Anda di halaman 1dari 8

TEORI AKUNTANSI

ASET

OLEH

Nama Kelompok : 1

1. I Komang Aditya Abadi (1633121291)


2. Ni Kadek Putri Purnamadewi (1633121242)
3. Made Ayu Srinadi (1633121265)
4. Ni Made Rai Inten Anggraeni (1633121262)
5. Laras Sucita Yanti (1633121186)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2019
ASET

A. PENGERTIAN ASET
FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No 6, prg
25):
Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a perticular entity
as a result of past transactions or events.
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau diperoleh atau
dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu.)

Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang
harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat disebut aset, yaitu:
1. Manfaat Ekonomik yang Datang Cukup Pasti
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di
masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa
karena daya belinya atau daya tukarnya. Sumber selain kas mempunyai manfaat
ekonomik karena dapat ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa, karena dapat
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, atau karena dapat digunakan untuk
melunasi kewajiban.
2. Dikuasai atau Dikendalikan Entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas
tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan atau kendali
lebih penting daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini berarti kemampuan
entitas untuk mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan, menggunakan
manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Hal
ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis (substance
over form). Pemilikan (ownership) hanya mempunyai makna yuridis atau legal.
3. Timbul akibat transaksi masa lalu
Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai
kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset. Aset harus timbul
akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi.
Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. FASB
memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau kejadian
tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset.
Misalnya perubahan tingkat bunga, punyusutan atau kecelakaan.
4. Karakteristik Pendukung
FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang
tersebut di atas, yaitu :
a. Melibatkan Kos
Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos sebagai penghargaan sepakatan.
Bila kos terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran atau
pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset. Akan tetapi,
tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset.
b. Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, itu memang lebih kuat
disebut sebagai aset. Akan tetapi, keterwujudan bukan kriteria untuk
mendefinisikan aset.
c. Tertukaran
Sebagian penulis mengajukan gagasan bahwa untuk memenuhi syarat sebagai aset,
suatu sumber ekonomik harus dapat ditukarkan dengan sumber ekonomik lainnya.
Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa manfaat sumber ekonomik akan menjadi
cukup pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai nilai tukar.
d. Terpisahkan
Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat ditukarkan suatu
sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan sumber ekonomik yang lainnya.
Syarat ini diajukan dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan dengan
pengukuran nilai berbagai aset dan kewajiban secara individual.
e. Berkekuatan Hukum
Pada umumnya, kemampuan suatu entitas untuk menguasai manfaat ekonomik
timbul akibat hak-hak hukum. Meskipun demikian, hak paksa yang melekat pada
hak-hak hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya aset kalau
suatu entitas dapat memperoleh dan menguasai manfaat dengan cara lain.
B. PENGUKURAN
Pengukuran bukan merupakan kriteria untuk mendefinisikan aset tetapi merupakan
kriteria pengukuran set. Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran
(measureability) manfaat ekonomik yang akan datang. Yang dimaksud pengukuran di
sini adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada
saat terjadinya, yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.
Dengan konsep kotinuitas usaha, sumber ekonomik akan mengalami 3 (tiga) tahap
perlakuan sejalan dengan kegiatan usaha yaitu tahap pemerolehan, pengolahan, dan
penjualan/penyerahan.
1. KOS Sebagai Pengukur dan Bahan Oleh Akuntansi
Dalam arti luas kos mempunyai makna sebagai agregat harga dalam pemerolehan suatu
aset. Penghargaan sepakatan (kos) dalam transaksi antarpihak independen menjadi
dasar pengukuran karena jumlah rupiah tersebut dianggap cukup terandalkan untuk
mendekati/mengaproksikan nilai sebenarnya atau nilai wajar suatu objek pada saat
transaksi.
2. Penghargaan Sepakatan Sebagai Bukti
Transaksi pertukaran (jual-beli) dapat dijadkan landasan menentukan kos yang
terandalkan karena penghargaan sepakatannya didasarkan atas mekanisme pasar yang
bebas sehinggga dia menjadi bukti validitas pengukuran kos lebih-lebih dalam
mekanisme pasar sempurna (perfect market).
3. Pengukuran KOS
Dalam praktiknya, pemerolehan aset merupakan proses yang tidak terjadi begitu saja
selesai dalam satu kegiatan tetapi terdiri atas serangkaian kegiatannya misalnya,
menempatkan order, menerima barang, meneliti kecocokan, mengangkut barang,
mencoba barang, menyimpan atau menempatkan barang, dan akhirnya menggunakan
barang tersebut. Kos yang melekat pada suatu objek ditentukan oleh batas kegiatan
pemerolehan dan jenis penghargaan.
4. Rugi Dalam Perolehan Aset
Sebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasikan oleh
biaya, kos mengalami penghimpunan, penggabungan, dan reklasifikasi. Kos yang
terhimpun tersebut tetap merepresentasi aset kalau aset tersebut belum dikeluarkan
sebagai biaya
C. PENILAIAN
Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena
adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna
ekonomik (economic attribute) suatu objek, pos, atau elemen. Penilaian biasanya
digunakan untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada
tiap elemen atau pos statemen keuangan pada saat penyajian.
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang
berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.
Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat
membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran
kas bersih ke badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan
tujuan pelaporan keuangan.
Dasar penilaian dalam penilaian aktiva atau aset berkaitan dengan penentuan nilai
pertukaran dari aktiva tersebut. Hendriksen (1982) menyebutkan bahwa ada dua jenis nilai
pertukaran yang dapat digunakan yaitu nilai keluaran (output values) dan nilai masukan
(input values).
1. Nilai Masukan
Dalam menilai aktiva, nilai masukan sering dianggap lebih tepat daripada nilai
keluaran karena nilai tersebut lebih dapat diuji kebenarannya atau nilai tersebut tidak
memungkinkan dilakukannya pelaporanpendapatan sebelum pendapatan benar-benar
terealisasi. Dasar yang dapat digunakan untuk nilai masukan adalah sebagai berikut :
a. Cost histories
Cost merupakan harga pertukaran barang dan jasa pada saat terjadinya.
b. Cost masukan terkini (Current input cost)
Menunjukkan harga pertukaran yang harus dikorbankan pada saat sekarang untuk
memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama.
c. Discounted future cost
Menunjukkan nilai sekarang pengorbanan ekonomi di masa mendatang seandainya
potensi jasa tertentu diperoleh sekaligus pada saat sekarang.
d. Standart cost
Menunjukkan cost sekarang dalam kondisi perusahaan beroperasi pada tingkat
efisiensi dan kapasitas produksi normal.
2. Nilai Keluaran
Nilai keluaran didasarkan padajumlah kas atau non kas yang diterima suatu unit
usaha bila suatu aktiva atau potensi jasa akhirnya keluar dari unit tersebut karena suatu
pertukaran. Ada beberapa dasar penilaian yang masuk ke dalam kategori nilai keluaran,
yaitu :
a. Harga Jual Masa Lalu
Harga jual masa lalu sebenarnya menunjukan kas yang cukup pasti akan
diterima dari pertukaran/konversi suatu pos aset yang timbul karena adanya suatu
transaksi di masa lalu.
b. Harga Jual Sekarang
Harga jual sekarang didasari oleh konsep setara tunai sekarang. Harga ini
menunjukan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat direalisasi dengan cara
menjual aset dipasar bebas dalam kondisi perusahaan melikuidasi atau menjual
asetnya secara normal.
c. Nilai Terealisasi Harapan
Nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau potensi jasa masa
datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti.
3. Kos atau Pasar yang Lebih Rendah
Penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah merupakan kombinasi nilai
masukan dan nilai keluaran karena pengertian pasar dalam hal ini dapat berarti pasar
barang masukan atau keluaran. Untuk sediaan barang, pasar mengacu ke nilai masukan
karena barang biasanya dijual pada pasar yang berbeda dengan harga yang lebih tinggi.
Untuk surat-surat berharga, mengacu pada nilai keluaran karena surat berharga dijual
belikan pada pasar yang sama sehingga kos dan harga jual keduanya dipandang sebagai
nilai atau harga keluaran.
4. Penilaian Menurut FASB
Tujuan penilaian pos aset tertentu, tiap dasar penilaian mempunyai keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Tanpa memperhatikan sifat masukan dan keluaran, FASB
menyarankan untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang dipraktikkan.
FASB mengidentifikasi 5 (lima) makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan
dengan asset.
D. PENGAKUAN
Pengakuan merupakan pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam struktur akuntansi
(sistem pembukuan) sehingga jumlah tersebut pada akhirnya akan memperngaruhi posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan. Pada umumnya pengakuan aset dilakukan
bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempebgaruhi aset.
Disamping memenuhi definisi aset, kriteria keterukuran, keberpautan, dan keterandalan
harus dipenuhi pula.
1. Beban Tanggguhan
Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menimbulkan masalah
penangguhan pembebanan misalnya adalah yang terlibat dalam transaksi, kejadian,
atau keadaan berikut :
a. Sewaguna
b. Bunga selama masa konstruksi asset tetap
c. Riset dari pengembangan
d. Eksploitasi minyak dan gas bumi
e. Eksplorasi minyak valuta asing
f. Sumber daya manusia
g. Kos organisasi
2. Kos Bunga
Bila kesatuan usaha membangun sendiri fasilitas fisis dengan dana pinjaman dan
pembangunannya memakan waktu yang cukup lama, masalahnya adalah apakah kos
bunga selama masa pembangunan/konstruksi dapat dikapitalisasi.

E. PENYAJIAN
Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang mengatur
tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi pedoman penyajian
dan pengungkapan aset sebagai berikut :
1. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformatakun atau di bagian atas
dalam neraca berformat laporan.
2. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan aset tetap.
3. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling
lancar dicantumkan pada urutan pertama.
4. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi ketiga.


Yogyakarta: BPFE, 2014

Anda mungkin juga menyukai