Anda di halaman 1dari 6

Berikut ini dibahas berbagai dasar pengukuran kos untuk transaksi atau kejadian

pemerolehan asset dengan instrument selain kas dan konsep atau teori yang melandasinya.
Kos Dalam Barter
Barter atau pertukaran asset adalah pemerolehan asset (biasanya asset berwujud atau
nonmoneter) dengan penghargaan berupa asset berwujud atau nonmoneter lainnya. Bila
hal ini terjadi, pengukuran asset yang diperoleh bergantung pada apakah asset yang
dipertukarkan sejenis (similar) atau taksejenis (disimiliar). Aset sejenis artinnya asset yang
fungsinya sama dan tidak harus asset yang identik. Prinsip-prinsip penentuan kos aset yang
diterima dalam barter atau pertukaran.
1. Pertukaran taksejenis, tanpa pembayaran tombok:
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai wajar/pasar aset yang diserahkan atau nilai
wajar aset yang diterima, mana yang lebih mudah atau jelas ditentukan. Untung atau
rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran.
2. Pertukaran taksejenis, dengan pembayaran tombok:
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai pasar aset yang diserahkan ditambah
tombok atau nilai wajar/pasar aset yang diterima. Dalam hal ini, nilai pasar aset yang
diserahkan menunjukkan kas yang akan diterima seandainya aset tersebut dijual.
Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran,
3. Pertukaran sejenis, tanpa pembayaran tembok:
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku atau nilai pasar aset yang diserahkan,
mana yang lebih rendah. Ini berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak
diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi,
4. Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok:
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang diserahkan ditambah tombok
atau nilai pasar aset yang diserahkan ditambah tombok, mana yang lebih rendah. Ini
juga berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya
kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
5. Pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok:
Bila terjadi rugi: Aset yang diterima dicatat sebesar harga pasar aset yang diserahkan
dikurangi kas yang diterima. Ini berarti rugi yang terjadi diakui semua pada saat
terjadinya transaksi.
Bila terjadi untung: Asot yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang
diserahkan dikurangi porsi nilai buku aset yang diserahkan yang dianggap dijual
(ditukar dengan kas). Atau, nilai pasar/wajar aset yang diterima dikurangi untung
tangguhan (deferred gain).
Berikut ini adalah formula unsur-unsur untuk menentukan kos aset yang diterima:
Kos Dalam Reorganisasi
Bila suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi cukup lama kemudian mengalami
reorganisasi, perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang memadai untuk
menentukan kos aset yang dikuasainya. Karena tujuan reorganisasi biasanya adalah
menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut, diperlukanlah taksiran nilai yang wajar
seluruh aset perusa-han dengan mempertimbangkan kondisi aset dan keadaan pasar pada
waktu itu.
Hadiah atau Hibah
Masalah khusus timbul bilamana barang atau jasa yang jelas-jelas mempunyai manfaat
ekonomik yang besar diperoleh perusahaan tanpa kos yang berarti atau dengan kos yang
tidak sebanding dengan nilai ekonomik barang yang diperoleh. Gedung dan tanahnya yang
diperoleh perusahaan melalui sumbangan atau hibah adalah contoh pemerolehan aset
tanpa kos.
Temuan
Kadangkala terjadi bahwa suatu sumber alam atau sarana ditemukan atau dikembangkan
dan mempunyai nilai ekonomik yang jauh melebihi pengeluaran yang sebenarnya untuk
memperolehnya. Di bidang eksploitasi sumber alam misalnya, tambang minyak yang sangat
berharga ditemukan dengan pekerjaan eksplorasi dengan kos nominal (cukup rendah
dibandingkan dengan hasilny). Dalam kondisi yang khusus seperti ini, diperlukanlah suatu
pengukur baru kos atas dasar jumlah tunai implisit.
Kos Dalam Pembelian Kredit
Dengan sistem kredit, nilai waktu uang menjadi faktor yang sangat penting dalam mengukur
kos yang sebenarnya (true cost). Kas yang sebenarnya dalam transaksi kredit bukanlah
berapa nilai kontrak yang harus dilunasi dalam beberapa kali angsuran tetapi berapa kos
yang sebenarnya pada saat transaksi. Kekeliruan sering terjadi karena anggapan bahwa nilai
nominal atau nilai jatuh tempo utang menunjukkan kos barang atau jasa yang dibeli dan
memang dalam beberapa kasus hal ini cukup beralasan karena kepraktisan dan materialitas.

Potongan Tunai dan Keringanan


Kos akan tercatat terlalu tinggi kalau potangan tunai (cash discount) dan keringanan-
keringanan (allowances) lain tidak dikurangkan terhadap harga kesepakatan. Secara teknis
pembukuan, memang dimungkinkan untuk sementara mendebit harga faktur bruto ke
dalam akun aset yang bersangkutan dan nantinya harus dilakukan penyesuaian untuk
mengurangi jumlah yang tercatat tersebut menjadi jumlah setara tunainya.
Rugi Dalam Pemerolehan Aset
Sebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasi oleh biaya,
kos semata-mata mengalami penghimpunan, penggabungan dan reklasifikasi. Kos yang
terhimpun tersebut tetap merepresentasi aset kalau aset tersebut belum dikeluarkan
sebagai biaya. Akan tetapi, dapat terjadi bahwa karena sesuatu hal (atau keadaan yang tidak
normal) potensi jasa tertentu menjadi tidak mempunyai lagi kemampuan atau daya dalam
menghasilkan pendapatan pada waktu mendatang. Dalam keadaan semacam itu, dapat
dikatakan bahwa manfaat ekonomik telah hangus atau menguap dan merupakan rugi.
Penilaian
Penilaian adalah proses penentuan jumlah rupiah suatu objek untuk menentukan makna
ekonomiknya di masa lalu, sekarang, atau mendatang. Penilaian biasanya digunakan untuk
menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau
pos statemen keuangan pada saat penyajian. Penilaian pos asset dimaksudkan untuk
menentukan berapa jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap ose aset dan apa dasar
penilaiannya.
Tujuan Penilaian Aset
Tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan. Tujuan pelaporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat membantu investor dan kreditor
dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha. Tujuan
penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut dengan tujuan
pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.
Konsep dan Basis Penilaian
Hendriksen dan Van Breda (1992) membahas konsep dan dasar penilaian aset untuk tujuan
pelaporan keuangan dari dua dimensi yaitu arah aliran aset dan waktu. Karena aset
merupakan komponen penentu posisi keuangan pada saat tertentu, basis pengukuran untuk
menilai aset pada saat tersebut yang paling valid adalah harga atau nilai pertukaran
(exchange prices atan values). Hal ini sejalan dengan konsep dasar penghargaan sepakatan
yang sebenarnya sama dengan harga/nilai pertukaran. Nilai pertukaran dijadikan basis
karena dianggap objektif sehingga memenuhi kualitas keterandalan (reliability) informasi.
Dasar di atas lebih diarahkan untuk
mencapai keterandalan penilaian atas dasar
nilai pertukaran. Pos-pos tertentu lebih
objektif atau terandalkan penilaiannya
kalau didasarkan atas nilai masukan
sedangkan pos-pos lainnya lebih
terandalkan kalau didasarkan atas nilai
keluaran. Gambar di atas dapat dilukiskan
kembali secara diagramatis dalam konteks
objektivitas penilaian dan relevansi aliran
kas dalam Gambar 6.5 di bawah ini.
Jadi, konsep nilai masukan dan
keluaran sebenarnya berkaitan dengan
konsep kesatuan usaha yang dianggap
menguasai sumber ekonomik (aset)
dan harus mempertanggungjelaskan
aset tersebut.
Nilai Masukan
Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan
untuk memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha Kalau tujuan
menyajikan makna aset ini adalah untuk menunjukkan aliran kas yang akan keluar dari unit
usaha (seandainya unit usaha harus memperoleh objek jasa yang sama) maka nilai masukan
merupakan alternatif nilai keluaran untuk objek jasa bila memang tidak ada pasar objek
tersebut sehingga nilai keluaran tidak dapat diukur dengan cukup pasti dan andal. Beberapa
dasar penilaian yang masuk dalam kategori nilai masukan dibahas berikut ini.
Kos Historis
Kos hitoris sebagai nilai masukan merupakan pengukur potensi jasa yang paling objektif
untuk pos aset yang baru diperoleh. Kos menunjukkan harga pertukaran pada saat
terjadinya. Kos historis merupakan nilai kesepakatan terendah bagi pembeli karena
dianggap pembeli tidak dapat memperoleh barang/jasa yang sama di tempat lain dengan
nilai lebih rendah. Beberapa konsep kos masukan historis diajukan sebagai jawaban atas
masalah ini yaitu
Kos bijaksana adalah kos selayaknya yang manajemen bijaksana, atau hati- hati bersedia
membayarnya untuk suatu objek. Kos ini tidak termasuk kos yang merepresentasi
ketidaknormalan atau ketidakbijaksanaan
Kos standar adalah kos yang seharusnya terjadi dalam kondisi proses produksi tertentu yang
diasumsi. Kos standar dapat dipertimbangkan sebagai pengukur asel (khususnya sediaan
barang) untuk merefleksi kos produksi dalam kondisi perusa haan beroperasi pada tingkat
efisiensi dan kapasitas normal.
Kos asli merupakan kos suatu aset bagi perusahaan yang pertama kali menempatkannya
untuk digunakan dalam layanan publik. kos asli dikenal dalam konteks layanan publik
khususnya bila perusahaan membeli aset bekas dari perusahaan layanan publik lain.
Kos Pengganti
Kos pengganti atau kos masukan sekarang (current input cost) atau kos sekarang (current
cost) menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan
sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau
penggantinya yang setara (ekuivalennya). Harga pertukaran harus ditentukan dari pasar
barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha (input market) sehingga harga pertukaran
akan menggambarkan dengan tepat nilai aset bersangkutan. Beberapa alternatif penilaian
lain yang masuk dalam kategori nilai pengganti adalah :
Nilai penaksiran adalah nilai taksiran kos sekarang atau nilai sekarang, yang ditentukan
dengan prosedur dan analisis sistematik oleh pihak independen yang kompeten. Nilai
penaksiran biasanya ditujukan untuk aset tetap perusaha yang berjalan terus guna
menetapkan "nilai buku sekarang" yaitu kos pengganti atau reproduksi sekarang dikurangi
depresiasi sampai tanggap penaksiran.
Nilai wajar adalah nilai aset yang menghasilkan imbalan atau tingkat kembalian (return on
assets) yang wajar kalau laba yang wajar telah ditetapkan. Pengertian khusus ini hanya
diterapkan dalam konteks penentuan tarif untuk perusahaan layanan publik. Jadi,
pengertian nilai wajar secara khusus ini lebih merupakan prosedur daripada basis penilaian
dan lebih berkonotasi sebagai nilai masukan.
Nilai terrealisasi bersih dikurangi laba normal adalah nilai yang diharapkan merepresentasi
kos pengganti bila data untuk menentukan kos pengganti tidak tersedia. Jadi, nilai
terrealisasi besih/neto dikurangi laba normal merupakan cara untuk menaksir kos pengganti
atau kos sekarang.
Kos Harapan
Secara semantik, kos harapan suatu aset adalah nilai pengorbanan ekonomik di masa
datang seandainya potensi jasa aset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian
(piecemeal) dan bukan sekaligus (lump sum). Untuk penilaian sekarang,kos harapan harus
didiskun menjadi kos harapan sekarang atau kos masukan masa datang diskunan
(discounted future input costs).
Nilai Keluaran
Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya (nonkas) yang
diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan
usaha melalui pertukaran atau konversi. Secara umum, penilaian ini lebih berpaut dengan
aset yang tujuannya adalah dijual atau dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan untuk
kegiatan produksi.
Harga Jual Masa Lalu
Harga jual masa lalu (past selling price) sebenarnya menunjukkan kas yang cukup pasti akan
diterima dari konversi suatu pos aset yang timbul karena transaksi lalu. Pos yang
mempunyai atribut semacam ini adalah piutang usaha karena jumlah rupiah piutang usaha
merupakan harga jual masa lalu. Oleh karena itu, harga jual masa lalu merupakan salah satu
bentuk khusus penilaian yang disebut nilai terrealisasi neto (net realizable values).
Harga Jual Sekarang
Harga jual sekarang didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan akan berlangsung terus
dan transaksi dilaksanakan dalam pasar yang normal. Bila tidak ada pasar regular, penilaian
dapat ditentukan atas dasar nilai likuidasi (liquidotion values). Nilai jual sekarang
sebenarnya didasari oleh konsep setara tunai sekarang (current cash equivalents). Nilai ini
menunjukkan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat direalisasi dengan cara menjual
setiap jenis aset di pasar bebas dalam kondisi perusahaan melikuidasi (menjual) asetnya
secara normal.
Nilai Terrealisasi Harapan
Nilai terrealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau potensi jasa masa datang
yang jumlah dan waktunya cukup pasti. Untuk penilaian sekarang suatu aset, nilai
terrealisasi harapan harus didiskun menjadi nilai terrelisasi harapan sekarang atau
penerimaan kas/potenal jasa masa datang diskunan (discounted future cash
receipts/service potensials). Dasar Ini dapat digunakan apabila harapan penerimaan kas
atau setaranya cukup pasti dan senggang waktu sampai penerimaan cukup panjang tapi saat
atau tanggal penerimaan pasti.
Kos atau Pasar yang Lebih Rendah
Penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah (KAPYLR, baca: kapilèr) cost or market
whichever is lower (COMWIL) atau lower of cost or market (LOCOM) ini merupakan
kombinasi nilai masukan dan keluaran karena pengertian pasar dalam hal ini dapat berarti
pasar barang masukkan atau keluaran (input atau output market). Untuk sediaan barang,
pasar mengacu ke nilai masukan karena barang biasanya dijual pada pasar yang berbeda
dengan harga lebih tinggi. Untuk surat-surat berharga pasar mengacu ke nilai keluaran
karena surat berharga dijual-belikan pada pasar yang sama sehingga kos dan harga jual
keduanya dipandang sebagai nilai atau harga keluaran.
Secara teoretis, penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah mem- punyai banyak
kelemahan sehingga mengundang banyak kritik. Penilaian ini anggap lemah secara teoretis
karena alasan berikut:
1. Konservatisma cenderung merendahkan aset total. Ini disebabkan nilai sediaan tidak
pernah dilaporkan lebih tinggi dari kos pemerolehan.
2. Lebih rendahnya sediaan akhir pada suatu perioda akan berakibat lebih rendahnya
biaya (dalam bentuk kos barang terjual) pada perioda berikut nya sehingga laba
menjadi lebih tinggi.
3. Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam suatu tahun atau antarperiode.
4. Salah satu argumen digunakannya metoda KAPYLR adalah bila terjadi penurunan
manfaat akibat kerusakan, keusangan, perubahan harga, atau kemampuan
mendatangkan laba maka selayaknyalah bahwa kos juga harus diturunkan.
KAPYLR sebenarnya merupakan penilaian atas dasar kos pengganti untuk merefleksi nilai
pasar masukan. Argumen yang mendasari adalah bahwa penurunan dalam kos pengganti
pada umumnya merefleksi atau memberi indikasi dalam penurunan harga jual. Dengan kos
pengganti (melalui KAPYLR), perusahaan dapat mempertahankan tingkat laba kotor
penjualan normal (normal profit margin).

Anda mungkin juga menyukai