Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RMK PENGAUDITAN II

BAB 6. ASET

Oleh :
Kelompok 3

1. Ni Made Nia Dwi Prapti (1633121283)


2. Ni Putu Diah Utari Astika Putri (1633121285)
3. Ni Nyoman Meila Santi (1633121287)

KELAS D5 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2019
A. Pengertian Aset
Definisi FASB dan AASB cukup luas dibanding definisi lain karena aset disifati
sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) dan bukan sebagai sumber ekonomik
(resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis sumber
ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai aset. Definisi tersebut tidak membedakan
antara aset real (real assets) dan aset finansial (financial assets) dan antara sumber
ekonomik (resources) dan nonsumber ekonomik (nonresources).
Dengan berbagai perbedaan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut aset
yaitu :
a. Manfaat Ekonomik
Sejalan dengan APB, FASB menyatakan bahwa aset adalah sumber ekonomik
karena potensi jasa (service potential) atau utilitas (utility) yang melekat di dalamnya
yaitu suatu daya atau kapasitas langka (scarce) yang dapat dimanfaatkan kesatuan
usaha dalam upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik
yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran.
b. Dikuasai oleh Entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh
entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilikian (ownership) mempunyai makna
yuridis atau legal. Artinya, untuk memiliki suatu objek diperlukan proses yang disebut
transfer hak milik (transfer of title).
Most mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap suatu objek
dapat diperoleh dengan cara :
1. Pembelian (by purchase)
2. Pemberian (by gift)
3. Penemuan (by discovery)
4. Perjanjian (by agreement)
5. Produksi/transformasi (by production/transformation)
6. Penjualan (by sale)
7. Lain-lain seperti pertukaran (by barter), peminjaman (by loan), penjaminan (by
bailment), pengkonsignaan (by consignment), dan berbagai transaksi komersial
(by commercial transactions) yang diakui hukum atau kebiasaan bisnis.
c. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus
sebagai kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak
cukup untuk mengakui secara resmi dalam sistem pembukuan. Jadi, manfaat
ekonomik dan penguasaan hak atas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan
suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan
(neraca).
d. Karakteristik Pendukung
Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau meyakinkan adanya
aset tetapi tiadanya karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu objek untuk
memenuhi syarat sebagai aset.
 Melibatkan Kos
Pemrolehan aset pada umumnya melibatkan kos (pengluaran sumber
ekonomik misalnya kas) sebagai penghargaan sepakatan. Bila kos terjadi karena
pemrolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran atau pembelian, objek tersebut
lebih kuat untuk masuk sebagai aset..
 Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, tia memang lebih
kuat untuk disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan bukan kriteria untuk
mendefinisi aset.
Most mengajukan tiga tes (kriteria) untuk memasukkan suatu pos ke dalam aset
tak berwujud yaitu :
(1) Apakah pos tersebut diperoleh dari suatu transaksi dengan pihak independen?.
(2) Dapatkah manfaat ekonomik masa datang diharapkan diidentifikasi?
(3) Dapatkah kos pos tersebut dipisahkan dengan kos aset lain yang diperoleh?
 Tertukarkan
Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat ekonomik akan menjadi
cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai daya atau nilai
tukar.
 Terpisahkan
Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat ditukarkan
suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik lain
atau berdiri sendiri. Penguasaan atau hak atas aset tidak harus didukung secara
yuridis formal. Klaim seperti piutang usaha tidak harus didukung oleh dokumen
yang mempunyai daya paksa secara hukum untuk memenuhi definisi aset.
2.2 Pengukuran
Pengukuran disini adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada
suatu objek asset pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti
aliran fisis objek tersebut. Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga tahap
perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisis yaitu:
1) Pengukuran (measurenment), pengakuan (recognition), dan klasifikasi (clasification)
pertama kali saat terjadinya.
2) Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis asset berupa alokasi,
distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal/manajerial atau untuk
kepentingan pengkosan produk.
3) Pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda-perioda yang akan datang.

a. Kos Sebagai Pengukur dan Bahan Olah Akuntansi


Konsep dasar penghargaan sepakatan menegaskan bahwa pengukur asset pada
saat pemerolehan yang paling objektif adalah jumlah rupiah yang terlibat dalam
transaksi pertukaran antara dua pihak independen yang sama-sama berkehendak
(arm’s length barganing).
b. Penghargaan Sepakatan Sebagi Bukti
Transaksi pertukaran (jual-beli) dapat dijadikan landasan untuk menetukan kos
yang terandalkan karena penghargaan sepakatannya didasarkan atas mekanisme pasar
yang bebas sehingga tia menjadi bukti validitas pengukuran kos lebih-lebih dalam
mekanisme pasar sempurna (perfect market).
c. Pengukuran Kos

Dalam praktiknya, pemerolehan asset merupakan proses yang tidak terjadi


begitu saja selesai dlam satu kegiatan tetapi terdiri dari serangkaian kegiatan,
misalnya menempatkan order, menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut
barang, mencoba barang, menyimpan atau menempatkan barang, dan akhirnya
menggunakan barang.

1. Batas Kegiatan

Batas kegiatan berkaitan dengan masalah unsur pengorbanan sumber


ekonomik apa saja yang membentuk kos suatu asset. Secara teoritis dan sebagai
ketentuan umum, batas akhir kegiatan untuk memasukkan unsur kos sebagai
bagian dari kos asset, adalah saat dimulainya penggunaan asset.
2. Jenis Penghargaan
Masalah ini berkaitan dengan penentuan kos utama yang harus dicatat.
Dalam transaksi pertukaran, penghargaan sepakatan dapat dinyatakan dalam
berbagai bentuk sumber ekonomik atau instrument yang diserahkan oleh
pemeroleh asset. Bentuk instrument mempengaruhi dasar penentuan kos utama.
a. Kos Dalam Barter.
b. Saham Sebagai Penghargaan.
c. Kos Dalam Reorganisasi.
d. Hadiah atau Hiba.
e. Temuan.
f. Kos Dalam Pembelian Kredit.
g. Potongan tunai dan Keringanan.
d. Rugi Dalam Pemerolehan Aset.
Sebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasi oleh
biaya, kos semata-mata mengalami penghimpunan, penggabungan dan reklasifikasi.

2.3 Penilaian
Pengukuran adalah penentuan angka satuan pengukur terhadap suatu objek untuk
menunjukkan makna tertentu objek tersebut. Ojek dapat berupa barang, jasa, binatang,
tubuh manusia, dan benda atau konstruk lainnya. Makna (atribute) dapat berupa nilai,
luas, berat, volume, tinggi, umur, indeks prestasi, dan sebagainya.
a. Tujuan Penilaian Aset
Karena aset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan sebagai informasi
semantik sebagai investor dan kreditor, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan
tujuan pelaporan keuangan. Jadi tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut
pos-pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan
basis penilaian yang sesuai.
b. Konsep dan Basis Penilaian
Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran disebut dengan nilai pemasukan
(input/entry values atau exchange input values). Sedangkan yang diperoleh dari
pertukaran pemanfaatan disebut nilai keluaran (output/exit values atau exchange
output values).
c. Nilai Masukan
Didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk
memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha. Kalau tujuan
menyajikan makna aset ini adalah untuk menunjukkan aliran kas yang akan keluar
dari unit usaha (seandainya unit usaha harus memperoleh objek jasa yang sama) maka
nilai masukan merupakan alternatif nilai keluaran untuk objek jasa bila memang tidak
ada pasar objek tersebut sehingga nilai keluaran tidak dapat diukur dengan cukup
pasti dan andal.
 Kos Historis
Kos Historis sebagai nilai masukan merupakan pengukur potensi jasa yang
paling objektif untuk pos aset yang baru diperoleh. Kos menunjukan harga
pertukaran pada saat terjadinya. Keunggulan pos historis dari sudut konsep
penilaian adalah dapat diujinya hasil penilaian tersebut (verifiable) karena kos
historis terjadi dari hasil kesepakatan dua pihak yang independen.
 Kos Pengganti
Kos Pengganti atau kos masukan sekarang menunjukan jumlah rupiah harga
pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk
memperoleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara
(ekuivalen).
 Kos Harapan
Secara semantik, kos harapan suatu aset adalah nilai pengorbanan ekonomik
di masa datang seandainya potensi jasa aset tersebut diperoleh secara bagian demi
bagian (piecemeal) dan bukan sekaligus (lump sum). Untuk penilaian sekarang, kos
harapan harus didiskon menjadi kos harapan sekarang atau kos masukan masa
datang diskonan (discounted future input cost).
d. Nilai Keluaran
Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya
(nonkas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya
keluar dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau konversi. Secara umum, penilaian
ini lebih berpaut dengan aset tujuannya adalah dijual atau dikonversi menjadi kas dan
bukan digunakan untuk kegiatan produksi.
 Harga Jual Masa Lalu
Harga jual masa lalu (past selling price) sebenarnya menunjukkan kas
yang cukup pasti akan diterima dari konversi suatu pos aset yang timbul karena
transaksi masa lalu.
 Harga Jual Sekarang
Harga jual sekarang didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan akan
berlangsung terus dan transaksi dilaksanakan dalam pasar yang normal.
 Nilai Terealisasi Harapan
Secara semantik, nilai terrealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan
kas atau potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti.
e. Kos atau Pasar yang Lebih Rendah
Penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah (KAPYLR, baca:
kapiler) atau cost or market whichever is lower (COMWIL) atau lower of cost or
market (LOCOM) ini merupakan kombinasi nilai masukan dan keluaran karena
pengertian pasar dalam hal ini dapat berarti pasar barang masukkan atau keluaran
(input atau output market).
f. Penilaian Menurut FASB
Konsep-konsep penilaian yang dibahas diatas menjadi dasar untuk
menjelaskan berbagai dasar yang dapat digunakan untuk mengukur atau menilai
elemen statement keuangan sesuai dengan atribut yang ingin direpresentasi oleh
pengukuran. Bila dikaitkan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5,
prgf 67) dapat disarikan sebagai berikut ini:
a. Historical Cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan
kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas
atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya.
b. Current (replacement) Cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang
atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan
kalau aset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang.
c. Current Market Value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan
atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat
diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan
yang normal (tidak akan dilikuidasi).
d. Net Realizable Value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang
disajikan sebesar nilai terrealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya
yang akan diterima (tanpa didiskon) dari aset tersebut dikurangi dengan
pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas
atau setaranya.
e. Present (or Discounted) Value of Future Cash Flows. Piutang dan investasi jangka
panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang
sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskon implisit) dikurangi dengan tambahan
kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.
2.4 Pengakuan
Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah rupiah tersebut
timbul akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Dengan
mengutip Sterling, Belkaoui (1993, hlm. 194-195) menunjukkan kondisi perlu
(necessary) dan kondisi cukup (sufficient) yang merupakan penguji (test) yang cukup
rinci untuk mengakui aset yaitu:
1. Deteksi adanya aset (Detection of Existence Test). Untuk mengakui aset, harus ada
transaksi yang menandai timbulnya aset.
2. Sumber ekonomik dan kewajiban (Economic Resources and Obligation Test). Untuk
mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang langka,
dibutuhkan, dan berharga.
3. Berkaitan dengan entitas (Entity Association Test). Untuk mengakui aset, kesatuan
usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai (Non-zero Magnitude Test). Untuk mengakui aset, suatu objek
harus mempunyai manfaat yang dapat ditentukan besarnya secara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (Temporal Association Test). Untuk mengakui
aset, semua penguji diatas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).
6. Verifikasi (Verification Test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk
meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.
Apa yang dikemukakan Belkaoui diatas sebenarnya adalah apa yang disebut
dengan kaidah pengakuan (Recognition Rules) yang merupakan petunjuk teknis atau
prosedur untuk menerapkan empat kriteria pengakuan (Recognition Criteria) FASB yaitu
definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan.
a. Beban Tangguhan
Untuk beberapa kasus, pelaksanaan kaidah diatas menjadi pelik karena
karakteristik unik kos yang terlibat menyebabkan keraguan. Paton dan Littleton
(1970) sangat mengkritik penggunaan istilah beban tangguhan inikarena secara
konseptual semua aset (yang dipresentasi dengan kos) merupakan beban tangguhan.
Lebih baik kalau pos tersebut diberi nama yang jelas sesuai dengan sifatnya dan
disajikan secara terpisah dengan pos-pos aset lainnya.
b. Sewaguna
Sewaguna (lease) menimbulkan masalah pelik dalam pengakuan aset karena
di Amerika pada mulanya sewa guna digunakan sebagai sarana pemerolehan aset
tetap atau fasilitas fisis tanpa harus menunjukkan utang yang timbul dari
pemerolehan tersebut.
Oleh karena itu, dengan konsep dasar substansi diatas bentuk (Substance
Over Form), FASB mewajibkan untuk mengakui dan melaporkan kewajiban yang
timbul dari sewaguna dan mengakui (mengkapitalisasi) fasilitas yang disewaguna
sebagai aset perusahaan kalau secara substantif perjanjian sewaguna tersebut
sebenarnya merupakan pembelian angsuran. Yang menjadi masalah adalah apa
kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna dapat dinyatakan sebagai
pembelian angsuran. FASB mengajukan empat kriteria berikut ini (SFAS No. 13,
prgf. 7):
a. Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik barang atau
properitas (property) kepada tersewaguna (lessee) pada akhir jangka sewaguna.
b. Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih untuk
membeli pada tanggal yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan harga
yang ditetapkan dan harga tersebut cukup murah sehingga dapat dipastikan di
muka bahwa tersewaguna akan memilih membeli properitas bersangkutan.
Pasal semacam ini disebut Bargain Purchase Option.
c. Jangka sewaguna adalah 75% atau lebih dari sisa umur ekonomis taksiran
properitas sewagunaan sejak penandatanganan kontrak. Bila sisa umur
ekonomik mulai dari penandatanganan kontrak kurang dari 25% umur
ekonomik total, kriteria ini tidak berlaku.
c. Kos bunga
Dalam FASB menyebutkan bahwa tujuan mengkapitalisasi kos bunga
adalah untuk mendapatkan angka kos pemerolehan yang paling merefleksi
investasi total kesatuan usaha dalam aset dan untuk membebankan suatu kos yang
berkaitan dengan memperoleh suatu sumber ekonomik yang akan memberi manfaat
dimasa datang untuk ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh
maanfaat tersebut.
g. Aset Memenuhi Syarat
Dalam keadaan tertentu kapitalisasi bunga tidak perlu dilakukan. Standar
akuntansi menentukan aset yang memenuhi syarat (cukup disebut aset
memenuhi) untuk dilekati kos bunga (qualifying assets) yang dalam PSAK
No.26 disebut aset tertentu.
h. Besarnya Kapitalisasi Bunga
Besarnya bunga yang harus dikapitalisasi adalah bagian dari kos bunga
yang terjadi selama perioda-perioda pemerolehan aset yang secara teoritis dapat
dihindari seandainya kesatuan usaha tidak membangun fasilitas fisis yang
bersangkutan.
i. Perioda Kapitalisasi
Kapitalisasi kos bunga diperhitungkan untuk perioda pemerolehan
(acquisition period) sehingga perioda tersebut menjadi perioda kapitalisasi.
Perioda kapitalisasi dimulai ketiaka tiga kondisi berikut dipenuhiPerioda
kapitalisasi dimulai ketiaka tiga kondisi berikut dipenuhi:
a. Pengeluaran untuk pembangunan aset telah dilakukan atau terjadi.
b. Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan
sampai siap dipakai masih berlangsung
c. Kos bunga telah terhimpun (occured) atau terjadi bersamaan dengan
berjalannnya pembangunan aset.

j. Pengungkapan
Bila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasitentu saja akan ada
sebagian informasi yang hilang. Oleh karena itu, perlu ada pengungkapan
(disclosure) tentang hal ini sehingga statemen keuangan tidak menyesatkan. Agar
statemen keuangan tetap informatif, hal-hal berikut ini harus diungkapkan
sebagai penjelesan statemen keuangan:
a. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi selama
perioda dan dibebankan sebagai biaya perioda tersebut.
b. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan bagian
yang dikapitalisasi.

2.5 Penyajian
Prinsip akuntansi berterima umum, terutama standar akuntansi, menetapkan
penyajian dan pengungkapan tiap pos-pos aset. Walaupun aset didefinisi secara umum
sebagai manfaat ekonomik masa datang yang dikuasai kesatuan usaha dan yang benar-
benar timbul dari transaksi yang sah, tiap pos aset didefinisi lebih lanjut atau spesifik
sesuai dengan sifat pos tersebut. Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus
dipelajari dari standar yang mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima
umum memberi pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut:
a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau dibagian atas
dalam neraca berformat laporan.
b. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap.
c. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
d. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(misalnya metoda depresiasi aset dan dasar penilaian sediaan barang).
Kalau suatu kontrak sewaguna memuat pasal – pasal atau ketentuan – ketentuan
yang memenuhi salah satu atau lebih kriteria diatas maka sewaguna tersebut harus
diperlakukan sebagai kontrak pembelian angsuran dan properitas yang terlibat harus
dikapitalisasi.

Anda mungkin juga menyukai