Anda di halaman 1dari 19

ASET

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Anggi Marta Priyono (33510)
2. Dita Kamila Suntoro (33581)
3. Antonius Setiawan Wongso (33608)
4. Erika Auria Wijaya (33610)
5. Meralda Chandra (33613)

STIE MALANGKUCECWARA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Aset paling penting yang harus dimiliki oleh organisasi atau perusahaan dan harus
diperhatikan dalam manajemen adalah tenaga kerja atau manusia (sumber daya manusia).
Terminologi sumber daya manusia atau sering disebut dengan human resources, merujuk
kepada orang-orang yang bekerja di dalam organisasi. Tatkala para manajer terlibat dalam
aktivitas sumber daya manusia sebagai bagian dari pekerjaan nya, mereka berupaya
memfasilitasi kontribusi yang disodorkan oleh orang-orang untuk mencapai rencana dan tujuan
organisasi.

Aset merupakan sumber daya penting yang diperlukan dalam penyelenggaraan


pemerintahan. Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat,
serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.

Aset pemerintah dapat diklasifikasikan sebagai aset keuangan dan nonkeuangan. Aset
keuangan mencakup kas, piutang dan investasi. Sedangkan aset nonkeuangan terdiri dari aset
yang dapat diidentifikasi dan yang tidak dapat diidentifikasi. Aset non keuangan yang dapat
diidentifikasi berupa aset berwujud dan aset tidak berwujud. Aset berwujud berupa aset
persediaan (aset lancar) dan aset tetap, yang dalam peraturan perundang-undangan lebih dikenal
dengan nama Barang Milik Negara/Daerah, sebagaimana dimaksud penjelasan atas PP No. 6
tahun 2006. Aset yang tidak dapat diidentifikasi dapat berupa Sumber Daya Manusia (SDM),
Sumber Daya Alam (SDA) dan lain-lain.

Untuk lebih memahami secara mendalam dan komperhensif mengenai Aset, maka akan
dibahas dalam makalah ini dengan sebaik – baiknya.

I.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan maksud sebagai berikut?

 Untuk memenuhi tugas mata kuliah ACC THEORY


 Untuk lebih memahami secara mendalam mengenai apa itu Aset
 Untuk lebih memahami apa saja karakteristik pendukung dalam Aset.
BAB II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN ASET
Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantic berupa posisi
keuangan bila di hubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan equitas. Aset
merepresentasi potensi jasa fisis dan non fisis yang memampukan badan usaha untuk
menyediakan barang dan jasa.

FASB mendefinisi asset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No. 6, prg.
25):
( Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau di kuasai
/ dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.)

IASC mendefinisikan asset sebagai berikut :


An asset is a resource controlled by the enterprise as a a result of past events and from
which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.

Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standards Board


(AASB)
Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting entity as
a result of past transaction or other past events.

Definisi- definisi di atas memisahkan antara makna atau pengertian dan pengukuran serta
pengakuan sehingga definisi tersebut lebih bersifat semantic daripada struktural. Definisi
IASC dan AASB menanggalkan kata probable karena dianggap bahwa tia merupakan
kriteria pengakuan bukan sifat dari asset.

DEFINISI YANG MENGGABUNGKAN MAKNA, PENGUKURAN, DAN


PENGAKUAN DIAJUKAN OLEH APB DALAM APB NO. 4 SEBAGAI BERIKUT
(PRG.132):
“ Assets- economic resource of an enterprise that are recognized and measured in
conformity with generally accepted accounting principles. Assets also include certain
deffered charges that are not resources but that are recognized and measured in conformity
with generally accepted accounting principles.”
APB No. 4 merinci asset yang digolongkan sebagai sumber ekonomik sebagai berikut
(prg.57):
1. Sumber produktif (productive resources)
2. Produk (products) yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas:
a. Barang jadi yang menunggu penjualan.
b. Barang dalam proses.
3. Uang (money)
4. Klaim untuk menerima uang (claims to receive money)

5. Hak pemilikan atau investasi pada perusahaan lain (ownership interest in other
enterprises).

Aset sebagai sesuatu yang nyata- nyata dapat digunakan dalam kegiatan produktif ( penyedia
barang dan jasa). Nyata- nyata dapat digunakan berarti berwujud (tangible) maupun tak
berwujud (intangible). Sumber ekonomi yang didefinisi APB di atas dapat diklasifikasi
menjadi objek fisis (physical objects) dan hak (rights).

APB menggolongkan bentuk atau jenis asset selain yang disebut di atas sebagai non sumber
ekonomik meskipun tetap masuk dalam pengertian aset. Non sumber ekonomik meliputi
beban atau pengurangan pendapatan tangguhan (deferred charges) seperti: goodwill, rugi,
selisih kurs, kos organisasi dan beberapa pos yang timbul akibat penyesuaian (sering disebut
pos-pos transitoris).

IASC memaknai manfaat ekonomik masa datang (future economic benefits) bukan sebagai
potensi jasa yang sekarang dikuasai badan usaha tetapi sebagai manfaat yang diharapkan
mengalir ke badan usaha. Tetapi manfaat yang di datangkan atau yang mengalir ke badan
usaha.

TIGA KARAKTERISTIK
Tiga karakteristik utama yang harus di penuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut asset
yaitu : (a) manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti, (b) dikuasai atau dikendalikan
oleh entitas, dan (c) timbul akibat transaksi masa lalu. Kriteria (a) merupakan kriteria utama
dan lebih memuat aspek semantic sedangkan kriteria (b) dan (c) lebih memuat aspek
pengakuan daripada semantik.

MANFAAT EKONOMIK
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di masa
datang yang cukup pasti (probable). Sejalan dengan APB FASB menyatakan bahwa asset
adalah sumber ekonomi karena potensi jasa (service potential) atau utilitas (utility) yang
melekat di dalamnya yaitu suatu daya atau kapasitas langka (scarce) yang dapat
dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui
kegiatan ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.

Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa yang dapat tia beli atau
karena daya tukarnya. Dengan kata lain, potensi jasa kas dapat di tukarkan dengan potensi
jasa apapun yang diperlukan kesatuan usaha untuk malaksanakan kegiatan ekonomiknya.
Kemampuan ini disebut dengan daya beli atas sumber ekonomik (command over resources).
Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomik masa datang.

Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik karena dapat ditukarkan dengan kas,
barang, atau jasa karena dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa atau karena
dapat digunakan untuk melunasi kewajiban. FASB mengajukan dua hal yang harus
dipertimbangkan dalam menilai apakah pada saat tertentua suatu pos atau objek masih dapat
disebut asset yaitu:

(a) Apakah suatu pos yang di kuasai oleh suatu kesatuan usaha pada pada mulanya
mengandung manfaat ekonomik masa datang.

(b) Apakah semua atau sebagaian manfaat konomik tersebut masih tetap ada pada saat
penilaian.

DIKUASAI OLEH ENTITAS


Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas
tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilikan (ownership) mempunyai makna yuridis atau
legal. Artinya, untuk memiliki suatu objek diperlukan proses yang disebut transfer hak milik
(transfer of title). Bila pemilikan menjadi kriteria asset, akan banyak pos yang tidak masuk
sebagai asset sehingga tidak dapat dilaorkan dalam neraca. Dengan kata lain, pemilikan
sebagai kriteria akan mengakibatkan banyak pos dilaporkan di luar neraca (off-balance
sheet). Substansi atau tujuan dari pemilikan adalah penguasaan.Mengemukakan bahwa
penguasaan atau kendali terhadap suatu objek dapat diperoleh dengan cara:
1. Pembelian ( by purchase)
2. Pemberian (by gift)
3. Penemuan (by discovery)
4. Perjanjian (by agreement)
5. Produksi / transformasi (by production / transformation)
6. Penjualan ( by sale)
7. Lain-lain seperti pertukaran (by barter), peminjaman (by loan), penjaminan (by
bailment), pengkonsignaan (by consignment) dan berbagai transaksi komersial (by
commercial transactions) yang dilakukan hokum atau kebiasaan bisnis.

Jadi, pemilikan sebenarnya hanya merupakan karakteristik pendukung karena hak


yuridis yang melekat (disebut property right atau legal right) menguatkan penguasaan.

Pendefinisian aset lebih difokuskan pada manfaat ekonomikmasa datang yang dikuasai
oleh entitas dan baru kemudian pada objek fisis dan pihak yang menyediakan manfaat.

AKIBAT TRANSAKSI ATAU KEJADIAN MASA LALU.


Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai
kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek.
Kriteria pengakuan elemen adalah definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan.
Bahwa aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk
memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, manfaat ekonomik dan
penguasaan atau ha katas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam
aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via statement keuangan (neraca). Kriteria pengakuan
yang lain harus dipenuhi ( keterandalan, keberpautan dan keterukuran).

FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau
kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi aset).
Aset atau nilainya dapat dipengaruhi oleh kejadian atau keadaan yang sebagaian atau
seluruhnya diluar kemampuan kesatuan usaha atau manajemennya untuk mengendalikan.

KARAKTERISTIK PENDUKUNG
Ketiga karakteristik di atas, FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu
melibatkan kos ( acquired at a cost), berwujud (tangible), tertukarkan ( exchangeable),
terpisahkan (severable) dan berkekuatan hokum (legally enfor ceable).

 Melibatkan kos
Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos (pengeluaran sumbek ekonomik
misalnya kas) sebagai penghargaan sepakatan (measured consideration). Bila kos terjadi
karena pemerolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran atau pembelian, objek tersebut
lebih kuat untuk masuk sebagai aset. Akan tetapi, tiadanya kos tidak membatalkan suatu
objek sebagai aset.

Esensi aset lebih terletak pada manfaat ekonomik masa datang daripada pada terjadinya
kos. Walaupun demikian, terjadinya kos merupakan hal penting untuk mengaplikasi definisi
kos. Walaupun demikian, terjadinya kos merupakan hal penting untuk mengaplikasi definisi
kos karena dua hal yaitu: (1) sebagai bukti pemerolehan suatu aset dan (2) sebagai pengukur
artibut aset yang cukup objektif
 Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat dapat diamati, tia memang lebih kuat
untuk disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan (tangibility) bukan kriteria untuk
mendefinisi aset.
Mengajukan tiga tes (kriteria) untuk memasukkan suatu pos ke dalam aset tak berwujud,
yaitu:

1. Apakah pos tersebut diperoleh dari suatu transaksi dengan pihak independent (arm’s
length transaction)? Hal ini dimaksudkan akan tidak terjadi penilaian lebih (over- valuation)
atas aset tak berwujud.

2. Dapatkah manfaaat ekonomik masa datang yang diharapkan diidentifikasi? Dapat


diidentifikasi artinya dapat dikaitkan dengan kemampuan perusahaan mendatangkan laba di
masa mendatang. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa objek tak berwujud
memenuhi kriteria utama aset.
3. Dapatkah kos pos tersebut dipisahkan dengan kos aset lain yang di peroleh?

Misalnya suatu kesatuan usaha membeli sebuah mesin secara khusus dirancang oleh
perusahaan lain melalui riset dan pengembangan. Kos riset dan pengembangan dapat
menjadi aset tak berwujud bagi pembeli mesin bila rancang bangun (design) menjadi hak
eksklusif pembeli dan kosnya dapat dipisahkan dari kos kontrak pembuatan mesin.

 Tertukarkan
Memenuhi syarat sebagai aset, suatu sumber ekonomik harus dapat ditukarkan dengan
sumber ekonomik lainnya. Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat ekonomik akan
menjadi cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai daya atau nilai
tukar uang. Dengan kata lain, manfaat ekonomik diturunkan dari daya tukar.

 Terpisahkan
Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran (exchangeability). Untuk dapat
ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik yang
lain atau berdiri sendiri.

 Berkekuatan Hukum
Penguasaan atau ha katas aset tidak harus didukung secara yuridis formal. Klaim seperti
piutang usaha tidak harus didukung oleh dokumen yang mempunyai daya paksa secara
hokum(legally enforceable) untuk memenuhi definisi aset.
 Pengukuran
Pengukuran bukan merupakan kriteria untuk mendefinikasikan aset tetapi merupakan
kriteria pengakuan aset. Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran
(measurability) manfaat ekonomi masa mendatang. Yang di maksud pengukuran adalah
penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya
yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut. Dengan konsep
kontinuitas usaha, pos, atau sumber ekonomik akan mengalami tiga tahap perlakuan sejalan
dengan kegiatan usaha yaitu tahap pemerolehan (acquisition), pengolahan (processing), dan
penjualan/ penyerahan (sales/delivery). Tahap terakhir (penjualan) melibatkan penyerahan
barang atau jasa (keluarnya sumber ekonomik).

Secara akuntansi, (aliran informasi), aliran fisis suatu sumber ekonomik atau objek harus
direpresentasi dalam jumlah rupiah sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai
informasi. Kos merupakan representati kualitatif suatu objek. Kos menjadi data dasar untuk
mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomik badan usaha. Sebagai aliran informasi, kos juga
mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisis yaitu:
1. Pengukuran
2. Penelusuran (tracing)
3. Pembebanan ke pendapatan.
Bila suatu pengeluaran sumber ekonomik yang mengukur kos suatu objek dicatat
sebagai aset, tia dikategori menjadi pengeluaran untuk kapital (capital expenditures)
sedangkan kalau tia dicatat sebagai biaya, tia dikategori sebagai pengeluaran untuk
pendapatan (revenue expenditures).

KOS SEBAGAI PENGUKUR DAN BAHAN OLAH AKUNTANSI.


Pengukur aset pada saat pemerolehan yang paling objektif adalah jumlah rupiah yang
terlibat dalam transaksi pertukaran antara dua pihak independent yang sama- sama
berkehendak ( arm’s length bargaining). Jumlah rupiah tersebut akan menjadi bahan olah
akuntansi yang disebut kos. Jadi, kos dalam arti luas mempunyai makna sebagai agregat
harga (price aggregate) dalam pemerolehan suatu aset.

Jadi, penghargaan sepakatan (kos) dalam transaksi antar pihak independent menjadi
dasar pengukuran karena jumlah rupiah tersebut di anggap cukup terandalkan untuk
mendekati atau mengaporsimasi nilai sebenarnya (true value) atau nilai wajar ( fair value)
suatu objek pada saat transaksi.

PENGHARGAAN SEPAKATAN SEBAGAI BUKTI


Transaksi pertukaran (jual-beli) dapat dijadikan untuk menentukan kos yang terandalkan
karena penghargaan sepakatannya didasarkan atas mekanismapasar yang bebas sehingga
menjadi bukti validitas pengukuran kos lebih-lebih dalam mekanisma pasar sempurna. Kondisi
menghindari adanya transaksi sepihak. Transaksi-transaksi seperti merger, likuidasi, dan
akuisisi internal sering dilakukan secara sepihak atas kehendak pihak yang lebih berkuasa.
Kondisi menjamin bahwa penghargaan sepakatan benar-benar merefleksi nilai wajar atau nilai
sebenarnya yaitu nilai yang paling objektif. Kondisi dimaksudkan untuk menyankinkan
keobjektifan kos atas dasar penghargaan sepakatan karena harga yang disepakati dalam tawar-
menawar antara dua pihak yang bebas biasanya menunjukkan nilai wajar yang berlaku pada
saat transaksi. Jadi, bila kondisi-kondisi di atas tidak dipenuhi, penghargaan sepakatan yang
terjadi dapat diterima begitu saja sebagai pengukur kos yang objektif.

PENGUKURAN KOS
Pemerolehan aset merupakan proses yang tidak terjadi begitu saja selesai dalam satu
kegiatan tetapi terdiri atas serangkaian kegiatan misalnya, menempatkan order, menerima
barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang, mencoba barang, menyimpan atau
menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan barang tersebut.

BATAS KEGIATAN
Secara teoretis dan sebagai ketentuan umum, batas akhir kegiatan untuk memasukan
unsur kos sebagai bagian dari kos aset adalah saat dimulainya penggunaan aset. Dengan kata
lain, secara konseptual pembentuk kos suatu aset adalah semua pengeluaran yang terjadi atau
yang diperlukan akibat kegiatan pemerolehan suatu aset sampai ditempatkan dalam kondisi siap
dipakai atau berfungsi sesuai dengan tujuan pemerolehannya.

JENIS PENGHARGAAN
Masalah ini berkaitan dengan penentuan kos utama yang harus dicatat. Dalam transaksi
pertukaran, penghargaan sepakatan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk sumber ekonomik
atau instrumen yang diserahkan oleh pemeroleh aset. Agar penghargaan yang telah disetujui
dapat dicatat dalam sistem akuntansi, penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan
uang.

KOS DALAM BARTER


Barter atau pertukaran aset adalah pemerolehan aset dengan penghargaan berupa aset
berwujud atau nonmoneter lainnya. Bila hal ini terjadi, pengukuran aset yang diperoleh
bergantung pada apakah aset yang dipertukarkan sejenis atau tak sejenis. Aset sejenis artinya
aset yang fungsinya sama dan tidak harus aset yang identik. Bila kesatuan usaha menukarkan
aset tidak sejenis, secara konseptual dianggap transaksi tersebut melibatkan dua transaksi yaitu
penjualan dan pembelian. Dalam barter, dapat pula terlibat kas sebagai tombok baik dari pihak
kesatuan usaha atau dari lawan barter. Bila dalam barter aset sejenis tombok diberikan oleh
lawan barter, maka barter tersebut tidak murni sejenis tetapi campuran. Artinya, aset yang
diserahkan sebagian ditukar dengan aset sejenis dan sebagian dengan kas. Oleh karena itu,
bagian untung yang timbul dari penjualan tunai dapat diakui sebagai untung yang masuk dalam
statemen laba-rugi. Untung yang dapat diakui adalah proporsional antara tombok dan harga
pasar aset yang diterima kesatuan usaha.

SAHAM SEBAGAI PENGHARGAAN


Saham sebagai penghargaan merupakan salah satu bentuk pemerolehan asset dengan
barter.Dalam beberapa kasus transaksi yang menggunakan saham perusahaan sebagai
penghargaan untuk barang dan jasa yang diperoleh, nilai nominal ataupun nilai nyataan (stated
value) untuk tiap saham tidak dapat merepresentasikan kos yang sebenarnya (true value) pada
saat transaksi. Pengukur yang tepat untuk menentukan kos dalam situasi semacam itu adalah
jumlah rupiah uang tunai yang akan diterima oleh perusahaan seandainya perusahaan
menerbitkan saham-saham yang digunakan untuk penghargaan di atas.
KOS DALAM REORGANISASI.

Bila suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasicukup lama kemudian mengalami
reorganisasi, perubahan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang memadai untuk
menentukan kos asset yang dikuasainya. Karena tujuan reorganisasi biasanya adalah
menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut, diperlukanlah taksiran nilai yang wajar seluruh
asset perusahaan dengan mempertimbangkan kondisi asset dan keadaan pasar pada waktu itu.
HADIAH ATAS HIBAH.

Masalah khusus timbul bilamana barang atau jasa yang jelas-jelas mempunyai manfaat
ekonomik yang besar diperoleh perusahaan tanpa kos yang berarti atau dengan kos yang tidak
sebanding dengan nilai ekonomik barang diperoleh. Alsannya adalah bahwa setiap fasilitas atau
faktor ekonomik yang digunakan dalam operasi perusahaan, tnapa memandang asalnya, harus
diperlakukan dengan saksama sebagai potensi jasa.
KOS DALAM PEMBELIAN KREDIT.
Dengan sistem kredit, nilai waktu uang menjadi faktor yang sangat penting dalam
mengukur kos yang sebenarnya. Kos yang sebenarnya dalam transaksi kredit bukanlah tanpa
nilai kontrak yang harus dilunasi dalam beberapa kali angsuran tetapi berapa kos yang
sebenarnya pada saat transaksi.

POTONGAN TUNAI DAN KERINGANAN.


Kos akan tercatat terlalu tinggi kalau potongan tunai dan keringanan-keringanan lain
tidak dikurangkan terhadap harga kesepakatan. Potongan dan keringanan lainnya sudah menjadi
kebiasaan yang umum dalam setiap kegiatan usaha dan pada umumnya akan selalu
dimanfaatkan oleh perusahaan yang dikelola dengan baik.
RUGI DALAM PEMEROLEHAN ASET.
Sebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasi oleh
biaya, kos semata-mata mengalami penghimpunan, penggabungan dan reklasifikasi. Kos yang
terhimpun tersebut tetap merepresentasi asset kalau asset tersebut belum dikeluarkan sebagai
biaya.

TUJUAN PENILAIAN ASET


Karena asset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan sebagai informasi semantic
bagi investor dan kreditor, tujuan penilaian asset harus berpaut dengan tujuan pelaporan
keuangan. Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat membantu
investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan
usaha.

KONSEP DAN BASIS PENILAIAN


Karena asset merupakan komponen penentu posisi keuangan pada saat tertentu basis
pengukuran untuk menilai aset pada saat tersebut yang paling valid adalah harga atau nilai
pertukaran. Hal ini sejalan dengan konsep dasar penghargaan sepakatan yang sebenarnya sama
dengan harga/nilai pertukaran.

PENILAIAN
Pengukuran adalah penentuan angka satuan pengukur terhadap suatu objek untuk
menunjukkan makna tertentu objek tersebut. Objek dapat berupa barang, jasa, binatang, tubuh
manusia, dan banda atau konstruk lainnya.

NILAI MASUKAN
Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan
untuk memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha. Kalau tujuan
menyajikan makna aset ini adalah untuk menunjukkan aliran kas yang akan keluar dari unit
usaha maka nilai masukan merupakan alternatif nilai keluaran untuk objek jasa bila memang
tidak ada pasar objek tersebut.

NILAI KELUARAN
Nilai keluaran dudasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya yang
diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha
melalui pertukaran atau konversi.

HARGA JUAL MASA LALU


Menunjukkan kas yang cukup pasti akan diterima dari konversi suatu pos aset yang
timbul karena transaksi masa lalu. Pos yang mempunyai atribut semacam ini adalah oiutang
usaha karena jumlah rupiah piutang usaha merupakan harga jual masa lalu. Oleh karena itu,
harga jual masa lalu merupakan salah satu bentuk khusus penilaian yang disebut nilai
terrealisasi neto.

NILAI PENAKSIRAN
Nilai taksiran kos sekarang atau nilai sekarang yang ditentukan dengan prosedur dana
analisis sistematik oleh pihak indenpenden yang kompeten.

NILAI WAJAR
Berarti jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu objek dalam suatu transaksi
antara pihak-pihak yang berkehendak bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan.

NILAI TERREALISASI BERSIH DIKURANGI LABA NORMAL


Nilai yang diharapkan merepresentasi kos pengganti bila data untuk menentukan kos
pengganti tidak tersedia. Jadi, nilai terrealisasi bersih/ neto dikurangi laba normal merupakan
cara untuk menaksir kos pengganti atau kos sekarang.

KOS HISTORIS
Kos historis merupakan nilai kesepakatan terendah bagi pembeli karena dianggap
pembeli tidak dapat memperoleh barang/jasa yang sama di tempat lain denga nilai lebih rendah.
Lebih dari itu, mekanisma pasar menjamin bahwa nilai kesepakatan terendah ini merepresentasi
nilai sebenarnya atau actual objek pada saat transaksi.

KOS PENGGANTI
Kos pengganti atau kos masukan sekarang atau kos sekarang menunjukkan jumlah
rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk
memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara .

KOS HARAPAN
Nilai pengorbanan ekonomik di masa datang seandainya potensi jasa aset tersebut
diperoleh secara bagian demi bagian dan bukan sekaligus. Bila pemerolehan aset dilakukan
dengan kontrak utang, utang yang disepakati dan angsurannya dapat dijadikan pengganti untuk
kos potensi jasa masa datang.

HARGA JUAL SEKARANG


Sebagai alternatif penilaian dapat didasarkan atas harga jual sekarang. Untuk piutang,
harga jual sekarang dapat ditentukan atas dasr harga yang disepakati oleh anjak piutang. Untuk
harga sediaan barang, harga jual sekarang hatus dikurangi dengan laba normal dan kos kegiatan
tambahan untuk mendapatkan nilai keluaran sekarang
Harga jual sekarang didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan akan berlangsung
terus dan transaksi dilaksanakan dalam pasar yang normal. Bila tidak ada pasar normal makan
ditentukan nilai likuidasi

Nilai likuidasi ini sebenarnya tidak berbeda dengan harga jual sekarang kecuali bahwa
nilai keluarannya diperoleh dari kondisi pasar yang berbeda. Nilai likuidasi dapat digunakan
apabila produk atau jasa telah berkurang manfaat normalnya, unit usaha merencanakan menutup
usaha dalam wakru dekat.

Nilai jual sekarang sebenarnya didasari oleh konsep setara tunai sekarang. Nilai ini
menunjukkan jumlah rupiah kas atau daya beli yang di realisasi dengan cara menjual setiap jenis
aset dipasar bebas dalam kondisi perusahaan menjual secara normal.

NILAI TEREALISASI HARAPAN


Penerimaan kas atau potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti.

Dasar penilaian ini lebih bermanfaat dan valid untuk menilai investasi tunggal atau perusahaan
secara keseluruhan dari sudut oandang investor. Dasar ini mengandung kelemahan :
1. Kalau tidak ada pasar untuk aset, aliran kas bersifat subjektif
2. Pemilihan tarif yang xukup representif untuk merefleksi risiko tiap aset sangat problematik

3. Aliran kas ke perusahaan dihasilkan oleh seluruh aset sebagai atau satu kesatuan dalam
menghasilkan produk yang akhirnya dihual untuk mendatangkan kas
4. Beberapa aset memang tidak terpisahkan sehingga nilai sekarang seluruh aset tidak akan sama

KAS ATAU PASAR YANG LEBIH RENDAH


Kombinasi nilai masukan dan keluaran karena pengertian pasar dalam hal ini dapat berarti pasar
barang masukkan atau keluaran
Secara teoritis penilaian dasar kos atau pasar yang lebih rendah punya banyak kelemahan
1. Konservatisma cenderung merendahkan aset total

2. Lebih rendahnya sediaan akhir pada suatu periode akan mengakibatkan lebih rendahnya biaya
sehingga laba semakin tinggi
3. Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalam satu tahun atau antar periode
4. Salah satu argumen digunakannya metode KAPLYR adalah bila terjadi penurunan manfaat

Kalau kos pengganti sediaan akhir ditentukan di batas bawah pada saat penjualan sediaan
tersebut diawal tahun berikut laba yang diperoleh akan tinggu dari harga normal
PENILAIAN MENURUT FASB
FASB menyarankan untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang dipraktikkan.
FASB mengidentifikasi 5 makna:
1. Historical cost : jumlah rupiah kasbyang dikorbankan untuk memperolehnya
2. Current : jumlah rupiah kas yang harus dikorbankan kalau aset tertentu diperoleh sekarang

3. Current market value : jumlah rupiah kas yang diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset
dalam kondisi perusahaan normal

4. Net realizable value : jumlah rupiah kas yang akan diterima dari aset tersebut dikurangi
dengan pengorbanan

5. Present : piutang dan investasi yang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa
mendatang sampai piutang terlunasi

PENGAKUAN
Dengan mengutip Sterling, Belkaoui menunjukkan kondisi perlu dan cukup yang merupakan
penguji yang cukup rinci untuk mengakui aset
1. Deteksia adanya aset untuk mengakui aset harus ada transaksi yang menandai timbulnya aset

2. Sumber ekonomik dan kewajiban untuk mengakui aset suatu objek harus merupakan sumber
ekonomik yang langka dibutuhkan dan berharga
3. Entitas untuk mengakui aset kesatuan usaha harus mengendalikan atau menguasai subjek aset

4. Mengandung nilai untuk mengakui aset suatu objek harus mempunyai manfaat yang terukur
secara moneter
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan untuk mengakui aset semua penguji harus dipenuhi pasa
tanggal pelaporan

6. Verifikasi untuk mengakui aset harus ada bukti pendukung untuk meyakinkan bahwa kelina
penguji dipenuhi

BEBAN TANGGUHAN
Kesulitan semacam ini menimbulkan praktik bahwa kos semacam itu ditampung dalam satu pos
yang disebut beban tangguhan. Kaidah untuk menetapkan apakah suatu kos memenuhi syarat
untuk di tangguhkan pembebanannya kependapatan di sajikan dalam gambar 6.8

Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menimbulkan masalah pertangguhan


pembebannan :
1. Sewaguna
2. Bunga selama masa konstruksi aset tetap
3. Riset dan pengembangan
4. Eksplorasi minyak dan gas bumi
5. Rugi selisih kurs valuta asing atau penjabaran valuta asing
6. SDM
7. Kos organisasi

SEWAGUNA
Di Amerika sewaguna digunakan sebagai sarana pemerolehan aset tetap atau fasilitas fisis tanpa
harus menunjukkan utang yang timbul dari pemerolehan tsb.
FASB mewajibkan untuk mengakui dan melaporkan kewajiban yang timbul dari sewaguna dan
mengakui fasilitas yang di sewagunakan sebagai aset perusahaan kalau secara substantif
perjanjian sewaguna tsb sebenarnya merupakan pembelian angsuran. Yang menjadi masalah
adalah apa kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna dapat dinyatakan sebagai
pembelian :

1. Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik barang atau properitas kepada
tersewaguna pada akhir jangka sewa guna
2. Kontrak sewa guna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih untuk membeli pada
tanggal yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan harga yang ditetapkan
3. Jangka sewaguna 75% atau lebih

4. Pada tanda tangan kontrak sewaguna nilai sekarang semua pembayaran sewaguna minimum
selama janhka sewaguns adalah sama atau lebih besar 90%
IAI juga mengeluarkan standar untuj menghindari kapitalisasi sewaguna
1. Penyewa guna usaha harus memiliki hak opsi untuk membeli aset
2. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan
nilai sisa
3. Masa sewa guna usaha minimum 2 tahun

KOS BUNGA
Kos bunga sebagai unsur kos fasilitas fisis yang dibangun sendiri. FASB menyebutkan bahwa
tujuan mengkapitalisasi kos bunga untuk mendapatkan angka kos perolehan yang palimh
merefleksi investasi total kesatuan usaha dalam aset untuk membebankan suatu kos yang
berkaitan dengan pemerolehan suatu sumber yang akan mendukung menfaay di masa datang
untuk ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh manfaat tsb.

ARGUMEN PENDUKUNG
1. Dengan kesiapan pemakaian sebagai batas kegiatan pengukuran kos aset , kos bunga jelas
merupakan unsur kos aset

2. Bila keatuan usaha tidak memvangun sendiri fasilitas fisis bersangkutan penghargaan
sepakatan sebagai kos permerolehan pada umumnya termasuk pula bunga yang harus dibayar
oleh kontraktor
3. Pembebanan kos bunga langsung pendapatan selama masa konstruksi akan mendistorsi laba
4. Kos bunga selama masa pembangunan bukan meeupakan kos pendanaan

ARGUMEN PENOLAK
1. Bunga lebih merupakan kos pendanaan daripada unsur aset

2. Kos suatu fasilitas fisis yang dibangun sendiri oleh suatu kesatuan usaha yang mendanainya
dengan ekuitas seharusnya tidak akab berbeda dengan fasilitas yang sama dibangun perusahaan
lain
3. Dengan konsep kesatuan bunga lebih bermaknas sebagai pembagian laba daripada upaya
4. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos permerolehan aset, alokasi kos
bunga ke semua aset non moneter hanya akan kecil pengaruhnya terhadap laba peeiodik karena
jumlah yang dikapitalisasi dalam suatu peeiode akan dikompensasikan dengan amortisasi

ASSET MEMENUHI SYARAT


Dalam keadaan tertentu kapitalisasi bunga tidak perlu dilakukan. Standar akuntansi menentukan
aset yang memenuhi syarat (cukup disebut asset memenuhi) untuk dilekati kosy bunga yang
dalam PSAK No.26 disebut aset tertentu. FASB (SPAS No. 34, prg. 9) menetapkan bahwa
kapitalisasi bunga hendaknya dilakukan hanya aset yang memenuhi syarat,
 Asset yang dibangun atau diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan termasuk
aset yang dibangun atau diproduksi oleh pihak lain atas pesanan perusahaan dan untuk
pesanan-kontrak tersebut perusahaan melakukan pembayaran uang muka atau
pembayaran bertahap atas dasar kemauan pekerjaan pembangunan aset bersangkutan

 Asset dibangun atau diprdouksi dengan tujuan untuk dijual sebagai suatu unit atau
praktek yang berdiri sendiri terpisah dari orijek atau kegiatan perasi lainnya (misalnya
kapal kawasan industri , estat real, jembatan atau semacamnya

 Investasi jangka panjang (ekuitas, pinjaman, dan penanaman kas) yang diperlakukan
dengan metode ekuitas sementara terinvestasi sedang melaksanakan kegiatan
pembangunan fasilitas asis asalkan kegiatan tersebut menggunakan dana investasi itu
untuk memperoleh fasilitas fisis tersebut.

Sediaan barang yang diproduksi secara rutin atau diproduksi secara masa dan berulang – ulang
tiap perioda tidak memenuhi syarat untuk menjadi objek kapitalisasi bunga. Hal ini didasarkan
pada gagasan bahwa manfaat informasional tambahan yang diperoleh dari kapitalisasi tersebut
tidak sepadan dengan tambahan kas akuntansi dan administrasinya. Karakteristik lain suatu aset
yang tidak dapat menjadi objek kapitalisasi adalah,
a. Aset yang sudah digunakan atau yang sudah siap digunakan sesuaidengan tujuan penggunaan
dalam operasi menghasilkan pendapatan.
b. Aset yang belum digunakan dalam kegiatan menghasilkan pendapatan perusahaan dan juga
tidak mengalami penyelesaian-perbaikan atau kegiatan lain yang diperlukan untuk menjadikan
aset tersebut siap digunakan dalam operasi. Jadi, kalau kegiatan konstruksi berhenti, bunga
selama berhentinya kegiatan tidak dapat dikapitalisasi.
c. Aset yang tidak dimasukkan dalam neraca konsolidasian perusahaan induk dan perusahaan-
perusahaan anaknya.
d. Investasi yang diperlukan dengan metoda ekuitas setelah kegiatan operasi utama yang
direncanakan oleh terinvestasi dimulai.
e. Investasi dalam perusahaan regulasian (regulated investees) yang mengkapitalisasi baik kos
utang maupun ekuitas (cost of debt and equity capital)
f. Aset yang diperoleh dengan dana hadiah atau hibah yang dibatasi penggunaanya oleh
penghadiah atau penghibah semata-mata untuk pemerolehan aset tersebut.
BESARNYA KAPITALISASI BUNGA
Besarnya bunga yang harus dikapitalisasi adalah bagian dari kas bunga yang terjadi selama
perioda-perioda pemerolehan aset yang setara teoritis dapat dihindari seandainya kesatuan
usaha tidak membangun fasilitas asis yang bersangkutan. Secara teknis jumlah rupiah bunga
yang dikapitalisasi dalam suatu perioda pemerolehan adalah tingkat bunga atau tarif kapitalisasi
(capitalization rate) dikalikan dengan rata-rata pengeluaran dana untuk konstruksi selama
perioda akuntansi tersebut.
PERIODA KAPITALISASI
Kapitalisasi kos bunga diperhitungkan untuk periode pemerolehan (acquisition period)
sehingga perioda tersebut menjadi perioda kapitalisasi. Perioda kapitalisasi dimulai ketiaka tiga
kondisi berikut dipenuhi
a. Pengeluaran untuk pembangunan aset telah dilakukan atau terjadi.

b. Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan sampai siap


dipakai masih berlangsung
c. Kos bunga telah terhimpun (accrued) atau terjadi bersamaan dengan berjalannnya
pembangunan aset.

Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan untuk tiap perioda akuntansi selama ketiga kondisi
diatas dipenuhi

PENGUNGKAPAN
Bila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasi tentu saja akan ada sebagian informasi bunga
yang hilang. Oleh karena itu perlu ada pengungkapan (disclosure) tentang hal ini sehingga
statemen keuangan tidak menyesatkan. Agar statemen keuangan tetap informasif, hal hal
berikut ini harus diungkapkan sebagai penjelasan statemen keuangan,
a.)Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi total bunga yang terjadi selama perioda dan
dibebankan sebagai biaya perioda tersebut.
b.)Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan bagian yang
dikapitalisasi.
PENYAJIAN
Prinsip akuntansi berterima umum, terutama standar akuntansi, menetapkan penyajian dan
pengungkapan tiap aset. Walaupun aset didefinisi secara umum sebagai manfaat ekonomik
masa datang yang dikuasai kesatuan usaha dan yang benar-benar timbul dari transaksi yang sah
tiap pos aset didefinisi lebih lanjut atau spesifik sesuai dengan sifat pas tersebut. Pengungkapan
dan penyajian aset harus dipelajari dari standar yang mengatur tiap pos. Secara umum prinsip
akuntansi berterima umum memberi pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai
berikut,
 Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau dibagian atas
dalam neraca berformat laporan

 Aset diklarifikasi menjadi asset lancer dan tetap

 Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling lancer
dicantumkan pada urutan pertama

 Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan


(misalnya metode depresiasi asset tetap dan dasar penilaian sediaan barang)
BAB III.
PENUTUP

Kesimpulan
Aset dalam ruang lingkup pemerintahan adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari masa lalu dimana manfaat ekonomi
dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non - keuangan
yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber - sumber daya
yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Saran
Setelah penulis memaparkan hal- hal yang berkaitan apa itu Aset, penulis menyarankan
kepada pembaca untuk lebih memahami betul apa itu pengertian Aset yang sebenarnya .
Agar pembaca memahami betul apa itu Aset serta kegunaannya.

Anda mungkin juga menyukai