Anda di halaman 1dari 12

ASET

Konsep kesatuaan usaha menegaskan bahwa perusahaan merupakan entitas yang berdirisendiri dan
bertindak atas namanya sendiri dan perusahaan menjadi fokus pelaporan. Jadi fungsi pengelolaan dan
pemilikan terpisah sehingga keduanya dipandang sebagai huubungan bisnis.Hubungan bisnis dapat
dipertahankan kalau aset yang dikelola manajemen selalu ditunjukkanasal atau sumbernya. Setelah
badan usaha berdiri dan pemilik menanamkan dana ke badan usaha, upaya badanusaha dalam
mendatangkan pendapatan dilakukan dengan menyediakan barang dan jasa yangmelibatkan
pemerolehan berbagai aset.Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik
berupa posisikeuangan, jika dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas.
A. Pengertian Aset
Menurut FASB aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yangdiperoleh atau
dikuasai / dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadianmasa lalu. APB
mendefinisi aset sebagai sumber ekonomik karena adanya unsur kelangkaan sehingga suatu entitas
harus mengendalikannya dari akses pihak lain melaluitransakasi ekonomik. Menurut IASC, aset
adalah sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil dari peristiwa masa lalu dan
dari mana ekonomi masa depan manfaat diharapkan mengalir ke perusahaan. Sedangkan menurut
AASB aset adalah potensi jasa atau manfaat ekonomi masa depan yang dikuasai oleh entitas pelapor
sebagai akibat dari transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya.

B. Karakteristik asset
Aktiva perusahaan berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di masa lalu. Perusahaan
biasanya memperoleh aktiva melalui pembelian atau produksi sendiri, tetapi transaksi atau peristiwa
lain juga dapat menghasilkan aktiva; misalnya properti yang diterima perusahaan dari pemerintah
sebagai bagian dari program untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah.
Transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi di masa depan tidak dengan sendirinya
memunculkan aktiva; oleh karena itu, misalnya, maksud untuk membeli persediaan tidak dengan
sendirinya memenuhi definisi aktiva
Berdasar uraian diatas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama
yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut asset yaitu: (a) manfaat ekonomik masa
dating yang cukup pasti, (b) dikuasai atau dikendalikan oleh entitas, dan (c) timbul akibat transaksi
masa lalu. Kriteria (a) merupakan kriteria utama dan lebih memuat aspek semantic sedangkan
kriteria (b) dan (c) lebih memuat aspek pengakuan daripada semantic.
1. Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di masa
datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa yang
dapat dia beli atau karena daya tukarnya. Dengan kata lain, potensi jasa kas dapat ditukarkan
dengan potensi jasa apapun diperlukan kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan
ekonomiknya. Kemampuan ini disebut dengan daya beli atas sumber ekonomik (command over
resources). Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomik masa datang.
Sejalan dengan APB, FASB menyatakan bahwa asset adalah sumber ekonomik karena potensi
jasa (service potential) atau utilitas (utility) yang melekat didalamnya yaitu suatu daya atau
kapasitas langka (scarce) yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk
mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.
FASB mengajukan 2 hal yang harus diperhatikan dalam menilai apakah pada saat tertentu suatu
pos atau objek masih dapat disebut asset yaitu:

 Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanya mengandung
manfaat ekonomik masa datang

 Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap ada pada saat penilaian.

2. Dikuasai atau dikendalikan oleh entitas


Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi
cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan atau kendali lebih penting
daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini berarti kemampuan entitas untuk mendapatkan,
memelihara/menahan, menukarkan, menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak
lain terhadap manfaat tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli
bentuk yuridis (substance over form). Pemilikan (ownership) hanya mempunyai makna yuridis
atau legal. Artinya, untuk memiliki suatu objek diperlukan proses yang disebut transfer hak
milik. Bila pemilikan menjadi kriteria aset, akan banyak pos yang tidak masuk aset sehingga
tidak dapat dilaporkan dalam neraca. Dengan kata lain, pemilikan sebagai kriteria akan
mengakibatkan akan banyak pos dilaporkan di luar neraca.
Most mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap suatu objek dapat diperoleh
dengan cara :
a) Pembelian (by purchase)
b) Pemberian (by gift)
c) Penemuan (by discovery)
d) Perjanjian (by agreement)
e) Produksi / transformasi (by production/ transformation)
f) Penjualan (by sale)
g) Lain – lain eperti pertukaran (by barter), peminjaman (by loan), penjaminan (by bailment),
pengkonsignaan (by consignment), dan berbagai transaksi komersial (by commercial
transactions) yang diakui hukum atau kebiasaan bisnis.
3. Timbul akibat transaksi masa lalu
Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria
atau tes pertama pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi
dalam sistem pembukuan. Aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu, kriteria ini
untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, manfaat ekonomik dan
penguasan atau hak atas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset
kesatuan usaha untuk dilaporkan melalui statemen keuangan (neraca). Telah dibahas dalam
rerangka konseptual bahwa kriteria pengakuan elemen adalah definisi, keterukuran, keberpautan,
atau keterandalan.
FSAB memasukkan trnsksi atau kejdian sebagai kriteriaa aset krena transaksi ataukejaadian
tersebut dapat menambah atau mengurangi aset. Aset atau nilainya dapat dipengaruhioleh
kejadian atau seluruhny di luar kemmpun kesatuan usaha atau manajemennya untuk
mengendalikan misalnya kenaikan harga, perubahan tingkat bunga, pertumbuhan alamiah,
penyusutan, pencurian, huru – hara, kecelakaan, dan bencana alam. Berbagai transaksi,
kejadian,atau keadaan pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat
ekonomik suatu objek.
4. Karakteristik Pendukung
Selain ketiga karakteristik diatas, FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu
melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik
pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya asset tetapi tiadanya
karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai asset.
a) Melibatkan Kos (acquired at a cost)
Pemrolehan asset pada umumnya melibatkan kos (pengeluaran sumber ekonomik misalnya
kas) sebagai penghargaan sepakatan. Bila kos terjadi karena pemrolehan suatu objek terjadi
akibat pertukaran atau pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai asset. Akan
tetapi, tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai asset. Jadi, meskipun suatu
kesatuan usaha umumnya mengeluarkan atau mengorbankan sumber ekonomik (menjadi
kos), kos yang terjadi tersebut tidak dengan sendirinya membentuk asset. Esensi asset lebih
terletak pada manfaat ekonomik masa dating daripada terjadinya kos. Walaupun demikian,
terjadinya kos merupakan hal penting untuk mengaplikasi definisi kos karena dua hal yaitu
(1) sebagai bukti pemrolehan suatu asset dan (2) sebagai pengukur atribut asset yang cukup
objektif.
b) Berwujud (tangible)
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, dia memang lebih kuat untuk disebut
sebagai asset. Akan tetapi, keterwujudan bukan kriteria untuk mendefinisi asset.
Most mengajukan tiga tes (kriteria) untuk memasukkan suatu pos ke dalam asset tak
berwujud yaitu:
1) Apakah pos tersebut diperoleh dari suatu transaksi dengan pihak independent? Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi penilaian lebih atas asset tak berwujud.
2) Dapatkah manfaat ekonomik masa datang diharapkan dididentifikasi ? Dapat diidentifikasi
artinya dapat dikaitkan dengan kemampuan perusahaan mendatangkan laba di masa
datang. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa objek tak berwujud memenuhi
kriteria utama asset.
3) Dapatkah kos pos tersebut dipisahkan dengan kos asset lain yang diperoleh? Misalnya
suatu kesatuan usaha membeli sebuah mesin yang secara khusus dirancang oleh
perusahaan lain melalui riset dan pengembangan.
c) Tertukarkan (exchangeable)
Untuk memenuhi syarat sebagai asset, suatu sumber ekonomik harus dapat ditukarkan dengan
sumber ekonomik lainnya. Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat ekonomik akan
menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai daya atau nilai
tukar.
d) Terpisahkan (severable)
Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat ditukarkan suatu sumber
ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik lain atau berdiri sendiri. Syarat
ini diajukan oleh Chambers dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan dengan
pengukuran nilai berbagai asset dan kewajiban secara individual. Kalau syarat ini dimasukkan
sebagai kriteria asset, goodwill tidak akan memenuhi syarat untuk disebut dan diakui sebagai
asset.
e) Berkekuatan Hukum (legally enforceable)
Penguasaan atau hak atas asset tidak harus didukun secara yuridis formal. Klaim seperti
piutang usaha tidak harus didukung oleh dokumen yang mempunyai daya paksa secara
hukum untuk memenuhi definisi asset. Meskipun demikian, hak paksa yang melekat pada
hak-hak hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya asset kalau suatu
entitas dapat memperoleh dan menguasai manfaat dengan cara lain.

C. Pengukuran Kos Aset


Pengukuran disini adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek asset
pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.
Secara akuntansi (aliran informasi), aliran fisis suatu sumber ekonomik atau objek harus dipresentasi
dalam jumlah rupiah sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai informasi. Kos merupakan
representasi kuantitatif suatu objek. Kos menjadi data dasar untuk mengikuti aliran fisis kegiatan
ekonomik badan usaha. Secara konseptual suatu sumber ekonomik harus diperlakukan dahulu
sebagai asset dan baru kemudian diperlakukan sebagai biaya pada saat asset tersebut dianggap telah
keluar dari kesatuan usaha dan mendatangkan pendapatan. Secara teknis pembukuan atau karena
alasan kepraktisan, dapat saja suatu sumber ekonomik langsung dicatat sebagai upaya (“biaya)
sehingga kasnya langsung didebit ke akun biaya tanpa melalui akun asset.
1. Tahap Perlakuan
Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi mengaikuti aliran
fisis yaitu:
a) Pengukuran (measurenment), pengakuan (recognition), dan klasifikasi (classification)
pertama kali saat terjadinya.
b) Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis asset berupa alokasi, distribu, dan
penggabungan untuk kepentingan internal/manajerial atau untuk kepentingan pengkosan
produk. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut penelusuran (tracing)
c) Pembebanan ke pendapatan periode berjalan atau periode-periode yang akan dating. Kos
yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat pada objek menjadi asset
badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan
kependapatan (charging to revenues).
2. Klasifikasi Saat Pemerolehan
3. Klasifkasi Saat Pembebanan
4. Faktor Penentu Besarnya Kos
Dalam praktiknya, pemerolehan asset merupakan proses yang tidak terjadi begitu saja selesai
dalam satu kegiatan tetapi terdiri dari serangkaian kegiatan, misalnya menempatkan order,
menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang, mencoba barang, menyimpan atau
menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan barang. Besar kecilnya kos yang harus dicatat
pertama-kali sebagai pengukur suatu asset pada saat pemerolehan ditentukan oleh dua hal yaitu:
1) Batas Kegiatan (tujuan pemerolehan)
Batas kegiatan berkaitan dengan masalah unsur pengorbanan sumber ekonomik apa saja yang
membentuk kos suatu asset. Secara teoritis dan sebagai ketentuan umum, batas akhir kegiatan
untuk memasukkan unsur kos sebagai bagian dari kos asset, adalah saat dimulainya
penggunaan aset. Kos utama merupakan unsur kos yang mempresentasi penghargaan
sepakatan pada waktu suatu aset diperoleh atau pada saat pertukaran.
2) Jenis Penghargaan (consideration)
Dalam transaksi pertukaran, penghargaan sepakatan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk
msumber ekonomik atau instrument yang diserahkan oleh pemeroleh aset. Bentuk instrument
mempengaruhi dasar penentuan kos utama. Agar penghargaan yang telah disetujui dapat
dicatat dalam sistem akuntansi, penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan uang.
Persyaratan ini akan mudah dilakukan kalau penghargaan tersebut berwujud uang tunai (kas).

 Tunai (Cash Cost), bila transaksi terjadi dalam mekanisme pasar bebas antara pihak
independent, kos tunai (cash cost) daalah pengukur aset yang paling valid dan objektif.

 Nontunai atau nonkas, penghargaan yang digunakan dalam transaksi, pengukur yang
ideal untuk menentukan kos aset yang diperoleh adalah jumlah rupiah uang tunai yang
akan diperoleh seandainya sumber ekonomik tersebut dijual dulu secara tunai kepada
umum. Jumlah rupiah melekat ini disebut jumlah setara taunai (money or cash
equivalent) atau kos tunai terkandung atau implicit (implied cash cost) dari penghargaan
yang diserahkan oleh pemeroleh aset.
a) Barter
Barter atau pertukaran aset merupakan pemerolehan aset dengan penghargaan berupa
aset berwujud atau non moneter lainnya. Bila hal ini terjadi, pengukuran aset yang
diperoleh bergantung pada apakah aset yang dipertukjarkan sejenis (similar) atau tak
sejenis (dissimilar). Aset sejenis artinya aset yang fungsinya sama dan tidak harus aset
yang identik. Dalam barter, dapat pula terlihat kas sebagai tombok (boot) baik dari
pihak kesatuan usaha atau dari lawan barter. Bila dalam barter aset sejenis tombok
diberikan oleh lawan barter, maka barter tersebut tidak murni sejenis tetapi campuran.
Artinya aset yang diserahkan sebagian ditukar dengan aset sejenis dan sebagian
dengan kas.
Adapun prinsip – prinsip penentuan kos aset yang diterima dalam barter atau
pertukaran :
a. Pertukaran tak sejenis, tanpa pembayaran tombok Aset yang diterima dicatat
sebesar nilai wajar / pasar aset yang diserahkan atau nilai wajar aset yang
diterima, mana yang lebih mudah atau jlas ditentukan. Untung atau rugi yang
timbul mdiakui pada saat pertukaran
b. Pertukaran tak sejenis, dengan pembayaran tombok. Aset yang diterima
dicatat sebesar nilai pasar aset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai
wajar / pasar aset yang diterima. Dalam hal ini, nilai pasar aset yang diserahkan
menunjukkan kas yang akan diterima seandainya aset tersebut dijual. Untung atau
rugi yangtimbul diakui pada saat pertukaran.
c. Pertukaran sejenis, tanpa pembayaran tombok. Aset yang diterima dicatat
sebesar nilai buku atau nilai pasar aset yang diserahkan, manayang lebih rendah.
Ini berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dansebaliknya
kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
d. Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok. Aset yang diterima dicatat
sebesar nilai buku aset yang diserahkan ditambah tombok ataunilai pasar aset
yang diserahkan ditambah tombok mana yang lebih rendah. Ini juga berarti bahwa
kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi,
rugitersebut diakui pada saat transaksi.
e. Pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok
Jika terjadi rugi : aset yang diterima dicatat sebesar harga pasar aset yang
diserahkandikurangi kas yang diterima. Ini berarti rugi yang terjadi diakui semua
pada saat terjadinyatransaksi. Sedangkan Jika terjadi untung : aset yang diterima
dicatat sebesar nilai buku aset yang diserahkandikurangi porsi nilai buku aset
yang diserahkan yang dianggap dijual. Atau, nilai psar / wajar asetyang
diserahkan dikurangi untung tangguhan
b) Saham sebagai penghargaan
Saham sebagai penghargaan merupakan salah atau bentuk pemerolehan aset dengan
barter. Dalam beberapa hal, jumlah setara saham dapat dicari dengan membandingkan
hargatunai jenis saham yang sama untuk memperoleh dana tunai (kas) yang
diterbitkan kira – kira bersamaan dengan penyerahan saham untuk memperoleh aset
bersangkutan.
c) Kos dalam reorganisasi
Jika suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi cukup lama kemudian
mengalami reorganisasi, perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang
memadai untuk menentukan kos aset yang dikuasainya. Karena tujuan reorganisasi
biasanya adalah menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut.
d) Hadiah/hibah
Dalam hal ini, kita ambil contoh suatu perusahaan memperoleh gedung beserta
tanahnya melalui sumbangan atau hibah. Perolehan ini tetap dicatat sebagai aset tanpa
kos. Karena setiap fasilitas atau faktor ekonomik yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tanpa memandangasalnya, harus diperlakukan dengan saksama sebagai
potensi jasa.
e) Temuan
Kadangkala terjadi bahwa suatu sumber alam atau sarana ditemukan atau
dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomik yang jauh melebihi pengeluaran yang
sebenarnya untuk memperolehnya. Misalnya, tambang minyak yang sangta berharga
ditemukan dengan pekerjaan eksplorasi dengan kos minimal (cukup rendah
dibandingkan dengan hasilnya). Demikian juga suatu perlatan atau teknik pemrosesan
yang mempunyai harga pasar yang cukup tinggi mungkin dikembangkan dan
didaftarkan hak patennya tanpa sutu pengeluaran yang sebanding dengan nilai pasar
temuan tersebut. Dalam kondisi yang khusus seperti ini, diperlukanlah suatu pengukur
kos baru atas dasar jumlah tunai implisit. Jumlah ini adalah jumlah rupiah uang tunai
(kas) yang pasti diperlukan untuk memperoleh sumber alam atau teknik pemrosesan
tersebut seandainya keduanya sudah dalam keadaan siap pakai dalam status siap
dipasarkan.
f) Pembelian kredit
Dengan sistem kredit, nilai waktu uang menjadi faktor yang sangat penting dalam
mengukur kos yang sebenarnya (true cost). Kos yang sebenarnya dalam transaksi
kredit buknalah berapa nilai kontrak ynag harus dilunasi dalam beberapa kali angsuran
tetapi berpa kos yang sebenarnya pada transaksi. Dalam transaksi kontrak pembelian
dengan hrga kontrak tertentu, harga kontark yang disepakati mungkin meelebihi harga
pembelian tunai. Pada umumnya, perusahaan tidak berusaha untuk menentukan harga
tunai efektif baik dengan cara menanyakan langsung ke toko penjual barang ataupun
dengan cara mendiskun nilai kontrak dengan ttarip bunga yang berlaku. Kalau ini
terjadi maka akibatnya adalah bahwa kos tercatat terlalu tinggi. Walaupun demikian,
kalau jangka waktu kontrak pendek maka jumlah kelebihan kos adalah kecil dan tidakl
cukup berarti sehingga nilai kontrak dapat dianggap sebagai jumlah rupiah tunai
sebagai dasar untuk mencatat kos.
g) Potongan kredit
h) Potongan tunai dan keringanan
Kos akan tercatat terlalu tinggi kalau potongan tunai (cash discount) dan keringanan-
keringanan lain rtidak dikurangkan terhdap harga kesepakatan. Secara teknis
pembukuan memang dimungkinkan untuk sementara mendebit harga fsktur bruto ke
dalam akun aset yang bersangkutan dan nantinya harus dilakukan penyesuaian untuk
mengurangi jumlah yang tercatat tersebut menjadi jumlah setara tunai. Potongan yang
dimanfaatkan oleh pembeli sering dianggap sebagai laba. Hal ini tidak sejalan dengan
konsep yang mendasarinya yaitu bahwa laba tidak diperoleh melalui proses
pembvelian atau pemerolehan potensi jsa. Pembelian semata-mata merupakan
langkah pertama dalam upaya (effort) untuk menghasilkan pendaptan laba. Dalam
perusahaan yang dikelola dengan baik, melewatkan potongan merupakan sutau
kesalahan yang mengakibatkan rugi. Rugi bukan sumber ekenomik dan kerananya
tidak selayaknya kalau dicatat sebagai aset. Sebenarnya perusahaan sudah tau pasti
berapa harga yang sesungguhnya harus dibayar dalam suatu transaksi.
i) Rugi dalam pemerolehan
Sebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasi oleh
biaya, kos semata-mata mengalami penghimpunan, penggabungan dan reklasifikasi.
Kos yang terhimpun tersebut tetap merepresentasi aset kalau asset tersebuit belum
dikeluarkan sebagaai biaya. Akan tetapi, dapat terjadi bahwa karena sesuatu hal (atau
keadaan yang tidak normal) potensi jasa tertentu menjadi tidak mempunyai lagi
kemampuan atau daya dalam menghasilkan pendapatan pada waktu mendatang.
Pengikatan atau kontrak yang tidak bijaksana, kecurangan pihak lain atau sekedar
musibah belaka tidak jarang mengakibatkan hangusnya (dissipation) manfaat
ekonomik dalam perioda pendirian badan usaha atau pembangunan pabrik.
Pemogoksn yang berkepanjangan, kebakaran besar, banjir bandang atau bencana
lainnya adalah contoh keadaan khusus yang tidak normal; yang dapat mengkibatkan
rugi besar.
3) Hdfgukeshfk
D. Dasar atau Atribut Penilaian Aset
Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena adanya
asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna ekonomik (economic
attribute) suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya digunakan dalam akuntansi untuk
menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harusdicatat untuk objek pada saat pemerolehan.
Penilaian biasanya digunakan untuk menunjukproses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan
pada tiap elemen atau pos statemen keuangan pada saat penyajian.
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang berpaut dengan
tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai. Sedangkan tujuan
pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat membantu investor dan kreditor
dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kasbersih ke badan usaha. Singkatnya, tujuan
penilaian aset harus berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan.
FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan dengan aset,
dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai berikut:
1. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik,dan kebanyakan sediaan
dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan
untuk memperolehnya. Kos historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah
didepresiasi atau diamortisasi.
2. Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya
yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau asset tertentu yang sejenis
diperoleh sekarang.
3. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai
pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha
dengan menjual asset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi).
Nilai pasar sekarang biasanya juga digunakan untuk asset yang kemungkinan akan laku dijual
dibawah nilai bukunya.
4. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang disajikan sebesar
nilai terrealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima (tanpa
didiskusikan) dari asset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk
mengkonversi asset tersebut menjadi kas atau setaranya.
5. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang
disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi
(dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk
mendapatkan penerimaan tersebut.

E. Konsep Penilaian Aset


Karena aset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan sebagai informasi semantik bagi
investor dan kreditor, maka tujuan dari penilaian aset adalah merepresentasikan atribut pos – pos
asset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang
sesuai. Dalam penilaian suatu pos untuk tujuan penyajian, akuntansi dapat menggunakan berbagai
dasar penilain (bases for valuation) bergantung pada makna yang ingin direpresentasi melalui pos
statemen keuangan. Penilaian pos asset dimaksudkan untuk menentukan berapa jumlah rupiah yang
harus dilekatkan pada tiap pos asset dan apa dasar penilaiannya.
Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran disebut dengan nilai pemasukan (input/entry values
atau exchange input values). Sedangkan yang diperoleh dari pertukaran pemanfaatan disebut nilai
keluaran (output/exit values atau exchange output values).
1. Nilai Masukan
Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk
memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha. Kalau tujuan menyajikan
makna asset ini adalah untuk menunjukkan aliran kas yang akan keluar dari unit usaha
(seandainya unit usaha harus memperoleh objek jasa yang sama) maka nilai masukan merupakan
alternatif nilai keluaran untuk objek jasa bila memang tidak ada pasar objek tersebut sehingga
nilai keluaran tidak dapat diukur dengan cukup pasti dan andal. Sebagai nilai alternatif nilai
keluaran, nilai masukan menunjukkan secara konservatif nilai maksimum objek jasa atau pos asset
bersangkutan.
a. Kos Historis
Kos historis sebagai nilai masukan merupakan pengukur potensi jasa yang paling objektif
untuk pos asset yang baru diperoleh. Kos menunjukkan harga pertukaran pada saat terjadinya.
Salah satu keunggulan pos historis dari sudut konsep penilaian adalah dapat diujinya hasil
penilaian tersebut (verifiable) karena kos historis terjadi dari hasil kesepakatan dua pihak
yang independent. Karena dapat diuji validitas penilaiannya, kos historis dapat dihandalkan
sebagai informasi (reliable). Kos historis merupakan nilai kesepakatan terendah bagi pembeli
karena dianggap pembeli tidak dapat memperoleh barang/jasa yang sama ditempat lain
dengan nilai lebih rendah.

 Kos bijaksana adalah kos selayaknya yang manajemen bijaksana, atau hati-hati bersedia
membayarnya untuk suatu objek. Kos ini tidak termasuk kos yang merepresentasi
ketidaknormalan atau ketidakbijaksanaan seperti pemborosan (waste), manipulasi salah
urus, atau kurang kompetennya ,manajemen.

 Kos standar adalah kos yang seharusnya terjadi dalam kondisi proses produksi tertentu
yang diasumsi. Walaupun kos standar lebih banyak diterapkan untuk tujuan internal
manajemen (untk pengendalian), kos standar dapat dipertimbangkan sebagai pengukur
asset (khususnya sediaan barang) untuk merefleksi kos produksi dalam kondisi perusahaan
beroperasi pada tingkat efisiensi dan kapasitas normal.

 Kos asli (mula-mula) merupakan kos suatu asset bagi perusahaan yang pertama kali
menempatkannya untuk digunakan dalam layanan public. Kos asli dikenal dalam konteks
layanan public khususnya bila perusahaan membeli asset bekas dari perusahaan layanan
public lain. Walaupun bermanfaat untuk penetapan tarif layanan public, kos asli tidak
relevan untuk tujuan penilaian asset karena tidak merefleksi penghargaan sepakatan.
b. Kos Pengganti
Kos Pengganti atau kos masukan sekarang menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran
atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang
sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara (ekuivalen). Kos pengganti hamper
sama konsepnya dengan kos standar sekrang (current standart cost). Kos standar sekarang
adalah berapa kos yang seharusnya untuk menghasilkan suatu produk dengan kondisi harga,
teknologi, dan efesiensi sekarang. Kos pengganti berbeda dengan kos standar sekarang
karena kos pengganti hanya didasarkan pada harga sekarang tetpi masih tetap didasarkan
pada teknologi dan efesiensi masa lalu.

 Nilai penaksiran adalah nilai taksiran kos sekarang atau nilai sekrang yang ditentukan
dengan prosedur dan analisis sistematik oleh pihak independent yang kompeten. Nilai
penaksiran biasanya ditujukan untuk aset tetap perusahaan yang berjalan terus guna
menetapkan “nilai buku sekarang” yaitu kos pengganti atau reproduksi sekrang dikurangi
depresiasi sampai tanggap penaksiran.

 Nilai wajar secara umum berarti jumlah rupiah yag dapat diterima jumlah rupiah yang
dapat diterima untuk sutau objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang
berkehendak bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Secara khusus, nilai wajar
dimaksudkan untuk menunjuk jumlah rupiah aset untuk menentukan agar laba yang
diperoleh merepresentasi tingkat kembalian wajar (fair return) bagi investor.

 Nilai terealisasi bersih dikurangi laba normal adalah nilai yang diharapkan merepresentasi
kos pengganti bila data untuk menentukan kos pengganti tidak tersedia. Jadi, nilai
terrealisasi bersih / netto dikurangi laba normal merupakan car untuk menaksirr kos
pengganti atau kos sekarang.
c. Kos Harapan
Secara semantic, kos harapan suatu aset adalah nilai pengorbanan ekonomik di masa
datang seandainya potensi jasa aset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian (piecemeal)
dan bukan sekaligus (lump sum). Untuk penilaian sekarang, kos harapan harus didiskon
menjadi kos harapan sekarang atau kos masukan masa datang diskonan (discounted future
input cost). Untuk dapat menggunakan dasar penilaian ini tentu saja harus ada alternatif
pemerolehan aset secara bagian demi bagian sebagai pembanding dan diketahui dengan pasti
kos masa datang tiap bagian tersebut.
2. Nilai Keluaran
Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya yang diterima
suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha melalui
pertukaran atau konversi. Secara umum, penilaian ini lebih berpaut dengan asset tujuannya adalah
dijual atau dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan untuk kegiatan produksi. Ada berbagai
dasar penilaian yang dapat digunakan dan tiap pos asset dapat dinilai menurut dasar yang paling
sesuai dengan tujuan pelaporan tiap pos tersebut.
a. Harga Jual Masa Lalu
Harga jual masa lalu (past selling price) sebenarnya menunjukkan kas yang cukup pasti
akan diterima dari konversi suatu pos aset yang timbul karena transaksi masa lalu. Pos yang
mempunyai atribut semacam ini adalah piutang usaha karena jumlah rupiah piutang usaha
merupakan harga jual masa lalu. Oleh karena itu, harga jual masa alalu merupakan salah satu
bentuk khusus penilaian yang disebut nilai terealisasi netto (net realizable values). Disebut
netto atau bersih karena nilai keluaran piutang atau sediaan barang tidak termasuk rugi
piutang tak tertagih atau kos kegiatan penjualan tambahan untuk mendapatkan nilai sekarang
pos-pos aset tersebut.
b. Harga Jual Sekarang
Harga jual sekarang didasarkan pada anggaran bahwa perusahaan akan berlangsung terus
dan transaksi dilaksanakan dalam pasar yang normal. Bila taidak ada pasar regular, penilaian
dapat ditentukan atas dasar nilai likuidasi (liquidation values).

 Nilai likuidasi hanya dapat digunakan apabila kondisi berikut dipenuhi:

1) Bila produk atau potensi jasa lainnya telah berkurang manfaat normalnya lantara
menjadi using atau tidak laku lagi dipasarkan dan
2) Bila unit usaha merencanakan untuk menutup usaha dalam waktu dekat sehingga tidak
dapat menjual seluruh potensi jasa unit usaha dalam pasar yang normal sehingga
perusahaan ada di dalam posisi tawar-menawar yang lemah (disadvantaged
bargaining power).
Nilai jual sekarang sebenarnya didasari oleh konsep setara tunai sekarang (current cash
equivalents). Nilai ini menunjukkan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat direalisasi
dengan cara menjual setiap jenis aset di pasar bebas dalam kondisi perusahaan melikuidasi
(menjual) asetnya secara normal.

 Nilai setara tunai sekarang merupakan atribut atau properitas yang relevan untuk semua
aset. Artinya, semua aset dapat menggunakan dasar penilaian ini pada titik waktu tertentu
sehingga agregasi jumlah rupiah aset menjadi bermakna tanpa menghadapi masalah
agregasi jumlah rupiah masa lalu, sekarang, dan masa datang yang skala daya belinya
berbeda. Kelemahannya adalah tidak semua aset mempunyai pasar (untuk barang tangan
kedua) dan harga pasar kutipan sehingga hasil pengukuran kurang terandalkan.
c. Nilai Terealisasi Harapan
Secara semantik, nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau potensi
jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti. Untuk penilaian sekarang suatu
aset, nilai terealisasi harapan harus didiskon menjadi nilai terealisasi harapan sekarang atau
penerimaan kas/ potensi jasa masa datang diskonan (discounted future cash receipts/ service
potensials). Dalam penilaian ini lebih bermanfaat dan valid untuk menilai investasi tunggal
atau perusahaan secara keseluruhan dari sudut pandang invstor. Untuk penilaian aset secra
individual , dasar penilaian ini mengandung beberapa kelemahan yaitu :
1) Kalau tidak ada pasar untuk asset bersangkutan, penentuan aliran kas masa datang bersifat
subjektif sehingga sulit diversifikasi.
2) Pemilihan tarif yang cukup representtif untuk merefleksi risiko tiap set sangat problematik.
Jika tarif tersebut dapat ditentukan, hasil pengukuran sulit diinterpretasi maknanya oleh
pembaca statemen keuangan.
3) Aliran kas ke perusahaan dihasilkan oleh seluruh perusahaan dihasilkan oleh seluruh aset
sebagai satu kesatuan dalam menghasilkan produk yang akhirnya dijual untuk
mendatangkan kas.
4) Memperkuat 3 alasan di atas, beberapa asset memang tidak terpisahkan (severable)
sehingga nilai sekarang seluruh asset (the value of the firm) tidak akan sama dengan
penjumlahan semua kas masa datang diskunan tiap pos asset.
3. KAPYLR
Penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah ini merupakan kombinasi nilai masukan
dan keluaran (input atau output market). Penggunaan konsep penilaian ini didasari oleh konsep
dasar konservatisme. Dalam kondisi ketidakpastian, kreditor secara historis mendasarkan
keputusannya pada nilai konversi aset yang terendah sehingga penyajian aset dalam neraca juga
mengikuti konsep ini. Secara teoritis, penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah
mempunyai banyak kelemahan sehingga mengundang banyak kritik. Penilaian ini dianggap lemah
secara teoritis karena alasan berikut:
1) Konservatisme cenderung merendahkan aset total. Ini disebabkan nilai sediaan tidak pernah
dilaporkan lebih tinggi dari kos pemerolehan.
2) Lebih rendahnya sediaan akhir pada suatu periode akan berakibat lebih rendahnya biaya
(dalam bentuk kos barang terjual) pada periode berikutnya sehingga laba menjadi lebih tinggi.
3) Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam suatu tahun atau antar periode. Karena penilaian
antarperiode dapat berubah-ubah dari kos ke pasar, penilaian ini dapat mengakibatkan
penilaian dalam suatu periode secara internal tidak konsisten.
4) Salah satu argument digunakannya metode KAPYLR adalah bila terjadi penurunan manfaat
akibat kerusakan, keusangan, perubahan harga, atau kemampuan mendatangkan laba maka
selayaknya lah bahwa kos juga harus diturunkan.
KAPYLR sebenarnya merupakan penilaian atas dasar kos pengganti untuk merefleksi nilai pasar
masukan. Argumen yang mendasari adalah bahwa penurunan dalam kos pengganti pada umumnya
merefleksi atau memberi indikasi indikasi dalam penurunan harga jual. Dengan kos pengganti
(melalui KAPYLR), perusahaan dapat mempertahankan tingkat laba kotor penjualan normal
(normal profit margin). Lebih dari itu, bila kos pengganti dibawah kos tetapi lebih tinggi dari nilai
terealisasi bersih (NTB) penjualan (net realizable value) yaitu harga jual dikurangi pengeluaran
yang wajar untuk menjual, selisih tersebut akan merupakan penilaian lebih (overstatement)
sediaan barang.

4.

Anda mungkin juga menyukai