Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yang
Dibimbing oleh: Ibu Rini Puji Astuti, S.Kom., M.Si
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ramhat dan
hidayahnya sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan
Keuangan Syariah”. Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rini Puji
Astuti, S.Kom., M.Si selaku dosen mata kuliah Analisis Laporan Keuangan atas
bimbingannya dalam menyelesaikan makalah ini hingga kami bisa menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Walaupun dalam proses pembuatan makalah ini kami mendapat
beberapa hambatan dan masalah tapi dengan bantuan beberapa pihak dan dengan seizin
Tuhan akhirnya kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Laporan
Keuangan serta sebagai bukti bahwa kami mengerti materi tentang Laporan Keuangan
Syariah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan
maupun kelemahan. Oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan
dan akan diterima dengan senang hati demi menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan
datang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian industry Lembaga keuangan syariah?
2. Apa saja fungsi dan peran Lembaga keuangan syariah
3. Bagaimana pengaplikasian analisis industry pada Lembaga keuangan syariah
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
Industri keuangan syariah telah berkembang pesat semenjak pertama kali beroperasi
pada awal 1970-an. Saat ini, layanan keuangan syariah telah tersebar di seluruh penjuru
dunia dalam bentuk lembaga keuangan. Standar pelaporan keuangan, akuntansi, dan
auditing pun telah diterapkan. Beberapa kemajuan telah diraih, seperti dengan dibentuknya
pasar modal dan pasar uang antar bank syariah. Perkembangan tersebut menunjukkan
betapa pentingnya industri keuangan syariah bagi sistem keuangan internasional. 1Adapun
pengertian dari Lembaga Keuangan Syariah adalah suatu perusahaan yang bergerak di
bidang jasa keuangan dengan dilandasi prinsip-prinsip syariah. Artinya, seluruh kegiatannya
mengacu kepada syariah Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits. Beberapa
Lembaga Keuangan Syariah yang terdapat di Indonesia diantaranya Bank Syariah, Asuransi
Syariah. Pasar Modal Syariah, Pegadaian Syariah, Dana Pensiun Syariah, Lembaga Zakat,
dan Lembaga Wakaf. Lembaga Keuangan Syariah mempunyai kedudukan yang sangat
penting sebagai lembaga ekonomi yang berbasis syariah terutama di Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Industri keuangan syariah utamanya terdiri dari
industri non-bank syariah dan industri perbankan syariah. Secara umum fungsi utama
bank adalah sebagai financial intermediary atau penghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki dana berlebih dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan
dana untuk berbagai tujuan (Budisantoso dan Nuritomo, 2015)
1
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008)
Islamisasi perbankan berjalan dengan baik. Kemajuan yang dicapai selama seperempat abad
terakhir ini menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Meskipun institusi keuangan itu selalu berevolusi, kebangkitan keuangan islam tidak
dapat dikatakan sebagai semata-mata proses evolusi dari industri keuangan yang ada. Harus
dipahami bahwa pandangan hidup muslim (worldview) yang melihat Islam sebagai sebuah
perangkat aturan dari perilaku untuk seluruh area kehidupan termasuk aspek ekonomi,
merupakan sebuah kekuatan pendorong (driving force) atas kelahiran industri keuangan
Islam. Sebagai industri keuangan yang berbasis pada agama, industri keuangan yang
menjalankan aktivitas berbasis islam karenanya secara ketat didikte oleh ajaran agama,
yakni al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Sistem keuangan Islam secara substansial
berbeda dari Industri keuangan yang masih menggunakan sistem konvensional. Ada kaitan
yang erat antara aspek konseptual dan praktis dari aktivitas bisnis keuangan dan prinsip-
prinsip Islam atau syariah. Dengan kata lain, salah satu aspek mendasar yang membedakan
industri keuangan syariah dan konvensional adalah perihal kepatuhan pada prinsip syariah
(sharia compliance). 2
Hal utama yang membedakan antara lembaga jasa keuangan konvensional dan syariah
terletak pada pemenuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Pada intinya prinsip syariah
mengacu kepada syariah Islam yang berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadits. Islam
sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif
dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (habluminAllah) maupun dalam
hubungan sesama manusia (hablumminannas).
1. Akidah
Komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas keberadaan dan
kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan
berbagai aktivitas di muka bumi semata-mata untuk mendapatkan keridhoan Allah
sebagai khalifah yang mendapat amanah dari Allah.
2. Syariah
Komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dalam
bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang muamalah (hablumminannas)
yang merupakan aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya. Sedangkan
2
Luqman Nurhisam, Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) dalam Industri Keuangan Syariah, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogya
muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut
ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah Maliyah.
3. Akhlak
Landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang
muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman hidupnya
sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadits nabi yang menyatakan
“Tidaklah sekiranya Aku Diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah”.
Dengan demikian, prinsip-prinsip syariah yang dilarang dalam operasional lembaga jasa
keuangan syariah adalah kegiatan yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1) Maisir
Menurut bahasa maisir berarti gampang/ mudah. Menurut istilah maisir berarti
memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan
perjudian karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan
dengan cara mudah. Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa
rugi. Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negatif maisir. Ketika
melakukan perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung maupun rugi secara
abnormal. Suatu saat ketika seseorang beruntung ia mendapatkan keuntungan yang lebih
besar ketimbang usaha yang dilakukannya. Sedangkan ketika tidak beruntung seseorang
dapat mengalami kerugian yang sangat besar. Perjudian tidak sesuai dengan prinsip
keadilan dan keseimbangan sehingga diharamkan dalam sistem keuangan Islam.
2) Gharar
Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut istilah gharar berarti sesuatu yang
mengandung ketidakjelasan, pertaruhan, atau perjudian. Setiap transaksi yang masih
belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya alias di luar jangkauan
termasuk jual beli gharar. Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam air atau
membeli ternak yang masih dalam kandungan induknya termasuk dalam transaksi yang
bersifat gharar. Pelarangan gharar karena memberikan efek negatif dalam kehidupan
karena gharar merupakan praktik pengambilan keuntungan secara bathil.
3) Riba
Makna harfiah dari kata riba adalah pertambahan, kelebihan, pertumbuhan, atau
peningkatan. sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari
harta pokok atau modal secara bathil. Para ulama sepakat bahwa hukumnya riba adalah
haram.3
B. Peran dan Fungsi Industri Lembaga Keuangan Syariah
Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan.
Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dana dari unit surplus ekonomi, baik
sektor usaha, lembaga pemerintah, maupun individu (rumah tangga) untuk penyediaan dana
bagi unit ekonomi lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari
unit surplus ke unit ekonomi defisit.
Lembaga intermediasi keuangan berdasarkan kemampuannya menghimpun dana dari
masyarakat dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu lembaga keuangan depository
dan lembaga keuangan nondepository.
1. Lembaga keuangan depository menghimpun dana secara langsung dari masyarakat
dalam bentuk simpanan (deposit) misalnya giro, tabungan atau deposito berjangka yang
diterima dari penabung atau unit surplus. Unit surplus dapat berasal dari perusahaan,
pemerintah, dan rumah tangga yang memiliki kelebihan pendapatan setelah dikurangi
kebutuhan untuk konsumsi.Lembaga keuangan yang menawarkan jasa-jasa seperti ini
adalah bank.
2. Lembaga keuangannon depository atau disebut juga lembaga keuangan non bank adalah
lembaga keuangan yang lebih terfokus kepada bidang penyaluran dana dan masing-
masing lembaga keuangan mempunyai ciri-ciri usahanya sendiri. Adapun jenis lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya bersifat kontraktual, lembaga keuangan investasi, dan
perusahaan pembiayaan yang menawarkan jasa pembiayaan sewa guna usaha,
pembiayaan konsumen dan kartu kredit.
3
E-Book Industri Jasa Keuangan Syariah
1. Pengalihan aset (asset transmutation) Bank dan lembaga keuangan nonbank akan
memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu
tertentu yang telah disepakati berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
2. Transaksi (transaction) Bank dan lembaga keuangan nonbank memberikan berbagai
kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa.
3. Likuiditas (liquidity) Unit suplus dapat menepatkan dana yang dimiliki dalam bentuk
prpsuk-produk berupa giro, tabungan, deposito dan sebagainya.
4. Efisiensi (Efficiency) Bank dan lembaga nonbank dapat menurunkan biaya transaksi
dengan jangkauan pelayanan. Peranan bank dan lembaga keuangan nonbank sebagai
broker yaitu mempertemukan pemilik dan pengelola modal. Lembaga keuangan
memperlanvarkan dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan.
Peran lembaga keuangan syariah :
1. Membantu dunia usaha dalam meningkatkan produktivitas barang/jasa
2. Memperlancar distribusi barang
3. Mendorong terbukanya lapangan pekerjaan
Analisis industri perbankan syariah ini akan dilakukan dengan menganalisis struktur
dan perubahan dalam struktur industri, mekanisme, persaingan dan pesaing, kesempatan dan
ancaman, dan konteksnya : baik masa lalu, saat ini, maupun masa mendatang. Analisa ini
akan menggunakan pendekatan yang umum digunakan pada analisis industri, yaitu analisa
industri oleh Michael E. Porter. Porter (1980) telah mengungkapkan lima kekuatan
persaingan (Five Competitive Forces) yang menentukan kekuatan perusahaan dalam
industri untuk mendapat keuntungan yang memadai. Lima kekuatan ini yang menentukan
struktur industri dan intensitas persaingan, Pendekatan lima kekuatan ini pula yang akan
digunakan dalam analisis industri perbankan syariah. Lima kekuatan tersebut adalah :
Pendatang baru dalam industri biasanya membawa kapasitas baru. Hal ini terutama
jika dilakukan oleh pemain yang sudah pengalaman dalam dunia keuangan. Bank
konvensional (non-syariah) dapat masuk ke dalam industri perbankan syariah baik
dengan mendirikan bank umum baru, maupun dengan mendirikan unit usaha syariah
(UUS). Hal ini memang difasilitasi dan dijelaskan secara jelas dalam Undang-Undang
No. 21 tahun 2008. Jelas sekali dari jumlah Bank dan kantor cabang, peningkatan
jumlah yang pesat lima tahun terakhir (lihat tabel 1). Hal ini diperkirakan akan terus
berlanjut, mengingat aset bank syariah yang belum mencapai 5% dari aset perbankan
nasional, sedangkan potensi pasar bank syariah masih sangat terbuka luas. Hal ini pasti
akan mendorong pemain lain untuk masuk ke dalam industri perbankan syariah.
Pemain-pemain lain tersebut dapat bersumber dari : bank konvensional (dengan
membuka UUS, Atau mengakuisisi bank lain dan mengubahnya ke syariah), bank
konvensional yang merubah operasionalnya menjadi syariah (spin-off), atau lembaga
keuangan mikro lain, seperti Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Koperasi Syariah
yang membuka BPRS. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) mensyaratkan bahwa
bank-bank yang tidak memenuhi persyaratan modal minimum, didorong untuk merger
dengan bank lain, membatasi operasionalnya, atau mencari investor baru. Hal ini akan
mendorong akuisisi bank-bank kecil untuk dirubah menjadi syariah sebagaimana telah
terjadi pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Syariah yang induknya
(Bank Mandiri dan BRI) mengakuisisi bank kecil dan kemudian mengajukan perubahan
menjadi bank uimum syariah. Fenomena ini terjadi pula pada BPRS yang sebagian
merupakan bank yang tidak memenuhi syarat lagi dan kemudian diambil alih oleh
investor lain (kebanyakan lembaga keuangan mikro syariah) untuk dijadikan BPRS.
Sebagaimana disampaikan Porter (1980), untuk menghambat pemain baru masuk dapat
digunakan hambatan masuk (entry barriers) berikut:
Skala ekonomi; skala ekonomi adalah keunggulan biaya yang berhubungan dengan
ukuran yang besar. Semakin besar skala usaha, maka diharapkan akan meningkatkan
keunggulan biaya. Hal ini tampaknya tidak mudah dilakukan karena skala ekonomi
bank syariah yang masih kecil. Hal ini akan sangat berisiko jika pemain-pemain
besar bank umum terus masuk, khususnya dimulai dengan pembukaan UUS. Dalam
perbankan dikenal Istilah too-big-too-fail. Istilah ini digunakan untuk bank-bank
yang sangat besar dan berpotensi sistemik jika bank tersebut ditutup, sehingga akan
mendorong pemerintah menyelamatkan bank-bank seperti ini jika mengalami
kesulitan. Bank yang dianggap besar ini lebih menarik bagi nasabah, karena mereka
merasa aman dengan simpanannya daripada di bank kecil. Dengan relatif kecilnya
bank-bank syariah saat ini, persaingan dengan bank-bank besar untuk mendapat
nasabah menjadi tantangan tersendiri.
Diferensiasi produk; identifikasi merek menciptakan penghalang masuk dengan
memaksa pendatang untuk memberikan pengeluaran yang cukup besar untuk
mengatasi loyalitas pelanggan yang sudah ada. Hal ini dapat dilakukan dengan
menjaga loyalitas nasabah bank syariah yang sudah ada, dan melakukan inovasi-
inovasi produk keuangan. Inovasi ini haruslah tetap sesuai dengan prinsip syariah,
namun sekaligus mampu menjawab permintaan dan perkembangan produk keuangan
konvensional yang begitu pesat. Karena itu, inovasi produk keuangan syariah yang
lebih progresif mutlak dilakukan. Kelemahan perbankan syariah diantaranya adalah
diferensiasi produk yang tidak sefleksibel perbankan konvensional karena dibatasi
dengan aturan-aturan syariah, dan harus mendapat persetujuan Dewan Pengawas
syariah dan sesuai dengan rekomendasi Dewan Syariah Nasional. Disinilah peran
Dewan Syariah Nasional diperlukan untuk melakukan penelitian dan pengembangan
produk-produk keuangan syariah ke depan sehingga dapat memenuhi kebutuhan
keuangan masyarakat tanpa bertentangan dengan ketentuan syariah.
Kebutuhan modal; kebutuhan untuk menginvestasikan sumber daya keuangan dalam
jumlah yang sangat besar akan menciptakan penghalang masuk yang signifikan.
Kebutuhan modal dalam industri perbankan memang relatif besar, hal ini dapat
menjadi penghambat masuknya pemain baru. Apalagi dengan target minimal modal
bank yang harus dipenuhi oleh masing-masing bank. Namun kebutuhan modal
minimal pendirian bank syariah yang relatif lebih kecil jika dibanding pendirian
bank konvensional dapat mendorong para pemodal perbankan untuk masuk ke
industri perbankan syariah ini. Hal ini harus diwaspadai oleh para pemain bank
syariah saat ini.
Biaya untuk berpindah (switching cost); switching cost adalah biaya yang
dikeluarkan oleh pembeli ketika ia berpindah dari satu pemasok ke pemasok lain.
Dalam industri perbankan, perpindahan nasabah peminjam dan penabung memang
sangat mudah. Banyak bank yang memberikan fasilitas takeover simpanan/pinjaman
dengan mudah. Namun persyaratan administratif dan biaya nonkeuangan, seperti
loyalitas dan kepercayaan terhadap pelaksanaan prinsip syariah dapat menjadi nilai
tambah tersendiri, minimal untuk tidak berpindah ke bank konvensional.
Keunggulan biaya absolut; pada bank syariah yang sudah ada, memiliki keunggulan
kurva pembelajaran yang lebih kuat daripada pemain baru, khususnya dalam
pelaksanaan prinsip-prinsip syariah. Input SDM juga telah dimiliki terlebih dahulu,
termasuk akses pendukung yang lain, seperti notaris dan jaringan yang telah
dimiliki. Hal ini menjadi keunggulan bagi bank syariah yang telah ada.
Akses ke saluran distribusi; pendatang baru mungkin membutuhkan penghalang
masuk untuk mengamankan distribusi produknya. Distribusi terhadap nasabah bank
umum syariah yang relatif besar biasanya dapat diintensifkan melalui lembaga
keuangan mikro syariah (LKMS), baik Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS),
koperasi syariah, maupun Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Program ini dikenal
dengan Channelling, yang menjadi salah satu strategi distribusi pada dunia
perbankan dan keuangan. Dalam rangka menjalankan strategi ini, akses terhadap
LKMS yang sudah ada dan dimiliki oleh bank umum syariah saat ini perlu dibina
dan dijaga.
Kebijakan pemerintah; Penentu kebijakan perbankan adalah pemerintah yang
operasionalnya dilakukan oleh Bank Indonesia. Selain itu juga harus diperhatikan
kebijakan lembaga pemerintah terkait dengan perbankan, seperti Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS). Pemerintah jelas memiliki kebijakan pengembangan perbankan
syariah yang kuat. Hal ini terbukti dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah sebagai landasan hukum operasional
perbankan syariah yang semakin kuat. Bank Indonesia pun telah membentuk
Direktorat Perbankan Syariah dari sebelumya hanya pada tingkat biro perbankan
syariah.
Lembaga Keuangan Syariah adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa
keuangan dengan dilandasi prinsip-prinsip syariah. Artinya, seluruh kegiatannya mengacu
kepada syariah Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits. Beberapa Lembaga
Keuangan Syariah yang terdapat di Indonesia diantaranya Bank Syariah, Asuransi Syariah.
Pasar Modal Syariah, Pegadaian Syariah, Dana Pensiun Syariah, Lembaga Zakat, dan
Lembaga Wakaf. Lembaga Keuangan Syariah mempunyai kedudukan yang sangat penting
sebagai lembaga ekonomi yang berbasis syariah terutama di Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Industri keuangan syariah utamanya terdiri dari industri
non-bank syariah dan industri perbankan syariah. Secara umum fungsi utama bank
adalah sebagai financial intermediary atau penghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki dana berlebih dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan
dana untuk berbagai tujuan (Budisantoso dan Nuritomo, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.iainbengkulu.ac.id/11100/1/lembaga%20keuangan%20syariah
%20%28Nonie%29%20%281%29.pdf
Hasan. 2011. “Analisis Industri Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan. Vol. 1, No. 1
Ahmed, Habib. (2018). Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT Bumi
Aksara
2. Nurhisam, Luqman. Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) dalam Industri Keuangan
Syariah. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogya
3. E-Book. Industri Jasa Keuangan Syariah