Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 10:

1) SALSABHILA VADIA AGUSTIN (20023000169)


2) VICA DWI KUMALASARI (20023000170)
3) DITA IKA AYUNINGTIAS (20023000171)
RANGKUMAN
BAB 6
ASET

Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik


berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban
dan ekuitas. Aset mempresentasi potensi jasa fisik dan nonfisik yang memampukan
badan usaha untuk menyediakan barang dan jasa.
Pengertian
FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No,
6,prg.25):
Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a particu-
lar entity as a result of past transactions or events.
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh
atau dikuasasi/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu.)
Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi aset sebagai berikut:
An asset is a resource controlled by the enterprise as a result of past events and
from which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.
Dalam Statement of Accounting Concepts No.4, Australian Accounting Standards
Board (AASB) mendefinisi aset sebagai berikut (prg. 12):
Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting
entity as a result of past transaction or other past events.
Definisi FASB dan AASB cukup luas dibanding definisi lain karena aset disifati
sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai sumber
ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis
sumber ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset.
APB No.4 merinci aset yang digolongkan sebagai sumber ekonomik sebagai
berikut:
1. Sumber produktif (productive resources):
a. Sumber produktif kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik,
perlengkapan, sumber alam, paten, dan semacamnya, jasa dan sumber lain
yang digunakan dalam produksi barang dan jasa.
b. Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk
menggunakan sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan
barang atau jasa dari pihak lain.
2. Produk (products) yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas:
a. Barang jadi yang menunggu penjualan
b. Barang dalam proses
3. Uang (Money)
4. Klaim untuk menerima uang (claims to receive money)
5. Hak pemilikan atau investasi pada perusahaan lain (ownership interest in other
enterprises)
Dengan jenis aset yang disebut APB di atas, APB secara implisit menekankan
pengertian aset sebagai sesuatu yang nyata-nyata dapat digunakan dalam kegiat an
produktif (penyediaan barang dan jasa). Dengan berbagai perbedaan di atas, pada
dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus
dipenuhi agar suatu objek atau por dapat disebut aset yaitu:
a) Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti,
b) Dikuasai atau dikendalikan oleh entitas,
c) Timbul akibat transaksi masa lalu
Kriteria: (a)merupakan kriteria utama dan lebih memuat aspek semantik sedang kan
kriteria (b) dan (c) lebih memuat aspek pengakuan daripada semantik.
Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat
ekonomik di masa datang yang cukup pasti (probable). Sejalan dengan APB, FASB
menyatakan bahwa aset adalah sumber ekonomik karena potensi jasa (service
potential) atau utilitas (utility) yang melekat di dalamnya yaitu suatu daya atau
kapasitas langka (scarce) yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam
upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu
konsumsi, produksi, dan pertukaran.
FASB mengajukan dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai apakah pada
saat tertentu suatu pos atau objek masih dapat disebut aset yaitu:
a) Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanye
mengandung manfaat ekonomik masa datang.
b) Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap ada pada
saat penilaian.
Dikuasai oleh Entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh
entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilikan (ownership) mempunyai makna
yuridis atau legal. Artinya, untuk memiliki suatu objek diperlukan proses yang disebut
transfer hak milik (transfer of title). Bila pemilikan menjadi kriteria doet, akan banyak
pos yang tidak masuk sebagai aset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam neraca.
Dengan kata lain, pemilikan sebagai kriteria akan mengakibat kan banyak pos
dilaporkan di luar neraca (off-balance sheet).
Dengan demikian, pemilikanan (misalnya dengan cara membeli) dan hak secara
hukum (legal rights) merupakan salah satu cara untuk mendapatkan penguasaan
atau kendali. Most (1982,hlm.341-342) mengemukakan bahwa penguasaan atau
kendali terhadap suatu objek dapat diperoleh dengan cara:
1. Pembelian (by purchase)
2. Pemberian (by gift)
3. Penemuan (by discovery)
4. Perjanjian (by agreement)
5. Produksi/transformasi (by production/transformation)
6. Penjualan (by sale)
7. Lain-lain seperti pertukaran (by barter), peminjaman (by loan), penjamin (by
bailment), pengkonsignaan (by consignment), dan berbagai transaki
komersial (by commercial transactions) yang diakui hukum atau
kebiasaan bisnis.
Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Telah dibahas dalam rerangka konseptual bahwa kriteria pengakuan elemen
adalah definisi keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Bahwa aset harus
timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi
definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan.
Pertumbuhan alamiah dapat dikatakan sebagai suatu kejadian (Event) masa lalu
yang menimbulkan manfaat ekonomik sehingga akresi memenuhi definisi aset.
Penandatanganan kontrak pembangunan suaru gedung antara kesatuan usaha
dengan kontraktor dapat diperlakukan sebagai transaksi masa lalu yang
menimbulkan aset. Kontrak yang belum dilaksanakan oleh salah satu pihak
mempunyai status yang disebut kontrak eksekutori (executory contract) yang berarti
belum berlaku sebelum saatnya (atau baru berlaku pada saatnya). Sebelum berlaku,
kontrak semata-mata merupakan kesepakatan atau janji yang bersifat saling
mengimbangi antara hak dan kewajiban (offsetting).
FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena
transaksi atau kejadian tersebut depat menimbulkan (menambah) atau meniadakan
(mengurangi) aset.
Karakteristik Pendukung
Selain ketiga karakteristik di atas, FASB menyebutkan beberapa karakteristik
pendukung yaitu melibatkan kos (acquired at a cost), berwujud (tangible),
tertukarkan (exchangeable), terpisahkan (severable), dan berkekuatan hukum
(legally enforceable).
Melibatkan kos. Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos (pengeluaran
sumber ekonomik misalnya kas) sebagai penghargaan sepakatan (measured can
sideration).
Berwujud. Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, tia memang lebih
kuat untuk disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan (tangibility) bukan kriteria
untuk mendefinisi aset. Objek-objek seperti hak paten, hak cipta, merek dagang, dan
goodwill tetap dapat dimasukkan sebagai aset meskipun tidak berwujud fisis. Pada
umumnya, pos-pos tak berwujud yang masuk dalam kategori aset lancar tidak
disebut sebagai aset takberwujud (intangibles). Most (1982,him 379) mengajukan
tiga tes (kriteria) untuk memasukkan suatu pos ke dalam aset takberwujud, yaitu:
1. Apakah pas tersebut diperoleh dari suatu transaksi dengang pihak
independen (arm's lenght transaction)? Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
penilaian lebih (overvaluation) atas aset takberwujud.
2. Depatkah manfaat ekonomik masa datang yang diharapkan diidentifiksi?
Dapat diidentifikasi artinya dapat dikaitkan dengan kemampuan parusahaan
mendatangkan laba di masa datang. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan
bahwa objek takberwujud memenuhi kriteria utama aset.
3. Dapatkah kos pos tersebut dipisahkan dengan kos aset lain yang diperoleh?
Misalnya suatu kesatuan usaha membeli sebuah mesin yang secara khusus
dirancang oleh perusahaan lain melalui riset dan pengembangan. Kos mesin
sudah termasuk kos riset dan pengembangan. Kos riset dan pengembangan
dapat menjadi aset takberwujud bagi pembeli mesin bila rancang bangun
(design) menjadi hak eksklusif pembeli dan kosnya dapat dipisahkan dari kos
kontrak pembuatan mesin.
Tertukarkan. Beberapa penulis mengajukan gagasan atau argumen bahwa un- tuk
memenuhi syarat sebagai aset, suatu sumber ekonomik harus dapat ditukar- kan
dengan sumber ekonomik lainnya.
Terpisahkan. Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran (exchangeability).
Untuk dapat ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan
sumber ekonomik yang lain atau berdiri sendiri.
Daya paksa secara hukum (legally enforceable). Kemampuan suatu entitas untuk
menguasai manfaat ekonomik timbul akibat hak-hak hukum (legal rights). Meskipun
demikian, hak paksa yang melekat pada hak-hak hukum bukan merupakan syarat
mutlak untuk mengakui adanya aset kalau suatu entitas dapat memperoleh dan
menguasai manfaat dengan cara lain sebagaimana dibahas sebelumnya (misalnya
dengan cara perjanjian atau penemuan.
PENGUKURAN
Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran (measurability) manfaat
ekonomik masa datang. Yang dimaksud pengukuran dalam pembahasan di sini
adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada
saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek
tersebut. Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga tahap perlakuan
akuntansi mengikuti aliran fisis yaitu:
1) Pengukuran (measurement), pengakuan (recognition), dan klasifikasi
(classification) pertama kali pada saat terjadinya. Untuk selanjutnya selu- ruh
kegiatan dalam tahap ini disebut pengukuran saja.
2) Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa alokasi,
distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal/mana- jerial atau untuk
kepentingan pengkosan produk. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap
ini disebut penelusuran (tracing).
3) Pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda-perioda yang akan
datang. Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat
pada objek menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan
dalam tahap ini disebut pembebanan ke pendapatan (Charging to revenues).

Perlu ditegaskan kembali bahwa kos adalah


pengukur sedangkan aset dan bi aya adalah elemen
yang diukur. Sebagai pengukur elemen, kos melekat
pada aset atau biaya sehingga kos, aset, dan biaya,
ketiganya sering dirancukan. Kerancan dapat timbul karena secara teknis
pembukuan suatu kos dapat dibebankan atau didebit ke aset atau biaya pada
saat terjadinya.

Kos Sebagai Pengukur dan Bahan Olah Akuntansi


Konsep dasar penghargaan sepakatan menegaskan bahwa pengukur aset pada
at pemerolehan yang paling objektif adalah jumlah rupiah yang terlibat dalam
ansaksi pertukaran antara dua pihak independen yang sama-sama berkehendak
(erm's lenght bargaining). Jumlah rupiah tersebut akan menjadi pengukur aset yang
diperoleh kesatuan usaha dan akan menjadi bahan olah akuntansi yang disebut kos.
Jadi, kos dalam arti luas mempunyai makna sebagai agregat harga (price gregate)
dalam pemerolehan suatu aset.
Jadi, penghargaan sepakatan (kos) dalam transaksi antarpihak independen
menjadi dasar pengukuran karena jumlah rupiah tersebut dianggap cukup teran-
dalkan untuk mendekati/mengaproksimasi nilai sebenarnya (true value) atau nilai
wajar (fair value) suatu objek pada saat transaksi.

Penghargaan Sepakatan Sebagai Bukti


Transaksi pertukaran (jual-beli) dapat dijadikan landasan untuk menentukan kos
yang terandalkan karena penghargaan sepakatannya didasarkan atas mekanisme
pasar yang bebas sehingga tia menjadi bukti validitas pengukuran kos lebih-lebih
dalam mekanisma pasar sempurna (perfect market). Telah disinggung di atas bah-
wa mekanisma pasar bebas menjamin dan menghendaki agar:
a) Pihak bertransaksi sama-sama berkehendak dan bebas tanpa tekanan atau
ancaman.
b) Pihak bertransaksi sama-sama berkemampuan memperoleh informasi secara
bebas.
c) Barang yang dipertukarkan cukup standar (umum) dan tersedia cukup banyak di
pasar bebas. Dengan kata lain, cukup banyak penjual dan pembeli sehingga tak
seorangpun cukup kuat untuk mempengaruhi harga.
PENGUKURAN KOS
Dalam praktiknya, pemerolehan asset merupakan proses yang tidak terjadi
begitu saja selesai dlam satu kegiatan tetapi terdiri dari serangkaian kegiatan,
misalnya menempatkan order, menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut
barang, mencoba barang, menyimpan atau menempatkan barang, dan akhirnya
menggunakan barang. Besar kecilnya kos yang harus dicatat pertama-kali sebagai
pengukur suatu asset pada saat pemerolehan ditentukan oleh dua hal yaitu:
1. Batas kegiatan yang disebut pemerolehan
Batas kegiatan berkaitan dengan masalah unsur pengorbanan sumber
ekonomik apa saja yang membentuk kos suatu asset. Secara teoritis dan sebagai
ketentuan umum, batas akhir kegiatan untuk memasukkan unsur kos sebagai
bagian dari kos asset, adalah saat dimulainya penggunaan asset.
2. Jenis penghargaan
Masalah ini berkaitan dengan penentuan kos utama yang harus dicatat. Dalam
transaksi pertukaran, penghargaan sepakatan dapat dinyatakan dalam berbagai
bentuk sumber ekonomik atau instrument yang diserahkan oleh pemeroleh asset.
Bentuk instrument mempengaruhi dasar penentuan kos utama. Agar
penghargaan yang telah disetujui dapat dicatat dalam system akuntansi,
penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan uang. Persyaratan ini akan
mudah dilakukan kalau penghargaan tersebut berwujud uang tunai kas. Bila
transaksi terjadi dalam mekanisme pasar bebas antara pihak independen, kos
tunai cash cost adalah pengukur asset yang paling valid dan objektif.

Anda mungkin juga menyukai