Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Kuliah

Mata kuliah : TEOLOGI AKUNTANSI SYARI‟AH

Dosen Pengampu : IKHSAN ABDULLAH M.SI

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Ferry Dermawan 0502193231

Khairani 0502193208

Nia Nurdahlia 0502192056

Nur Khofifah Nasution 0502191011

Putri Widiya Marpaung 0502193177

AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM


NEGERI

SUMATERA UTARA

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Teologi Akuntansi Syari‟ah yang berjudul ”Metode
Pengembangan Akuntansi Syari‟ah”.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan Makalah Teologi


Akuntansi Syari‟ah Jurusan Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sumatera Utara yang diberikan oleh dosen. Selain itu juga untuk meningkatkan
pemahaman penulis mengenai materi Asuransi.

Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak


anggota kelompok 3 yang telah memberikan berupa motivasi, baik materi maupun
moril dan kerjasama yang baik. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan
banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat kami sebutkan satu persatu,
semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai


kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 15 Juni 2022

Penulis

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1


B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 1
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Pengertian Akuntansi Syariah ....................................................................... 3

B. Tujuan Akuntansi Syariah .............................................................................. 5

C. Pengembangan Akuntansi Syari‟ah ............................................................... 7

D. Sebab Sebab Munculnya Akuntansi Syariah ................................................. 8

E. Model Pengembangan Akuntansi Syari‟ah .................................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 14

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 14
B. SARAN ........................................................................................................ 15

DAFRAR PUSTAKA............................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akuntansi syari‟ah pada dasarnya sama saja dengan akuntansi pada umumnya, hanya
saja dalam akuntansi syari‟ah terdapat beberapa hal yang membedakannyadengan
akuntansi konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi modal, prinsip, konsep,
karakteristik serta tujuannya. Dengan lahirnya akuntansi syari‟ah sebagai salah satu
cabang ilmu dari akuntansi sangat baik karena banyak membawa dampak positif
khususnya dalam bidang perekonomian dalam suatu negara yang menganutnya.
Akuntansi syariah di Indoensia, dari semenjak tahun kemunculannya yaitu seiring
dengan berdirinya lembaga keuangan syariah yang dipelopori oleh Bank Muamalat
Indonesia (BMI) pada tahun 1991 sampai dengan peristiwa dilahirkannya pernyataan
standar akuntansi syariah (PSAKS) terakhir yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) pada tahun 2016, telah mengalami perkembangan yang cepat dalam
mengadopsi setiap perubahan dalam lingkungan bisnis syariah yang dihadapi
masyarakat Indonesia. Perubahan cepat dalam lingkungan bisnis syariah memerlukan
suatu teori akuntansi syariah yang baik pula. Teori akuntansi syariah diperlukan oleh para
pelaku akuntansi karena merupakan ilmu untuk menerapkan akuntansi syariah.
Dalam perkembangan praktik lembaga keuangan syari‟ah saat ini telah berjalan
cukup cepat baik di level Internasional maupun level nasional. Hal ini terbukti dari
kenaikan aset berbagai lembaga keuangan syariah seperti perbankan, asuransi dan pasar
modal berkembang dengan pesat.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Akuntansi Syariah?
2. Apa Tujuan Akuntansi Syariah?
3. Bagaimana Pengembangan Akuntansi Syari‟ah?
4. Apa Saja Sebab Sebab Munculnya Akuntansi Syariah?
5. Bagaiamana Model Pengembangan Akuntansi Syari‟ah?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Akuntansi Syariah
2. Untuk Mengetahui Tujuan Akuntansi Syariah
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengembangan Akuntansi Syari‟ah
4. Untuk Mengetahui Apa Saja Sebab Sebab Munculnya Akuntansi Syariah
5. Untuk Mengetahui Bagaiamana Model Pengembangan Akuntansi Syari‟ah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Syariah

Akuntansi adalah ilmu yang mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi
informasi dengan cara melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan dikelompokkan
dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva, utang, modal, hasil, biaya,
dan laba. Kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai
kumpulan dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-
sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang akuntan dalam
pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun
penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.
Menurut Toshikabu Hayashi dalam tesisnya yang berjudul “On Islamic Accounting”,
Akuntansi Barat (Konvensional) memiliki sifat yang dibuat sendiri oleh kaum kapital
dengan berpedoman pada filsafat kapitalisme, sedangkan dalam Akuntansi Islam ada
konsep Akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan
yang bukan ciptaan manusia dan Akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia
yaitu hanief yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab
sosial, bahkan ada pertanggungjawaban. Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah
bersumber dari Al Quran, Sunah Nabawiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas
(persamaan suatu peristiwa tertentu), dan „Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan
dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus
yang membedakan dari kaidah Akuntansi Konvensional.

Adapun pengertian akuntansi dalam Al-Qur‟an :

 Muhasabah
Kata muhasabah tidak pernah ada dalam Al-Qur‟an dalam bentuk masdar atau akar
kata (muhasabah) tetapi yang ada hanyalah kata kerjanya yaitu hasaba, yaitu seperti
firman Allah :
Dalam Qs Al-Baqarah :284

3
“Dan jika kamu melahirkan apa yang ada didalam hatimu ataui menyembunyikannya,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu”.
Yang dimaksud dengan kata yuhaasibkum pada ayat tersebut yaitu perhitungan dihari
kiamat kelak tentang pekerjaan manusia didunia, apakah itu kebaikan atau keburukan.
Kata hasaba, muhasabah, hisaba berarti perhitungan dan pembalasan, baik di dunia
maupun di akhirat, sesuai dengan data-data dan catatan dalm buku amalan.

 Hisab
· Hisab dengan arti “perhitungan dan pendataan” seperti pada firman Allah dalam
Qs. Yunus :5
“…ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya
kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Yang dimaksud dengan kata al-hisab dalam ayat ini adalah”perhitungan dan pendataan
waktu”.
· Hisab dengan arti “perhitungan dan pembalasan” seperti pada firman Allah
Dalam Qs. An-Nuur:39
“Dan didapatinya ketetapan Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungannya.”
Arti kata al-hisab dalam ayat itu adalah “perhitungan dan pembalasan” dihadapan Allah
maupun dengan perantara ulil amri(pemimpin).
· Hisab dengan arti”menanyai seseorang dengan mendebatnya di hari kiamat tentang
perbuatannya didunia” dam Qs. Ibrahim 41:
“Ya tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang
mukmin pada hari terjadinya hisab(hari kiamat).”
Arti kata al-hisab dalam ayat ini ialah “hari perhitungan, Tanya jawab dan pembalasan‟
· Hisab dengan berarti “berinfak dan member secara mutlak tanpa sebab dan syarat”
Arti dari kata hisab dalam ayat dalam Qs. Al Baqarah 212
adalah merasa cukup dengan karunia dan kelapangan rahmat, pemberian tanpa pujian,
katan, serta tekanan.

 Al-Muhasib

4
· Hasib artinya “pengawas” dalam Qs An nisa :6
· Hisab dengan arti hafiz(yang menjaga) dalam Qs. An nisa:86
· Hisab dengan arti muhasib (yang menghitung) Qs. Al-Israa: 14

 Hasibin
· Hasibin artinya “menghitung” Qs Al-anam 62
Pengertian Muhasabah dalam konsep islam, Muhasabah dengan arti pendataan,
pembukuan, dan semakna dengan muasallah (perhitungan), perdebatan serta penentuan
imbalan atau balasan seperti yang diterapkan dalam lembaga-lembaga Negara, baitu mal,
Undang-undang wakaf, mudharabah dan serikat-serikat kerja.

B. Tujuan Akuntansi Syari’ah

Tujuan dari konsep Akuntansi Syariah berdasarkan basis Akuntansi modern ini
adalah dalam rangka pengambilan keputusan dan kelangsungan Lembaga bisnis Islam.
Sistem ini banyak dipergunakan oleh berbagai bank syariiah yang beroperasi di dunia
internasional. Hal ini dianggap lebih mudah karena Akuntansi syariah bisa langsung
diimplementasikan di dalam berbagai Lembaga bisnis syariah. Meskipun begitu
pandangan ini tidak disetujui oleh Sebagian kalangan yang berpandangan bahwa
Akuntansi syariah harus disesuaikan dengan prinsip Islam sesuai dengan wahyu yang ada
dalam Al Qur‟an. Pandangan akan hal ini Ini disampaikan oleh T Gambling dan RAA
Karim dalam buku mereka accounting and ethics in Islam yang diterbitkan oleh Mansel
Publishing Limited London di tahun 1991. Konsep ini dianggap tidak sesuai dengan
syariat Islam.

Tujuan-tujuan Akutansi Dalam Islam

1. Hifzul Amwal (memelihara uang)


Para ahli tafsir berkata tentang tafsir dalam firman Allah faktubuh yang berarti
„tuliskanlah‟ bahwa perintah untuk menuliskan uang dan harta adalah suatu keharusan
untuk menjaga harta itu dan menghilangkan kewaswasan atau keragu-raguan.

5
Ibnu Abidin berkata, “jika seseorang bekerja tidak berdasarkan aturan-atutan yang ada
dalam buku catatan, akan mengakibatkan hilangnya hak-hak orang lain karena
kebanyakan transaksi para pedagang berjalan tanpa saksi dan waktu menghitung serta
perdebatan mereka hanya berpegang pada catatan dan surat-surat penting”.
Keterangan ini menjelaskan peranan akutansi memelihara harta, meneliti dan merinci
pendapatan, menutup kesalahpahaman, mengatur transaksi-transaksi, serta meredam
konflik dan kezaliman.
2. Eksistensi al-kitabah „Pencatatan‟ Ketika Ada Perselisihan
Ibnu Abidin mengatakan dalam kitabnya, al-amwal, “bahwa si penjual, kasir, dan
agen adalah hujjah/dalil menurut kebiasaan yang berlaku untuk menuliskan keuangan
dengan semua sifat-sifat yang bisa membedakan dari yang lain, karena berguna kalau
terjadi ikhtilaf untuk memperkenalkan barang itu pada hakim ketika kedua belah pihak
mengangkat permasalahan ini ke pengadilan.” Fungsi akutansi pada waktu terjadinya
Tanya jawab dan perdebatan di depan pengadilan ketika terjadi perselisihan, kesaksian
yang ada berupa kertas catatan atau pembukuan kontrak akan lebih kuat dan dipercaya.
3. Dapat Membantu Dalam Mengambil Keputusan
Imam syafi‟i berkata,” siapa mempelajari hisab (ilmu hutang), luaslah
pikiranmya.” Artinya seorang pedagang atau siapa saja, tidak akan dapat mengungkapkan
pikiran yang benar dan sehat, atau mengambil keputusan yang biaksana, tanpa bantuan
data-data yang tercatat dalam surat-surat atau buku catatan khusus, fungsi catatan ini
untuk menghilangkan keraguan ketika mengambil keputusan.
4. Menentukan Hasil-Hasil Usaha Yang Akan Dizakatkan
Tujuan akutansi periode islam ialah untuk mengetahui hasil-hasil perdagangan di
akhir tahun, sehingga mudah bagi mereka untuk mengetahui modal pokok murni,
keuntungan murni, dan kerugiannya. Dengan demikian, mereka dapat mengukur standard
an jumlah zakat hartanya. Abu Ubaid bin Salam, Maimun bin Mahran berkata, “jika telah
sampai waktu untukmu berzakat, perhatikanlah apa-apa yang kamu miliki seperti uang
dan barang-barang, kemudian nilailah barang-barang itu dengan uang. Kalau ada uang
yang sanggup dilunasi, hutanglah, dan bayarkanlah dari uang itu, dan zakatilah sisanya.
5. Menentukan dan Menghitung Hak-hak Kawan yang Berserikat

6
Dalam periode islam seikat-serikat kerja telah tersebar lus sesuai dengan
anjuran islam, seperti syirkah mudharabah, syirkah al-inan(serikat modal), syirkah
mufawadhah(serikat kerja) dan syirkah wujuh (modal denga nama baik).
Dasar-dasar, kaidah-kaidah dan aturan akuntansi dalam islam itu diaplikasikan untuk
membantu menentukan hak-hak mitra bisnis, seperti harta atau uang, dan keuntungan-
keuntungan, baik dalam keadaan bergabung maupun terpisah.
6. Menentukan Imbalan, Balasan, atau sanksi
Muhasabah adalah perhitungan, perdebatan, pembalasan atau imbalan yang sesuai
dengan kata-kata yang tercatat atau surat-surat yang berdasarkan syarat-starat yang telah
ditentukan sebelumnya. Fungsi akutansi dalam mengevaluasi usaha manusia, baik di
dumia secara pribadi atau dengan perantara ulil amri, atau juga di akhirat oleh Allah.
Pada baitul mal kaum muslimin dalam akutansi terhadap perputaran uang, baik uang
tunai maupun berupa aset, serta usaha-usaha para pekerja. Di pasar-pasar zaman dahulu,
semacam pengawasan terhadap kebenaran suatu transaksi, serta pengawasan terhadap
seberapa jauh kesadaran para pedagangpada kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dari
dahulu yang berada dalam pengawasan peraturan-peraturan hisbah(pengqwqs keuangan
pasar).

C. Pengembangan Akuntansi Syari’ah

Pengembangan konsep Akuntansi Syariah di Indonesia dikembangkan berdasarkan


atas 3 pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan dengan basis Akuntansi yang
sekarang ada dan berlaku. Yang kedua adalah pengembangan berdasarkan basis dari
ajaran Islam. Dan yang terakhir yang banyak dikenal dan dilakukan saat ini berdasarkan
basis gabungan dari kedua pendekatan tersebut. Pendekatan pertama adalah pendekatan
dengan mempergunakan jalur Akuntansi kontemporer modern sekarang ini. Pendekatan
ini diambil oleh AAOIFI, suatu organisasi Akuntansi dan auditing internasional Islam
yang bermarlas di Bahrain. Dari pendekatan ini diambil konsep Akuntansi konvensional
modern, dmana konsep yang sesuai dengan Syariah Islam dan bisa diaplikasikan dalam
organisasi bisnis Islam dipergunakan. Sedang konsep yang tidak sesuai dengan Syariah
Islam dikeluarkan dan tidak dipakai.

7
D. Sebab-Sebab Munculnya Akuntansi Syariah

Menurut Haneef dalam Hameed (2002a), pandangan dunia Islam yakin bahwanilai
dan ritual Islam lebih banyak dibanding agama maupun faham lain, dengan bukti
berkembangnya bank Islam, lembaga keuangan Islam, asuransi Islam dan aplikasi
syariahIslam pada bidang politik, ekonomi dan kehidupan sosial muslim. Hameed
(2002a,2002b) memberikan asumsi filosofis bahwa akuntansi konvensional dapat
disfungsional jika diterapkan pada lembaga-lembaga yang menggunakan prinsip-prinsip
Islam. Maka para ahli ekonomi Islam bangkit dan melakukan Islamisasi pengetahuan.
Hameed (2002) merumuskan faktor pendorong dan faktor penarik perlunya akuntansi
Islam sebagai berikut:

1. Faktor Pendorong

Akuntansi konvensional tidak cukup untuk users muslim dan organisasi


Islam.Tujuan, karakteristik, dan metode disclosure akuntansi konvensional muncul
darinilai filosofis dasar masyarakat barat. Kadang nilai-nilai itu kontrakdiktif
denganmasyarakat Islam yang dikehendaki syariat Islam.2.

2. Faktor Penarik Islamisasi pengetahuan, disiplin modern yang dikembangkan dari


barat yangsekuler tidak cocok dengan ajaran Islam.

Akuntansi Islam adalah disiplin ilmuyang muncul sebagai suatu proses Islamisasi
akuntansi konvensional.Akuntansi adalah pengetahuan sosial yang berhubungan dengan
perilakumanusia (meliputiaktivitas memebeli,menjual, dan bagi hasil), sehinggaakuntansi
tidak dapat menghindar dari proses islamisasi yang diklaim sebagaisuatu teknik yang
netral dan disiplin yang bebas nilai oleh sebagian profesiakuntansi.

Berdirinya organisasi Islam; organisasi Islam memiliki tujuan, karakteristik,dan


operasi sesuai dengan syariat, sehingga harus tersedia akuntansi yangdapat diterapkan
dan relevan sesuai kaidah-kaidah syariah agar tujuan dannilai Islam secara konsisten
diterapkan. Beberapa penelitian telah dilakukan, seperti Hameed (2002a, 2002b), yang
dilakukan untuk memberikan landasan bahwa perbedaan pandangan dan nilai
akanmemberikan tujuan dan karakteristik yang berbeda pada akuntansi. Islam
memberikan pandangan yang jelas dan kaya akan nilai-nilai yang berimplikasi pada

8
tujuan dankarakteristik akuntansi Islam, yang diharapkan lebih baik untuk institusi Islam
dalammencapai tujuan mereka.

Yaya dan Hameed (2004) telah melakukan penelitian untuk mengetahui


persepsiakuntan pendidik di Yogyakartaterhadap tujuan dan karakteristik akuntansi
Islam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden mempersepsikan dan
percaya bahwatujuan dan karakteristik akuntansi Islam berbeda dengan akuntansi
konvensional. Responden juga menganggap bahwa tingkat kepentingan user informasi
akuntansi antaraakuntansi Islam dengan konvensional berbeda.Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, maka menarik untuk diteliti kembali persepsi akuntan pendidik
terhadap tujuan dan karakteristik akuntansi Islam. Variabel yang akan diteliti kembali
adalah persepsi akuntan pendidik terhadap tujuan dankarakteristikakuntansi Islam dengan
menambah variabel lain sebagai pembeda terhadap penelitian Yaya dan Hameed (2004),
yaitu persepsi mahasiswa akuntansi terhadap tujuandan karakteristik akuntansi
Islam.Yaya dan Hameed (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa perbedaansosio-
religius telah membentuk akuntansi yang berbeda dalam perkembangan
sejarahnya.Responden dalam penelitian ini adalah akuntan pendidik dengan

E. Model Pengembangan Akuntansi Islam

 Model Islamisasi AAOIFI

Dalam pendekatan deduktif, prinsip-prinsip teoritis akuntansi secara logisdiperoleh


lewat deduksi berbagai asumsi dari aksioma atau prinsip-prinsip awalnya (whittington,
1986). Pendekatan “true income” dalam teori akunting merupakan bentuk paling awal
approach deduktif. Pendekatan ini berusaha menyelaraskan antaralaba akuntansi dengan
laba ekonomi yang menjadi pegangan para ekonom, dandengan begitu sangat bergantung
pada teori ekonomi. Namun Gambling dan Karim(1991) berargumentasi bahwa konsep
income ekonomi tak bisa diterima dalam perspektif Islam karena hal-hal yang tak bisa
diterima itu begitu fundamental bagiteori deduktif barat. Misalnya, model tingkat
ekonomi pengembalian modal (economic rate of return on capital) yang membentuk basis
bagi kalkulasi pendapatandi muka dengan asumsi bahwauang punya nilai waktu, yang
dinyatakan Gamblingdan Karim sebagai hal yang tak ada dalam Islam. Atas dasar ini,

9
bagian dari teoriakunting deduktif yang berlandaskan teori ekonomi konvensional tampak
bukansebagai model yang cocok untuk menciptakan teori akuntansi Islam.Karim (1995)
menawarkan dua metode dimana akuntansi Islami akan bisatercapai. Pertama, tetapkan
sasaran-sasaran berlandasan pada prinsip-prinsip Islamdan ajaran-ajaran Islam.
Pertimbangkan sasaran-sasaran tersebut dan bandingkandengan pemikiran-pemikiran
akuntansi kontemporer yang ada. Kedua, muali dengansasaran-sasaran yang ada dalam
pemikiran akuntansi kontemporer, kemudian bandingkan dengan Syariah, lalu terima
yang sejalan dengan Syariah dan tinggalkanyang tidak sejalan. Lalu kembangkan hasi-
hasil unik yang menjadi temuannya. AAOIFI (Accounting and Auditing Organization of
Islamic Financial Institutions) sejak 1996 menerapkan cara pendekatan yang kedua
tersebut. Lembagaini berpendapat bahwa cara itu konsisten dengan prinsip-prinsip Islam
lebih luas bahwa suatu pandanan tak selalu memerlukan konsep yang mesti diambil
dariSyariah. Ditegaskan, cara pendekatan tersebut sejalan dengan prinsip hukum
Islamtentang hal-hal yang diperbolehkan ( ibaha, permissibility) bahwa segala
sesuatudiizinkan kecuali untuk hal-hal yang jelas dilarang Syariah. Dengan demikian,
konsepinformasi akuntansi berguna, seperti relevansi dan reabilitas, bisa begitu
sajadimaskkan dalam praktek akuntansi Islam oleh AAOIFI.

 Model Syariahisasi Ikatan Akuntansi Indonesia

IAI sebagai lembaga yang berwenang dalam menetapkan standar akuntansi keuangan
dan audit bagi berbagai industri merupakan elemen penting dalam pengembangan
perbankan syariah di Indonesia, dimana perekonomian syariah tidak dapat berjalan dan
berkembang dengan baik tanpa adanya standar akuntansi keuangan yang baik. Dalam
penyusunan standar akuntansi keuangan syariah, dilakukan IAI dengan bekerjasama
dengan Bank Indonesia, DSN serta pelaku perbankan syariah dan dengan
mempertimbangkan standar yang dikeluarkan lembaga keuangan syariah internasional
yaitu AAOIFI. Hal ini dimaksudkan agar standar yang digunakan selaras dengan standar
akuntansi keuangan syariah internasional. Standar akuntansi syariah sudah dicoba untuk
dibakukan, baik secara nasional maupun internasional. Secara nasional, standar akuntansi
syariah dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan diterbitkannya beberapa

10
PSAK berkaitan dengan akuntansi syariah, yaitu PSAK 101 hingga 109. Sedangkan
secara internasional konsep akuntansi syariah, dan cara konsep itu diberlakukan
untuk berbagai produk keuangan syariah dilakukan oleh AAOIFI (The Accounting and
Auditing Organization For Islamic Financial Institution). Pengembangan tataran praktis
standar akuntansi syariah dilakukan karena adanya perkembangan berbagai instrument
keuangan syariah, termasuk instrument pasar modal syariah. Di Indonesia sendiri,
permasalahan standarisasi laporan keuangan syariah ditangani oleh Dewan Standar
Akuntansi Syariah (DSAK) yang berada di bawah naungan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI). DSAK dibentuk di Jakarta pada kongres ke-8 IAI pada tahun 1998. Saat ini,
Standar Akuntansi Keuangan Syariah di Indonesia menggunakan PSAK 101 (2014).
SAK Syariah tersebut menggantikan SAK Syariah yang disahkan tahun 2002 dan
menyempurnakan SAK tahun 2007 dan 2011. Dasar pembuatan SAK Syariah ini
bersumber pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 282-283. Ayat tersebut menjabarkan
prinsip pencatatan laporan keuangan yang menggunakan konsep kejujuran, keadilan dan
kebenaran. Pembuatan SAK Syariah ini mengikuti perkembangan ekonomi islam di
dunia. Perkembangan tersebut menciptakan lingkungan ekonomi dan pasar baru yang
berbasis syariah.
Islamisasi Ilmu Pengetahuan Dan Akuntansi
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan ilmu pengetahuan barat sangat pesat dan
melampaui ilmu yang dikembangkan oleh kaum muslimin. Berkaitan dengan aspek
politik, ekonomi, agama, kultur dan pendidikan, umat Islam berada pada posisi bangsa
yang tertinggal. Ada beberapa masalah yang sedang dihadapi umat muslim yaitu
(a) keterbelakangan umat;
(b) kelemahan umat;
(c) stagnasi intelektual umat;
(d) absennya ijtihad umat;
(e) mandegnya kemajuan kultur umat;
(f) kesenjangan umat dari norma-norma dasar peradaban Islam (Abu Sulayman, 1988).

 Model perbandingan Muhammad R.Taheri

11
Mohammad R. Taheri dalam artikelnya yang berjudul The Basic Principles of Islamic
Economy and Their Effects on Accounting Standars Settings (2000) berpendapat bahwa
kebijakan akuntansi untuk akuntansi model Islami akan lebih berorientasi nilai (value-
oriented). Hal ini didasarkan adanya tiga komponen dasar dalam ekonomi Islam yaitu:
1. Prinsip Multi Kepemilikan Dalam Islam
Islam pada dasarnya berbeda dari kapitalisme dan sosialisme dalam sifat prinsip
kepemilikan, yang diakuinya. Masyarakat kapitalis percaya pada bentuk kepemilikan
individu pribadi, yaitu kepemilikan pribadi. Hal ini memungkinkan individu memiliki
kepemilikan pribadi dari berbagai jenis kekayaan di negara tersebut sesuai dengan
aktivitas dan keadaan mereka. Ia hanya mengakui kepemilikan publik ketika disyaratkan
oleh kebutuhan sosial dan ketika pengalaman menunjukkan perlunya nasionalisasi dari
utilitas ini atau itu. Masyarakat sosialisme sepenuhnya bertentangan dengan itu. Jadi
kepemilikan bersama adalah prinsip umum, yang diterapkan untuk setiap jenis kekayaan.
Namun, karakteristik dasar kedua masyarakat tidak berlaku untuk masyarakat Islam
karena masyarakat Islam tidak setuju dengan kapitalisme dalam doktrin bahwa
kepemilikan pribadi adalah prinsip, atau dengan sosialisme dalam pandangannya bahwa
kepemilikan bersama adalah prinsip umum. Melainkan mengakui berbagai bentuk
kepemilikan pada saat yang bersamaan. Jadi itu meletakkan prinsip kepemilikan multi-
faceted. Itu berarti dari sudut pandang Islam, kepemilikan diterima dalam berbagai
bentuk - bukan prinsip hanya satu jenis kepemilikan, seperti kepemilikan pribadi,
kepemilikan publik dan kepemilikan negara.

2. Prinsip Kebebasan Ekonomi Dengan Batasan Yang Ditentukan


Yang kedua dari komponen ekonomi Islam adalah untuk memungkinkan individu,
pada tingkat ekonomi, kebebasan terbatas, dalam batas-batas nilai spiritual dan moral di
mana Islam percaya. Pelaksanaan prinsip ini dalam Islam dilakukan dengan cara berikut:
 Hukum suci, dalam sumber-sumber umumnya, memberikan ketentuan tekstual
untuk melarang sekelompok kegiatan sosial dan ekonomi, yang menghambat,
dalam pandangan Islam, realisasi cita-cita dan nilai yang diadopsi oleh Islam,
seperti riba, monopoli dan sejenisnya.

12
 Hukum suci pada dasarnya ditaburkan sebagai pengawasan penguasa atas
kegiatan umum dan intervensi negara untuk melindungi dan menjaga kepentingan
publik melalui pembatasan kebebasan individu dalam tindakan yang mereka
lakukan. Mengenai kepentingan pribadi , Islam menekankan bahwa
keberhasilan baik individu maupun masyarakat bergantung pada keseimbangan
antara kebutuhan spiritual dan material manusia. Berdasarkan prinsip kepemilikan
terbatas yang berasal dari teks Alquran yang disebutkan di atas, manusia
bukanlah pemilik mutlak atau pemilik total bumi dan sumber dayanya. Dia tidak
memiliki hak untuk memiliki sebanyak yang dia inginkan atau untuk memperoleh
kekayaan materi dengan cara apa pun yang dapat dipilihnya. Memang, karena
kekhalifahan milik semua orang, setiap individu adalah penjaga kepercayaan
publik. Selain itu, kepemilikannya harus dibatasi untuk kesejahteraan masyarakat.

3. Prinsip Keadilan Sosial


Dalam perekonomian islam atau syariah, keadilan sangaat ditekankan dan telah
menjadi kewajiban di setiap aktivitasnya. Keadilan disini diartikan sebagai perilaku
dimana menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Diamana prinsip ekonomi harus
menerapkan dan melayani semua masyarakat tanpa memandang apapun kaya atau miskin
harus mendapatkan pelayanan yang baik. keadilan dalam ekonomi syariah diterapkan
dengan tujuan agar semua masyarakat dari semua golongan merasakan kenyamanan dan
kesamaan diantara satu dan lainnya. Kepemilikan pribadi adalah salah satu prinsip dasar
paling penting dari ekonomi liberalisme, yang berpengaruh pada sistem akuntansi. Tema
dasarnya adalah bahwa akuntansi harus fokus pada entitas dan memberikan informasi
keuangan untuk investor dan kreditor. Sedangkan tentang kepemilikan prinsipal ekonomi
dasar Islam dan kepemilikan negara lebih penting daripada kepemilikan pribadi.Oleh
karena itu akuntansi harus fokus pada negara dan memberikan informasi keuangan untuk
pemerintah dan masyarakat.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian Akuntansi syariah terdapat dari dua akar katanya yaitu akuntansi dan
syariah. Akuntansi yaitu identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan
pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi tersebut sehingga menghasilkan
laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Adapun pengertianKebakuntansi di dalam konsep islam yaitu Muhasabah dengan arti
pendataan, pembukuan, dan semakna dengan muasallah (perhitungan), perdebatan serta
penentuan imbalan atau balasan seperti yang diterapkan dalam lembaga-lembaga Negara,
baitu mal, Undang-undang wakaf, mudharabah dan serikat-serikat kerja. Dan definisi
Syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWt untuk dipatuhi oleh manusia
dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia. Jadi akuntansi syariah dapat
diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Sehingga pengertian Akuntansi Syariah adalah
proses akuntansi atas transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah diterapkan Allah
SWT.
Dasar-dasar gagasan akuntansi syariah ada tiga:
 Ideologi Akuntansi islam sejak munculnya islam sampai abad ke 13 hijriah
 Ideologi Akuntansi islam setelah runtuhnya khilafah islamiyah, dan dominasi
imprealisme ribawi terhadap negeri-negeri islam hingga pertengahan abad ke 14
Hijriah.
 Ideologi akuntansi Islam di zaman modern (zaman kebangkitan konsep akuntansi
islam).
Adapun tujuan akuntansi syariah adalah sebagai berikut:
 Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait termasuk hak dan kewajiban yang
berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai
dengan prinsip syariah yang berdasarkan pada konsep kejujuran, keadilan,
kebajikan dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis islami.

14
 Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan untuk
mengambil keputusan.
 Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha.
 Menggagas akuntansi syariah yang ideal bukan hanya melakukan dekonstruksi
akuntansi
 Menggagas akuntansi syariah yang ideal juga bukan hanya melakukan
rekonstruksi akuntansi syari‟ah pragmatis
 Menggagas akuntansi syariah yang ideal adalah melampaui (beyond) sekaligus
melebihi (hyper) atas keduanya.
Tujuan akuntansi syariah diantaranya yaitu : perlindungan harta (hifzul maal),
eksistensi pencatatan ketika ada perselisihan, dapat membantu dalam mengambil
keputusan, menentukan hasil-hasil usaha yang akan dizakatkan, menentukan dan
menghitung hak-hak yang berserikat, serta menentukan imbalan, balasan dan sanksi.
Melalui konsep ini maka akuntansi syariah sangat dekat dengan akuntansi
sebagai pertanggungjawaban atas sumber daya ekonomi dalam menyajikan informasi
keuangan. Tujuan-tujuan akuntansi islam telah mempresentasikan tujuan akuntansi yang
sesuai dengan prinsip syariah.

A. SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah,


Jakarta :Salemba Empat, 2013
Syafri Harahap, Sofyan. 2004“ Akuntansi Islam “.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhayati, Sri.2011 “ Akuntansi Syariah di Indonesia “.
Jakarta: Salemba Empat.
Triyuwono, I. (2015). So, What is Sharia Ac-counting? IMANENSI:
JurnalEkonomi,Manajemen,danAkuntansiIslam,1(1),42-50.
Wiroso. (2011). Akuntansi Transaksi Syariah.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai