Disusun oleh :
Fatkhan Ahdi Musyaffa (22108020039)
Bagoes Ragil Indrawan (22108020086)
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya dan karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah
“Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah & Perkembangan Lembaga Keungan Syariah”.
Makalah ini disusun sebagai tugas individu dengan mata kuliah Akuntansi Perbankan
Syariah. Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun
segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
penyusun sendiri dan para pembaca makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
DAFTAR TABLE...............................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3. Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1. Pengertian Akuntansi Syariah................................................................................................3
2.2. Sejarah Perkembangan Akuntansi Syariah.............................................................................3
2.3. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah................................................................................6
2.4. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah.............................................................7
2.4.1. Konsep Lembaga Keuangan Dalam Al-Qur’an (Islam).................................................7
2.4.2. Lembaga Keuangan di Zaman Rasulullah......................................................................7
2.4.3. Lembaga Keuangan Zaman Khulafa Rasyidin.............................................................10
2.4.4. Lembaga Keuangan di Zaman Dinasti – Dinasti..........................................................11
2.4.5. Lembaga Keuangan Syariah Modern...........................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................................16
3.2. Saran....................................................................................................................................16
Daftar Pustaka...................................................................................................................................17
ii
DAFTAR TABLE
Table 2. 1 Pendirian Bank Islam di Dunia dari Mit Ghamr Bank di Mesir hingga Bank
Muamalat di Indonesia.....................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem keuangan Islam terdiri dari dua bidang yang saling terkait: akuntansi syariah
dan lembaga keuangan syariah. Sejarah akuntansi syariah dan perkembangan lembaga
keuangan syariah bermula dari kebutuhan umat Islam untuk memiliki sistem keuangan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Mereka yang ingin bertransaksi secara halal dan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah dapat memilih akuntansi syariah dan lembaga keuangan
syariah karena prinsip-prinsip syariah ini melarang riba, gharar, maysir, dan tindakan haram
lainnya. Akuntansi syariah pertama kali muncul selama kekhalifahan Umar bin Khattab,
ketika beliau memerintahkan untuk mencatat semua transaksi keuangan umat Islam. Pada
masa itu, catatan keuangan disebut dengan "hisab". Pada abad ke-9 Masehi, istilah "hisab al-
mal" muncul, yang mengacu pada catatan keuangan yang lebih terperinci dan sistematis.
Pada abad ke-14 Masehi, seorang ulama bernama Ibn Taimiyah menulis kitab akuntansi
syariah pertama.
Pada tahun 1963, di Mit Ghamr, Mesir, didirikan Bank Mit Ghamr, yang merupakan
bank syariah pertama di dunia. Ini adalah awal perkembangan lembaga keuangan syariah.
Organisasi Konferensi Islam (OKI) kemudian didirikan pada tahun 1975 untuk mendorong
pertumbuhan lembaga keuangan syariah di seluruh dunia. Pada tahun 1983, Bank Islam
Malaysia Berhad (BIMB) adalah bank syariah pertama di Malaysia. Sejak saat itu, lembaga
keuangan syariah telah berkembang di seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang mendirikan
Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di negara itu pada tahun 1992.
Dengan berjalannya waktu, lembaga keuangan syariah telah berkembang dari bank menjadi
lembaga keuangan nonbank seperti pembiayaan syariah, asuransi syariah, dana pensiun
syariah. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga keuangan syariah semakin diminati oleh orang-
orang yang ingin bertransaksi secara halal dan sesuai dengan syariah.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akuntansi Syariah?
2. Apa Saja Sejarah Dari Akuntansi Syariah?
3. Apa Pengertian Lembaga Keuangan Syariah?
4. Apa Saja Sejarah Dari Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah?
1.3. Tujuan
1. Untuk Memahami Pengertian Akuntansi Syariah?
2. Untuk Membahas Sejarah Dari Akuntansi Syariah?
3. Untuk Memahami Pengertian Lembaga Keuangan Syariah?
4. Untuk Membahas Sejarah Dari Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Akuntansi Syariah
Akuntansi Syariah berasal dari dua kata yaitu: "akuntansi" dan "syariah" dapat
digunakan untuk menjelaskan definisi akuntansi syariah. Definisi akuntansi adalah pencarian
transaksi yang kemudian diikuti dengan pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran
transaksi sehingga laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
dihasilkan. Namun, syariah dapat didefinisikan sebagai aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah untuk diikuti oleh manusia dalam setiap tindakan dan tindakan mereka di dunia ini.
Dalam bahasa Arab, akuntansi disebut "Muhasabah", yang berasal dari kata hasaba, hasiba,
muhasabah, atau wazan, yang berarti menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasikan,
mendata, atau menghisab, yang berarti menghitung dengan seksama atau teliti yang harus
dicatat dalam pembukuan.
3
2.2.1. Perkembangan di Zaman Nabi Muhammad SAW
Dalam perkembangan selanjutnya yaitu ketika zakat dan ush (pajak pertanian Islam) dan
perluasan wilayah hingga munculnya jizyah (pajak perlindungan terhadap non-Muslim) dan
kharaj (pajak atas hasil pertanian non-Muslim), pada mulanya Rasulullah menetapkan . Baitul
Maal pada abad ketujuh, konsep itu kemudian cukup berkembang, dimana semua pendapatan
dipungut tersendiri oleh kepala negara dan dikeluarkan hanya untuk kepentingan negara,
walaupun konon Baitul Maal masih sederhana, namun nabi telah memilih qadi (hakim) juga
sekretaris dan pencatat administrasi pemerintahah. Jumlah orang yang dilantik Rasullah
sebanyak 42 orang dan terbagi pada empat departemen, yaitu: Sekretaris pernyataan, sekretaris
hubungan dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian dan sekertaris peperangan.
4
Khalifah Umar memilih beberapa petugas dari Persia untuk mengawasi pembukuan
Baitul Maal. Awal mula penciptaannya dikemukakan oleh seorang tawanan Persia, yaitu
Homozon yang masuk Islam, menjelaskan sistem pemerintahan raja Sasaniyah (Siswantoro
2003), yang terjadi setelah perang Persia Al-Qadisiyyah, dan panglima perang Sa'ad bin . Abi
Waqqas Al Walid bin Mugura, sahabat Nabi, menyarankan untuk mencatat semua pemasukan
dan pengeluaran negara.
Hal ini menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke satu lokasi
lainnya sebagai akibat dari hubungan antar masyarakat. Baitul maal juga sudah tidak terpusat
lagi dimadinah dan mulai berkembang di daerah-daerah taklukkan Islam. Diwan yang
dibentuk oleh khalifah Umar memiliki 14 depertemen dan 17 kelompok dimana pembagian
depertemen tersebut menunjukkan adanya pembagian tugas dalam sistem keuangan dan
pelaporan keuangan yang baik.
Utsman Bin Affan adalah orang yang sangat kaya, namun kekayaan tersebut tidak
menjadikannya sombong, melainkan dermawan. Karena kemurahan hatinya, ia dikenal
banyak orang dari berbagai penjuru kota. Di bawah Khalifah Utsman Bin Affan, ia
menciptakan istilah khittabat al-Rasull wa sirry yang berarti pembukuan rahasia. Kegiatan
pengawasan dan pelaksanaan agama, akhlak, dan etika apa yang dilakukan muhtasib.
Muhtasib ini bertanggung jawab atas amal Al-Hisbah yang meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan penjualan yang curang, kesalahan penjualan, perhitungan yang berat dan sejenisnya
agar keadilan ditegakkan kepada seluruh makhluk hidup. Pencatatan yang dilakukan oleh
Muhtasib muncul sebagai salah satu perkembangan akuntansi syariah dizaman Khilafah, yang
membuat pencataatan akuntansi syariah semakin berkembang.
Pada masa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib beliau melanjutkan sistem baitul mal telah
ditinggalkan oleh Utsman Bin Affan. Dalam pengelolaan keuangan negara atau baitul maal,
Ali Bin Abi Thalib menerapkan sistem administrasi yang diterapkan di pusat maupun daerah
lokal agar berjalan dengan baik. Pada masa pemerintahan ali, baitul maal terus mengalami
peningkatan hingga mendapatkan surplus. Dimana surplus tersebut dibagikan Ali sesuai
dengan ketentuan yang diterapkan oleh Rasulullah SAW.
Dengan perolehan pendapatan atau surplus menunjukkan pengelolaan pencatatan baitul
mall dilakukan dengan baik dan maksimal. Khalifah Ali Bin Abi Thalib menunjukkan betapa
pentingnya sebuah pencatatan yang baik dan benar, bisa dilihat dari sistem administrasi yang
dilakukan pada masa pemerintahan saat itu, yang mengalami peningkatan dan mendapatkan
pendapatan atau surplus. Dari sini dapat kita lihat bahwasanya sistem pencatatan akuntansi
selalu mengalami peningkatan.
5
2.2.3. Perkembangan di Indonesia
6
yaitu prinsip yang menghilangkan unsur-unsur yang dilarang dalam Islam, kemudian
menggantikannya dengan akad-akad tradisional Islam atau yang lazim disebut dengan prinsip
syariah atau lembaga keuangan syariah merupakan sistem norma yang didasarkan ajaran
islam. Lembaga keuangan syariah lebih mengedepankan bagi hasil dan beberapa akad
muamalah.
7
teman-temannya sebuah "deklarasi" persatuan, persaudaraan antara Muhajirin dan Ansar. Hal
ini menyebabkan pembangunan masjid lain yang lebih besar (Mezquita Nabawi), yang sejak
saat itu menjadi pusat pemerintahan.Pembentukan "pusat" menyebabkan dominasi pasar.
Dikatakan bahwa Nabi tidak terlalu menyetujui penciptaan pasar baru bagi umat Islam.
Karena pasar itu alami dan bekerja menurut Sunatullah. Hal yang sama berlaku untuk
harganya. Mengenai uang, tidak ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Nabi
Muhammad SAW menciptakan uangnya sendiri.
8
meresahkan masyarakat Madinah karena aktivitas mereka kerap mencekik leher
mereka. Nabi Muhammad sendiri mengetahui amalan tersebut ketika masih
berada di Mekah, karena turunnya ayat di Mekah yang membicarakan tentang
amalan najis orang Yahudi tersebut. Dengan peringatan kedua ini, banyak
sahabat yang meninggalkan riba. Hanya kaum Yahudi yang meneruskan praktek
ini dengan dalih tidak ada perbedaan antara jual beli dan riba. Sedangkan
Madinah merupakan kota miskin pada masa Hijrah, ketika Nabi wafat, Madinah
merupakan kota baru yang tumbuh dan berkembang untuk menunjang wilayah
sekitarnya.
b. Keadilan
Nabi menekankan keadilan dalam setiap kebijakan ekonomi, yang diterapkan
tidak hanya pada umat Islam tetapi juga pada kelompok lain di Madinah.
Terbukti ketika Nabi diminta mematok harga, beliau marah dan menolak. Hal
ini membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW menyerahkan penetapan harga
pada kekuatan pasar yang alami (bukan untuk tujuan monopoli atau proteksi).
c. Monopoli
Monopoli adalah kejahatan pasar yang tidak akan pernah dimaafkan oleh siapa
pun. Nabi Muhammad SAW melarangnya sejak abad ke-14. Begitu pula
sebaliknya yaitu monopsoni. Kedua persoalan ini bertentangan dengan
kebijakan ekonomi gaya Muamalah Rasulullah yang mengedepankan keadilan.
d. Prinsip dan Etika Bisnis Lainnya
Nabi juga mengimbau seluruh pedagang untuk menjaga akhlak yang baik. Hal
ini tidak hanya menguntungkan bisnis mereka sendiri, tetapi juga tidak
mempunyai konsekuensi agama. Beliau bersabda, “Pedagang yang benar dan
setia akan berada di surga bersama para nabi, orang-orang yang syahid, dan
orang-orang yang bertakwa.” Nabi sendiri melakukan hal tersebut saat berada di
Mekkah dan membawa dagangan saudagar Siti Khadijah. Dia terpesona oleh
kejujurannya setelah menikahinya. Karena kejujurannya, bisnisnya laris manis
di tengah ketatnya persaingan di Okaz.
Beliau juga mengajarkan para pedagang untuk bersikap adil, baik hati, kooperatif,
jujur, amanah, baik hati, sabar dan tegas. Sebaliknya, dia menasihati mereka untuk
meninggalkan hal-hal yang najis. Transaksi semacam itu mungkin bermanfaat untuk jangka
9
waktu singkat, namun merugikan dunia dan manusia. Akibatnya, kepercayaan berkurang,
pelanggan menjauh, dan peluang tindak lanjut menjadi langka. Aspek problematisnya adalah
kekejaman, tipu daya, kemarahan, kejahatan, pemujaan berlebihan terhadap uang,
pelanggaran hukum, dan hutang berlebihan. Yang terakhir ini merupakan ciri-ciri seseorang
memasuki dunia bisnis. Ini tidak ada kaitannya dengan ruang dan waktu karena merupakan
fenomena yang sangat manusiawi. Oleh karena itu, Islam memandang cara terbaik untuk
mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan mengikuti sabda Nabi SAW, yaitu dengan
sifat-sifat yang terpuji. Jika hasil yang terpuji ini dapat dicapai, dunia usaha dan masyarakat
pada umumnya akan siap untuk berkembang di segala aspek dunia, politik, ekonomi, hukum
dan budaya.
Tradisi-tradisi yang didirikan oleh Nabi dilanjutkan dan dikembangkan pada masa
kekhalifahan baru setelahnya. Misalnya, sejak terpilihnya Abubakar Sidiq sebagai khalifah,
proses perundingan mengenai persoalan tersebut sudah tertulis saat itu. Contoh kedua adalah
ketika Khalifah Umar bin Khattab membentuk koalisi besar sahabat menjelang akhir
hayatnya untuk memilih penggantinya.
Baitul Mal dikembalikan bentuknya pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin
Khattab. Pada saat itu, sistem administrasi dan parlemen dibentuk untuk pengelolaan
administrasi. Umar juga menekankan pentingnya zakat dan sumber pendapatan lainnya. Di
sisi lain, beliau juga sangat prihatin terhadap kehidupan umat Islam sehingga memunculkan
cerita terkenal bahwa dengan menyerang tempat-tempat pedagang muslim, Umar
menerapkan prinsip balas dendam yang kita sebut dalam dunia perdagangan internasional.
Sebab kedua negara, Persia dan Roma, banyak bekerja sama dengan para saudagar Madinah.
Namun kebijakan keuangan Umar yang paling terkenal, yang dikritik keras oleh teman-
temannya, ketika Irak ditaklukkan oleh pasukan Islam, tidak membagikan tanah jarahan
kepada tentara Muslim seperti sebelumnya, melainkan menyerahkannya kepada penduduk
setempat kharaj direkrut dari kalangan warga.
Kebijakan Umar dilanjutkan oleh penguasa selanjutnya, Usman bin Affan dan Ali bin
Abi Thalib. Yang menonjol pada periode ini adalah betapa pentingnya para pemimpin
Rashidun untuk memikirkan kesejahteraan rakyatnya melalui kemanfaatan hasil panen dan
buah-buahan Baitulmal. Peran Baitul Mal sebagai instrumen kebijakan keuangan hanya dapat
dimainkan oleh orang-orang yang jujur dan ikhlas.
10
2.4.4. Lembaga Keuangan di Zaman Dinasti – Dinasti
Dengan meninggalnya Khalifah Ali bin Abi Thalib dan digantinya oleh Mu'awiyah dan
putranya Yazid, maka lembaga Syuro dalam politik pemerintahan Islam menjadi dinasti.
Namun fungsi di Baitul Mal terus berlanjut. Namun tingkat kesalehan para penguasa Dinasti
Umawiyah yang tidak sama dengan khulafa Rasyidin mulai menimbulkan inkonsistensi
dalam pengeluarannya. Hanya ada satu khalifah di dinasti ini yang dipuji karena keadilan dan
ketakwaannya, Umar bin Abdul Aziz, dan dia dikenal sebagai Umar II. Karena masa
pemerintahan yang singkat selama 2,5 tahun, ia mampu mendistribusikan uang pemerintah
untuk kepentingan rakyatnya. Dikatakan bahwa karena kesejahteraan masyarakat pada saat
itu, sulit untuk menemukan orang yang mau menerima zakat.
Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran dan digantikan oleh Turki Seljuq di Asia
Tenggara, Dinasti Sasanid di Cordoba, Dinasti Fatimiyah di Mesir, dan terakhir Turki
Ottoman di Istanbul. Pada periode ini, fungsi Baitul Mal beralih ke departemen keuangan dan
keuangan negara serta penegakan hukum. Kebijakan moneter. Namun yang perlu
diperhatikan, di seluruh dinasti ini, kekayaan Baitul Mal tidak hanya berupa harta, tetapi juga
dalam bentuk yang tidak berwujud, yakni emas dan perak. Nampaknya masih ada aturan
dalam urusan keuangan, seperti tidak adanya riba, agar nilai uang stabil, tidak terjadi
masalah, dan kehidupan masyarakat stabil.
11
2.4.5. Lembaga Keuangan Syariah Modern
Setelah tahun 1940-an, negara-negara Islam mulai memperoleh kemerdekaan dari
zaman penjajahan, namun dengan diterapkannya syariat Islam banyak permasalahan dalam
arah terbentuknya negara Islam. Sebab, gagasan nasionalisme internasional yang ditanamkan
penjajah dan dijadikan alat perang oleh masyarakat negara-negara Islam, sudah tidak efektif
lagi. Pada umumnya pemimpin-pemimpin yang muncul setelah masa penjajahan adalah
pemimpin-pemimpin yang sebelumnya terdidik dengan kepentingan sekuler, sehingga tidak
melihat adanya hubungan antara agama dan pemerintahan dalam masyarakat berkembang.
Agama adalah urusan pribadi, dan mereka yang peduli dengan masalah sosial-politik agama
tidak boleh ikut campur. Hal ini dapat dimaklumi karena pemahaman agama Barat yang
mereka ajarkan merupakan tradisi Judeo-Kristian yang telah melampaui pemikiran duniawi.
Para penguasa pascakolonial inilah yang kemudian menjadi penghambat kebangkitan politik
Islam.
Bahkan nama “Baitul Mal” sudah tersingkir dari kosakata pemerintah. Yang mereka
tinggalkan hanyalah negara-negara bekas jajahan yang memaksa warganya dan mendirikan
pemerintahan baru sendiri. Mereka bersifat politis, namun tidak sistematis. Hal ini terutama
berlaku dalam sistem ekonomi. Sistem yang tanpa mereka sadari telah membawa dampak
buruk pada sistem tersebut, seperti inflasi, pengangguran, dan resesi. Teknologi sangat
tertinggal sehingga tidak pernah bisa bersaing dengan negara-negara jajahan, sehingga
hubungan keduanya bukanlah kompetisi, melainkan hubungan antar pusat atau antar pusat.
Hal ini menyebabkan masyarakat mencari sistem baru untuk menyelamatkan masyarakat,
terutama di negara-negara Islam. Meskipun mereka tidak berhasil dalam agenda politiknya,
mereka berusaha mengambil keuntungan melalui cara-cara ekonomi.
Pada tahun 1963, didirikan bank pedesaan di desa Mit Ghamr, salah satu wilayah
Mesir, Bank Tabungan Mit Gham yang dikenal dengan nama Mir Ghamr Bank. Ahmad El
Najjar. Lembaga-lembaga keuangan ini sangat berhasil menggalang modal dari masyarakat
dalam bentuk tabungan, uang, titipam dan zakat, sedekah, infak, dan lain-lain. dan
memberikan modal kepada mereka yang berpenghasilan rendah, terutama di daerah-daerah
tersebut. perdagangan dan industri. Mit Ghamr Bank tidak membebankan bunga kepada
peminjam atau membayar bunga kepada peminjam dalam operasionalnya. Bank melakukan
investasi secara langsung atau bermitra dengan pihak lain dan kemudian membagikan
keuntungannya kepada investor.
12
Kesuksesan Mit Ghamr Bank menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang
sama. Termasuk:
Pasca berdirinya IDB, beberapa bank syariah tumbuh dan berkembang di banyak negara,
termasuk Indonesia dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Di bawah
ini adalah tabel rangkuman sejarah berdirinya bank syariah di masing-masing negara hingga
berdirinya dari Bank Muamalat Indonesia. Merupakan bank syariah pertama di Indonesia.
13
Dar- Al- Mal Al-Islami, Switzerland
Table 2. 1 Pendirian Bank Islam di Dunia dari Mit Ghamr Bank di Mesir hingga Bank Muamalat di Indonesia
14
Keberadaan IDB sangat membantu perkembangan keuangan syariah di berbagai
negara. Selain mendapat dukungan dari IDB, beberapa lembaga internasional juga dibentuk
untuk memperkuat eksistensi sistem keuangan syariah. Beberapa institusi kelas dunia tersebut
adalah AAOIFI, IFSB dan IIFM. Bagian berikut ini akan menganalisis peran dan
perkembangan masing-masing lembaga, termasuk IDB.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem keuangan Islam terdiri dari dua bagian yang saling terkait: akuntansi Islam dan
lembaga keuangan Islam. Sejarah akuntansi syariah dan perkembangan lembaga keuangan
syariah bermula dari kebutuhan umat Islam untuk memiliki sistem keuangan yang sesuai
dengan prinsip syariah. Mereka yang ingin melakukan transaksi wajar berdasarkan prinsip
syariah dapat memilih rekening syariah dan lembaga keuangan syariah. Karena prinsip
syariah ini melarang tobat, garar, maishir dan dosa-dosa lainnya. Akuntansi syariah pertama
kali muncul pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab ketika beliau memerintahkan agar
semua transaksi keuangan umat Islam dicatat. Pada masa itu, pencatatan keuangan disebut
“hisab”. Pada abad ke-9 muncul istilah “hisab al-mal” yang mengacu pada pencatatan
keuangan yang sempurna dan sistematis. Pada abad ke 14 Masehi, seorang ulama bernama
Ibnu Taimiyah menulis buku akuntansi syariah pertama.Pada tahun 1963, bank syariah
pertama di dunia, Mit Ghamr Bank, didirikan di Mit Ghamr, Mesir. Inilah awal mula
berkembangnya lembaga keuangan Islam. Organisasi Konferensi Islam (OKI) didirikan pada
tahun 1975 untuk mendorong pertumbuhan lembaga keuangan syariah di seluruh dunia. Pada
tahun 1983, Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) menjadi bank syariah pertama di Malaysia.
Sejak saat itu, lembaga perbankan syariah berkembang di seluruh dunia, termasuk Indonesia,
dimana Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tahun 1992, bank syariah pertama di
Indonesia. Seiring berjalannya waktu, lembaga keuangan syariah telah beralih dari bank ke
lembaga non keuangan seperti keuangan syariah. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
permintaan terhadap lembaga keuangan syariah dari mereka yang ingin melakukan transaksi
syariah.
3.2. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata kesempurnaan, Oleh karena itu pembuat
produk dan makalah ini mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan isi dalam makalah kami.
16
Daftar Pustaka
Rizal Yaya, Aji Erlangga dan Ahim Abdurahim. 2017. Akuntansi Perbankan Syariah. Edisi
Kedua. Jakarta: Salemba Empat.
Drs. Muhamad, M.Ag., Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta 2002, Unit Penerbit dan
Percetakan (UPP) AMP YKPN.
Drs. Osmad Muthaher, M.Si., Sejarah Perkembangan Akutansi Syriah dan Perkembangan
Bank Syariah, Modul 1, EKSA4202.
Maulina Isro, Sejarah Lahirnya Akuntansi Syariah: Jurnal Investasi Islam Vol. 7 No. 1, Juni
2022: 1-13
17