“KONSEP ASET”
OLEH:
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS UDAYANA
2020/2021
1
A. PENGERTIAN ASET
FASB dalam SFAC No.6, prg. 25 mendefinisikan asset sebagai “manfaat ekonomi
yang cukup pasti di masa datang yang diperoleh/dikuasai oleh suatu entitas sebagai akibat
transaksi atau kejadian masa lalu”
IASC yang diadopsi oleh IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), hal. 13
menyatakan “asset adalah sumber ekonomi yang dikendalikan oleh suatu entitas sebagai
hasil dari kejadian masa lalu dan dari keuntungan ekonomi masa datang yang diharapkan
akan mengalir ke entitas”
Statement of Accounting Concepts No. 4 yang dihasilkan oleh Australian
Accounting Standards Board (AASB) mendefinnisikan asset sebagai “service potensial
atau keuntungan ekonomi masa datang yang dikendalikan oleh bagian pelaporan suatu
entitas sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lampau”
Definisi asset yang dinyatakan oleh FASB dan AASB cukup representative karena
asset dinilai memiliki sifat sebagai manfaat ekonomi bukan sebagai sumber ekonomi.
Karena manfaat ekonomi tidak membatasi bentuk atau jenis sumber ekonomi yang dapat
dimasukan sebagai asset. Pada kesimpulannya terdapat tiga kriteria suatu objek atau pos
dapat dikatakan sebagai asset yaitu:
1. Memiliki manfaat ekonomi masa datang yang cukup pasti
2. Dikuasai atau dikendalikan oleh entitas bukan perseorangan
3. Muncul/timbul akibat transaksi masa lalu
5. Berkekuatan hukum
B. PENGUKURAN ASET
Salah satu kriteria pengakuan asset adalah manfaat ekonomi yang akan datang dapat
terukur (measurability). Yang dimaksud pengukuran disini adalah penentuan jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek asset pada saat perolehan yang akan
2
dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut. Secara akuntansi (aliran
informasi), aliran fisis suatu informasi atau objek harus direpresentasikan dalam jumlah
rupiah sehingga hubungan antar objek bermakna sebagai informasi. Kos menjadi data
dasar dalam mengikuti aliran fisis kegiatan ekonomi badan usaha. Sebagai aliran
informasi, kos juga mengalami tiga tahapan perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisis,
yaitu:
1. Pengukuran (measurement), pengakuan (recognition), dan klasifikasi (classification)
pertama kali pada saat perolehannya. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam
tahap ini disebut pengukuran saja
2. Pencatatan berikutnya yang berupa alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk
kepentingan internal/manajerial atau untuk kepentingan pengkosan suatu produk.
Untuk selanjutnya seluruh kegiatan pada tahap ini disebut penelusuran (trancing)
3. Pembebanan pendapatan ke periode berjalanatau periode-periode yang akan datang.
Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat pada objek
menjadi asset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini
disebut pembebanan ke pendapatan
Secara konseptual suatu sumber ekonomi harus diperlakukan dahulu sebagai asset
baru kemudian diperlakukan sebagai biaya pada saat asset tersebut dianggap sudah keluar
dari kesatuan usaha dan mendatangkan pendapatan. Perlu ditegaskan kembali, kos adalah
pengukur sedangkan asset dan biaya adalah elemen yang diukur. Sebagai pengukur
elemen, kos melekat pada aset atau biaya sehingga kos, asset dan biaya ketiganya sering
dirancukan. Kerancuan dapat timbul karena secara teknis pembukuan suatu kos dapat
dibebankan atau di debit ke asset atau biaya pada saat perolehannya.
C. PENILAIAN ASET
3
Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang dapat
membantu para investor maupun kreditor dalam menilai jumlah, saat dan ketidakpastian
aliran kas bersih ke badan usaha. Oleh karena itu dasar penilaian asset akan relevan kalau
penilaian tersebut dikaitkan dengan penilaian kas ke badan usaha. Jadi tujuan penilaian
asset adalah merepresentasi atribut pos-pos asset yang berpaut dengan tujuan pelaporan
keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai
4
pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mencover asset tersebut menjadi kas atau
setaranya
5. Present (or discounted) value of future cash flows adalah penerimaan kas di masa
mendatang sampai piutang dilunasi (dengan tarif diskon implisit) dikurangi dengan
tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.
Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang
D. PENGAKUAN ASET
Pada umumnya pengakuan asset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi,
kejadian, atau keadaan yang memengaruhi asset. Sterling, Belkaoui (Suwardjono 2014:
287) menunjukan kondisi perlu (necessary) dan kondisi cukup (sufficient) yang
merupakan penguji yang cukup rinci untuk mengakui asset, yaitu:
1. Deteksi adanya asset (detection of existence test). Untuk mengakui asetharus ada
transaksi yang menandai timbulnya asset
2. Sumber ekonomi dan kewajiban (economic resources and obligation test). Untuk
mengakui asset suatu objek harus merupakan sumber ekonomi yang langka,
dibutuhkan, dan berharga
3. Berkaitan dengan entitas (entity association test). Untuk mengakui asset, kesatuan
usaha harus mengendalikan atau menguasai objek asset
4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui asset,suatu objek
harus mempunyai manfaat yangterukur secara moneter
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk mengakui
asset, semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca)
6. Verifikasi (verification test). Untuk mengakui asset harus ada bukti pendukung
untuk meyakinkan bahwa kelima penguji di atas terpenuhi
Apa yang diungkapkan Belkaoui di atas sebenarnya adalah apa yang disebut dengan
kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis atau prosedur
untuk menerapkan empat kriteria pengakuan menurut FASB yaitu definisi, keterukuran,
keberpautan, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan karena kriteria pengakuan,
sifatnya konseptual dan umum. Penerapan kaidah tersebut berkaitan dengan masalah
apakah suatu kos dikapitalisasi atau dibiayakan. Bila kaidah pengakuan diatas tidak
terpenuhi maka kos harus diperlakukan menjadi beban pendapatan sebagai biaya atau rugi
E. PENYAJIAN ASET
5
Prinsip akuntansi berterima umum terutama Standar Akuntansi menetapkan
penyajian dan pengungkapan tiap pos-pos asset. Walaupun asset didefinisi secara umum
sebagai manfaat ekonomi masa datang yang dikuasai kesatuan usaha dan yang benar-benar
timbul dari transaksi yang sah, tiap pos asset didefinisi lebih lanjut atau spesifik sesuai
dengan sifat pos tersebut. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi
pedoman penyajian dan pengungkapan asset sebgai berikut:
1. Asset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian atas
dalam neraca berformat laporan
2. Asset diklasifikasi menjadi asset lancar dan asset tetap
3. Asset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama
4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan
(misalnya metode depresiasi asset tetap dan dasar penilaian sediaan barang)
6
DAFTAR PUSTAKA