Biasanya data yang terkumpul belumlah terurut, untuk itu data diurutkan terlebih
dahulu menurut besarnya dalam urutan naik atau turun, sehingga didapat sebuah jajaran
dalam suatu tabel.
Sebagai contoh, nilai ujian matematika dari 30 siswa diperoleh data sebagai berikut:
5, 7, 6, 6, 8, 4, 5, 6, 7, 5
6, 9, 3, 6, 6, 7, 9, 7, 7, 8
5, 5, 8, 8, 9, 5, 6, 7, 8, 7
Dari catatan itu tidak tampak adanya pola tertentu dari data tersebut, oleh karena itu
penyusuran atau pengelompokkan data dalam bentuk tabel akan dapat memberikan informasi
yang jelas dari data tersebut.
Untuk data yang sangat banyak, rentangnya tinggi dan tidak memungkinkan disajikan dalam
daftar distribusi tunggal, maka dibuat tabel distribusi data yang berkelompok atau bergolong,
data dikumpulkan dalam kelompok-kelompok yang disebut interval.
80 80 70 68 90 92 80 70 63 76
49 84 71 72 35 93 91 74 60 63
48 90 92 85 83 76 61 99 83 88
74 70 38 51 73 71 72 95 82 70
81 91 56 65 74 90 97 80 60 66
98 93 81 93 43 72 91 59 67 88
87 82 74 83 86 67 88 71 89 79
82 78 73 86 68 75 81 77 63 75
Untuk membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama dilakukan
langkah-langkah berikut:
Tentukan Rentangan (R) atau jangkauan, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.
Data terbesar dari data di atas adalah 99, sedangkan data terdecil = 35, maka
Rentangan (R) = 99 – 35 = 64
Tentukan banyaknya kelas yang diperlukan, misalnya 5 kelas atau 10 kelas sesuai
dengan keperluan. Cara lain dengan menggunakan aturan Sturges:
Banyaknya kelas (k) = 1 + 3,3 log n, di mana n = banyaknya data
Pada data di atas: k = 1 + 3,3 log 80
= 1 + (3,3)(1,9031) = 7,2802
Kita dapat membuat daftar dengan banyaknya kelas 7 atau 8.
Tentukan panjang kelas interval (p) secara perkiraan ditentukan dengan aturan
berikut:
ren tan gan 64
p 9,14
banyaknya kelas 7
Panjang kelas dapat diambil 9 atau 10
Beberapa istlah yang digunakan dalam tabel distribusi frekuensi antara lain:
Perhatikan tabel sebelumnya, kemudian dibuat tabel frekuensi kumulatif (f kum ) kurang dari
dan lebih dari seperti pada tabel di bawah ini.
Daftar Frekuensi Kumulatif Kurang Dari Daftar Frekuensi Kumulatif Lebih Dari
Nilai Ujian f kum kurang dari Nilai Ujian f kum lebih dari
40,5 2 30,5 80
50,5 5 40,5 78
60,5 10 50,5 75
70,5 24 60,5 70
80,5 48 70,5 56
90,5 68 80,5 65
100,5 80 90,5 12
Grafik yang menggambarkan frekuensi kumulatif disebut ogive.
90
Ogive Kurang Dari
80 (ogive positif)
Frekuensi kumulatif
70
60
50
40
30
20
10
0
30,5 40,5 50,5 60,5 70,5 80,5 90,5 100,5
Gambar 2-9
90
80
Frekuensi kumulatif
70
60
50
40
30
20
10
0
30,5 40,5 50,5 60,5 70,5 80,5 90,5
Gambar 2-10
Histogram merupakan diagram untuk menyajikan data dalam bentuk distribusi frekuensi.
Sumbu tegak untuk menyatakan frekuensi dan sumbu mendatar untuk menyatakan batas
interval kelas. Batas yang digunakan merupakan tepi atas dan tepi bawah pada setiap
intervalnya.
Contoh 9
Dengan menggunakan data dari tabel nilai ujian matematika 80 siswa dapat dibuat histogram
seperti yang tertera pada diagram di bawah ini.
30
25 Poligon Frekuensi
20 Histogram
Frekuensi
15
10
5
0
30,5 40,5 50,5 60,5 70,5 80,5 90,5 100,5 Nilai
Gambar 2-11
Poligon frekuensi diperoleh dari histogram dengan cara menghubungkan titik tengah dari
masing-masing puncak batang histogram. Poligon frekuensi dapat juga digambar terpisah
dengan poligon, dimana letak titik-titik merupakan koordinat antara titik tengah dengan
frekuensi yang bersesuaian, seperti tampak pada grafik berikut.
F
30 Poligon Frekuensi
r
25
e
20
k
u 15
e 10
n 5
s 0
35,5 45,5 55,5 65,5 75,5 85,5 95,5 Nilai
i
Gambar 2-12
c. Kuesioner (Angket)
Angket dapat dipandang sebagai teknik pengumpulan data yang banyak keamaannya
dengan wawancara. Perbedaannya adalah wawancara dilakukan secara lisan,
sedangkan angket dilakukan secara tertulis. Bentuk penyusunan angket ada dua
macam, yaitu:
Angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan kemungkinan jawaban.
Angket tak berstruktur, yaitu angket yang tidak menyediakan kemungkinan jawaban.