Disusun oleh :
1. Anang nurtoni (201610170311282)
2. Esva widya (201610170311284)
3. Muhammad Abimayu Septiah H. (201610170311303)
Sertifikat atas unjuk, artinya pemilik yang berhak atas efek tersebut adalah sipembawa /
pemegang efek.
Sertifikat atas nama artinya pemilik efek pemilik yang berhak atas efek tersebut adalah yang
namanya tercatat pada daftar yang dipegang oleh penerbit atau biro pencatatan efek.
Klasifikasi efek
Klasifikasi efek dilakukan berdasarkan kategori sebagai berikut:
Penerbit efek
Penerbit efek adalah perusahaan dagang, badan pemerintah, pemerintahan setempat, dan
organisasi international serta supranasional seperti Bank Dunia. Surat hutang yang diterbitkan
oleh pemerintah disebut juga obligasi pemerintah (dalam bahasa Inggris disebut government
bonds atau sovereign bonds) yang biasanya memiliki tingkat suku bunga lebih rendah daripada
obligasi perusahaan.
Peningkatan modal: perusahaan pada umumnya menerbitkan obligasi dalam rangka melakukan
peningkatan modal perseroan. Obligasi ini merupakan suatu pilihan menarik dibandingkan
dengan pinjaman bank baik dari segi bunga maupun dari segi jaminan di mana pihak bank
seringkali menerapkan prosedur penjaminan yang rumit guna melindungi pinjaman yang
diberikannya. Penerbitan obligasi ini juga dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan
penambahan modal.
Penggabungan : dalam dekade belakangan ini, penerbitan efek sering dilakukan dengan tujuan
untuk melakukan penggabungan aset dengan cara melakukan penggabungan atas beberapa aset
menjadi satu kelompok sehingga menjadikannya lebih menarik bagi investor.
Pemegang efek
Investor efek dapat berupa investor ritel yang melakukan investasi bukan sebagai suatu bentuk
usahanya. Penjualan efek terbesar adalah penjualan secara borongan dalam jumlah besar kepada
lembaga keuangan yang melakukan pembelian baik untuk dirinya sendiri maupun untuk dan atas
nama kliennya seperti misalnya dana pensiun, perusahaan asuransi, bank investasi dan pengelola
dana lainnya.
Untuk tujuan investasi: fungsi ekonomi secara tradisional dari pembelian efek adalah untuk
tujuan investasi dengan tujuan memperoleh bunga ataupun keuntungan nilai jual. Surat
hutang biasanya memberikan bunga yang lebih tinggi dibandingkan bunga deposito dan
pada saham menjanjikan suatu pertumbuhan nilai saham tersebut.
Investor saham dapat juga mengambil alih pengendalian bisnis dari perusahaan penerbit
saham. Apabila terjadi gagal bayar atas bunga yang dijanjikan maka pemegang surat hutang
dapat melakukan pengambil alihan perusahaan dan melakukan likuidasi guna memperoleh
kembali investasinya.
Sebagai jaminan: Pada dekade terakhir ini tampak suatu pertumbuhan yang sangat
besarterhadap penggunaan efek sebagai jaminan. Pembelian efek dengan menggunakan uang
pinjaman yang dijamin dengan efek yang lainnya disebut "pembelian margin" (buying on
margin).
Jenis efek
Efek dapat dikalsifikasikan atas 2 jenis yaitu efek bersifat hutang dan efek bersifat ekuitas.
Efek bersifat hutang
Efek bersifat hutang ini dapat disebut sebagai surat hutang, obligasi atau surat berharga
komersial tergantung dari tenggang waktu jatuh tempo pembayarannya ataupun ciri-ciri lain.
Pemegang efek bersifat hutang ini secara khusus berhak atas pembayaran pokok hutang beserta
bunganya beserta hak-hak lainnya sesuai dengan yang diperjanjikan dalam persyaratan
penerbitan surat hutang seperti misalnya hak untuk memperoleh informasi tertentu.
Efek bersifat hutang ini biasanya diterbitkan dengan jangka waktu jatuh tempo yang tetap dan
hanya dapat diuangkan pada saat tanggal jatuh tempo efek. Efek ini dapat disertai jaminan
ataupun tanpa disertai jaminan, dan apabila tanpa disertai jaminan maka dapat diperjanjikan
dalam penerbitan efek bahwa pemegang efek adalah memiliki peringkat yang tertinggi
dibandingkan peringkat pemberi hutang tanpa jaminan lainnya dalam hal terjadinya kepailitan.
Obligasi perusahaan adalah surat hutang dari perusahaan perdagangan atau industri yang
memiliki jangka waktu jatuh tempo yang lama biasanya paling sedikit 10 tahun.
Surat berharga komersialatau biasa juga disebut commercial paper merupakan bentuk
sederhana dari efek bersifat hutang yang biasanya berupa cek dengan tanggal jatuh tempo
pembayaran tidak melebihi 270 hari dan termasuk golongan instrumen yang likuid.[1]
Instrumen pasar uang adalah instrumen hutang jangka pendek yang memiliki karakteristik
menyerupai deposito. Instrumen ini sangat likuid sehingga seringkali disebut mendekati tunai.
Efek bersifat hutang dalam euro merupakan efek yang diterbitkan secara internasional di luar
pasar setempat dalam denominasi mata uang asing (valuta asing)
termasuk eurobonds dan euronotes.
Obligasi pemerintah biasanya merupakan surat hutang jangka menengah dan jangka panjang
yang diterbitkan oleh pemerintah suatu negara dan bunganya lebih rendah daripada obligasi
perusahaan dan digunakan sebagai sumber pembiayaan bagi pemerintahan. Obligasi
pemerintah Amerika disebut treasuries, yang di Indonesia dikenal dengan nama Surat Utang
Negara (SUN)oleh karena likuiditasnya dan rendahnya tingkat risiko. Instrumen ini juga
digunakan sebagai alat untuk mengendalikan suplai uang dalam operasi pasar oleh Bank Sentral
di luar Amerika.
Obligasi pemerintah daerah dikenal di Amerika dengan nama municipal bonds yaitu surat
hutang yang diterbitkan oleh negara bagian, provinsi, wilayah, daerah ataupun unit pemerintahan
lainnya selain daripada obligasi negara.
Obligasi supranasional yang merupakan surat hutang dari suatu organisasi internasional
seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund), bank
pembangunan regional (seperti misalnya Asian Development Bank) dan lembaga lainnya.
Efek gabungan
Efek gabungan ini menggabungkan beberapa karakteristik yang ada baik pada surat hutang dan
ekuitas.
Saham preferen adalah suatu bentuk efek yang berada di antara ekuitas dan surat hutang.
Pemegang saham preferen ini memiliki hak preferensi atas saham dalam pembagian laba, dan
apabila sipenerbit dilikuidasi maka pemegang saham preferen ini memiliki hak tuntutan pertama
atas modal.
Efek konversi adalah saham konversi atau obligasi konversi yang dapat dikonversi menjadi
saham biasa pada perseroan. Pemegang obligasi bisa memilih (opsi), apakah obligasinya mau
ditukarkan menjadi saham atau tidak pada tanggal yang sudah ditentukan. Pada obligasi wajib
konversi maka konversi tersebut wajib untuk dilaksanakan atas permintaan penerbit. Pemegang
obligasi memiliki waktu kurang lebih 1 bulan untuk melakukan konversi atau perusahaan akan
melaksanakan konversi dengan menggunakan nilai konversi yang ditetapkan oleh perusahaan
yang mungkin saja lebih rendah dari nilai saham hasil konversi.
Waran adalah hak untuk membeli sejumlah saham atau obligasi dari satu perusahaan dengan
harga yang telah ditentukan sebelumnya oleh penerbit waran/perusahaan emiten pada tenggang
waktu yang ditetapkan. Biasanya waran ini diterbitkan bersama dengan obligasi atau saham biasa
dan kadangkala diterbitkan dan diperdagangkan terpisah. Waktu waran ini dilaksanakan maka
pemegang waran membayar sejumlah uang sesuai yang ditetapkan dalam waran kepada
perusahaan dan perusahaan akan menerbitkan saham kepada pemegang waran. Sebagaimana
efek konversi lainnya maka dengan waran ini jumlah saham yang beredar akan bertambah dan
akan mengakibatkan terjadinya dilusi pada pemegang saham lama.
Di Indonesia Yang dimaksud dengan "waran" dalam adalah efek yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan yang memberi hak kepada pemegang efek untuk memesan saham dari perusahaan
tersebut pada harga tertentu setelah 6 (enam) bulan atau lebih sejak efek dimaksud diterbitkan.
B. Devinisi obligasi
Obligasi adalah istilah dalam pasar modal untuk menyebut surat pernyataan utang penerbit
obligasi terhadap pemegang obligasi. Ringkasnya, penerbit obligasi adalah pihak yang
berutang dan pemegang obligasi adalah pihak yang berpiutang. Dalam obligasi, dituliskan
jatuh tempo pembayaran utang beserta bunganya (kupon) yang menjadi kewajiban penerbit
obligasi terhadap pemegang obligasi. Jangka waktu obligasi yang berlaku di Indonesia
umumnya 1 hingga 10 tahun.
Diterbitkannya obligasi dilatarbelakangi upaya menghimpun dana dari masyarakat yang akan
digunakan sebagai sumber pendanaan. Bila ditinjau dari sudut pandang pebisnis, obligasi
bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan dana segar demi berjalannya usaha. Sementara Negara
memandang obligasi sebagai sumber pendanaan untuk membiayai sebagian defisit anggaran
belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Tak jauh berbeda dengan saham, obligasi juga bisa diperjualbelikan. Kalau ingin membeli
saham hanya tinggal mencari tahu di Bursa Efek Indonesia (BEI), berbeda dengan obligasi
yang transaksi jual belinya tidak dilakukan di BEI. Itu berarti obligasi didapatkan dari pihak
penerbit yang sepakat melakukan jual beli dengan pembeli. Tak heran kenapa obligasi masih
belum terlampau familier. Ambil contoh misalnya Pemerintah sebagai salah satu penerbit
obligasi. Ketika Pemerintah menerbitkan obligasi, investor yang berminat membelinya bisa
mendapatkannya di agen penjual. Pembelian lewat agen penjual adalah mekanisme
pembelian yang telah ditetapkan Pemerintah. Biasanya Pemerintah menunjuk bank dan
lembaga sekuritas sebagai agen penjual obligasi.
Jenis-Jenis Obligasi
3 Obligasi Konversi
Obligasi konversi adalah obligasi yang memberikan hak pemegangnya untuk menukarkan
obligasi tersebut dengan sejumlah saham pada perusahaan dengan harga yang telah disepakati
sebelumnya
Keuntungan yang diperoleh dari kupon (bunga) yang terbagi atas tiga jenis, yaitu kupon tetap
(fixed coupon) dan kupon mengambang (floating/variable coupon). Walaupun demikian, ada
obligasi yang tak memberlakukan kupon (zero coupon bond). Imbal balik (yield) obligasi
yang didapat bisa besar tergantung dari jangka waktu obligasi. Makin lama, makin besar
keuntungannya.
Keuntungan yang diperoleh dari selisih harga obligasi (dalam persentase) setelah
diperdagangkan. Misalnya, harga awal obligasi 100% (disebut harga pari). Ketika hendak
dijual, harganya ternyata naik menjadi 115%. Jadi, kalau Anda menjualnya, keuntungan yang
didapat 15% (istilahnya capital gain 15%).
Aman karena pembayaran kupon dan pokok dijamin UU No. 24 Tahun 2002/UU No. 19
Tahun 2008.
Kupon/bunga obligasi lebih tinggi dibandingkan bunga deposito.
Mudah untuk diperdagangkan di Pasar Sekunder yang diatur mekanisme Bursa Efek
Indonesia (BEI) atau transaksi di luar bursa.
Bisa dijaminkan sebagai agunan, seperti obligasi negara.
Kekurangan Obligasi sebagai Investasi
Sampai saat ini tak satu pun produk investasi yang hanya memiliki kelebihan tanpa memiliki
kekurangan. Selain kelebihan, obligasi juga memiliki kekurangan yang perlu diperhatikan, di
antaranya:
Penerbit obligasi berisiko gagal bayar dan konsekuensinya investor tak cuma tidak
memperoleh untung, tetapi tak mendapatkan kembali seluruh pokok utang. Untungnya,
kekurangan ini tak berlaku pada obligasi negara yang terlindungi undang-undang.
Rentan terhadap perubahan suku bunga, ekonomi, dan kondisi politik yang tidak stabil.
Perubahan-perubahan tersebut berdampak pada pasar keuangan.
Menjual obligasi sebelum jatuh tempo di Pasar Sekunder menimbulkan kerugian bagi
investor. Sebab harga jualnya lebih rendah dari harga belinya.
Dari semua jenis obligasi di atas, cara perhitungan pendapatannya akan berbeda-beda. Tetapi
pada dasarnya, semua jenis obligasi akan mempunyai nilai Nominal Yield, Current Yield, Yield
to Maturity, Yield to Call dan Realized Yield.
1 Nominal Yield
Nominal yield adalah penghasilan bunga kupon tahunan yang akan dibayarkan pada setiap
pemegang obligasi. Cara menghitung nominal yield adalah:
2 Current Yield
Current yield adalah penghasilan bunga kupon tahunan dibagi dengan harga pasar obligasi. Cara
menghitung current yield adalah:
Keterangan:
Keterangan:
5 Realized Yield
Realized yield adalah tingkat return yang diharapkan investor dari sebuah obligasi. Selain
itu, realized yield ini bisa digunakan untuk mengestimasi tingkat return yang bisa diperoleh
investor menggunakan strategi perdagangan.
D. Capital gain obligasi dan perhitungannya
Pada dasarnya obligasi dan sukuk memiliki kesamaan cara penghitungan keuntungan atau bagi
hasil. Perbedaan keduanya lebih ke sifat investasinya, yaitu bahwa sukuk merupakan obligasi
berbasis syariah yang ditetapkan pemerintah melalui Dewasn Syariah MUI. Keuntungan obligasi
disebut kupon, sementara di sukuk dikenal istilah imbalan.
Dibawah ini adalah ilustrasi perhitungan keuntungan/kerugian bila investor membeli obligasi
ritel (ORI) atupun sukuk ritel. Sebut saja Bu Shinta membeli ORI/sukuk ritel saat penawaran
(pasar perdana), dengan tiga ilustrasi investasi yang berbeda.
E. Jenis-jenis obligasi
Jenis-jenis obligasi pada umumnya:
1. Obligasi Pemerintah, yaitu obligasi dalam bentuk Surat Utang Negara yang diterbitkan oleh
Pemerintah RI. Pemerintah menerbitkan obligasi dengan kupon tetap (seri FR- Fixed Rate),
obligasi dengan kupon variable (seri VR –Variable Rate) dan obligasi dengan prinsip syariah/
Sukuk Negara
2. Obligasi Korporasi, yaitu obligasi berupa surat utang yang diterbitkan oleh Korporasi
Indonesia baik BUMN maupun korporasi lainnya. Sama seperti obligasi pemerintah, obligasi
korporasi terbagi atas obligasi dengan kupon tetap, obligasi dengan kupon variabel dan obligasi
dengan prinsip syariah. Ada Obligasi Korporasi yang telah diperingkat atau ada yang tidak
diperingkat.
3. Obligasi Ritel, yang diterbitkan oleh Pemerintah yang dijual kepada individu atau
perseorangan melalui agen penjual yang ditunjuk oleh Pemerintah. Biasanya ada beberapa jenis
yaitu ORI atau Sukuk Ritel.