Anda di halaman 1dari 12

KONSEP AKTIVA

DISUSUN OLEH :
FIA SETYAWAN (19030040)
BAYU PRASETYO (19030013)
SITI FATIMAH (19030033)
FAHRUR RIDHO MUZZAQI (19030043)

DOSEN PENGAMPU :
SITI ALLIYAH, S.E., M.SI.

PROGRAM STUDI S-I AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YPPI REMBANG
2021
KONSEP AKTIVA
Aktiva perlu didefinisikan karena definisi tersebut akan digunakan untuk
mengidentifikasi peristiwa ekonomi yang harus diukur, diakui dan dilaporkan
dalam neraca. Banyak definisi yang dikemukakan untuk menunjukkan arti dari
aktiva. Meskipun ada perbedaan dalam definisi tersebut, namun semuanya tetap
mengarah pada karakteristik umum yang melekat pada aktiva karakteristik
tersebut adalah :
1. Adanya karakteristik manfaat di masa mendatang (pemakaian dapat
berbeda-beda seperti potensi jasa dan sumber-sumber ekonomi).
2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva.
3. Berkaitan dengan entitas tertentu.
4. Menunjukkan proses akuntansi.
5. Berkaitan dengan dimensi waktu.
6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran
APB (1970) dalam statement No.4 mendefinisikan aktiva sebagai berikut:
“sumber-sumber ekonomi perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan
prinsip akuntansi Berterima umum, termasuk beban tanggungan tertentu yang
tidak terbentuk sumber ekonomi”.
Definisi yang dikemukakan oleh APB menunjukkan bahawa aktiva merupakan
sumber ekonomi perusahaan yang diakui berdasarkan prinsip akuntansi berterima
umum (di USA). APB lebih menekankan pengertian tersebut pada sisi prosedur
yang menunjukkan jumlah sumber-sumber ekonomi yang dicatat dalam neraca
dan dengan tujuan utama perhitungan laba periodik.
Perubahan mendasar dibuat oleh FASB yang memandang aktiva dari sisi
semantik (interprestasi). FASB (1980) mendefinisikan aktiva sebagai berikut:
Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa mendatang yang
diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi
atau peristiwa masa lalu
Dari definisi di atas dapat diketahui bahawa definisi aktiva memiliki tiga
karakteristik utama yaitu:
1. Memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang.
2. Dikuasai oleh suatu unit usaha.
3. Hasil dari transaksi masa lalu.

A. Memiliki Manfaat Ekonomi Di Masa Mendatang


Sesuatu dikatakan sebagai artifak apabila memiliki manfaat atau
potensi jasa yang cukup pasti di masa mendatang artinya sesuatu tersebut
memiliki kemampuan baik secara individu atau bersama-sama dengan
aktiva lain untuk menghasilkan aliran kas masuk di masa mendatang baik
secara langsung mahupun tidak langsung. FASB menggunakan istilah
“probable”, karena masa mendatang hanya dapat ditafsir dengan cukup
pasti atas dasar data yang tersedia atau alasan-alasan yang logis hal ini
disebabkan kegiatan ekonomi terjadi pada lingkungan yang penuh dengan
ketidakpastian.
SFAC No. 6 menyebutkan bahwa manfaat ekonomi merupakan
esensi sebenarnya dari aktiva. Artinya aktiva harus memiliki kemampuan
pergi suatu entitas untuk ditukar dengan sesuatu yang lain yang memiliki
nilai atau digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai atau
digunakan untuk melunasi hutang jadi manfaat ekonomi masa mendatang
yang melekat pada aktiva merupakan potensi dari aktiva tersebut untuk
memberikan sumbangan baik langsung mahupun tidak langsung, Arus kas
dan setara kas kepada perusahaan. Praktisnya, manfaat ekonomi tersebut
dapat mengalir ke perusahaan dengan berbagai cara seperti, (IAI, 1994):
a. Dapat digunakan baik sendiri maupun bersama aktiva lain dalam
produksi barang dan jasa yang dijual oleh unit usaha.
b. Dapat dipetukarkan dengan aktiva lain.
c. Dapat digunakan untuk melunasi hutang.
d. Dapat dibagikan kepada pemilik perusahan.
Manfaat ekonomi di masa mendatang Dapat juga berhubungan dengan
sumber-sumber ekonomi ada dua karakteristik utama yang dapat digunakan untuk
menunjukkan sumber-sumber ekonomi. Karakteristik tersebut adalah kelangkaan
(scarcity) dan kemanfaatan (utility) apabila sumber-sumber ekonomi sifatnya
tidak langka maka sumber tersebut tidak cukup bagi suatu unit usaha untuk diakui
sebagai sesuatu yang bernilai ekonomi.
Kemanfaatan berhubungan dengan manfaat ekonomi di masa mendatang.
Secara teknis, dalam teori ekonomi pemanfaatan suatu barang perhubungan
dengan kemampuan suatu barang untuk memenuhi keinginan kebutuhan manusia.
Jadi apabila terdapat barang yang tersedianya terbatas dan barang tersebut
memiliki manfaat yang diinginkan suatu unit usaha maka barang tersebut
memiliki nilai ekonomi. Oleh kerana itu semua sumber ekonomi yang dimiliki
oleh perusahaan harus memiliki nilai.
Menurut Paton (1962), Aktiva merupakan kekayaan (properties) baik
berbentuk fisik atau bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu unit usaha
sedangkan menurut Sprague (1907), aktiva adalah persediaan atau potensi jasa
yang akan diterima atau dinikmati oleh suatu unit usaha. Dari pengertian tersebut,
Sprague juga menyatakan bahwa aktif yang dimiliki perusahaan harus Memiliki
nilai dan perusahaan dapat menikmati atau memanfaatkan nilai tersebut sementara
itu, Vatter (1947) mendefinisikan aktiva sebagai manfaat ekonomi masa yang
akan datang dalam bentuk potensi jasa yang dapat diubah, ditukar, atau disimpan.
APB (1970) dalam statement No. 4 memberikan contoh sumber ekonomi
perusahaan sebagai berikut:
1. Sumber-sumber ekonomi yang produktif,
a. Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang
digunakan dalam produksi.
b. Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit
usaha lain seperti hak guna bangunan dan sebagainya.
2. Produk, yaitu barang yang siap untuk dijual atau barang yang masih dalam
proses produksi.
3. Uang
4. Klaim untuk menerima uang.
5. Hak pemilikan pada perusahaan lain.
Dari pengertian-pengertian tersebut menunjukkan bahwa suatu
aktiva merupakan sesuatu yang ada sekarang dan memiliki kemampuan
untuk memberikan jasa atau manfaat sekarang dan masa mendatang
sesuatu yang ada sekarang tersebut dapat berupa kekayaan (properties) hak
atau klaim terhadap kekayaan sumber sumber ekonomi atau persediaan
jasa di masa mendatang.
Selanjutnya, apabila diperhatikan definisi yang dikemukakan
FASB lebih menekankan pada sesuatu yang nyata yang ada pada saat
sekarang iaitu pada manfaat ekonominya. Hal ini disebabkan manfaat
sesuatu barang di masa mendatang, belum tentu menjadi kenyataan. Lebih
lanjut, dapat diperhatikan bahawa menurut FASB jenis post tertentu dapat
diklasifikasikan sebagai artifak berdasarkan definisi yang umum
dinamakan dengan sumber-sumber ekonomi jelas bahwa FASB
bermaksud menyamakan aktiva dengan sumber-sumber ekonomi
perusahaan.
Di lain pihak APB lebih menekankan pada sumber ekonomi yang
ada pada saat sekarang sumber-sumber ekonomi tersebut dapat berupa
opiat fisik atau hak yang ditunjukkan dalam kontrak-kontrak tulis atau
lisan. Untuk mengatasi perbedaan diatas definisi yang mungkin lebih tepat
untuk aktiva adalah sebagai sumber sumber ekonomi yang dapat
memberikan manfaat ekonomi di masa mendatang yang diperoleh atau
dikendalikan dan dikuasai oleh unit usaha tertentu sebagai akibat peristiwa
atau transaksi masa lalu.

B. Diperoleh dan Dikuasai oleh Unit Usaha


Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit usaha tertentu
dapat menggunakan manfaat akibat tersebut dan menguasainya sehingga
dapat mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva tersebut jadi
penguasaan terhadap sesuatu manfaat merupakan faktor yang penting agar
suatu unit usaha dapat menghalangi akses pihak lain terhadap pemakaian
suatu aktiva.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Ijiri (1967) bahwa
akuntansi tidak memandang aktibar sebagai sumber ekonomi yang bersifat
umum, tetapi hanya pada aktiva yang berada di bawah penguasaan atau
pengendalian kunyit usaha tertentu. Hak untuk mendapatkan manfaat
terhadap jalan raya umum bukan merupakan suatu aktiva, kerana suatu
unit usaha tidak dapat menguasai dan mengendalikan pemakaian Jalan
tersebut. Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu aktiva dapat
diperoleh suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian, penemuan,
perjanjian, produksi, penjualan dan pertukaran.
Perlu diperhatikan bahawa pemilikan bukan merupakan kriteria
utama untuk mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan
dengan dokumen-dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu
barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak memusatkan pada masalah
hukum. Akuntansi lebih memusatkan pada substansi ekonomi suatu
transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha suatu
perusahaan (economic substance over legal form). Dengan demikian,
apabila suatu unit usaha dilihat dari substansi ekonomi yang memiliki hak
untuk memperoleh manfaat dari suatu sumber ekonomi, maka sumber
ekonomi tersebut dapat dipandang, sebagai suatu aktiva meskipun secara
hukum unit usaha tersebut tidak memilikinya. Misalnya suatu perusahaan
membeli sebuah truk seharga Rp. 20.000.000 dengan membayar uang
muka sebesar Rp. 5.000.000 dan sisanya akan dibayar secara angsuran
dalam 3 tahun.
Ditinjau Dari sudut pandang hukum, perusahaan tersebut dianggap
memiliki truk tersebut dan mengakuinya sebagai aktiva bila sudah
membayar penuh harga truk yang bersangkutan. Namun demikian, dilihat
dari substansi ekonominya, pada saat tersebut perusahaan yang
bersangkutan dapat mengakui truk tersebut sebagai aktiva. Hal ini
disebabkan perusahaan secara substantif memiliki hak untuk
menggunakan manfaat atau potensi jasa dari truk tersebut dan bebas
mengendalikan keseluruhan pemakaian sesuai kebijakan perusahaan dalam
rangka memperoleh laba. Pemilikan hanya merupakan karakteristik
pendukung untuk mengakui akibat karena ada yuridis yang pasti untuk
menguasainya.
Bentuk fisik juga bukan faktor utama penentu dari aktiva.
Misalnya, paten dan hak cipta merupakan aktiva meskipun kedua elemen
tersebut tidak memiliki bentuk fisik. Hal ini disebabkan kedua elemen
tersebut memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang, dikuasai oleh
perusahaan dan berasal dari transaksi masa lalu.

C. Hasil Transaksi Masa Lalu


Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah terjadi
transaksi atau peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak
atau pengendalian terhadap manfaat dari aktiva tersebut. Jadi aktiva
tersebut muncul karena transaksi masa lalu. Dengan kata lain, activa
tersebut dapat diakui apabila terdapat transaksi yang benar-benar terjadi
bukan berasal dari transaksi yang bersifat hipotesis. Misalnya suatu mesin
dapat diklasifikasikan sebagai activa apabila mesin tersebut benar-benar
telah dibeli dari transaksi yang benar-benar sah. Apabila mesin tersebut
baru akan diperoleh sesuai dengan anggaran yang kita tetapkan (masih
dianggarkan), maka mesin tersebut tidak dapat dipandang sebagai aktiva,
kerana belum ada transaksi yang dilakukan.
Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima secara umum,
banyak kritik yang ditunjukkan ke FASB. Hal ini disebabkan dalam
definisi, FASB mengabaikan faktor exchangeability, yang artinya suatu
post dapat dipisahkan dari entitas dan memiliki nilai jual yang terpisah.
Mac Neal (1939) mengatakan bahwa suatu barang yang kehilangan faktor
exchangeability berarti kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau
penjualan nya tidak memungkinkan untuk dilakukan sehingga tidak ada
nilai pasar yang melekat pada barang tersebut. Meskipun demikian, FASB
menolak itu tersebut karena pada dasarnya manfaat dari suatu aktiva tidak
terbatas pada unsur dapat saling dipertukarkan. Moonitz (1961)
menambahkan bahwa faktor dapat saling dipetukarkan tidak menambah
nilai manfaat aktiva.

2. KONSEP PENILAIAN
Penilaian atifah dalam akuntansi adalah proses Penentuan jumlah
Rupiah untuk menentukan makna ekonomi dari suatu aktiva yang akan
disajikan dalam neraca. Konsep penilaian berkaitan dengan masalah
Penentuan makna yang ingin disampaikan pada pemakai laporan terhadap
activa yang bersangkutan. Makna ekonomi yang akan disampaikan
tersebut harus relevan dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu,
konsep penilaian harus didasarkan pada nilai pertukaran atau konversi.
A. Tujuan Penilaian

Kuantifikasi activa dalam bentuk unit monitor merupakan proses


penilaian yang merupakan bagian dari tujuan pelaporan keuangan.
Adapun tujuan pengukuran atau penilaian aktiva adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai salah satu langkah dalam pengukuran laba.
b. Sebagai salah satu langkah dalam proses penyajian posisi
keuangan.
c. Memenuhi kebutuhan informasi yang ingin dicapai dalam
pelaporan keuangan.
d. Memenuhi kebutuhan informasi khusus yang memerlukan
penilaian untuk kepentingan manajemen.

B. Dasar Penilaian
Penilaian aktiva berkaitan dengan penentuan nilai pertukaran dari aktiva
tersebut. Hendriksen (1982) menyebutkan bahawa ada dua jenis nilai pertukaran
yang dapat digunakan yaitu nilai keluaran (output values) dan nilai masukkan
(input values). Nilai keluaran (output values) menunjukkan aliran dana (kas) yang
diperkirakan akan diterima perusahaan di masa mendatang sesuai dengan harga
pertukaran output atau produk yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan nilai
masukkan (input values) menunjukkan jumlah Rupiah yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memperoleh aktiva (input) yang akan digunakan dalam kegiatan
operasi perusahaan. Tampilkan 8.1 menunjukan bagaimana dasar penilaian
digunakan dalam akuntansi

Tampilan 8.1
Dasar penilaian aktiva

DASAR

PENILAIAN

Aliran kas Tujuan yang akan

Masa mendatang dicapai

Dapat diukur dengan Tidak dapat diukur


cukup pasti dengan cukup pasti

c c

OUTPUT INPUT

VALUES VALUES

1. Nilai Keluaran
Nilai keluaran didasarkan pada jumlah kas atau penghargaan lain
non kas yang diterima suatu unit usaha bila suatu activa atau potensi jasa
akhirnya keluar dari unit usaha tersebut karena suatu pertukaran. Aktiva
yang menunjukkan nilai uang atau klaim untuk menerima uang tersebut
harus dinyatakan dalam bentuk nilai sekarang. Apabila nilai tersebut tidak
relevan, ada dasar lain yang dapat digunakan yaitu:

a. Disconted future cash receipts or service potential


Disconted future cash receipts adalah nilai sekarang khas
masa mendatang yang akan diterima perusahaan Seandainya aktiva
dijual. Dasar ini dapat digunakan apabila harapan penerimaan kas
atau setara nya dapat ditaksir cukup Pasti dan jangka waktu
penerimaan cukup panjang, tetapi saat atau tanggal penerimaannya
pasti. Dasar penilaian ini dapat diterapkan untuk investasi dalam
bentuk obligasi, piutang wesel jangka panjang dan deposito
berjangka.
Konsep penilaian tersebut memerlukan adanya tafsiran
terhadap jumlah yang akan diterima, faktor diskonto, dan periode
waktu penerimaan. Hubungan ketika hal tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:

P= U
(1+i)n

P= nilai sekarang (present value) dari aktiva


U= kas/setaranya yang akan diterima
I= faktor diskonto
N= periode penerimaan kas

Misalnya kas sebesar Rp. 2.000 akan diterima pada akhir tahu ketiga.
Besarnya bunga (faktor diskonto) adalah 10%. Nilai sekarang dari aktiva
dapat dihitung sebagai berikut:

P= 2000
(1+0.10)3
= 502.31

Apabila kas/setaranya yang diterima pada setiap periode waktu jumlahnya


berbeda, maka jumlah tersebut harus didiskonto sesuai dengan masing-
masing periode waktu.
Misalnya jumlah kas yang diterima pada akhir tahun 1,2 dan 3
masing-masing adalah Rp. 1.000, Rp. 8.00, dan Rp. 600 dengan tingkat
diskonto 10%, maka nilai sekarang dari aktiva adalah Rp. 2.021,04.

NILAI Tahun dan jumlah kas yang diterima


1 2 3
SEKARANG
1.000
909,89
661,16 800
450,79 600
2.021,04 1.000 800 600

Meskipun dasar penilaian ini memiliki validitas dalam penilaian


bagi investor, namun penerapannya memiliki beberapa
kelemahan,terutama bila diterapkan untuk aktiva individual. Alasannya
adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan kas yang diharapkan umumnya tergantung pada distribusi
probabilitas yang bersifat subyektif dan tidak dapat diuji
kebenarannya.
2. Meskipun tingkat diskonto dapat diperoleh, tetapi penyesuaian
terhadap prefrensi resiko memerlukan evaluasi khusus bagi
manajemen dan mungkin sulit diterima oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.coursehero.com/u/file/58914813/KONSEP-AKTIVA-BARUdocx/?
justUnlocked=1#question

Anda mungkin juga menyukai