Anda di halaman 1dari 19

ASET

Kelompok 6
Anggota :
Desiana Rahmawati C1C021204
Yohana Jufani Silalahi C1C021260
Chrystin Anabella C1C021262
Rita Ninda Sari C1C021272
Dinda Lestari C1C021280
Ulla Ramadhania Putri Siregar C1C021281
Pengertian
ASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No 6, prg 25): Assets are probable future economic
benefits obtained or controlled by a perticular entity as a result of past transactions or events. (Aset adalah manfaat ekonomik masa
datang yang cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu.)
Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset dinilai mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik
(economic benefits) dan bukan sebagai sumber ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis
sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.

terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut aset, yaitu:

1. Manfaat Ekonomik, Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di masa datang
yang cukup pasti.
2. Dikuasai oleh Entitas, Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup
dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan atau kendali lebih penting daripada konsep kepemilikan.
3. Akibat transaksi atau kejadian masa lalu, Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus
sebagai kriteria atau tes pertama pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam sistem
pembukuan telah Dibatas dalam kerangka konseptual bahwa kriteria pengakuan elemen adalah definisi kerukunan
keberpautan dan keterandalan.
Karakteristik Pendukung
FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu:
1. Melibatkan kos. Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kost (pengeluaran sumber ekonomik misalnya kas)
sebagai penghargaan kesepakatan. Bila kos terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran atau
pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai asset. Akan tetapi tiadanya kos tidak membatalkan suatu
objek sebagai aset suatu aset dapat diperoleh misalnya dari hadiah yang tidak melibatkan pengeluaran sumber
ekonomik.
2. Berwujud. Bila suatu sumber ekonomi secara fisis dapat diamati memang lebih kuat untuk disebut sebagai aset.
Objek-ojek seperti hak paten hak cipta merek dagang dan goodwill tetap dapat dimasukkan sebagai aset meskipun
tidak berwujud fisis.
3. Tertukarkan. Beberapa penulis mengajukan gagasan atau argumen bahwa untuk memenuhi syarat sebagai aset
suatu sumber ekonomi harus dapat ditukarkan dengan sumber ekonomi lainnya. Syarat ini diajukan dengan alasan
bahwa manfaat ekonomi akan menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomi mempunyai daya atau
nilai tukar
4. Terpisahkan. Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat ditukarkan suatu sumber ekonomi
harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomi yang lain atau berdiri sendiri. Syarat ini diajukan oleh chambers
dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentkan dengan pengukuran nilai berbagai asset dan kewajiban
secara individual.
5. Berkekuatan Hukum. Penguasaan atau hak atas aset tidak harus didukung secara yuridis formal. Klaim seperti
piutang usaha tidak harus didukung oleh dokumen mempunyai daya paksa secara hukum untuk memenuhi definisi
aset.
Pengukuran

Pengukuran bukan merupakan kriteria untuk mendefinisi aset tetapi merupakan kriteria
pengakuan aset. Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran manfaat ekonomi yang
masa datang. Yang dimaksud pengukuran dalam pembahasan di sini adalah penentuan jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya yang akan dijadikan
data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.

Sumber akuntansi, aliran fisis suatu sumber ekonomi atau objek harus direpresentasi dalam
jumlah rupiah sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai informasi.
Kos menjadi data dasar untuk mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomi badan usaha.
Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi mengikuti
aliran fisis yaitu:

1. Pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada saat terjadinya. Untuk
selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pengukuran saja.
2. Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa alokasi,
distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal/manajerial atau untuk
kepentingan pengkosan produk. Selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini
disebut penelusuran.
3. Pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda-perioda yang akan
datang. Kos yang belum menjadi beban pendapatan akan tetap melekat pada
objek menjadi aset badan usaha. Selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini
disebut pembebanan ke pendapatan.
Kos sebagai Pengukur dan Bahan oleh Akuntansi

Konsep dasar penghargaan kesepakatan menegaskan bahwa mengukur aset pada


saat pemerolehan yang paling objektif adalah Jumlah rupiah yang terlibat dalam
transaksi pertukaran antara dua pihak independen yang sama-sama berkehendak.
Nilai sebenarnya atau nilai wajar tidak dapat diamati tetapi dapat diaproksimasi
dengan penghargaan sepakatan.
Bervariasi antara transaksi yang sama yang terjadi berkali-kali untuk objek yang
sama.
Penghargaan Sepakatan Sebagai
Bukti
Mekanisme pasar bebas menjamin dan menghendaki agar:
a. Pihak berinteraksi sama-sama berkehendak dan bebas tanpa
tekanan atau ancaman
b. Pihak bertransaksi sama-sama berkemampuan memperoleh
informasi secara bebas
c. Barang yang dipertukarkan cukup standar (umum) dan tersedia
cukup banyak di pasar bebas

Kondisi (a) menhindari adanya transaski sepihak.


Kondisi (b) menjamin bahwa penghargaan sepakatan benar-benar
merefleksi nilai wajar atau nilai sebenarnya yaitu nilai yang
objektif.
Kondisi (c) dimaksudkan untuk meyakinkan keobjektifan kos atas
dasar penghargaan sepakatan karena harga yang disepakati dalam
tawar-menawar antara dua pihak yang bebas biasanya menunjukkan
nilai wajar yang berlaku pada transaksi.
Pengukuran Kos
Besar kecilnya kos yang harus dicatat pertama- Kos Dalam Barter. Barter atau pertukaran aset
kali sebagai pengukur suatu aset pada saat adalah pemerolehan aset (bin- sanya aset
pemerolehan ditentukan oleh dua yaitu: berwujud atau nonmoneter) dengan
a. Batas kegiatan penghargaan berupa aset berwu- jud atau
b. Jenis Penghargaan nonmoneter lainnya.

Kos barang atau jasa yang diperoleh secara Dalam barter, dapat pula terlibat kas sebagai
tunai adalah jelas merupakan jumlah rupiah tombok (boot) baik dari pihak kesatuan usaha
uang yang dibayarkan sedangkan kos barang atau dari lawan barter. Bila dalam barter aset
atau jasa yang diperoleh melalui pertukaran sejenis tombok diberikan oleh lawan barter,
dengan barang atau jasa lain adalah jumlah maka barter tersebut tidak murni sejenis tetapi
rupiah tunai yang secara implisit me- lekat cam puran.
pada nilai jual barang atau jasa yang
diserahkan dalam pertukaran tersebut.
Kos Pengganti Kos Harapan
Kos pengganti atau kos masukan sekarang Secara semantik, kos harapan suatu aset adalah nilai
(current input cost) atau kos sekarang (current pengorbanan ekonomik di masa datang seandainya
cost) menunjukkan jumlah rupiah harga potensi jasa aset tersebut diperoleh secara bagian
pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan demi bagian (piecemeal) dan bukan sekaligus (lump
sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh sum).22 Untuk penilaian sekarang, kos harapan
aset yang sama jenis dan kondisinya atau harus didiskun menjadi kos harapan sekarang atau
penggantinya yang setara (ekuivalennya). kos masukan masa datang diskunan (discounted
future input costs).

NILAI KELUARAN Harga Jual Masa Lalu


Nilai keluaran didasarkan atas Harga jual masa lalu (past selling
jumlah rupiah kas atau penghargaan price) sebenarnya menunjukkan
lainnya (nonkas) yang diterima suatu kas yang cukup pasti akan diterima
unit usaha apabila suatu aset atau dari konversi suatu pos aset yang
potensi jasa akhirnya keluar dari timbul karena transaksi masa lalu.
kesatuan usaha melalui pertukaran
atau konversi.
Harga Jual Sekarang
penilaian dapat didasarkan atas harga jual sekarang (current selling price). Untuk piutang, harga jual
sekarang dapat ditentukan atas dasar harga yang disepakati oleh perusahaan anjak piutang (factoring
company). Untuk sediaan barang, harga jual sekarang harus dikurangi dengan laba normal dan kos
kegiatan tambahan untuk mendapatkan nilai keluaran sekarang sediaan barang.

Nilai Terealisasi Harapan


Untuk penilaian aset secara individual, dasar penilaian ini mengandung beberapa kelemahan yaitu:
1. Kalau tidak ada pasar untuk aset bersangkutan, penentuan aliran kas masa datang bersifat subjektif sehingga
sulit diverifikasi.
2. Pemilihan tarif yang cukup representatif untuk merefleksi risiko tiap aset sangat problematik. Bila toh tarif
tersebut dapat ditentukan, hasil peng- ukuran sulit diinterpretasi maknanya oleh pembaca statemen keuangan.
3. Aliran kas ke perusahaan dihasilkan oleh seluruh aset sebagai satu kesatuan dalam menghasilkan produk yang
akhirnya dijual untuk menda- tangkan kas. Tidak logis atau tidak mungkin untuk memisahkan aliran kas masuk
bersih untuk menunjukkan kontribusi tiap aset dalam meng- hasilkan aliran kas bersih tersebut (ini merupakan
imputasi pendapatan).
4. Memperkuat alasan 3 di atas, beberapa aset memang tidak terpisahkan (severable) sehingga nilai sekarang
seluruh aset (the value of the firm) tidak akan sama dengan penjumlahan semua kas masa datang diskunan tiap
pos aset.
Kos atau Pasar yang
Lebih Rendah

Penilaian ini di anggap lemah


secara teoretis karena
alasan berikut:
1.Konservatisma cenderung
merendahkan aset total
2.Lebih rendahnya sediaan
akhir pada suatu perioda
akan berakibat lebih
Penilaian Menurut FASB 286
Bila dikaitkan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat disarikan
berikut ini:
1. Historical cost.
2. Current (replacement) cost
3. Current market value.
4. Net realizable value.
5. Present (or discounted) value of future cash flows.

PENGAKUAN
Mengutip Sterling, Belkaoui (1993, hlm. 194-195) menunjukkan kondisi perlu (necessary)
dan kondisi cukup (sufficient) yang merupakan penguji (tests) yang cukup rinci un- tuk
mengakui aset yaitu:
1. Deteksi adanya aset (detection of existence test).
2. Sumber ekonomik dan kewajiban (economic resources and obligation test).
3. Berkaitan dengan entitas (entity association test).
4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test).
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test).
6. Verifikasi (verification test).
Beban Tangguhan
Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menimbulkan
masalah nangguhan pembebanan misalnya adalah kos yang
terlibat dalam transaksi, keja dian, atau keadaan berikut:
a. Sewaguna
b. Bunga selama masa konstruksi aset tetap
c. Riset dan pengembangan
d. Eksplorasi minyak dan gas bumi
e. Rugi selisih kurs valuta asing
f. Sumber daya manusia
g. Kos organisasi
Sewaguna
Sewaguna diperlakukan sebagai sewa- menyewa biasa sehingga jumlah rupiah sewa yang dibayarkan
diperlakukan sebagai biaya sewa.

Yang menjadi masalah adalah apa kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna dapat dinyatakan
sebagai pembelian angsur- an. FASB mengajukan empat kriteria berikut ini (SFAS No. 13, prg. 7):
a. Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik barang atau properitas (property)
kepada tersewaguna (lessee) pada akhir jangka sewaguna.
b. Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih untuk membeli pada tanggal
yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan harga yang ditetapkan dan harga tersebut cukup
murah sehingga dapat dipastikan di muka bahwa tersewaguna akan memilih membeli properitas
bersangkutan. Pasal semacam ini disebut bargain purchase option.
c. Jangka sewaguna adalah 75% atau lebih dari sisa umur ekonomik taksiran properitas sewagunaan
sejak penandatanganan kontrak. Bila sisa umur ekonomik mulai dari penandatanganan kontrak
kurang dari 25% umur ekonomik total, kriteria ini tidak berlaku.
d. Pada saat penandatanganan kontrak sewaguna, nilai sekarang semua pembayaran sewaguna
minimum selama jangka sewaguna adalah sama atau lebih besar dari 90% nilai wajar bersih bagi
pesewaguna (lessor).
Kos Bunga
Argumen pendukung
FASB menyebutkan bahwa tujuan
Beberapa argumen diajukan untuk mendukung
mengkapitalisasi kos bunga adalah untuk
kapitalisasi kos bunga. Argumen argumen tersebut
mendapatkan angka kos pemerolehan
adalah:
yang paling merefleksi investasi total
1. Dengan kesiapan pemakaian atau penggunaan
kesatuan usaha dalam aset dan untuk
(readyness for intended use)
membebankan suatu kos yang berkaitan
2. Bila kesatuan usaha tidak membangun sendiri
dengan pemerolehan suatu sumber
fasilitas fisis bersang- kutan
ekonomik yang akan memberi manfaat di
3. Pembebanan kos bunga langsung pendapatan
masa datang untuk ditandingkan dengan
selama masa konstruksi (perioda pemerolehan)
pendapatan yang dihasilkan oleh manfaat
4. Kos bunga selama masa pembangungan bukan
tersebut.
merupakan kos pendanaan (financing cost)

Argumen penolak
Beberapa argumen menolak dikapitalisasinya bunga. Penolakan tersebut didasar- kan atas
argumen-argumen berikut:
1. Bunga lebih
2. secara teoretis
3. Dengan konsep kesatuan usaha,
4. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos pemerolehan aset,
Kos Bunga
Alternatif perlakuan Jumlah rupiah kapitalisasian
Bebera pa alternatif perlakuan adalah: Tiap alternatif jumlah rupiah bunga yang harus
1. Bunga tidak dikapitalisasi dan dikapitalisasi didasarkan atas argumen atau dasar pikiran
diperlakukan sebagai biaya perioda. yang dibahas di bawah ini.
2. Bunga dikapitalisasi dan dimasukkan Alternatif (2a) didasarkan pada argumen bahwa bunga
sebagai bagian dari kos fasilitas fisis
merupakan elemen kos konstruksi tetapi hanya bunga
yang dibangun sendiri.
yang memang benar-benar dibayar untuk dana khusus
3. Bunga dikapitalisasi tetapi tidak
dimasukkan sebagai elemen kos tersebut yang menunjukkan unsur kos pemerolehan aset.
fasilitas fisis yang dibangun sendiri. Alternatif (2b) berusaha untuk mengatasi kesulitan dalam
usulan pertama. Dasar pikirannya adalah bahwa semua
utang dianggap digunakan untuk investasi dalam
pembangunan sarana fisis.
Alternatif (2c) mendasarkan diri pada asumsi bahwa
bunga seluruh dana yang tertanam dalam perusahaan
merupakan kos ekonomik.
Kos Bunga
Standar yang mengatur Aset memenuhi syarat
Secara konseptual memang layaklah kalau FASB (SFAS No. 34, prg. 9) menetapkan bahwa kapitalisasi
kos bunga selama konstruksi dikapitalisasi bunga hendaknya dilakukan hanya untuk aset yang memenuhi
tetapi perlu ada syarat-syarat yang harus syarat:
dipenuhi yang berkaitan dengan jenis aset a. Aset yang dibangun atau diproduksi untuk digunakan
yang dapat dilekati kos bunga, besarnya kos sendiri oleh perusahaan
bunga yang dikapitalisasi, dan perioda b. Aset dibangun atau diproduksi dengan tujuan untuk
kapitalisasi. dijual
c. Investasi jangka panjang

Karakteristik lain suatu aset yang tidak dapat menjadi objek kapitalisasi adalah:
a. Aset yang sudah digunakan atau yang sudah siap digunakan
b. Aset yang belum digunakan dalam kegiatan menghasilkan pendapatan perusahaan
c. Aset yang tidak dimasukkan dalam neraca konsolidasian perusahaan induk dan perusahan-perusahaan
anaknya.
d. Investasi yang diperlakukan dengan metoda ekuitas setelah kegiatan operasi utama yang direncanakan
oleh terinvestasi dimulai
e. Investasi dalam perusahaan regulasian (regulated investees) yang mengkapitalisasi baik kos utang
maupun ekuitas (cost of debt and equity capital).
f. Aset yang diperoleh dengan dana hadiah atau hibah yang dibatasi gunaannya oleh penghadiah atau
penghibah semata-mata untuk pemerolehan aset tersebut.
Kos Bunga
Besarnya kapitalisasian Bunga
Besarnya bunga yang harus dikapitalisasi adalah bagian dari kos bunga yang terjadi
selama perioda-perioda pemerolehan aset yang secara teoretis dapat dihindari seandainya
kesatuan usaha tidak membangun fasilitas fisis yang bersangkutan.

Perioda kapitalisasi
Perioda kapitalisasi dimulai ketika tiga kondisi berikut dipenuhi:
1. Pengeluaran untuk pembangunan aset telah dilakukan atau terjadi.
2. Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan sampai siap
dipakai masih berlangsung.
3. Kos bunga telah terhimpun (accrued) atau terjadi bersamaan dengan berjalannya
pembangunan aset.
Kos Bunga
Pengungkapan Penyajian
Agar statemen keuangan tetap informatif, hal-hal Prinsip akuntansi berterima umum memberi
berikut ini harus diungkapkan sebagai pedoman penyajian dan pengung kapan aset
penjelasan statemen keuangan: sebagai berikut:
a. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, c. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam
total bunga yang terjadi sela- ma perioda dan neraca berformat akun atau di bagian atas
dibebankan sebagai biaya perioda tersebut dalam neraca berformat laporan.
b. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga d. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap.
total yang terjadi dan bagi- an yang e. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar
dikapitalisasi. likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
f. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan
pos-pos tertentu harus diungkapkan (misalnya
metoda depresiasi aset tetap dan dasar
penilaian sediaan barang).

Anda mungkin juga menyukai