Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TUJUAN DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH


Disusun Untuk Menenuhi Tugas Mata Kuliah
“TEORI AKUNTANSI SYARIAH”
Dosen Pengampu : Eka Nur Rofik, M. Ak

Disusun oleh:

Kelompok 8

1. Eky Dwi Sepviawati (126403201022)


2. Muhammad Lathiful Minhaj (126403202121)
3. Ervina Nur Afifah (126403202131)
4. Nanda Aulia Anisah Asmy (126403202141)

KELAS 6C
AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SATU TULUNGAGUNG

MARET 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia,
taufik, serta hidayah-Nya yang diberikan kepada semua umat muslim. Tidak lupa solawat serta
salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Islam
dari zaman jahiliah ke zaman yang terang benderang, sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi Syariah.
Kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dengan rasa hormat dan segala
ketulusan hati kepada:
1. Prof. Dr. H. Maftukhin, M. Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.

2. Dr. H. Dede Nurrohman, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Sayyid Ali Rahmatullah.

3. Dyah Pravitasari, S.E., M.S.A. selaku Koordinator Prodi Akuntansi Syariah.

4. Eka Nur Rofik, M. Ak Selaku dosen pengampu Mata Kuliah Teori Akuntansi Syariah
yang telah memberi dukungan kepada kami.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini semoga dapat memberikan ilmu dan manfaat bagi kami,
serta para pembaca pada umumnya. Kami menerima kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat membangun agar tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Tulungagung, 29 Maret 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Pengertian Laporan Keuangan Syariah...............................................3


2.2 Tujuan Laporan Keuangan Syariah.....................................................3
2.3 Karakteristik Laporan Keuangan Syariah..........................................4
2.4 Bentuk Laporan Keuangan...................................................................5
2.5 Asumsi Dasar Laporan Keuangan Syariah..........................................6
2.6 Unsur-Unsur Laporan Keuangan..........................................................8
2.7 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan................................................11
2.8 Prinsip Pengakuan dan Pengukuran Berpengaruh Luas (Pervasif)..12

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

3.1 Kesimpulan...............................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemunculan lembaga keuangan syariah di tengah masyarakat di Indonesia
pasca Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang diikuti oleh peningkatan minat
masyarakat untuk memanfaatkan jasa perbankan dan lembaga keuangan syariah
membawa harapan lahirnya nuansa baru yang lebih baik dalam perekonomian mikro
maupun makro. Konsekuensi peningkatan minat masyarakat tersebut diiringi dengan
membaiknya pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam yang memberikan
pedoman dalam setiap aspek kehidupan termasuk keberadaan akuntansi syariah. Maka
dari itu masyarakat akan menuntut penyelenggaraan lembaga keuangan syariah yang
baik dan bersih dan hal ini mendorong pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas, tepat, teratur, dan efektif.

Salah satu usaha untuk menyelenggarakan lembaga keuangan yang baik (Good
Corporate Governance) sesuai dengan prinsip syariah adalah memenuhi prinsip
akuntabilitas. Akuntabilitas dapat dikatakan sebagai suatu pemberian informasi dan
pengungkapan (disclousure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak
yang berkepentingan karena akuntabilitas merupakan suatu bentuk perwujudan
kewajiban dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
misi suatu organisasi yang bersangkutan. Lembaga keuangan syariah harus bisa
menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak pihak
berkepentingan.

Lembaga keuangan syariah yang berdiri berdasarkan nilai-nilai Islam


mengartikan dimensi akuntabilitas secara lebih luas yaitu pada pertanggungjawaban
yang menekankan kepada pertanggungjawaban kepada Allah SWT, dengan demikian
tujuan akuntansi tidak lagi hanya pada pengambilan keputusan dan pertanggung
jawaban dunia, tetapi jauh ke depan menembus batas kehidupan jasadi yaitu kelak
pertanggungjawaban manusia kepada Tuhannya.

Salah satu implimikasi dari pemberian kepercayaan yaitu dapat


mempertanggungjawabkan (acountability) terhadap amanat yang telah diberikan.
Kedudukan akuntabilitas di dalam ajaran Islam berkenan dengan hubungan interaksi
transedental dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk.

1
Secara implisit, Triyuwono (2006:4) menyatakan:“ Akuntansi Syariah tidak saja
sebagai bentuk akuntabilitas manajemen terhadap pemilik perusahaan (stockholder),
tetapi juga sebagai akuntabilitas kepada stackeholder dan Tuhan.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana suatu laporan keuangan syariah yang sesuai dengan prinsip
akuntabilitas?
2. Bagaimana laporan nilai tambah syariah dalam upaya meningkatkan
akuntabilitas laporan keuangan syariah?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis laporan keuangan syariah yang sesuai dengan prinsip
akuntabilitas.
2. Mengetahui bahwa penerapan laporan nilai tambah syariah dapat meningkatkan
akuntabilitas laporan keuangan syariah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Laopran Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga
keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional
sebagai lembaga keuangan syariah. Definisi ini menegaskan bahwa suatu lembaga keuangan
syariah harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian syariah islam dan unsur legalitas
oprasi sebagai lembaga keuangan. Jadi laporan keuangan syariah adalah bagaimana lembaga
keuangan syariah tersebut menyajikan laporan keuangan syariah sesuai yang belaku dilembaga
keuangan syariah itu sendiri. Sehinga laporan keuangan syariah adalah laporan yang dibuat
khusus dari pihak lembaga keuangan syariah sesuai dengan ketentuan standar akutansi syariah
yaitu mengacu pada PSAK dan KDPPLKS.1

2.2 Tujuan Laporan Keuangan Syariah

Tujuan laporan keuangan syariah adalah menyediakan informasi yang menyangkut


posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2 Di samping itu, tujuan
lainnya adalah:

1. Mengingkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan
usaha;
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset,
kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila ada
dan bagaimana perolehan dan penggunaannya;
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah
terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat
keuntungan yang layak; dan
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban
(obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat,
infak, sedekah, dan wakaf.

1
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004, Hlmn 38
2
Suwiknya Dwi, Analisis Laporan Keuangan Syari’ah, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2010 hlmn42-

3
2.3 Karakteristik Laporan Keuangan
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini,
pemakai (diasumsikan untuk memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi yang kompleks yang seharuskan
dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh
pemakai tertentu

2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan Informasi memiliki kualitas relevan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi
fusil evaluasi mereka di masa lalu. Relevan berarti juga harus berguna untuk:
peramalan dan penegasan atas transaksi yang berkaitan satu sama lain.
Relevan juga dipengaruhi oleh hakikat dan tingkat materialitasnya Materialitas
ditentukan berdasarkan pengaruh kelalaian (ambang batas) terhadap keputusan
ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Oleh karena itu.
materialitas dipengaruhi oleh besamya kesalahan dalam mencantumkan atau
pencatatan

3. Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakaianya sebagai penyajian yang tulus atau jujur
dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan topi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan
maka mengunakan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya
Jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih
dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas syariah untuk mengakui jumlah
seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk

4
mengungkapkan Jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut. Agar dapat dikatakan
andal maka infromasi harus memenuhi hal sebagai berikut:
1. Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur).
2. Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesun
dengan prinsip syariah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi
mengungguli bentuk)
3. Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja.
4. Didasarkan oleh pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu. Pertimbangan ini mengandung unsur kehati-
hatian pada saat melakukan perkiraan atas ketidakpastian tersebut Lengkap
dalam Batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan
akan berakibat informasi menjadi tidak benar sehingga menjadi tidak dapat
diandalkan dan tidak sempurna

4. Dapat Diperbandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keungan. Pemakai
juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas syariah untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Oleh karena itu, pembandingan berupa pengukuran dan penyajian dampak keuangan
dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk
entitas syariah tersebut, atar periode entitas syariah yang sama, untuk entitas syariah
yang berbeda, maupun dengan entitas yang lain.
Agar dapat dibandingkun, informasi tentang kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta
pengaruh perubahan tersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas standar
akutansi yang berlaku.3
2.4 Bentuk Laporan Keuangan
1. Posisi Keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan
informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan
solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.

3
Gunawan, dkk.Pengaruh Kualitas Laporan Keuangan dalam Hubungannya dengan Pengukuran
Kinerja,. Jurnal Akuntansi& Keuangan, 3, 2012, 1-20

5
2. Informasi Kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam bentuk laporan laba rugi. Laporan
ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan dimasa depan.
3. Informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang dapat disusun berdasarkan
definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, aset likuid atau kas.
4. Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial entitas
syariah.
5. Catatan dan schedule tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang
relevan termasuk pengungkapan tentang risiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi
entitas.4
2.5 Asumsi Dasar Laporan Keuangan Syariah

Asumsi dasar yang dipergunakan dalam akuntansi syariah tidak beda dengan asumsi
dasar pada akuntansi umum yaitu asumsi kelangsungan usaha (going concern) dan dasar akrual
(accrual basis).

1. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha


entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, entitas
syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi
secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, Laporan
keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan
harus diungkapkan.

Manajemen bertanggung jawab untuk mempertimbangkan apakah asumsi


kelangsungan usaha masih layak dipergunakan dalam menyiapkan laporan keuangan.
Dalam mempertimbangkan apakah asumsi dasar kelangsungan usaha dapat digunakan,
manajemen mempertimbangkan semua informasi masa depan yang relevan paling
sedikit untuk jangka waktu 12 bulan dari tanggal Neraca. Tingkat pertimbangan
bergantung pada kasus demi kasus. Apabila selama ini perusahaan menghasilkan laba
dan mempunyai akses ke sumber pembiayaan, maka asumsi kelangsungan usaha
mungkin

4
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 95-96.

6
Jadi dapat disimpulkan tanpa melalui analisis rinci. Dalam kasus lain,
manajemen perlu memperhatikan faktor yang mempengaruhi profitabilitas masa kini
maupun masa depan, jadwal pembayaran utang, dan sumber potensial pembiayaan
pengganti sebelum dapat menyimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha dapat
digunakan.

2. Dasar Akrual

Dalam asumsi dasar akrual, aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban
diakui pada saat kejadian bukan saat kas atau setara kas diterima dan dicatat serta
disajikan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya. Beban diakui dalam laporan
labarugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dengan pos
penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya
dengan pendapatan (matching concept) melibatkan secara bersamaan atau gabungan
penghasilan dan beban yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari
transaksi atau peristiwa lain yang sama. Misalnya, berbagai komponen beban yang
membentuk harga pokok penjualan diakui pada saat yang sama dengan pengakuan
penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang yang bersangkutan. Namun demikian
penggunaan konsep “matching” tidak diperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang
tidak memenuhi kriteria pengakuan aset dan kewajiban. Beban segera diakui dalam
laporan laba rugi jika pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan
atau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak lagi memenuhi syarat untuk diakui
dalam neraca sebagai aset.

Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual.


Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan
bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam
catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi
kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumberdaya
yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan
keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang
paling berguna bagipemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Penghitungan
pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Dalam hal

7
prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang
dimaksud adalah keuntungan bruto (gross profit).

Jadi asumsi dasar akrual dipergunakan dalam penyusunan laporan keuangan


syariah, sedangkan pendapatan yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan
pembagian hasil usaha kepada pemilik modal mudharabah (dalam perbankan sering
disebut dengan Dana Pihak Ketiga Mudharabah) adalah pendapatan yang nyata-nyata
diterima (cash basis). Lembaga Keuangan Syariah dalam Laporan keuangannya harus
mengungkapkan (disclosure) pendapatan atas dasar akrual dan pendapatan cash
basisnya. Dalam Lembaga Keuangan Syariah sebagian dari pendapatan pengelolaan
dana mudharabah yang nyata-nyata diterima (cash basis) merupakan pendapatan hak
pemilik dana mudharabah. Tujuannya untuk memberikan informasi yang lengkap
kepada pengguna laporan keuangan dalam melakukan analisa/telaan kinerja yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dan kebutuhan analisa laporan keuangan
syariah lainnya. Oleh karena itu transparansi, kejujuran, amanah merupakan prinsip
yang harus dipegang oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai pengelola modal
(mudharib).5

2.6 Unsur-unsur Laporan Keuangan

1. Aset

Aktiva atau lebih dikenal dengan aset adalah komponen paling utama dalam
sebuah laporan keuangan perusahaan. Terdapat dua macam aktiva, yaitu aktiva tidak
lancar dan aktiva lancar yang berfungsi untuk menunjukkan kekayaan yang dimiliki
sebuah perusahaan. Berikut adalah beberapa unsur yang masuk ke dalam kategori aset.

a. Kas

Uang tunai atau kas adalah seluruh aset yang ada di dalam kas perusahaan, atau aset
setara dengan kas yang disimpan di bank namun bisa diambil kapan pun.

b. Surat Berharga

5
Rizal Yaya, "Asumsi Dasar Laporan Keuangan Syariah" dalam https://123dok.com/article/asumsi-
dasar-akuntansi-syariah-laporan-keuangan-bank-syariah.yr3nv9gv, diakses pada 29 Maret 2023

8
Sebuah perusahaan dapat mengeluarkan surat berharga sebagai bukti kepemilikan
suatu kekayaan yang bernilai ke dalam bentuk surat obligasi, saham, deposito
bulanan, dan lainnya.

c. Piutang

Piutang adalah tagihan perusahaan kepada debitur/konsumen yang membeli produk


secara kredit. Umumnya, piutang akan dibayarkan pada tempo waktu tertentu sesuai
dengan kesepakatan pihak perusahaan dengan debitur/konsumen.

d. Beban Dibayar di Muka

Biaya dibayar dimuka merupakan pembayaran beban kewajiban aktivitas


perusahaan yang dilakukan di awal sehingga tidak akan membebani laporan
keuangan perusahaan di akhir periode. Misalnya biaya sewa, premi asuransi
karyawan, perlengkapan alat tulis kantor.

e. Persediaan Dagang

Persediaan dagang adalah jumlah barang yang belum terjual yang jika nantinya
terjual, maka uang hasil penjualan tersebut dapat langsung mengisi kas perusahaan.

f. Aset Tetap

Aset ini adalah aset yang berwujud dan jika dihitung dalam satuan nilai uang maka
nominalnya terus berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu. Aset tetap bisa
dijual ketika sebuah perusahaan mengalami perubahan besar-besaran. Entah itu
bangkrut atau berkembang dengan mengadakan ekspansi bisnis. Contoh dari aset
ini adalah gedung, mesin dan transportasi operasional perusahaan, tanah
perusahaan, dan lainnya.

g. Aset Tidak Berwujud

Seperti namanya, aset ini tidak memiliki wujud yang dapat dilihat secara fisik tetapi
dapat dirasakan manfaat ekonominya. Misalnya Hak Cipta, Hak Paten, Hak Merek
Dagang, Hak Kontrak, Franchise, atau Good Will.

2. Liabilitas

Liabilitas (pasiva) atau utang adalah kewajiban perusahaan yang harus


diselesaikan dalam satu periode akuntansi atau satu tahun. Kewajiban ini diharapkan

9
sebagai modal usaha yang di masa depan akan memiliki keuntungan ekonomi yang
lebih besar. Liabilitas dalam laporan keuangan terdiri dari unsur berikut ini.

a. Utang Jangka Pendek

Perusahaan harus melunasi liabilitas seperti utang dagang, utang wesel, beban yang
perlu dibayarkan, penghasilan yang ditangguhkan, utang gaji karyawan, dan utang
dividen pemegang saham selambat-lambatnya dalam satu tahun periode
pembukuan akuntansi.

b. Utang Jangka Panjang

Pelunasan liabilitas jenis ini bisa dibayarkan dalam tenggang waktu yang relatif
lama. Misalnya adalah utang bank, utang hipotek, utang obligasi, kredit noveltasi,
utang berdurasi, dan utang sewa dana.

3. Ekuitas

Dalam unsur-unsur laporan keuangan, ekuitas dimaknai sebagai selisih nilai


antara nilai aset dengan liabilitas atau kewajiban perusahaan. Karena merupakan harta
yang jumlahnya diketahui dari hasil perhitungan aset yang dikurangi kewajiban atau
liabilitas, ekuitas sering disebut modal. Misalnya jika aset perusahaan terus bertambah
sementara liabilitasnya tetapi, maka ekuitas perusahaan akan meningkat. Sebaliknya,
jika aset perusahaan stagnan tetapi liabilitas bertambah, maka ekuitas akan menurun.

4. Pendapatan

Pendapatan dalam unsur-unsur laporan keuangan adalah total penerimaan yang


dihasilkan oleh bisnis melalui penjualan produk, jasa, atau aktivitas bisnis sekunder lain
yang dijalankan perusahaan. Pendapatan ini dapat berfungsi sebagai indikator kuatnya
perkembangan atau kestabilan bisnis milik perusahaan.

5. Pengeluaran

Pengeluaran bisnis termasuk dalam unsur-unsur laporan keuangan yang


misalnya adalah upah atau gaji, biaya administrasi, biaya penjualan, biaya depresiasi
aset, dan biaya bunga yang dibayarkan atas pinjaman. Singkatnya, pengeluaran adalah
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang, memberikan layanan,

10
atau melakukan aktivitas lain terkait operasional bisnis adalah pengeluaran
perusahaan.6

6. Pengakuan Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Menurut IAI dalam SAK ETAP Bab 2: 2.24 menjelaskan pengakuan unsur
laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam neraca atau laporan
laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal

Kegagalan untuk mengakui pos yang memenuhi kriteria tersebut tidak dapat digantikan dengan
pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau catatan atau materi penjelasan.

2.7 Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Menurut IAI dalam SAK ETAP Bab 2: 2.30 menjelaskan bahwa pengukuran adalah
proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk mengukur aset, kewajiban,
penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini termasuk pemilihan dasar
pengukuran tertentu. Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar :

a. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau sebesar nilai wajar
dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya
kewajiban.
b. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau
untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan
memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

6
Nadya A. Faatihah, "Unsur-unsur Laporan Keuangan yang Wajib Dimiliki Perusahaan", dalam
https://landx.id/blog/unsur-unsur-laporan-keuangan-yang-wajib-dimiliki-
perusahaan/#:~:text=Laporan%20ini%20berfokus%20pada%20tiga,pengeluaran%2C%20dan%20unt
ung%2Drugi., diakses pada 29 Maret 2023

11
2.8 Prinsip Pengakuan dan Pengukuran Berpengaruh Luas (Pervasif)

Menurut persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan


dan beban dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasive dari Kerangka Dasar Penyajian
dan Pengukuran Laporan Keuangan, yaitu dasar akrual :

Entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali laporan arus kas, dengan
menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban,
ekuitas, penghasilan, beban (unsure-unsur laporan keuangan) ketika memenuhi definisi dan
kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut, (SAK ETAP Bab 2: 2.32).

a. Asset diakui dalam neraca jia kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode
pelaporan berjalan. Sebagai alternative transaksi tersebut menimbulkan pengakuan
beban dalam laporan laba rugi.
b. Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa
kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
c. Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi ika kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi
dan dapat diukur secara andal.
d. Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur secara andal.
e. Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasailan dan beban. Hal
tersebut bukan merupakan suatu unsure terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip
pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.
f. Saling hapus. Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau
penghasilan dengan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laporan keuangan syariah adalah bagaimana lembaga keuangan syariah
tersebut menyajikan laporan keuangan syariah sesuai yang belaku dilembaga keuangan
syariah itu sendiri. Sehinga laporan keuangan syariah adalah laporan yang dibuat
khusus dari pihak lembaga keuangan syariah sesuai dengan ketentuan standar akutansi
syariah yaitu mengacu pada PSAK dan KDPPLKS.

Tujuan laporan keuangan syariah adalah menyediakan informasi yang


menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas
syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi.

Asumsi dasar akrual dipergunakan dalam penyusunan laporan keuangan


syariah, sedangkan pendapatan yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan
pembagian hasil usaha kepada pemilik modal mudharabah (dalam perbankan sering
disebut dengan Dana Pihak Ketiga Mudharabah) adalah pendapatan yang nyata-nyata
diterima (cash basis). Lembaga Keuangan Syariah dalam Laporan keuangannya harus
mengungkapkan (disclosure) pendapatan atas dasar akrual dan pendapatan cash
basisnya. Dalam Lembaga Keuangan Syariah sebagian dari pendapatan pengelolaan
dana mudharabah yang nyata-nyata diterima (cash basis) merupakan pendapatan hak
pemilik dana mudharabah. Tujuannya untuk memberikan informasi yang lengkap
kepada pengguna laporan keuangan dalam melakukan analisa/telaan kinerja yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dan kebutuhan analisa laporan keuangan
syariah lainnya. Oleh karena itu transparansi, kejujuran, amanah merupakan prinsip
yang harus dipegang oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai pengelola modal
(mudharib).

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan, kami yakin dalam penulisan
makalah ini masih banyak kesalahan-kesalahan karena masih kurangnya pengetahuan
kami dan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya makalah.
Untuk itu kritik saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah yang selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Rizal Yaya, "Asumsi Dasar Laporan Keuangan Syariah"
https://123dok.com/article/asumsi-dasar-akuntansi-syariah-laporan-keuangan-bank-
syariah.yr3nv9gv, diakses pada 29 Maret 2023

Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2004

Suwiknya Dwi, Analisis Laporan Keuangan Syari’ah, Pustaka Belajar,Yogyakarta,


Sumber: https://eprints.umm.ac.id/36458/3/jiptummpp-gdl-novandiari-49665-3-
babii.pdf

Nadya A. Faatihah, "Unsur-unsur Laporan Keuangan yang Wajib Dimiliki


Perusahaan", https://landx.id/blog/unsur-unsur-laporan-keuangan-yang-wajib-dimiliki
perusahaan/#:~:text=Laporan%20ini%20berfokus%20pada%20tiga,pengeluaran%2C%20dan
%20untung%2Drugi., diakses pada 29 Maret 2023

14

Anda mungkin juga menyukai