperusahaan dalam batas-batas yang layak. Oleh
karena itu, akuntansi tidak berusaha untuk menekankan keseragaman mutlak
(melalui akuntansi standardisasian atau standardized accounting).
Konservatisma
Konservatisma adalah sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian
untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang
terjelek dari ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung makna
sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengorbankan
sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko. Implikasi konsep ini terhadap
pelaporan keuangan adalah bahwa pada umumnya akuntansi akan segera
mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan besar akan terjadi tetapi tidak
mengantisipasi (mengakui lebih dahulu) untung atau pendapatan yang akan datang
walaupun kemungkinan terjadinya besar.
Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data
Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai
merupakan sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi yang tinggi. Konsep
yang diajukan Grady ini dilandasi penalaran bahwa objektivitas dalam akuntansi
bukan merupakan objektivitas mutlak dan akuntansi mengakui adanya taksiran-
taksiran sehingga keterandalan data hanya dapat dijamin kalau kesatuan usaha
mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai. Oleh karena itu,
pengendalian internal juga merupakan salah satu bentuk bukti yang mendukung
keterandalan, objektivitas, dan keterverifikasian angka-angka akuntansi. Sebagai
bukti, auditor harus menilai (to assess) struktur pengendalian internal kesatuan
usaha yang diauditnya.
Manfaat Konsep Dasar
Walaupun telah disinggung sebelumnya bahwa konsep dasar berfungsi melandasi
penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi, konsep dasar lebih banyak
manfaatnya bagi penyusun standar dalam berargumen untuk menentukan konsep
prinsip, metoda, atau teknik yang akan dijadikan standar. Dalam tiap standar yang
diterbitkan (Statement of Financial Accounting Standards), misalnya, FASB
menyertakan bagian yang disebut Basis Penyimpulan (Basis for Conclusions atau
Background Information) yang di dalamnya terrefleksi konsep dasar yang dianut baik
secara eksplisit maupun implisit. P&L menegaskan bahwa penyusunan standar
harus dilandasi oleh pemikiran atau penalaran yang jelas dan jernih. Gagasan di
atas sejalan dengan apa yang dikatakan Kam (1990) yang menyatakan bahwa
praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula (good practice is based
on good theory). Demikian juga, standar akuntansi tidak harus tunduk pada apa
yang nyatanya dipraktikkan tetapi harus lebih berorientasi ke masa depan demi
perbaikan secara bertahap (gradual improvement).

Anda mungkin juga menyukai