Anda di halaman 1dari 26

UNIVERSITAS WIDYATAMA

“OBLIGASI”

Mata Kuliah : ADVANCE FINANCIAL MANAGEMENT

Dosen : Achmad Fadjar DR., SE., M.Si., AC., CA

Nama : Lukman Abdul Azizul Hakim (1417104040)

Egi Milmayadi Thahir (1417104025)

Ferry Arfiansyah (1417104036)

Aditya Amarullah (1417102008)

Ayu Amelia Nursifa (1417102009)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Saat ini semakin berkembangnya zaman, dan semakin kompleksnya masalah

ekonomi, system keuangan dituntut agar berjalan efisien dan efektif. Pada dasarnya

system keuangan ini adalah untuk menjembatani aliran dana dari pihak yang surplus dana

ke pihak yang defisit dana. Dalam perspektif umum, rumah tangga dan individu adalah

pihak yang surplus dana dan perusahaan adalah pihak yang memerlukan dana atau defisit

dana. Individu secara tidak langsung menyediakan dana bagi perusahaan melalui lembaga

perantara keuangan atau financial intermediary. Lembaga keuangan tersebut selanjutnya

menyalurkan dana kepada perusahaan baik dalam bentuk kredit atau melalui pembelian

surat surat berharga melalui pasar keuangan atau financial market, pasar keuangan ini ada

2 jenis yaitu : pasar uang dan pasar modal. Instrument pasar uang ini seperti : SBI,

commercial paper, sertifikat deposito, dll. Sementara pasar modal ini instrumentnya

seperti : saham, obligasi, reksadana dan derivative.

Instrumen obligasi merupakan bagian dari instrumen investasi berpendapatan tetap

(fix income securities). Obligasi termasuk dalam kelompok investasi berpendapatan tetap

sebab jenis pendapatan keuntungan yang diberikan kepada investor oblligasi didasarkan

pada tingkat suku bunga yang telah ditentukan sebelumnya menurut perhitungan tertentu.

Tingat pendapatan tertentu tersebut bisa berbentuk tingkat suku bunga tetap (fixed

rate)dan tingkat suku bunga mengambang (variable rate).

Investasi obligasi selain menghasilkan kupon juga memberikan tingkat potensi

resiko investasi. Risiko ini bisa berbentuk wan prestasi (default) atas pembayaran kupon
obligasi tersebut. Selain itu resiko yang paling ditakuti, yakni apabila hak penerbit

obligasi (emiten), karena kondisi perusahaannya mengalami likuidasi, tidakmampu

membayar kewajiban pokok utangnya. Investor obligasi jangka pendek juga bisa

mengalami kerugian akibat nilai pasar dari obligasi tersebut turun atau lebih rendah

daripada harga beli obligasi tersebut.

Di Indonesia obligasi – obligasi ini diterbitkan oleh berbagai perusahaan, baik

perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh swasta seluruhnya, ataupun perusahaan yang

dimiliki oleh negara (PT persero). Beberapa persero yang menerbitkan obligasi

diantaranya adalah PT. Jasa Marga, PT. PLN, Bank Bapindo, dan berbagai bank BPD,

sedangkan beberapa perusahaan swasta yang menerbitkan obligasi diantaranya adalah

Astra internasional, IBJ leasing, BBL leasing, Asia Nusa Mas leasing dan sebagainya.

Pada dasarnya obligasi ini surat penyertaan utang perusahaan terhadap pemilik

obligasi. Dengan munculnya pasar keuangan ini memberikan kemudahan bagi perusahaan

untuk mendapat dana lebih dan mendapatkan modal yang besar tanpa harus ke bank

untuk meminjam uang sebagai modal yang harus melalui prosedur prosedur yang panjang

dan lama. Salah satunya dengan obligasi ini perusahaan dapat mendapatkan modal atau

pinjaman dana dari pihak pihak yang memiliki dana yang lebih atau surplus dana.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai apa itu obligasi,karakter obligasi,penilaian

obligasi,hasil obligasi,bagaimana menilai resiko obligasi dan resiko gagal bayar, juga

permasalahan kasus mengenai obligasi yaitu pada PT Bakrie Telecom.

II. Tujuan Analisis Masalah

1. Mengetahui permasalahan terkait Obligasi di PT Bakrie Telecom.

2. Mengetahui bagamiana karakteristik, penilaian, hasil, dan risiko obligasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pengertian Obligasi

Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindah-

tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa

bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan

kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Bursa Efek Indonesia)

Obligasi adalah Jenis Efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari

masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 3 tahun

dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta saat pembayarannya telah

ditentukan terlebih dahulu oleh emiten (Kepres RI No.775/KMK/001/1982).

Berikut ini beberapa pengertian obligasi dari beberapa sumber buku:

 Menurut Berk (2007:212), obligasi adalah surat berharga yang dijual oleh

pemerintah atau perusahaan untuk mendapat uang dari investor dengan

kompensasi berupa bunga yang akan dibayar sesuai perjanjian awal. 

 Menurut Tandelilin (2010:40), obligasi adalah sekuritas yang memuat janji untuk

memberikan pembayaran tetap menurut jadwal yang telah ditentukan. Obligasi itu

sendiri merupakan sertifikat atau surat berharga yang berisi kontrak antara

investor sebagai pemberi dana dengan penerbitnya sebagai peminjam dana.

Penerbit obligasi mempunyai kewajiban kepada pemberi dana untuk membayar

bunga secara reguler sesuai jadwal yang telah ditetapkan serta melunasi kembali

pokok pinjaman pada saat jatuh tempo. 

 Menurut Fahmi (2013:42), obligasi merupakan surat berharga yang dijual kepada

publik, dimana di sana dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan


berbagai hal seperti nilai nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama

penerbit dan beberapa ketentuan lainnya yang terjelaskan dalam undang-undang

yang disahkan oleh lembaga yang terkait. 

 Menurut Pratomo dan Nugraha (2009), obligasi adalah surat utang yang berjangka

waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga tertentu yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat untuk pembiayaan perusahaan

atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran belanja. 

 Menurut Keown dkk (2011: 232), obligasi merupakan suatu jenis utang atau surat

kesanggupan bayar jangka panjang, yang dikeluarkan oleh peminjam, yang

berjanji untuk membayar kepemegangannya dengan jumlah yang tetap setiap

tahun. 

 Menurut Yuliana dkk (2011), obligasi merupakan surat pengakuan utang yang

dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan atau lembaga lain sebagai pihak

yang berutang, yang mempunyai nilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk

membayar bunga secara periodik atas dasar persentase tertentu yang tetap.

Obligasi ini merupakan instrument keuangan ( sekuritas ) yang ditransaksikan pada

pasar modal, obligasi ini merupakan surat tanda utang jangka panjang yang dikeluarkan

oleh pemerintah dan perusahaan baik swasta maupun milik pemerintah untuk

mendapatkan modal. Obligasi ini janji dari pihak yang menerbitkan utang ( issuer ) untuk

membayar imbalan bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu

yang telah ditentukankepada pihak pembeli obligasi, sementara obligasi ini dapat

dipindahtangankan.

Berbeda dengan saham, obligasi ini tidak mempunyai hak terhadap manajemen dan

kekayaan perusahaan. Artinya perusahaan yang mengeluarkan obligasi hanya mengakui

memiliki hutang kepada si pemegang obligasi sebesar obligasi yang dimilikinya. Oleh
karena itu, dalam struktur modal perusahaan yang terlihat dalam neraca, obligasi

dimasukkan dalam modal asing atau utang jangka panjang. Utang ini akan dilunasi

apabila telah jatuh tempo waktunya.

Obligasi ini merupakan salah satu jenis efek pendapatan tetap ( fixed income

securities ). Sedangkan ciri ciri efek pendaptan tetap ini sebagai berikut :

1. Merupakan surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum

2. Memiliki batas periode atau jangka waktu tertentu

3. Adanya pendapatan tetap

4. Memiliki nilai nominal

Dalam obligasi ini umumnya memiliki jatuh tempo antara 10 sampai 30 tahun, namun

ada juga obligasi yang memiliki jatuh tempo antara 7 sampai 10 tahun. Obligasi ini

sebenarnya sama dengan utang jangka panjang yang diperoleh melalui bank, hanya saja

obligasi ini penjualannya dipublikasikan dan dijual kepada investor langsung dan

prosesnya tidak serumit bank. Dengan adanya obligasi ini memungkinkan perusahaan

memperoleh modal yang besar dengan mudah. Tingkat bunga obligasi biasanya tetap dan

dibayarkan satu tahun sekali atau dua kali dalam setahun. Namun pemegang obligasi ini

memiliki resiko yang cenderung lebih kecil dari pemegang saham biasa karena

pembayaran dividen kepada pemegang saham setelah pembayaran kupon kepada

pemegang obligasi.

Obligasi ini meupakan salah satu sumber dana eksternal tidak lepas dari kemungkinan

terjadinya resiko gagal pelunasannya. Oleh karena itu sejak awal 1900-an dilakukan

pemeringkatan obligasi dengan dasar probabilitasnya untuk tidak mampu dilunasi

( default ). Di Indonesia terdapat perusahaan yang bergerak dalam bidang ini adalah PT

Pemeringkat Efek Indonesia ( PT PEFINDO ). Perusahaan ini dalam prakteknya bekerja

sama dengan Standar & Poor’s Corporation. Oleh karena itu pemeringkatnya juga
menggunakan cara yang sama dengan yang digunakan oleh Standard & Poor’s. Standard

& Poor’s Coorporation ( S&P ), Moody’s Investors Service ( Moody’s), yang merupakan

lemabaga pemeringkat obligasi utama dan mengelompokan obligasi seperti ini:

Investment Grade Junk Bond

S&P Aaa Aa A Baa Ba B Caa C

Moody’s AAA AA A BBB BB B CCC D

Obligasi yang merupakan triple A dan double A adalah obligasi yang sangat aman

untuk investasi. Single A dan triple B berada dibawah dua yang pertama tetapi cukup

bagus untuk dikelompokkan sebagai obligasi yang aman untuk investasi. Sehingga empat

peringkat pertama ini sering disebut investment grade bond. Peringkat selanjutnya yaitu

double B dan dibawahnya merupaka obligasi yang memiliki resiko dan return yang

tinggi serta bersifat sangat spekulatif sehingga sering disebut junk bond, obligasi ini

memiliki kemungkinan untuk tidak dilunasi yang sangat tinggi.

Pengelompokan oboligasi seperti diuraikan dimuka memiliki dua

implikasi. Pertama peringkat obligasi yang merupakan indicator risk default akan

mempengaruhi secara langsung terhadap tingkat bunga obligasi dan biaya modal obligasi

perusahaan penerbitnya. Kedua obligasi juga dibeli investor kelembagaan yang memiliki

keterbatasan atas obligasi mana yang akan dibeli, sehingga jika peringkat obligasi suatu

perusahaan merosot dibawah BBB, obligasi akan sulit dibeli oleh investor kelembagaan.

Dan pada umumnya pemilik obligasi akan merubahnya dalam bentuk saham apabila

mereka merasa pasar telah menilai perusahaan terlalu rendah atau undervalue. Dengan

merubah obligasi yang mereka miliki menjadi saham, maka mereka berharap secara
berangsur angsur angsur pasar akan melakukan apresiasi nilai perusahaan yang berarti

harga saham akan meningkat sehingga mereka mendapatkan capital gain.

II. Jenis-Jenis Obligasi

Berdasarkan penerbitnya, obligasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut

(Fahmi,2013:45):

1. Treasury Bond (TB). Treasury Bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh

pemerintah, seperti departemen keuangan atau bank sentral suatu negara. Adapun

risikonya adalah kecil karena ditanggung langsung oleh negara. 

2. Corporate Bond (CB). Corporate Bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh

perusahaan. Obligasi jenis ini mengundang berbagai macam permasalahan seperti

risiko yang harus ditanggung oleh pihak pemegang obligasi jika ternyata

perusahaan tersebut mengalami risk default (risiko gagal bayar) dengan sebab-

sebab tertentu. Dan jika tingkat risiko kegagalan membayar semakin tinggi maka

semakin tinggi tingkat suku bunga yang harus dibayar oleh penerbit. 

3. Municipal Bond (MB). Municipal Bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh

pemerintah negara bagian, dan biasanya pemegang obligasi ini dibebaskan dari

pajak. Adapun risikonya adalah sama-sama memiliki risiko namun lebih rendah

dari risiko pemegang obligasi perusahaan.

4. Foreign Bond (FB). Foreign Bond adalah obligasi yang diterbitkan oleh negara

asing dan salah satu risikonya adalah risiko dalam bentuk Foreign currency (mata

uang asing). Risiko lain adalah jika terjadi pada risiko gagal bayar.
Berdasarkan sistem pembayaran bunga, obligasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu

sebagai berikut (Bursa Efek Indonesia):

1. Zero Coupon Bonds adalah obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga

secara periodik. Namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh

tempo. 

2. Coupon Bonds. Obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik

sesuai dengan ketentuan penerbitnya. 

3. Fixed Coupon Bonds adalah obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah

ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara

periodik. 

4. Floating Coupon Bonds adalah obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah

ditentukan sebelum jangka waktu tertentu, berdasarkan suatu acuan (benchmark)

tertentu seperti Average Time Deposit (ATD), yaitu rata-rata tertimbang tingkat

suku bunga deposito dari bank pemerintah dan bank swasta.

Berdasarkan jenis dan karakteristiknyya, obligasi dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu

sebagai berikut (Sartono, 2001:71):

1. Callable bond adalah obligasi tidak dapat ditarik kembali sebelum jatuh tempo. 

2. Convertible bondadalah obligasi yang dapat memberikan hak kepada pemiliknya

untuk mengubah menjadi saham. 

3. Non convertible bond adalah obligasi yang tidak dapat diubah menjadi saham.

4. Eurobond adalah obligasi dalam mata uang asing dan diterbitkan di luar negeri. 

5. Yankee bond adalah obligasi yang diterbitkan dengan mata uang setempat dimana

obligasi itu ditawarkan. 

6. Zero coupon bond adalah obligasi yang tidak membayar bunga dan dijual dengan

diskon. 
7. Floating rate bond adalah obligasi yang menawarkan coupon rate berubah-ubah.

Dilihat dari segi jaminannya :

1. Secured bonds : obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya

atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini termasuk

didalamnya adalah :

a. Guaranteed bonds, obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin

dengan penagguangan dari pihak ketiga

b. Mortgage bonds, obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin

dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.

c. Collateral trust bonds, obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki

penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang

dimilikinya.

2. Unsecured bonds : obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tapi

dijamin dengan kekayaan penerbit secara umum

Dilihat dari segi nilai nominal :

1. Konvensional bonds : obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal,

Rp 1 miliar per lot

2. Retail bonds : obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal yang

kecil, baik corporate bonds maupun governments bonds


Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil :

1. Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem

kupon bunga.

2. Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan

perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi

syariah, yaitu:

a. Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan

akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas

obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.

b. Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad

sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa

diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

III. Karakteristik Obligasi

Karakterisik yang harus dimiliki oleh sebuah obligasi adalah sebagai berikut (Bursa Efek

Indonesia) :

1. Nilai Nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima

oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. 

2. Kupon (the interest rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara

berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan).

Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase. 

3. Jatuh Tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan

pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode

jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan di atas 5 tahun.

Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk
diprediksi, sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi

yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin

panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon/bunga nya. 

4. Penerbit/Emiten (issuer), mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan

faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur

risiko/kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon

dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat

(rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau

Kasnic Indonesia.

IV. Kelebihan dan Kekurangan Obligasi 

Kelebihan atau keuntungan yang dimiliki obligasi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Tingkat bunga obligasi bersifat konsisten, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar

obligasi. 

2. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab

dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima

pemegang obligasi. 

3. Investasi obligasi dapat pula melindungi risiko pemegang obligasi dari kemungkinan

terjadinya inflasi. 

4. Obligasi dapat digunakan sebagai agunan kredit bank dan untuk membeli instrumen

aktiva lain.

5. Pendapatan bunga, bunga yang diterima secara periodic. Pada umumnya tingkat

bunga obligasi berada diatas bunga sertifikat deposito


6. Capital gain, selisih lebih antara harga jual dengan harga beli dimana harga jual >

daripada harga beli

7. Special feature gain, keuntungan khusus yang melekat pada pemegang obligasi yang

diberikan penerbit, misalnya dengan memberikan waran

Sedangkan kekurangan atau kelemahan obligasi adalah sebagai berikut:

1. Tingkat bunga. Tingkat bunga pasar keuangan dengan harga obligasi mempunyai

hubungan negatif, apabila harga obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, dan

sebaliknya. 

2. Risiko penarikan. Apabila dalam kontrak perjanjian obligasi ada persyaratan

penarikan obligasi, perusahaan dapat menarik obligasi sebelum jatuh tempo dengan

membayar sejumlah premi. 

3. Risiko kecurangan. Apabila perusahaan penerbit mempunyai masalah likuiditas dan

tidak mampu melunasi kewajibannya atau pun mengalami kebangkrutan maka

pemegang obligasi akan menderita kerugian.

4. Resiko daya beli, resiko karena naik tingkat inflasi yang menyebabkan harga harga

naik, akibatnya daya beli menurun

5. Resiko wanprestasi, resiko yang dihadapi karena ketidakmampuan issuer dalam

membayar kewajiban baik bunga maupun pokoknya

6. Resiko likuiditas, resiko yang dihadapi karena kesulitan untuk memenuhi kewajiban

yang sudah jatuh tempo

7. Resiko jangka waktu jatuh tempo, resiko yang dihadapi karena makin panjang jangka

waktu jatuh tempo maka makin labil harga pasarnya

8. Resiko mata uang, resiko ini dihadapi oleh investor yang membeli obligasi dalam

denominasi mata uang asing. Resikonya adalah perbedaan nilai tukar mata uang asing

dengan mata uang lokal


9. Resiko call, resiko ini dihadapi oleh investor karena issuer dapat menarik obligasi

sesuai dengan aturan dalam kontrak.

V.Penilaian

Obligasi sebagai instrument investasi jangka panjang mempunyai karakteristik

penilaian yang spesifik dan berbeda dengan instrumen investasi lainnya seperti saham.

Konsep penilaian obligasi yang bentuk pendapatannya dikenal dengan istilah yield

pada dasarnya dikembangkan atas dasar intrinsik dari nilai tersebut. Selain itu, besaran

aliran dana yang dihasilkan dari kupon (suku bunga) obligasi tersebut merupakan faktor

penting dalam penilaian sebuah obligasi, konsep penilaian obligasi diantaranya meliputi:

1. Pertama,time value of money/nilai waktu mata uang. Yaitu perhitungan

pendapatan atas nilai uang tertentu, dimana investor akan menghitung nilai

investasinya sampai periode jatuh temponya yang akan bertambah dari

pendapatan suku bunga. Tingkat suku bunga didapatkan dari perhitungan rasio

antara tingkat pendapatan yang akan diterima ddengan nilai pokok investasi pada

periode tertentu. Perhitungannya adalah jika R (reeturn) merupakan tingkat suku

bunga dan Po merupakan nilai pokok dari investasi (principal).

2. Kedua, future value/ nilai yang akan datang. Mempunyai pengertian bahwa nilai

yang akan diterima dari investasi serta hasil pendapatan suku bunga tersebut

diinvestasikan kembali dengan tingkat suku bunga yang sama dalam periode

waktu tertentu. Atau dengan kata lain future value merupakan nilai yang diterima

dari hasil pendapatan interest dan pokok investasi yang diterima.

Nilai obligasi dapat berupa nilai maturiti, nilai pasar, dan nilai intrinsik.

1. Nilai Maturiti (maturity value) atau disebut juga nilai jatuh tempo adalah nilai

yang dijanjikanakan dibayar pada saat obligasi jatuh tempo.Nilai maturiti ini
mewakili nilai nominal atau nilaipar (par value) atau nilai tampang (face

value).Nilai jatuh tempo biasanya sudah tertentu perusahaan lembarnya, misalnya

Rp 2 juta

2. Nilai Pasar (market value) adalah nilai jual obligasi yang terdaftar di pasar modal

pada saat tertentu. Contoh

Penjelasan dari tabel di atas adalah sebagai berikut ini.

a. Sebagai contoh adalah obligasi ATT 8.80s05 yang tampak di tabel di atas.

Obligasi ini diterbitkan oleh perusahaan American Telephone & Telegraph

(AT&T) dengan membayarkan kupon sebesar 8,80% setahunnya dan dibayar

setengah tahunan (diberi kode “s” yang berarti (semiannually) dan jatuh

tempo pada tahun 2005.

b. Hasil sekarang (current yield) dari obligasi ini adalah sebesar 9,5%. Hasil

sekarang (current yield) adalah nilai kupon sekarang dibagi dengan harga

pasarnya, yaitu sebesar $88.00/$927.50 atau sebesar 9.5%.

c. Selama hari tersebut, jumlah transaksi yang terjadi adalah sebanyak 260

volume obligasi.

d. Pada saat pasar obligasi ditutup pada hari itu, nilai pasarnya adalah sebesar

$927.50.

e. Nilai penutupan obligasi turun sebesar $5.00 atau -1/2 poin dari nilai
penutupan hari sebelumnya

3. Nilai Intrinsik (intrinsic value) atau nilaifundamental (fundamental value) atau

nilaisesungguhnya dari suatu obligasi.

Nilai intrinsik hanya dapat diperkirakan, dapatdengan rumus sbb:

NO = nilai intrinsik dari obligasi

i = suku bunga diskonto

K = nilai kupon ke-t dari 1 sampai dengan n, yaitutingkat suku bunga kupon

dikalikan dengan nilaipar obligasi

NJTn = nilai jatuh tempo obligasi

Untuk nilai kupon yang konstan, yaitu

K1=K2=…=Kn

NO = nilai intrinsik dari obligasi

t = periode waktu ke-t dari t=1 sampai dengan n

i = suku bunga diskonto

K = nilai kupon ke-t dari 1 sampai dengan n, yaitutingkat suku bunga kupon

dikalikan dengan nilaipar obligasi

NJTn = nilai jatuh tempo obligasi

Obligasi dapat berupa coupon bond (obligasi kupon)dan pure-discount bond (obligasi

dengan diskonmurni).Obligasi kupon adalah obligasi yang membayarkupon. Kupon

adalah bunga yang dibayarkanoleh obligasi untuk setiap periode tertentu,umumnya tiap
setengah tahun atau tahunan.Obligasi dengan diskon murni adalah obligasiyang tidak

membayar kupon, sehingga obligasidijual dengan harga diskon.

VI.Hasil Obligasi

Setiap investasi tentunya harus diukur tingkat returnnya. Pendapatan obligasi adalah

bunga atau kupon dan pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh dari

investasi obligasi dinyatakan sebagai yield, yaitu hasil yang akan diperoleh investor

apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi. Sebelum memutuskan untuk

berinvestasi obligasi, investor harus mempertimbangkan besarnya yield obligasi sebagai

factor pengukur tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima.

Ada istilah dalam penentuan yield yaitu current yield dan yield to maturity, untuk

kupon yang dibayarkan dengan jumlah tetap, besarnya kupon yield juga tetap.

Kupon yield ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kupon yield (Ky) = kupon /

nilai pari.

1. Current yield, adalah yield yang dihitung berdasrkan jumlah kupon yang diterima

selama satu tahun terhadap harga obligasi tersebut.

Current yield = bunga tahunan / harga obligasi

Contoh : 

a. Jika obligasi PT BNI memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar 17%

per tahun sedangkan harga obligasi tersebut adalah 98% untuk nilai nominal

Rp 1.000.000.000, maka:

current yield    = 170.000.000 / 980.000.000 = 17% / 98%

                        = 17,34%

b. Obligasi Berlian II tahun 2003 memberikan bunga tetap sebesar 14,50 % per

tahun. Jika anda membeli denominasi / harga nominal obligasi sebesar Rp.500


juta, berapa besarnya kupon yield dan current yield? Harga pasar obligasi

adalah 102 % (at premium), dan umur obligasi 4 th. Maka :

Kupon yield     = kupon ( C ) / harga pari ( Pn )

 C   = 14,50% x 500.000.000 = 72.500.000

 P  = 500.000.000

Ky  = 72.500.000 / 500.000.000

                         = 14,50

Current yield   = bunga tahunan / harga pasar

                         = 72.500.000 / ( 102% x 500.000.000 )

                         = 72.500.000 / 510.000.000

CY      =14,21 %

2. Yield to maturity adalah tinkat pengembalian atau pendapatan yang akan diperoleh

investor apabila memiliki obligasi sampai jatuh tempo. Formula YTM yang sering

kali digunakan oleh para pelaku adala YTM approximation atau pendekatan nilai

YTM, sebagai berikut :

YTM approximation               = C + (Pn – P / n ) / (( Pn + P ) / 2 ) x 100%

Keterangan :                            

C = kupon

n = periode waktu

Pn= redemption value

P = harga pembelian
Contoh soal :

i. Obligasi PT BNI dibeli pada 5 September 2003 dengan harga 94.25%

memiliki kupon sebesar 16% dibayar setiap 3 bulan sekali dan jatuh tempo

pada 12 juli 2007. Berapakah besar YTM approximationnya?

C = 16 %

n = 3 tahun 10 bulan 7 hari = 3,853 tahun

R= redemption

P = 100%

YTM approximation              

= ( 16 + (( 100 – 94,25 ) / 3, 853 )) / ((100 + 94,25) / 2)

= 17,49 / 97,13

= 0,18 x 100%

= 18%

ii. Obligasi Berlian II tahun 2003 memberikan bunga tetap sebesar 14,50 % per

tahun. Jika anda membeli denominasi obligasi sebesar Rp.500 juta, berapa

besarnya kupon yield dan current yield? Harga pasar obligasi adalah 102 % (at

premium), dan umur obligasi 4 th.

C = 14,50% x 500.000.000 = 72.500.000

Pn = 500.000.000

P = 102% x 500.000.000 = 510.000.000

n=4

YTM   = (72.500.000 + (( 500.000.000 – 510.000.000 / 4)) / (( 500.000.000 +

510.000.000 ) / 2 )

 = ( 70.000.000 / 505.000.000 )

= 0,1386 x 100 %
= 13,86 %

Kesimpulan :

1.      Bila harga pasar = nilai nominal maka YTM = CY = KY

2.      Bila harga pasar > nlai nominal maka YTM < CY < KY

3.      Bila harga pasar < nilai nominal maka YTM > CY > KY

3. Hasil sampai ditarik (yield to call)

Hasil sampai ditarik (yield to call) adalah return dari obligasi dari sekarang sampai

dengan tanggal obligasi ditarik kembali. Perbedaaan antara YTC dengan YTM

adalah jika YTM waktu obligasinya mulai dari sekarang sampai jatuh tempo tetapi

jika YTC waktu obligasinya adalah dari sekarang sampai kemungkinan ditarik.

Harga suatu obligasi tidak ditentukan dalam nilai mata uang, tetapi dinyatakan dalam

presentase ( % ).

1. Pada pasar perdana harga obligasi dijual sesuai dengan nilai nominalnya atau

= 100 % dan disebut at

2. Jika harga obligasi > 100 % disebut at premium.

3. Jika harga obligasi < 100 % misal 98% disebut at discount

Hubungan antara suku bunga dan harga obligasi adalah apabila suku bunga naik harga

obligasi turun sedangkan jika suku bunga turun harga obligasi naik.

Hubungan Yield to maturity ( YTM ) dengan harga obligasi adalah apabila harga

obligasi turun maka yield akan naik sedangkan jika harga obligasi naik maka yield turun.
VII.Menilai Risiko Obligasi

Risiko dari obligasi adalah kemungkinan obligasi tidak terbayar (default). Peringkat

obligasi (bond rating) dapat digunakan sebagai proksi dari risiko obligasi. Berikut adalah

peringkat obligasi menurtu Standar & Poor’s Corporation

Obligasi yang merupakan triple A dan double A adalah obligasi yang sangat aman

untuk investasi. Single A dan triple B berada dibawah dua yang pertama tetapi cukup

bagus untuk dikelompokkan sebagai obligasi yang aman untuk investasi. Sehingga empat

peringkat pertama ini sering disebut investment grade bond. Peringkat selanjutnya yaitu


double B dan dibawahnya merupaka obligasi yang memiliki resiko dan return yang

tinggi serta bersifat sangat spekulatif sehingga sering disebut junk bond, obligasi ini

memiliki kemungkinan untuk tidak dilunasi yang sangat tinggi.

Pengelompokan oboligasi seperti diuraikan dimuka memiliki dua

implikasi. Pertama peringkat obligasi yang merupakan indicator risk default akan

mempengaruhi secara langsung terhadap tingkat bunga obligasi dan biaya modal obligasi

perusahaan penerbitnya. Kedua obligasi juga dibeli investor kelembagaan yang memiliki

keterbatasan atas obligasi mana yang akan dibeli, sehingga jika peringkat obligasi suatu

perusahaan merosot dibawah BBB, obligasi akan sulit dibeli oleh investor kelembagaan.

Dan pada umumnya pemilik obligasi akan merubahnya dalam bentuk saham apabila

mereka merasa pasar telah menilai perusahaan terlalu rendah atau undervalue. Dengan

merubah obligasi yang mereka miliki menjadi saham, maka mereka berharap secara

berangsur angsur angsur pasar akan melakukan apresiasi nilai perusahaan yang berarti

harga saham akan meningkat sehingga mereka mendapatkan capital gain.

VIII.Risiko Gagal Bayar

Risiko gagal bayar disebut juga risiko kredit. Dalam bahasa inggris disebut dengan

default risk. Gagal bayar bisa didefinisikan sebagai kegagalan suatu perusahaan untuk

membayar baik kupon dan atau pokok obligasinya. Umumnya risiko gagal bayar lebih

banyak dimiliki oleh perusahaan swasta.

Kewajiban pihak yang menerbitkan obligasi (disebut emiten atau obligor) dari suatu

instrumen obligasi diterbitkan sampai jatuh tempo adalah membayar kupon dan Pokok

Obligasinya. Kegagalan dalam melunasi salah satu kewajiban saja bisa menyebabkan

suatu perusahaan dituntut atau mengajukan kebangkrutan. Meski demikian, tidak tertutup

kemungkinan suatu perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan juga bisa melakukan
restrukturisasi atas utangnya. ,Besar kecilnya risiko gagal bayar ini bisa diukur dengan

beberapa cara antara lain:

1. Analisa Rating (peringkat obligasi)

2. Analisa Rasio Keuangan.

Untuk analisa rasio keuangan ini sangat luas. Namun umumnya analisa tersebut

dikembangkan para ahli untuk memprediksi atau melihat apakah suatu perusahaan

memiliki kemungkinan gagal bayar. Metode Analisa untuk memprediksi apakah suatu

perusahaan berada dalam kondisi kesulitan keuangan yang bisa menyebabkan gagal bayar

antara lain seperti metode altman Z-Score, analisa rasio covenant, dan analisa rasio

keuangan. Metode di atas cukup sederhana dan terbukti beberapa kali cukup efektif dalam

memprediksikan kejadian gagal bayar perusahaan di Indonesia.

Versi lain yaitu denganmenghitung berapa persen probabilitas suatu perusahaan akan

mengalami kondisi gagal bayar. Metode ini umumnya menggunakan 2 pendekatan yaitu

berdasarkan rating historis dan analisa statistik. Pendekatan menggunakan rating historis

umumnya digunakan oleh perusahaan pemeringkat. Metodenya juga cukup sederhana,

caranya perusahaan membandingkan antara jumlah perusahaan yang gagal bayar dengan

total perusahaan yang mendapat rating sejenis. Misalnya dari 100 perusahaan yang

mendapat rating BBB, 10 di antaranya bangkrut, maka bisa dikatakan probabilitas default

dari perusahaan yang mendapat rating BBB adalah 10%. Dalam riset yang dilakukan oleh

PEFINDO, cara yang saya ilustrasikan di atas juga dikombinasikan dengan waktu

Salah satu kekurangan dari penggunaan rating historis sebagai indikator untuk

menentukan probilitas kebangkrutan adalah terlalu menstandarisasikan perusahaan. Sebab

terkadang, pertimbangan suatu perusahaan mendapat rating tidak melulu hanya kuantitatif

namun juga mendapat pertimbangan kualitatif. Misalnya apabila 2 perusahaan yang di

rating memiliki kondisi yang kurang lebih sama, perusahaan yang dimiliki oleh negara
(BUMN) kemungkinan besar akan mendapatkan rating yang lebih baik dibandingkan

perusahaan dimiliki swasta.

Metode perhitungan probabilitas kebangkrutan perusahaan (statistic) yang lebih

objektif karena hanya mempertimbangkan faktor kuantitatif (rasio keuangan) seperti

metode KMV Merton mungkin bisa menjadi komplemen dari kekurangan di atas. Secara

sederhana, metode KMV Merton menghitung suatu angka Z berdasarkan  rasio keuangan

yang ada. Angka tersebut kemudian dengan menggunakan pendekatan distribusi normal

dalam statistik, diterjemahkan menjadi persentase probabilitas kemungkinan suatu

perusahaan akan mengalami gagal bayar. Cara ini memungkinkan perusahaan dengan

rating yang sama menghasilkan probabilitas gagal bayar yang berbeda mengingat laporan

keuangan dari kedua perusahaan pasti tidak sama persis. Kelemahan dari cara ini menurut

saya adalah kurangnya “common sense”. Bisa saja perusahaan yang sudah terbukti sangat

solid, kuat, namun karena suatu aksi korporasi atau kurang efisien dalam beberapa

operasionalnya membuat perusahaan tersebut memiliki probabilitas gagal bayar yang

lebih tinggi daripada perusahaan yang jauh lebih kecil namun lebih efisien..
BAB III

PEMBAHASAN

PT Bakrie Telecom (BTEL)

Sebagai pengguna Esia, mungkin mengenal Bakrie Telecom. Bakrie Telecom salah satu

operator telekomunikasi yang berbasis CDMA.Bakrie Telecom atau lengkapnya PT. Bakrie

Telecom Tbk. Merupakan salah satu operator telekomunikasi CDMA di Indonesia yang

telahmemilikibeberapaproduklayanan di bidangnya di antaranya seperti Esia, Wimode,

Bconnect dan Wifone.

Berdasarkan Harian Ekonomi Neraca PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dianggap gagal bayar

obligasi senilai US$ 380 juta atau setara Rp 4,1 triliun.Perusahaan operator telekomunikasi

Bakrie Telecom dinilai gagal bayar obligasi, lantaran sudah dua kali lalai bayar bunga utang.

Akibatnya, para investor Bakrie Telecom ini di New York melayangkan gugatan. Investor

yang melayangkan gugatan diantaranya, Universal Investment Advisory SA.

Pihakpenggugat, yang punyalebihdari 25% kepemilikan obligasi itu menyatakan surat utang

tersebut akanjatuh tempo Mei 2015. Grup Bakrie dianggap dua kali gagal bayar bunga pada

November 2013 dan Mei 2014.

Perseroan menanggung utang dalam bentuk wesel senior berdenominasi dollar AS seniai US$

380 juta. Surat utang ini memiliki bunga 11,5% per tahun dan jatuh tempo 7 Mei 2015.

Tercatat, perseroan telah menunggak pembayaran cicilan bunga sejak 7 November 2013.

Berarti, BTEL telah mangkir terhadap kewajiban pembayaran bunga dua kali. Pada 7

November 2013 dan 7 Mei 2014.


Penyebab Bakrie Telecom Gagal Bayar Bunga Obligasi.

Penyebab gagalnya pembayaran oleh PT Bakrie Telecom dikarenakan dua hal yaitu kinerja

keuangan internal dan bisnis selular Code Division Multiple Access (CDMA) yang tidak

lagi menguntungkan.

Sepanjang semester pertama tahun 2014, perseroan mengalami peningkatan kerugian menjadi

sebesar Rp316,85 miliar per 30 Juni 2014 dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp

292,68 miliar. Akibat derita rugi, memberikan imbas terhadap penurunan pendapatan usaha

menjadi  Rp831,84 miliar dari sebelumnya Rp1,17 triliun. Sementara beban usaha turun jadi

Rp899,97 miliar dari Rp1,01 triliun. Untuk rugi usaha juga naik menjadi Rp126,95 miliar

dari Rp101,47 miliar.

Kondisi bisnis CDMA juga tidak lagi menguntungkan, yang membuat kreditur berpikir

panjang untuk memberikan fasilitas kredit. Setelah adanya video call dan internet murah,

hamper semua gadget sudah menggunakan layanan Global System for Mobile

Communication (GSM) sehingga operator CDMA seperti BTEL akan kalah bersaing.

Akibat dari hal tersebut Pemeringkat Fitch Ratings memangkas peringkat BTEL dari level C

ke level restricted default (RD).

Anda mungkin juga menyukai