Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK: 3

TEORI AKUNTANSI

“ ASET”

DOSEN : Drs. Adi Prasetyo, M.Si., AK, CA,-

Disusun oleh :

1. Dimas Bintang Prakoso(Co) (201610170311074)


2. Ramsyila (201610170311283)
3. Adinda Noor Syafitri (201610170311291)
4. M. Abimayu Septian H (201610170311303)
5. Meirizka Galuh Hapsari (201610170311316)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
DAFTAR ISI

1. Karakteristik Aset.............................................................................................3

2. Mengukur dan Menentukan Kos Aset pada Saat Pemerolehan........................4

3. Atribut Penilaian Aset.......................................................................................9

4. Konsep Penilaian Aset....................................................................................10

5. Nilai Masukan dan Nilai Keluaran.................................................................10

6. Prinsip Penilaian Aset Menurut FASB...........................................................13

7. Teori Sewaguna dan Kos Bunga.....................................................................16

8. Penyajian.......................................................................................................22
PEMBAHASAN

1. Karakteristik Aset
Sejalan dengan APB, FASB menyatakan bahwa aset adalah
sumber ekonomik karena potensi jasa (service potential) atau utilitas
(utility) yang melekat di dalamnya yaitu suatu daya atau kapasitas langka
(scarce) yang dapat dimanfaatkan kesatuan usaha dalam upayanya untuk
mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik yaitu konsumsi,
produksi, dan pertukaran.

Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus
dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilikian
(ownership) mempunyai makna yuridis atau legal. Artinya, untuk memiliki
suatu objek diperlukan proses yang disebut transfer hak milik (transfer of
title).

Most mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap


suatu objek dapat diperoleh dengan cara :

1. Pembelian (by purchase)


2. Pemberian (by gift)
3. Penemuan (by discovery)
4. Perjanjian (by agreement)
5. Produksi/transformasi (by production/transformation)
6. Penjualan (by sale)
7. Lain-lain seperti pertukaran (by barter), peminjaman (by loan),
penjaminan (by bailment), pengkonsignaan (by consignment), dan
berbagai transaksi komersial (by commercial transactions) yang diakui
hukum atau kebiasaan bisnis.

Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan


sekaligus sebagai kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek
sebagai aset tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam sistem
pembukuan. Aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu
adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk

1
pengakuan. Jadi, manfaat ekonomik dan penguasaan hak atas manfaat saja
tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha
untuk dilaporkan via statemen keuangan (neraca). Kriteria pengakuan yang
lain harus dipenuhi (keterandalan, keberpautan, dan keterukuran).

2. Mengukur dan Menentukan Kos Aset pada Saat Pemerolehan


Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos (pengeluaran
sumber ekonomik misalnya kas) sebagai penghargaan sepakatan. Bila kos
terjadi karena pemrolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran atau
pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset. Akan
tetapi, tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset. Jadi,
meskipun suatu kesatuan usaha umumnya mengeluarkan atau
mengorbankan sumber ekonomik (menjadi kos), kos yang terjadi tersebut
tidak dengan sendirinya membentuk aset. Esensi aset lebih terletak pada
manfaat ekonomik masa datang daripada terjadinya kos. Walaupun
demikian, terjadinya kos merupakan hal penting untuk mengaplikasi
definisi kos karena dua hal yaitu : (1) sebagai bukti pemrolehan suatu aset
dan (2) sebagai pengukur atribut aset yang cukup objektif.

Pengukuran disini adalah penentuan jumlah rupiah yang harus


dilekatkan pada suatu objek asset pada saat terjadinya yang akan dijadikan
data dasar usntuk mengikuti aliran fisis objek tersebut. Dengan konsep
kontinuitas usaha, pos atau sumber ekonomik akan mengalami tiga tahap
perlakuan sejalan dengan kegiatan usaha yaitu tahap pemerolehan
(acquisition), pengolahan (processing), dan penjualan/penyerahan
(sales/delivery). Tahap terakhir (penjualan) melibatkan penyerahan barang
atau jasa (keluarnya sumber ekonomik).

Kos Sebagai Pengukur dan Bahan Olah Akuntansi

Konsep dasar penghargaan sepakatan menegaskan bahwa pengukur


asset pada saat pemerolehan yang paling objektif adalah jumlah rupiah
yang terlibat dalam transaksi pertukaran antara dua pihak independen yang
sama-sama berkehendak (arm’s length barganing). Dalam arti luas kos

2
mempunyai makna sebagai agregat harga (price agregat) dalam perolehan
suatu asset. Penghargaan sepakatan (kos) dalam transaksi antarpihak
independen menjadi dasar pengukuran karena jumlah rupiah tersebut
dianggap cukup terandalkan untuk mendekati/ mengaproksimasi nilai
sebenarnya (true value) atau nilai wajar (fair value) suatu objek pada saat
transaksi.

Penghargaan Sepakatan Sebagai Bukti

Transaksi pertukaran (jual-beli) dapat dijadikan landasan untuk


menetukan kos yang terandalkan karena penghargaan sepakatannya
didasarkan atas mekanisma pasar yang bebas sehingga tia menjadi bukti
validitas pengukuran kos lebih-lebih dalam mekanisme pasar sempurna
(perfect market). Mekanisme pasar bebas menjamin dan menghendaki
agar:

a) Pihak bertransaksi sama-sama berkehendak dan bebas tanpa tekanan


atau ancaman

b) Pihak bertransaksi sama-sama berkemampuan memperoleh informasi


secara bebas

c) Barang yang dipertukarkan cukup standar (umum) dan tersedia cukup


banyak di pasar bebas. Dengan kata lain, cukup banyak penjual dan
pembeli sehingga tak seorangpun cukup kuat untuk mempengaruhi
harga

Jadi bila kondis-kondisi di atas tidak dipenuhi, penghargaan


sepakatan yang terjadi tidak dapat diterima begitu saja sebagai pengukur
kos yang objektif. Walaupun demikian, berdasarkan konsep dasar
relativitas bukti (veriviable objective evidence) dapat dianggap bahwa
penghargaan yang akhirnya dicapai merupakan bukti yang terbaik
diperoleh (best obtainable) sebagai dasar penentuan kos.

Pengukuran Kos

3
Dalam praktiknya, pemerolehan asset merupakan proses terdiri dari
serangkaian kegiatan, misalnya menempatkan order, menerima barang,
meneliti kecocokan, mengangkut barang, mencoba barang, menyimpan
atau menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan barang. Besar
kecilnya kos yang harus dicatat pertama-kali sebagai pengukur suatu asset
pada saat pemerolehan ditentukan oleh dua hal yaitu: (1) batas kegiatan
yang disebut pemerolehan dan (2) jenis penghargaan.

1. Batas Kegiatan

Batas kegiatan berkaitan dengan masalah unsur pengorbanan


sumber ekonomik apa saja yang membentuk kos suatu asset. Secara
teoritis dan sebagai ketentuan umum, batas akhir kegiatan untuk
memasukkan unsur kos sebagai bagian dari kos asset, adalah saat
dimulainya penggunaan asset. Kos utama merupakan unsur kos yang
mempresentasi penghargaan sepakatan pada waktu suatu asset diperoleh
atau pada saat pertukaran. Pada umumnya pertukaran merupakan kegiatan
utama dalam serangkaian kegiatan pemerolehan suatu asset sampai asset
siap digunakan.

2. Jenis Penghargaan

Bentuk instrumen memperngaruhi dasar penentuan kos utama.


Pemerolehan aset dapat terjadi dari transaksi atau kejadian yang
melibatkan kas atau nonkas. Agar penghargaan yang telah disetujui dapat
dicatat dalam sistem akuntansi, penghargaan tersebut harus dinyatakan
dalam satuan uang. Kos tunai (cash cost) adalah pengukur asset yang
paling valid dan objektif. Kalau sumber ekonomik nonkas merupakan
penghargaan yang digunakan dalam transaksi, pengukur yang ideal untuk
menentukan kos asset yang diperoleh adalah jumlah rupiah uang tunai
yang akan diperoleh seandainya sumber ekonomik tersebut dijual dulu
secara tunai kepada umum.

Kos Dalam Barter. Barter atau pertukaran asset adalah pemerolehan asset
adalah pemerolehan asset (biasanya asset berwujud atau nonmoneter)

4
dengan penghargaan berupa asset berwujud atau nonmoneter lainnya. Bila
hal ini terjadi, pengukuran asset yang diperoleh bergantung pada apakah
asset yang dipertukarkan sejenis (similar) atau taksejenis (dissimilar).

Atas dasar penalaran atau teori diatas berikut ini disarikan


prinsip-prinsip penentuan kos asset yang diterima dalam barter atau
pertukaran.

1. Pertukaran taksejenis, tanpa pembayaran tombok

2. Pertukaran taksejenis, dengan pembayaran tombok

3. Pertukaran sejenis, tanpa pembayran tombok

4. Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok

Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok: Bila terjadi rugi


dan Bila terjadi untung

Saham Sebagai Penghargaan. Pengukur yang tepat untuk menentukan


kos adalah rupiah uang tunai yang akan diterima oleh perusahaan
seandainya perusahaan menerbitkan saham-saham yang digunakan untuk
penghargaan diatas.

Kos Dalam Reorganisasi. Bila suatu perusahaan sudah berjalan atau


beroperasi cukup lama kemudian mengalami reorganisasi, perusahaan
tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang memadai untuk
menentukan kos aset yang dikuasainya. karena tujuan reorganisasi
biasanya adalah menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut,
diperlukan taksiran nilai yang wajar seluruh aset perusahaan dengan
mempertimbangkan kondisi aset dan keadaan pasar pada waktu itu.

Hadiah atau Hiba. Sumbangan atau hibah adalah contoh pemerolehan


aset tanpa kos. Walaupun demikian, ada alasan yang kuat untuk tetap
mencatat kekayaan tersebut atas dasar kos tunai implisitnya. Alasannya
adalah bahwa setiap fasilitas dalam operasi perusahaan, tanpa memnadang
asalnya, harus diperlakukan dengan seksama sebagai potensi jasa.

5
Temuan. Kadangkala terjadi bahwa suatu sumber alam atau sarana
ditemukan atau dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomik yang jauh
melebihi pengeluaran yang sebenarnya untuk memperolehnya. Dalam
kondisi yang khusus seperti ini, diperlukanlah suatu pengukur kos baru
atas dasar jumlah tunai implisit. Jumlah ini adalah jumlah rupiah uang
tunai (kas) yang pasti diperlukan untuk memperoleh sumber alam atau
teknik pemrosesan tersebut seandainya keduanya sudah dalam keadaan
siap pakai atau dalam status siap dipasarkan.

Kos Dalam Pembelian Kredit. Dengan sistem kredit, nilai waktu uang
menjadi faktor yang sangat penting dalam mengukur kos yang sebenarnya
(true cost). kos yang sebenarnya dalam transaksi kredit bukanlah berapa
nilai kontrak yang harus dilunasi dalam beberapa kali angsuran tetapi
berapa kos yang sebenarnya pada transaksi.

Potongan tunai dan Keringanan. Kos akan tercatat terlalu tinggi kalau
potongan tunai (cash disount) dan keringanan-keringanan lain tidak
dikurangkan terhadap harga kesepakatan. Secara teknis, pembukuan
memang dimungkinkan untuk sementara mendebit harga faktur bruto ke
dalam akun aset yang bersangkutan dan nantinya harus dilakukan
penyesuaian untuk mengurangi jumlah yang tercatat tersebut menjadi
jumlah setara tunai.potongan yang dimanfaatkan oleh pembeli sering
dianggap sebagai laba. Sebenarnya perusahaan sudah tau pasti berapa
harga yang sesungguhnya harus dibayar dalam suatu transaksi.

Rugi Dalam Pemerolehan Aset. Pengikatan atau kontrak yang tidak


bijaksana, kecurangan pihak lain atau sekadar musibah belaka tidak jarang
mengakibatkan hangusnya (dissipation) manfaat ekonomik dalam perioda
pendirian badan usaha atau pembangunan pabrik. Pemogokan yang
berkepanjangan, kebakaran besar, banjir bandang atau bencana lainnya
adalah contoh keadaan khusus atau tidak normal yang dapat
mengakibatkan rugu besar. Kalau keadaan memang jelas menunjukkan
dengan jelas bahwa rugi telah diderita, satu-satunya perlakuan yang tepat
adalah pemisahan jumlah rupiah rugi tersebut dengan pengurangan modal.

6
Jaid, rugi hendaknya tidak dikapitalisasi atau diasetkan karena kriteria
manfaat ekonomik masa datang tidak dipenuhi lagi.

3. Atribut Penilaian Aset


Pengukuran adalah penentuan angka satuan pengukur terhadap
suatu objek untuk menunjukkan makna tertentu objek tersebut.
Pengukuran biasanya digunakan akuntansi untuk menunjukan proses
penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk menunjuk proses
penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk objek pada saat
pemerolehan. Dalam penilaian suatu pos untuk tujuan penyajian, akuntansi
dapat menggunakan berbagai dasar penilaian (bases for valuation)
bergantung pada makna yang ingin direpresentasi melalui pos statemen
keuangan. Penilaian pos aset dimaksudkan untuk menentukan berapa
jumalah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos aset dan apa dasar
penilaiannya.

Tujuan Penilaian Aset

Karena aset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan sebagai


informasi semantik sebagai investor dan kreditor, tujuan penilaian aset
harus berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan. Tujuan pelaporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat membantu investor
dan kreditor dalam menilai jumlah, saat dan ketidakpastianaliran kas
bersih ke badan usaha. Jadi tujuan penilaian aset adalah merepresentasi
atribut pos-pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan
dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.

4. Konsep Penilaian Aset

Aset merupakan komponen penentu posisi keuangan pasa saat


tertentu, basis pengukuran untuk menilai aset pada saat tertentu yang
paling valid adalah harga atau nilai pertukaran (exchanges prices atau
values). Hal ini sejalan dengan konsep dasar penghargaan sepakatan yang
sebenernya sama dengan harga/nilai pertukaran. Nilai pertukaran dijadikan

7
basis karena dianggap objektif sehingga memenuhi kualitas keterandalan
(reability) informasi. Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran disebut
dengan nilai pemasukan (input/entry values atau exchange input values).
Sedangkan yang diperoleh dari pertukaran pemanfaatan disebut nilai
keluaran (output/exit values atau exchange output values).

Hendriksen dan Van Breda (1992) membahas konsep dan dasar


penilaian aset untuk tujuan pelaporan keuangan dari dua dimensi yaitu
aliran arah aset dan waktu. Karena aset merupakan komponen penentu
posisi keuangan pada saat tertentu, basis pengukuran untuk menilai aset
pada saat tersebut yang paling valid adalah harga atau nilai pertukaran
(exchange prices atau values).

Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran memperoleh disebut


dengan nilai masukan (inputlentry values atau exchange input values)
sedangkan yang diperoleh dari pertukaran pemanfaatan disebut nilai
keluaran (output/exit values atau exchange output values)

5. Nilai Masukan dan Nilai Keluaran


Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus
dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa
tertentu yang masuk dalam unit usaha. Nilai masukan merupakan alternatif
nilai keluaran untuk objek jasa bila memang tidak ada pasar objek tersebut
sehingga nilai keluaran tidak dapat diukur dengan cukup pasti dan andal.

a. Kos historis

Kos historis sebagai nilai masukan merupakan pengukur potensi


jasa yang paling objektif untuk pos aset yang baru diperoleh. Kos
menunjukan harga pertukaran saat terjadinya. Salah satu keunggulan kos
historis dari sudut konsep penilaian adalah dapat diujinya hasil penilaian
tersebut (verifable) karena kos historis terjadi dari hasil kesepakatan dua
pihak yang indpenden. Kos historis merupakan nilai kesepakatan terendah
bagi pembeli karena dianggap pembeli tidak dapat memperoleh
barang/jasa yang sama di tempat lain dengan harga rendah. Berikut

8
merupakan unsur kos masukan yang membentuk kos yang mempresentasi
kos aktual yaitu :

1. kos bijaksana (prudent costs)


kos bijaksana adalah kos selayaknya yang manajemen bijaksana,
atau hati-hati bersedia membayarnya untuk suatu objek. Kos
bijaksana banyak digunakan dalam penentuan tarif layanan publik
(publik utility).

kos standar (standard costs)

kos standar adalah kos yang seharusnya terjadi dalam kondisi


proses produksi tertentu yang diasumsi. Kos standar terjadi dalam
proses produksi dan ditujukan untuk internal manajemen.

2. kos asal (original costs)


kos asal merupakan kos suatu aset bagi perusahaan yang pertama
kali menempatkannya untuk digunakan dalam layanan publik.
Konteks layanan publik khususnya bila perusahaan membeli aset
bekas dari perusahaan layanan yang lain.
a. Kos pengganti
Kos pengganti atau kos masukan sekarang (current input cost) atau
os sekarang (current cost) menunjukan nilai rupiah harga
pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit
usaha untuk memproleh aset yang sama jenis dan kondisinya atau
penggantinya yang strata (ekuivalennya). Beberapa alternatif
penilaian lain yang masuk dalam kategori nilai pengganti adalah :
1. Nilai penaksiran (appraisal value)
Nilai penaksiran adalah nilai taksiran kos sekarang atau nilai
sekarang yang ditentukan dengan prosedur dan analisis sistematik
oleh pihak independen yang kompeten.

Nilai wajar (fair value)

9
Nilai wajar adalah nilai aset yang menghasilkan imbalan atau
tingkat kembalian (return on assets) yang wajar kalau laba yang
wajar telah ditetapkan.

2. Nilai terealisasi neto dikurangi laba normal (net realizable value


less normal markup).
Nilai terealisasi neto dikurangi laba normal adalah nilai yang
diharapkan merepresentasi kos pengganti bila data untuk
menentukan kos pengganti tidak tersedia.
b. Kos harapan
Kos harapan suatu aset adalah nilai pengorbanan ekonomik di
masa datang seandainya potensi jasa aset tersebut diperoleh secara
bagian demi bagian (piecemeal) dan bukan sekaligus lumsum.

Nilai keluaran

Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan


lainnya (nonkas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau
potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau
konversi.

a. Harga jual masa lalu


Harga jual masa lalu (past selling price) menunjukan kas
yang cukup pati akan diterima dari konversi suatu aset yang timbul
karena transaksi masa lalu. Piutang usaha merupakan pos yang
memilki atribut karena jumlah rupiah piutang usaha merupakan
harga jual masa lalu. Nilai terealisasi neto tidak hanya untuk
piutang tetapi juga untuk sediaan barang. Nilai terealisasi neto
adalah seluruh kas yang akhirnya berhasil diperoleh (collected)
atas konversi piutang atau penjualan barang dagangan samapi
tuntas transaksinya. Disebut dengan neto atau bersih karena rugi
piutang taktertagih (macet) atau kos kegiatan penjualan tambahan
untuk mendapatkan nilai sekarang pos-pos aset tersebut
dikeluarkan (dikurangkan) dari nilai keluaran.
b. Harga jual sekarang

10
Harga jual sekarang didasarkan pada anggapan bahwa
perusahaan akan berlangsung terus dan transaksi dilaksanakan
dalam pasar yang normal. Nilai likuidasi hanya dapat digunkaan
apabila kondisi berikut dipenuhi :
1. Bila produk atau potensi jasa lainnya telah berkurang manfaat
normalnya lantaran menjadi usang atau tidak laku dipasarkan.
2. Bila unit usaha merencanakan untuk menutup usaha dalam
waktu dekat.

6. Prinsip Penilaian Aset Menurut FASB

Konsep-konsep penilaian yang dibahas menjadi dasar untuk


menjelaskan berbagai dasar yang dapat digunakan untuk mengukur atau
menilai elemen statemen keuangan sesuai dengan atribut yang ingin
direpresentasi oleh pengukuran Relevansi tiap dasar penilaian hanya dapat
ditentukan atas dasar tujuan yang ingin dicapai dalam menyajikan setiap
pos aset. Dalam akuntansi memnggunakan berbagai dasar penilaian yang
berbeda untuk tiap pos aset karena makna yang ingin disampaikan dari tiap
pos tersebut memang berbeda. Jadi, untuk tujuan penilaian pos aset
tertentu, tiap dasar penilaian mempunyai keunggulan dan kelemahan
masing-masing. Tanpa memperhatikan sifat masukan atau keluaran. FASB
menyarankan untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang
dipraktikan. FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat
direpresentasi dalam berbagai atribut penilaian. Bila dikaitkan dengan aset,
dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat disarikan
berikut ini :

a. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan


sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau
setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini
tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau
dimortisasi.

11
b. Current cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau
penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau sataranya yang harus
dikorbankan kalau aset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang.
c. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga
disajikan atas dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau
setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset
tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi).
Nilai pasar sekarang biasanya juga digunakan untuk aset yang
kemungkinan kan laku dijual dibawah nilai bukunya.
d. Net realizable value. Bebrapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan
barang disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas
atau setaranya yang akan diterima dari aset tersebut dikurangi dengan
pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut
menjadi kas.
e. Present value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang
disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang
sampai piutang terlunasi dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin
diperlukan untuk mrndapatkan penerimaan tersebut.

Pengakuan

Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah
rupiah tersebut timbul akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang
memepengaruhi aset. Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan
dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan tersebut. Disamping
memenuhi definisi aset, kriteria keterukuran, keberpautan, dan
keterandalan harus dipenuhi pula. Dengan mengutip Sterling, Belkaoui
(1993, hlm. 194-195) menunjukan kondisi perlu dan kondisi cukup
(sufficient) yang merupakan penguji yang cukup detail untuk mengakui
aset yaitu :

1. Deteksi adanya aset. Untuk mengakui aset, harus ada transaksi yang
menandai timbulnya aset.

12
2. Sumber ekonomik dan kewajiban. Untuk mengakui aset, suatu objek harus
merupakan sumber ekonomik yang langka, dibutuhkan, dan berharga.
3. Berkaitan dengan entitas. Untuk mengakui aset, kesatuan usaha harus
mengendalikan atau menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai. Untuk mengakui aset, suatu objek harus mempunyai
manfaat yang terukur seacara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan. Untuk mengakui aset, semua penguji
diatas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).
6. Verifikasi. Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk
meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.

Apa yang dikemukakan Belkaoui di atas sebenarnya adalah apa


yang disebut dengan kaidah pengakuan yang merupakan petunjuk teknis
atau prosedur untuk menerapkan empat kriteria pengakuan FASB yaitu
definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut
diberlakukan karena kriteria penerapan sifatnya konseptual dan umum.

Beban Tangguhan

Untuk bebrapa kasus, pelaksanaan kaidah diatas menjadi pelik


karena karakteristik unik kos yang terlibat menyebabkan keraguan.
Diperlakukan sebagai aset mergukan karena manfaat ekonomik masa
depan tidak cukup pasti sementara kalau diperlakukan sebagai biaya atau
dibebankan ke pendapatan tahun terjadinya juga tidak pas karena asosiasi
dengan pendapatan sulit untuk ditentukan. Diperlakukan sebagai rugi juga
tidak tepat karena kos mempresentasi upaya sah dan wajar. Kesulitan
seperti ini menimbulkan praktik bahwa kos-kos semacam itu ditampung
dalam satu pos yang disebut dengan beban tangguhan.

Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menimbulkan


masalah penangguhan pembebanan misalnya adalah kos yang terlibat
dalam transaksi, kejadian, atau keadaan berikut :

a. Sewaguna.

13
b. Bunga selama masa konstruksi aset tetap.
c. Riset dan pengembangan.
d. Eksplorasi minyak dan gas bumi.
e. Rugi selisih kurs valuta asing atau pembelajaran valuta asing.
f. Sumber daya manusia.
g. Kos organisasi.

Dua kos pertama akan kami bahas kali ini, teori atau penalaran
perlakuan pos-pos lainnya dapat dilihat dari standar akuntansi lainnya
misalnya SFAS No. 2 atau PSAK No. 2 untuk kos riset dan
pengembangan.

7. Teori Sewaguna dan Kos Bunga

Sewaguna

FASB mewajibkan untuk mengakui dan melaporkan kewajiban


yang timbul dari sewaguna dan mengakui fasilitas yang yang disewaguna
sebagai aset perusahaan kalau secara substantif perjanjian sewaguna
tersebut sebenarnya merupakan pembelian angsuran. Yang menjadi
masalah adalah apa kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna
dapat dinyatakan sebagai pembelian angsuran. FASB mengajukan empat
kriteria berikut ini (SFAS No. 18, prg. 7) :

a. Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik barang atau


properitas kepada tersewaguna pada akhir jangka sewaguna.
b. Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih untuk
membeli pada tanggal yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan
harga yang ditetapkan dan harga tersebut cukup murah sehingga dapat
dipastikan bahwa tersewaguna akan memilih membeli properitas
bersangkutan. Pasal semacam ini disebut bargain purchase option.
c. Jangka sewaguna adalah 75% atau lebih dari sisa umur ekonomik taksiran
properitas sewaguna sejak penandatanganan kontrak. Bila sisa umut

14
ekonomik mulai dari penandatanganan kontrak kurang dari 25% umut
ekonomik total, kriteria ini tidak berlaku.
d. Pada saat penandatanganan kontrak sewaguna, nilai sekarang semua
pembayaran sewaguna minimum selama jangka sewaguna adalah sama
atau lebih besar dari 90% nilai wajar bersih bagi pesewaguna. Nilai wajar
bersih bagi pesewaguna adalah nilai wajar dipandang dari sudut
pesewaguna setelah dikurangi dengan kredit pajak investasi, kalai ada,
yang menjadi hak pesewaguna.

Kalau suatu kontrak sewaguna memuat pasal-pasal yang


memenuhi salah satu atau lebih kriteria di atas, maka sewaguna tersebut
harus diperlakukan sebagai kontrak pembelian angsuran dan properitas
yang terlibat harus dikapitalisasi. Bahwa hanya satu yang harus dipenuhi
bahwa FASB sangat menekankan kapitalisasi. Selain FASB, IAI juga
mengeluarkan standar untuk mengapitalisasi sewaguna. Kriteria yang
diajukan adalah (PSAK No. 30, Bab II, prg. 3) :

a. Penyewaguna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aset yang


disewagunausahakan pada akhir masa masa sewaguna usaha dengan harga
yang disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha.
b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa gunausaha
ditambah dengan nilai sisa mencakup penembalian harga perolehan barang
modal yang disewagunausahakan serta bunganya, sebagai keuntungan
perusahaan sewaguna usaha.
c. Masa sewaguna usaha minimum 2 tahun.

Untuk mengkapitalisasi sewaguna, IAI menetapkan bahwa ketiga


kriteria di atas harus dipenuhi. Kalau salah satu saja kriteria di atas tidak
terpenuhi maka sewaguna diperlakukan sebagai sewaguna operasi. Bila
dianalisis secara terpisah, tidak satupun kriteria di atas menjadikan suatu
sewaguna secara substantif merupakan esensi dari setiap kriteria.

Kos Bunga

15
FASB menyebutkan bahwa tujuan mengkapitalisasi kos bunga
adalah untuk mendapatkan angka kos pemerolehan yang paling merefleksi
investasi total kesatuan usaha dalam aset dan untuk membebankan suatu
kos yang berkaitan dengan pemerolehan suatu sumber ekonomik yang
akan memberi manfaat dimasa datang untuk ditandingkan dengan
pendapatan yang dihasilkan oleh manfaat tersebut. Tujuan terakhir
dimaksudkan agar terjadi penandingan yang tepat terutama bila waktu
pembangunan atau periode pemerolehan cukup lama.

Argumen Penolak

Beberapa Argumen menolak dikapitalisasinya bunga. Penolakan


tersebut didasarkan atas argumen-argumen berikut :
a. Bunga lebih merupakan kos pendanaan daripada unsur aset. Karena
perusahaan sebenarnya dapat menghindari bunga tersebut dengan
memilih alternatif.
b. Secara teoritis, kos suatu fasilitas fisis yang dibangun sendiri oleh
suatu kesatuan usaha yang mendanainya dengan ekuitas seharusnya
tidak akan berbeda dengan fasilitas yang sama yang dibangun
perusahaan lain yang mendanainya dengan utang.
c. Dengan konsep kesatuan usaha, bunga lebih bermakna sebagai
pembagian laba (setara dengan dividen) daripada sebagai upaya
(effort) untuk memperoleh pendapatan.
d. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos
pemerolehan aset, alokasi kos bunga ke semua aset nonmoneter hanya
akan kecil pengaruhnya terhadap laba periodik karena jumlah yang
dikapitalisasi dalam suatu periode akan dikompensasidengan
amortisasi bunga yang dikapitalisasi pada periode-periode sebelumnya.
1. Alternatif Perlakuan
Berbagai argumen yang mendukung dan menolak diatas akhirnya
menghasilkan berbagai kemungkinan perlakuan kos bunga selama masa
pembangunan. Beberapa alternatif perlakuan adalah :
a. Bunga tidak dikapitalisasi dan diperlakukan sebagai biaya periode.

16
b. Bunga dikapitalisasi dan dimasukan sebagai bagian dari kos fasilitas
fisis yang dibangun sendiri. Jumlah yang dikapitalisasi sebesar :
1) Jumlah rupiah seluruh bunga yang sesungguhnya dibayar atau
terjadi untuk dana yang khusus dipinjam untuk pembangunan.
2) Jumlah rupiah semua bunga yang sesungguhnya dibayar atau
terjadi untuk semua dana pinjaman yang ada. Ini dilakukan apabila
tidak ada dana khusus yang disediakan untuk pembangunan aset
bersangkutan.
3) Bunga dikapitalisasi sebesar jumlah rupiah bunga implisit dana
yang tertanam dalam perusahaan tanpa memperhatikan sumbernya.
c. Bunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukan sebagai elemen kos
fasilitas fisis yang dibangun sendiri.
Perlakuan (1) merupakan konsekuensi dari diterimanya arguman pihak
yang menolak kepitalisasi. Perlakuan (2) merupakan konsekuensi logis
dari diterimanya argumen pihak yang mendukung kapitalisasi.
Sedangkan perlakuan (3) merupakan kompromi dari kedua argumen
yang saling bertentangan.

Jumlah Rupiah

1. Jumlah Rupiah Kapitalisasian


Tia alternatif jumlah rupiah bunga yang harus dikapitalisasi
didasarkan pada argumrn tau dasar pikiran antara lain :
a. Alternatif 2 (a) didasarkan pada argumen bahwa bunga merupakan
elemen kos konstruktif tetapi hanya bunga yang memang benar-benar
dibayar untuk dana khusus tersebut yang menunjukan unsur kos
perolehan aset.
b. Alternatif 2 (b) berusaha untuk mengatasi kesulitan dalam usulan
pertama. Dasar pikirannya adalah bahwa semua utang dianggap
digunakan untuk investasi dalam pembangunan sarana fisis. Kos bunga
disini dianggap sebagai kos kesempatan (oportunity cost) yaitu suatu
pengorbanan (bunga) yang sebenarnya dapat dihindari seandainya
kesatuan usha tidak mengadakan pinjaman atau bunga yang tidak

17
seharusnya dibayar seandainya dana untuk pembangunan aset
digunakan untuk melunasi utang.
c. Alternatif 2 (c) mendasarkan diri pada asumsi bahwa bunga seluruh
dana yang tertanam dalam perusahaan merupakan kos ekonomik. Kos
aset disini diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang dikorbankan
dalam rangka memperoleh aset tersebut. Bunga dianggap suatu aset
sebelum dioperasikan. Karena sumber ekonomik kas tidak digunakan
untuk kegiatan operasi berjalan melainkan untuk operasi masa
mendatang. Cukup layak jika digunakan untuk memperhitungkan
bunga implisit yang sebenarnya dapat diperoleh kalo perusahaan tidak
membangun suatu fasilitas fisis yang memakan waktu lama. Unga
implisit diukur atas dasar laba yang dapat diperoleh seandainya kas
digunakan untuk kegiatan operasi bukan untuk pembangunan.

Standar Yang Mengatur

Adanya berbagai alternatif perlakuan kos bunga menuntut adanya


standar akuntansi yang menjadi acuan praktik agar perbandingan statement
keuangan menjadi mudah dilakukan dan bermakna. Secara konseptual
layak kalau kos bunga selama konstruksi dikapitalisasi tetapi perlu adanya
syarat-syarat yang harus dipenuhi yang berkaitan jenis aset yang dapat
dilekati kos bunga, besarnya kos bunga yang dikapitalisasi, dan periode
kapitalisasi. Standar ini pada dasarnya membolehkan adanya kapitalisasi
bunga asalkan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang diatur
dalam standar tersebut. Standar yang relevan dengan hal ini di Amerika
adalah SFAS No.34

Aset Memenuhi Syarat

Standar akuntansi menentukan aset yang memenuhi syarat (cukup


disebut aset memenuhi) untuk dilekati kos bunga (qualifying assets) yang
dalam PSAK No.26 disebut aset tertentu. FASB (SFAS No.34, prg.9)
menetapkan bahwa kapitalisasi bunga hendaknya hanya untuk aset yang
memenuhi syarat :

18
a. Aset yang dibangun atau diproduksi untuk digunakan sendiri oleh
perusahaan
b. Aset yang dibangun atau diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai
suatu unit atau projek yang berdiri sendiri terpisah dari objek atau kegiatan
operasi lainnya
c. Investasi jangka panjang yang diperlakukan dengan metode

Karakteristik lain suatu aset yang tidak dapat menjadi objek


kapitalisasi antara lain:

a. Aset yang sudah digunakan atau yang sduah siap digunakan sesuai
dengan tujuan penggunaan dalam operasi menghasilkan pendapatan.
b. Aset yang belum digunakan dalam kegiatan menghasilkan pendapatan
perusahaan dan tidak mengalami penyelsaian/perbaikan atau kegiatan
lain yang diperlukan untuk menjadikan aset tersebut siap digunakan
dalam operasi.

Besarnya Kapitalisasi Bunga

Bunga yang dikapitalisasi adalah tambahan bunga yang


diperkirakan terjadi selama suatu perioda akibat adanya konstruksi. Secara
teknis, jumlah rupiah bunga yang dikapitalisasi dalam suatu periode
akuntansi selama perioda pemerolehan adalah tingkat bunga atau tarif
kapitalisasi dikalikan dengan rata-rata pengeluaran dana untuk konstruksi
selama perioda akuntansi tersebut. tingkat bunga pinjaman yang khusus
digunakan untuk pembangunan aset dapat digunakan sebagai tarif
kepitalisasi kalau dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak
melebihi dana pinjaman khusus tersebut.

Perioda Kapitalisasi

Perioda kapitalisasi dimulai ketika tiga kondisi berikut dipenuhi :

a. Pengeluaran untuk pembangunan aset telah dilakukan atau terjadi


b. Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan
pembangunan sampai siap dipakai masih berlangsung

19
c. Kos bunga telah terhimpun (accrued) atau terjadi bersamaan dengan
berjalannya pembangunan aset

Perioda akuntansi akan berakhir ketika konstruksi bersangkutan secara


substansial telah selesai dan siap dioperasikan.

Pengungkapan

Bila sebagian atau seluruh bunga dikapitalisasi, tentu saja akan ada
sebagian informasi bunga yang hilang. Sehingga perlu adanya
pengungkapan. Agar statemen keuangan tetap informatif, hal-hal berikut
ini harus diungkapkan sebagai penjelasan statemen keuangan :

a. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisai, total bunga yang terjadi
selama periode dan dibebankan sebagai biaya perioda tersebut
b. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan bagian
yang dikapitalisasi

8. Penyajian
Secara umum prinsip akuntansi berterima umum memberi
pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut :

a. Aset disajikan disisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau
dibagian atas dalam neraca berformat laporan
b. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan tetap
c. Aset diurutkan penyajian atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang
paling lancar dicantumkan pada urutan pertama.
d. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus
diungkapkan (misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian
sediaan barang)

20

Anda mungkin juga menyukai