Dosen Pengampu
Disusun oleh:
M. Arifudin (126403202138)
KELAS 6C
MARET 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia,
taufik, serta hidayah-Nya yang diberikan kepada semua umat muslim. Tidak lupa sanjungan
sholawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa Islam dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi
Syariah. Adapun judul yang kami buat dalam makalah ini adalah “Metodologi Pengembangan
Teori Akuntansi Syariah”.
Kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dengan rasa hormat dan segala
ketulusan hati kepada:
1. Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
2. Dr. H. Dede Nurrohman, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Dyah Pravitasari, S.E., M.S.A. selaku Koordinator Prodi Akuntansi Syariah.
4. Eka Nur Rofik, S.E., M.Ak. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Akuntansi
Syariah yang telah memberi tugas dan membimbing kami.
5. Orang tua yang memberi dukungan kepada kami.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini semoga dapat memberikan ilmu dan manfaat bagi kami,
serta para pembaca pada umumnya. Kami menerima kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat membangun agar tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
2.4 Pendekatan yang Digunakan dalam Studi Akuntansi (Syariah) Islam ........................... 13
2.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................................................ 14
2.6 Model Pengembangan Akuntansi Islam ......................................................................... 15
2.6.1 Model Islamisasi AAOIFI ..................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 21
3.2 Saran ............................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori akuntansi syariah merupakan teori akuntansi yang ditujukan untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan manusia dalam bidang pengelolaan harta yang
diamanahkan terhadapnya kepada pihak yang memberi tanggung jawab dalam cara yang
sesuai dan mematuhi syariah Allah SWT. Tujuan dari teori akuntansi yaitu untuk
mengarahkan praktik akuntansi menuju praktik akuntansi yang baik dan sehat. Dalam
konsep syariah, teori yang baik dan sehat diperoleh melalui Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup manusia, dan sunnah berupa segala hal yang dilakukan Nabi SAW sebagai penerima
wahyu.
Adanya kajian ulang tentang penggunaan syariah sebagai petunjuk dalam
pengembangan teori akuntansi merupakan salah satu hal yang mendorong munculnya
akuntansi syariah. Oleh karenan itu, dalam mengembangkan teori akuntansi seharusnya
dilandasi dengan prinsip syariah. Teori akuntansi yang dibangun untuk memahami praktik
akuntansi syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Suatu metode diperlukan untuk perumusan suatu teori akuntansi. Perbedaan
pendapat, pendekatan, dan nilai antara praktik akuntansi dan penelitian akuntansi telah
menjerumuskan kepada pemakaian dua metodologi, yaitu metodologi deskriptif dan
metodologi normative. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penulisan makalah
ini akan disajikan pembahasan tentang pendekatan perumusan teori akuntansi, sebab-
sebab munculnya akuntansi Islam (Syariah), pengembangan teori dan praktik akuntansi
(syariah) Islam, pendekatan yang digunakan dalam studi akuntansi (syariah) Islam, metode
pengumpulan data, dan model pengembangan akuntansi Islam.
1
3. Bagaimana pengembangan teori dan praktik akuntansi (syariah) Islam?
4. Apa pendekatan yang digunakan dalam studi akuntansi (syariah) Islam?
5. Bagaimana metode pengumpulan data?
6. Apa model pengembangan akuntansi Islam?
1.3 Tujuan
Tujuan makalah adalah pernyataan untuk menginformasikan, menganalisis suatu
ide, serta mengajak para pembaca untuk berpikir secara kritis mengenai topik yang dibahas
dalam makalah. Tujuan dari makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui pendekatan perumusan teori akuntansi.
2. Mengetahui sebab-sebab munculnya akuntansi Islam (syariah).
3. Mengetahui pengembangan teori dan praktik akuntansi (syariah) Islam.
4. Mengetahui pendekatan yang digunakan dalam studi akuntansi (syariah) Islam.
5. Mengetahui metode pengumpulan data.
6. Mengetahui model pengembangan akuntansi Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Perumusan Teori Akuntansi
Dalam literatur akuntansi, bidang akuntansi yang membahas proses pemikiran atau
penalaran yang berfungsi untuk menjelaskan praktik atau memberi justifikasi terhadap
praktik dikenal dengan sebutan teori akuntansi. Nampaknya teori akuntansi ini
berkembang karena adanya keyakinan bahwa praktik yang baik atau sehat tentunya
dilandasi oleh teori yang baik atau sehat pula dan bahwa praktik yang sedang berjalan tidak
dengan sendirinya merefleksikan suatu praktik yang baik atau sehat. Oleh karena itu,
muncul gagasan bahwa praktik akuntansi dapat diarahkan menuju ke praktik yang baik
dan sehat kalau terdapat suatu teori akuntansi yang baik dan mantap.1
1
Arif Budiarto dan Murtanto, “TEORI AKUNTANSI: DARI PENDEKATAN NORMATIF KE
POSITIF”, dalam http://jurnaltsm.id/index.php/JBA/article/download/367/335, diakses 26 Maret 2023
2
Dudi Abdul Hadi, “PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA”, dalam
https://jamal.ub.ac.id/index.php/jamal/article/download/905/701, diakses 26 Maret 2023
3
perkembangan berikutnya mulai digunakannya pendekatan investigasi terstruktur formal,
yaitu pendekatan deduktif (dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai dengan
dihasilkan prinsip akuntansi yang rasional sebagai dasar untuk mengembangkan teknik-
teknik akuntansi (Anis dan Imam,2003). Selain itu, perkembangan akuntansi juga
mengarah pada teori akuntansi positif atau deskriptif yang investigasinya sudah lebih
terstruktur dengan menggunakan pendekatan induktif (didasarkan pada konklusi yang
digeneralisasikan berdasarkan hasil observasi dan pengukuran yang terinci (Anis dan
Imam,2003). Berbagai teori positif atau deskriptif berkembang dengan pesat dalam
akuntansi. Perkembangan teori mengarah pada teori positif (deskriptif) ini dibarengi
dengan perubahan fokus teori akuntansi yang digunakan oleh lembaga akuntansi, misalnya
FASB yang menekankan pada kegunaan dalam pengambilan keputusan dan tidak lagi
terfokus pada postulate.
Watts dan Zimmerman (1986) menjelaskan teori normatif sebagai berikut : teori
normatif berusaha menjelaskan informasi apa yang seharusnya dikomunikasikan kepada
para pemakai informasi akuntansi dan bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan. Jadi,
teori normatif berusaha menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam
proses penyajian informasi keuangan kepada para pemakai dan bukan menjelaskan tentang
apakah informasi keuangan itu dan mengapa hal tersebut terjadi. Menurut Nelson dalam
Anis dan Imam (2003) teori normatif sering dinamakan teori apriori (dari sebab ke akibat
dan bersifat deduktif). Teori normatif bukan dihasilkan dari penelitian empiris tetapi
dihasilkan dari kegiatan semi research. Sebaliknya tujuan pendekatan teori positif
berusaha menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana informasi keuangan disajikan
serta dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi atau dengan kata lain
pendekatan teori positif bukanlah untuk memberikan anjuran mengenai bagaimana praktik
akuntansi seharusnya, tetapi untuk menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai
bentuk seperti keadaannya sekarang. Selain itu, pendekatan teori positif sangat
menekankan pentingnya penelitian empiris untuk menguji apakah teori akuntansi yang
telah dikemukakan dalam banyak literatur teori akuntansi dapat menjelaskan praktik
akuntansi yang berlaku (Arif,1999).3
3
Indira Januarti, “PENDEKATAN DAN KRITIK TEORI AKUNTANSI POSITIF”, dalam
http://eprints.undip.ac.id/13547/1/Pendekatan_Dan_Kritik_Teori_akuntansi_Positif__by_Indira_Januarti_(OK).
pdf, diakses 26 Maret 2023
4
Dalam dunia akuntansi, telah menjadi keyakinan yang dipegang teguh, bahwa
akuntansi merupakan seni yang tidak dirumuskan. Metodologi yang bisa digunakan untuk
perumusan suatu teori akuntansi, pada dasarnya adalah metodologi deskriptif. Dengan kata
lain menurutpandangan ini, teori akuntansi merupakan suatu usaha coba-coba untuk
membenarkan apa yang tersusun melalui praktik akuntansi. Suatu teori seperti ini
dinamakan akuntansi deskriptif atau suatu teori akuntansi deskriptif. Pendekatan teori
deskriptif telah dikecam oleh para pendukung metodologi normatif, yang melahirkan teori
normatif.
Dengan menanggung resiko akibat penyederhanaan, kita dapat berangggapan
bahwa, sifat fenomena serta persoalan akuntansi yang kompleks, maka kedua metodologi
tersebut dapat diperlukan untuk perumusan suatu teori akuntansi. Metodologi deskriptif
akan mencoba membenarkan beberapa praktik akuntansi yang dipertimbangkan
bermanfaat, sedang metodologi normatif akan mencoba membenarkan beberapa praktik
akuntansi yang seharusnya dipergunakan.4
Beberapa pendekatan tradisional ini telah dapat diterima lebih tinggi dibanding
pendekatan baru. Beberapa pendekatan tradisional adalah sebagai berikut:
4
Jumlisa, Nurul Hilma Shafar, dan Chrisnawati, “METODOLOGI PENGEMBANGANTEORI
AKUNTANSI SYARIAH”, dalam
https://www.academia.edu/37568988/Modul_Metodologi_Pengembangan_Teori_Akuntansi_Syariah_2018,
diakses 26 Maret 2023
5
berganda. Pendekatan teori akun merasionalisasikan pilihan dari teknik-teknik
akuntansi yang berdasarkan atas pemeliharaan persamaan akuntansi, yaitu
persamaan neraca dan persamaan laba akuntansi.
Pendekatan pragmatis dan pendekatan otoriter beranggapan bahwa teori
akuntansi dengan teknik akuntansi yang dihasilkannya harus didasarkan pada
kegunaan akhir laporan keuangan jika akuntansi menghendaki mempunyai satu
fungsi yang bermanfaat. Dengan kata lain suatu teori yang tanpa konsekuensi praktis
merupakan teori yang buruk.
b. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif dalam penyusunannya dari suatu teori diawali
dengan observasi dan pengukuran serta berlanjut pada kesimpulan
umum. Dalam penerapannya dalam akuntansi, pendekatan induktif diawali
dengan observasi mengenai informasi keuangan dari perusahaan bisnis dan
5
Ibid.
6
dilanjutkan dengan menyusun generalisasi dan prinsip-prinsip menghitung dari
observasi tersebut berdasarkan pada hubungan yang berulang kembali.
Pendekatan induktif mencakup empat tahap:
a) Mencatat seluruh observasi
b) Menganalisis dan mengklasifikasi observasi untuk mendeteksi adanya
hubungan yang berulang kembali
c) Penurunan induktif dari generalisasi dari prinsip akuntansi dari observasi
yang menggambarkan hubungan berulang
d) Menguji generalisasi
c. Pendekatan Etis
Inti dasar pendekatan etis adalah terdiri atas konsep-konsep keadilan,
kejujuran, dan kebenaran, serta kewajaran. Konsep tersebut digunakan oleh dr.
Scott sebagai kriteria utama untuk membahas suatu teori akuntansi. Ia
menyamakn perlakuan yang "keadilan" dengan perlakuan yang adil, terhadap
semua pihak yang berkepentingan; menyamakan laporan akuntansi yang “
kebenaran” dengan laporan akuntansi yang benar dan tepat tanpa kesalahan
penyajian: dan menyamakan “ keadilan” dengan penyajian yang adil, tidak
memihak.
Konsep keadilan (kewajaran) di terima umum. Hal ini secara kejiwaan
dapat di anggap sebagai yang diperlukan sekali, sebab dapat meningkatkan
kepercayaan para pemakai. Kewajaran merupakan suatu tujuan yang diperlukan
7
sekali dalam pembentukan suatu teori akuntansi apabila apa pun yang
dipaksakan pada dasarnya dapat dibuktikan secara logis atau secara empiris dan
apabila dioperasionalkan melalui suatu definisi yang menandai dan melalui
pengenalan sifat-sifatnya.
d. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologi pengaruh pengaruh sosial dari teknik
akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang disusun pada suatu konsep
dari kewajaran yang lebih luas. Berdasar pada pendekatan sosiologi, prinsip
atau teknik akuntansi yang ada dievaluasi untuk penerimaan dari pengaruh dasar
laporannya terhadap seluruh kelompok dalam komunitas.
Tujuan utama dari akuntansi sosio ekonomi adalah untuk mendorong
entitas-entitas bisnis yang berfungsi di sistem pasar bebas untuk
mempertimbangkan dampak dari pengaruh kegiatan produksi mereka sendiri
dalam lingkungan sosial melalui pengukuran, internalisasi, dan pengungkapan
dalam laporan keuangan mereka.
e. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi terhadap suatu perumusan suatu teori akuntansi
menitikberatkan pengendalian perilaku indikator makro ekonomi yang
akibatnya oleh pemakaian berbagai teknik akuntansi. Sementara pendekatan etis
berfokus pada suatu konsep “kewajaran” dan pendekatan sosiologis berfokus
pada suatu konsep “kesejahteraan ekonomi umum”. Menurut pendekatan ini,
pemilihan teknik akuntansi yang berbeda tergantung pada pengaruhnya
terhadap kebaikan perekonomian nasional. Lebih tegasnya, pemilihan teknik
akuntansi akan tergantung pada situasi ekonomi tertentu. Kriteria umum yang
digunakan oleh pendekatan makro ekonomi adalah:
a) Kebijaksanaan dan teknik akuntansi harus mencerminkan “realitas
ekonomi”
b) Pemilihan teknik akuntansi harus tergantung pada ”konsekuensi ekonomi”
Realitas ekonomi dan konsekuensi ekonomi merupakan istilah yang tepat
sekali untuk digunakan di dalam menunjukkan keuntungan pendekatan
mikro ekonomi. 6
6
Ibid., hlm. 4-6
8
2.2 Sebab-sebab Munculnya Akuntansi Islam (Syariah)
Menurut Iwan Triwiyono seperti yang dikutip oleh (Harahap 1997, 144)
menjelaskan bahwa temuan mengenai pencatatan dengan sistem buku berpasangan yang
merupakan bangunan dasar akuntansi modern tidak terlepas dari berkembangnya ilmu
aritmatika, yaitu yang dikembangkan dari persamaan Al Jabar (sebuah ilmu hasil ijtihad
pemikir muslim ternama yaitu Al Jabar), aritmatika dan temuan angka nol oleh Al
Khawarizmi (logaritma) pada abad ke 9 M. Ia menulis tentang Al Jabr Wa‟l Mughabalah
atau yang lebih dikenal dengan Aljabar atau Algebra, yang telah menjadi dasar kesamaan
akuntansi. Dari sisi budaya, bangsa Arab waktu itu pun sudah memiliki administrasi yang
cukup maju, praktik pembukuan telah menggunakan buku besar umum, jurnal umum,
buku kas, laporan periodik dan penutupan buku.
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa syariah Islam memberikan perhatian besar
terhadap masalah hisab. Hisab adalah salah satu proses perhitungan amal selama hidup
manusia di dunia oleh Allah. Oleh karena itu, setiap manusia dalam hidupnya harus selalu
dalam keadaan amanah, jujur dan komitmen tinggi terhadap janji yang telah diucapkan
kepada Allah SWT. Berkaitan dengan kata muhasabah di atas, menurut Atiya 2002, 56)
dinyatakan, bahwa kata Arab yang berarti akuntansi adalah muhasabah (hisab). Menurut
Muhammad Khir yang dikutip oleh Harahap disebutkan bahwa istilah hisab ditemukan
109 kali dalam Alquran (Harahap 1997, 56). Lebih jauh perubahan kata hisab menjadi
muhasabah adalah sebagai berikut Al-Muhasabah berasal dari perubahan kata “Al-hisab”,
yaitu perhitungan.
(Hayashi 1989) dalam Harahap mengatakan bahwa dalam akuntansi Islam ada “meta
rule” yang berasal di luar konsep akuntansi yang harus dipatuhinya yaitu hukum syariah
yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia. Dalam tulisannya Hayashi
menjelaskan bahwa konsep akuntansi Islam sudah ada dalam sejarah Islam yang sangat
berbeda dengan konsep akuntansi konvensional. Dia menunjukkan bahwa istilah
“muhtasib” sebagai seseorang yang diberikan kekuasaan besar dalam masyarakat untuk
memastikan sebagai “muhasabah”. Bahkan beliau menjelaskan bahwa dalam konsep Islam
ada pertanggungjawaban di akhirat, di mana setiap orang akan mempertanggungjawabkan
tindakannya di hadapan Tuhan.7
7
Zakaria Batubara, “AKUNTANSI DALAM PANDANGAN ISLAM”, dalam
https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/jas/article/download/163/163, diakses 26 maret 2023
9
Menurut Haneef dalam Hameed (2002a), pandangan dunia Islam yakin bahwa nilai
dan ritual Islam lebih banyak dibanding agama maupun faham lain, dengan bukti
berkembangnya bank Islam, lembaga keuangan Islam, asuransi Islam dan aplikasi syariah
Islam pada bidang politik, ekonomi dan kehidupan sosial muslim. Hameed (2002a, 2002b)
memberikan asumsi filosofis bahwa akuntansi konvensional dapat fungsional jika
diterapkan pada lembaga-lembaga yang menggunakan prinsip-prinsip Islam. Maka para
ahli ekonomi Islam bangkit dan melakukan Islamisasi pengetahuan. Hameed (2002a)
merumuskan faktor pendorong dan faktor penarik perlunya akuntansi Islam
sebagai berikut:
8
Kanaa, “METODOLOGI PENGEMBANGAN AKUNTANSI ISLAM” dalam
https://www.academia.edu/37604252/METODOLOGI_PENGEMBANGAN_AKUNTANSI_ISLAM, diakses
26 Maret 2023
10
2.3 Pengembangan Teori dan Praktik Akuntansi (Syariah) Islam
2.3.1 Perkembangan Teori & Praktek Akuntansi (Syariah) Islam secara Umum
Realitas akuntansi modern yang dibangun dengan nilai-nilai egoistik,
materialistik dan utilitarian, menjadi belenggu bagi manusia modern untuk
menemukan jati dirinya dan tuhan. Bagi kalangan masyarakat muslim, Tuhan
menjadi tujuan akhir dan menjadi tujuan puncak kehidupan manusia. Akuntansi
syari’ah hadir untuk melakukan dekonstruksi terhadap akuntansi modern. Melalui
epistemologi berpasangan, akuntansi syari’ah berusaha memberikan kontribusi bagi
akuntansi sebagai instrumen bisnis sekaligus menunjang penemuan hakikat diri dan
tujuan hidup manusia.
a. Versi Pertama
Akuntansi syari’ah memformulasikan tujuan dasar laporan
keuangannya untuk memberikan informasi dan media untuk akuntabilitas.
Informasi yang terdapat dalam akuntansi syari’ah merupakan informasi materi
baik mengenai keuangan maupun nonkeuangan, serta informasi nonmateri
seperti aktiva mental dan aktiva spiritual. Contoh aktiva spiritual adalah
ketakwaan, sementara aktiva mental adalah akhlak yang baik dari semua jajaran
manajemen dan seluruh karyawan. Sebagai media untuk akuntabilitas,
akuntansi syari’ah memiliki dua macam akuntabilitas yaitu akuntabilitas
horisontal, dan akuntabilitas vertikal. Akuntabilitas horisontal berkaitan dengan
akuntabilitas kepada manusia dan alam, sementara akuntabilitas vertikal adalah
akuntabilitas kepada Sang Pencipta Alam Semesta.
b. Versi Kedua
Tujuan dasar laporan keuangan syari’ah adalah: memberikan informasi,
memberikan rasa damai, kasih dan sayang, serta menstimulasi bangkitnya
kesadaran keTuhanan. Ketiga tujuan ini, merefleksikan secara berturut-turut
dunia materi, mental, dan spiritual. Tujuan pertama secara khusus hanya
menginformasikan dunia materi baik yang bersifat keuangan maupun non
keuangan. Tujuan kedua membutuhkan bentuk laporan yang secara khusus
menyajikan dunia mental yakni rasa damai, kasih dan sayang.
11
perekonomian serta membantu memakmurkan bumi dan pengabdian kepada Allah
SWT. Sumber-sumber hukum Islam telah mencukup kaidah-kaidah yang mengatur
pemeliharaan terhadap modal pokok (kapital). Prinsip-Prinsip Akuntansi pada
Modal Pokok yang terpenting diantaranya sebagai berikut.
a. Tamwil dan Syumul (Mengandung Nilai dan Universal) modal itu harus dapat
memberikan nilai, yaitu mempunyai nilai tukar di pasar bebas. Bisa saja, modal
beda dalam naungan sebuah perusahaan dalam bentuk uang, barang milik, atau
barang dagangan selama harta itu masih bisa dinilai dengan uang oleh pakar-
pakar yang ahli di bidang itu serta disepakati oleh mitra usaha.
b. Mutaqawwim (Bernilai) Modal itu harus bernilai, artinya dapat dimanfaatkan
secara syar’i. Jadi, harta-harta yang tidak mengandung nilai tidak termasuk
dalam wilayah akuntansi yang sedang dibicarakan, seperti khamar, daging babi,
dan alat-alat perjudian.
c. Penguasaan dan Pemilikan yang Berharga Mal atau harta itu harus dimilki
secara sempurna dan dikuasainya sehingga ia dapat memanfaatkannya secara
bebas dalam bermuamalah atau bertransaksi. Sebagai contoh, tidak boleh bagi
seseorang untuk memulai dengan pihak lain kerjasama dalam uang dan
pekerjaan dengan janji membayarkan uang tersebut dikemudian hari atau uang
itu masih bersifat utang (dalam jaminan), seperti yang ditegaskan oleh ulama
fiqih dalam fiqih syarikah.
d. Keselamatan dan Keutuhan Ra,sul-maal Sistem akuntansi Islam menekankan
pemeliharan terhadap kapital yang hakiki, seperti yang tergambar dalam sabda
Rasul sebagai berikut. “Seorang mukmin itu bagaikan seorang pedagang; dia
tidak akan menerima laba sebelum dia mendapatka ra’sul-maalnya (modal).
Demikian juga, seorang mukmin tidak akan mendapatkan amalan-amalan
sunnahnya sebelum ia menerima amalan-amalan wajibnya.” (HR Bukhari dan
Muslim). Jadi, kalau modal belum dipisahkan dan keuntungan telah dibagi, itu
dianggap telah membalikan sebagai modal kepada si pemilik saham. Hal inilah
yang banyak menimbulkan masalah dalam perusahaan-perusahaan.9
9
Bima Cinintya Pratama, "Penerapan Praktek dan Teori Akuntansi Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah"
dalam http://fe.ummetro.ac.id/ejournal/index.php/JA/article/view/181, diakses 26 Maret 2023
12
2.4 Pendekatan yang Digunakan dalam Studi Akuntansi (Syariah) Islam
Akuntansi syariah di Indoensia, dari semenjak tahun kemunculannya yaitu seiring
dengan berdirinya lembaga keuangan syariah yang dipelopori oleh Bank Muamalat
Indonesia (BMI) pada tahun 1991 sampai dengan peristiwa dilahirkannya pernyataan
standar akuntansi syariah (PSAKS) terakhir yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) pada tahun 2016, telah mengalami perkembangan yang cepat dalam
mengadopsi setiap perubahan dalam lingkungan bisnis syariah yang dihadapi masyarakat
Indonesia. Perubahan cepat dalam lingkungan bisnis syariah memerlukan suatu teori
akuntansi syariah yang baik pula. Teori akuntansi syariah diperlukan oleh para pelaku
akuntansi karena merupakan ilmu untuk menerapkan akuntansi syariah.
Pendekatan perumusan akuntansi syariah secara deduktif memulai perumusannya
dengan cara pengkajian atas konsep syariah yang ditetapkan Allah SWT di dalam Agama
Islam (Al Balidi, 2015). Agama Islam mengatur mengenai akidah atau keyakinan, hukum
amaliah, dan akhlak. Syariah dengan arti ketiga aturan agama Islam ini bisa disimpulkan
dari penggunaan syariah diawal penyebaran agama Islam. Siroj (2015) menamakan syariah
dalam arti agama Islam ini sebagai hukum dalam arti luas. Pendapat ini sejalan dengan
pendapat Al Balidi (2015). Aturan agama Islam ini kemudian diturunkan menjadi suatu
praktik akuntansi yang Islami.
Sementara itu, pendekatan perumusan akuntansi syariah induktif menjadikan
praktik akuntansi konvensional yang bersifat baik yaitu menimbulkan kemaslahatan
duniawi dan ukhrowi, diharmonisasikan dengan prinsip-prinsip syariah yang ada untuk
ditetapkan sebagai praktik akuntansi syariah. Pengharmonisasian praktik akuntansi
konvensional dengan prinsip syariah yang telah ada aturannya tidak akan menimbulkan
kesulitan. Permasalahan dalam pengharmonisasian ini adalah masih sedikitnya hukum
amaliah yang mengatur secara jelas akuntansi sehingga linieritas kesesuaian dengan
syariah agama Islam yang sebelumnya telah ada perlu juga diharmonisasikan. Karena
belum tersedianya hukum amaliah yang mengatur akuntansi syariah dengan lengkap sesuai
dengan syariah agama Islam, tingkat implementasi syariah di dalam akuntansi tidak
terlihat banyak kekhasan syariahnya. Akibat tindakan tersebut timbul praktik akuntansi
dengan aturan syariah yang tidak tepat atau sebagaimana dinyatakan oleh Rahmanti (2015)
bahwa PSAK sebagai produk pemikiran akuntansi syariah dengan pendekatan induktif
masih belum implementatif.
Namun, bukan berarti pendekatan deduktif berkembang dengan tanpa
permasalahan. Permasalahan yang akan timbul dalam pendekatan deduktif adalah ketika
13
konsep-konsep akuntansi syariah yang sudah dibangun dalam tataran praktik yang tepat
tidak bisa diaplikasikan sehingga kemajuan dalam bidang akuntansi syariah akan
terhambat. Hal ini dibuktikan salah satunya adalah dengan masih diterapkannya
Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) Syariah yang masih berorientasi konvensional.
Perumusan akuntansi yang tidak aplikatif pada akhirnya akan menghambat pula
perkembangan akuntansi dan ekonomi syariah secara umum.10
10
Dudi Abdul Hadi, “Pengembangan Teori Akuntansi Syariah di Indonesia” dalam
https://jamal.ub.ac.id/index.php/jamal/article/view/905/pdf, diakses 24 Maret 2023
14
berkaitan erat satu dengan yang lain. Oleh karena itu, keberhasilan konstruksi teori ini akan
menemukan kecocokan kriteria pada semua bidang.
15
konsep informasi akuntansi berguna, seperti relevansi dan reabilitas, bisa begitu saja
dimasukkan dalam praktek akuntansi Islam oleh AAOIFI.11
11
Kanaa.”METODOLOGO PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH”, dalam
https://www.academia.edu/37604252/METODOLOGI_PENGEMBANGAN_AKUNTANSI_ISLAM, diakses
29 Maret 2023
16
Dasar pembuatan SAK Syariah ini bersumber pada Al-Quran Surat Al-Baqarah
ayat 282-283. Ayat tersebut menjabarkan prinsip pencatatan laporan keuangan yang
menggunakan konsep kejujuran, keadilan dan kebenaran. Pembuatan SAK Syariah
ini mengikuti perkembangan ekonomi islam di dunia. Perkembangan tersebut
menciptakan lingkungan ekonomi dan pasar baru yang berbasis syariah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan ilmu pengetahuan barat
sangat pesat dan melampaui ilmu yang dikembangkan oleh kaum muslimin.
Berkaitan dengan aspek politik, ekonomi, agama, kultur, dan pendidikan, umat
Islam berada pada posisi bangsa yang tertinggal. Ada beberapa masalah yang sedang
dihadapi umat muslim yaitu:
a. keterbelakangan umat
b. kelemahan umat
c. stagnasi intelektual umat
d. absennya ijtihad umat
e. mandegnya kemajuan kultur umat
f. kesenjangan umat dari norma-norma dasar peradaban Islam (Abu Sulayman,
19810)
Oleh karena itu Al Faruqi (1984) memberikan 5 langkah untuk melakukan
islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu :
a. Penguasaan disiplin ilmu modern
b. Penguasaan khazanah Islam
c. Penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern apa
pendapat normative dari para ahli atau lembaga tentang teori akuntansi Islam
d. Menguasai syariah, konsep, filosofi dan prinsip-prinsip. Pencarian sintesa
kreatif antara khazanah Islam dengan ilmu modern
e. Pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai pemenuhan
pola rencana Allah SWT.12
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Islamisasi ilmu pengetahuan
pada dasarnya adalah suatu upaya pembebasan pengetahuan dari asumsi-asumsi
12
Dudi Abdul Hadi, “PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH DI INDONESIA”, dalam
https://jamal.ub.ac.id/index.php/jamal/article/download/905/701, diakses 26 Maret 2023
17
Barat terhadap realitas dan kemudian menggantikannya dengan pandangan dunia
Islam sendiri (Zainuddin,2003).
2.6.3 Al-Attas
Prof. al-Attas kemudian menjelaskan bahwa bahasa Islam lahir seiring dengan
proses turunnya wahyu kepada Rasulullah. Wahyu tersebut kemudian
mengIslamkan bahasa Arab Jahiliyah. Untuk itulah, menurutnya, istilah-istilah kunci
(key terms) di dalam Islam pada akhirnya selalu bersumber dari al-Quran. Sebab, al-
Quran menjadi bukti paling sahih proses islamisasi bahasa Arab. Untuk itulah,
menurut Prof. al-Attas, bahwa proses Islamisasi (sebuah ide besar dan genuine yang
berasal darinya) harus dimulai dari bahasa yang dilakukan oleh al-Quran terhadap
bahasa Arab.
Karena telah di Islamkan oleh wahyu, istilah-istilah kunci tersebut pun sifatnya
pasti dan tidak berubah-ubah. Dalam hal ini, perubahan sosial ( socialchange) tidak
menjadi faktor dominan dalam memberikan makna terhadap istilah-istilah kunci
tersebut. Untuk itulah, kalau tidak terjadi kekeliruan dalam ilmu (confusion of
knowledge), setiap generasi umat manusia akan memiliki
pemahaman yang sama dan tidak berubah terhadap istilah-istilah kunci tersebut.
Namun, menurutnya, upaya Islamisasi yang dimulai dari bahasa tersebut
adalah hal yang selama ini selalu bertentangan atau dilawan oleh orang-orang
sekular. Mereka selalu membiarkan perubahan sosial sebagai faktor dominan untuk
mengubah istilah-istilah kunci (Syed Muhammad Naquib al-
Attas, Islam and Secularism, Kuala Lumpur: ISTAC 1993, 45-46). Hal tersebut
ditambah dengan media massa, majalah, dan berita yang kemudian menjadi faktor-
faktor dominan juga dalam menentukan makna bahasa serta istilah-istilah
kunci. Sama dengan Islamisasi, orang-orang sekular pun kemudian menjadikan
bahasa sebagai pintu untuk melakukan sekularisasi.
Prof. al-Attas menegaskan perihal pemikirannya selama ini
tentang bahasa, terutama istilah-istilah kunci di dalam Islam. Dalam istilah-istilah
kunci tersebut terkandung pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran
(Islamic vision of reality and truth) yang menjelaskan tentang pandangan hidup
Islam (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam,
ISTAC: Kuala Lumpur: 2001, 29-30). Hal ini sekaligus menegaskan bahwa bahasa
mencerminkan ontologi (language reflectsontology). Hal inilah yang mungkin
18
menjadi latar belakang kenapa Nabi Adam diajarkan “nama-nama” (al-asma’ ) oleh
Allah terlebih dahulu. Sebab, nama-nama tersebut adalah bahasa yang merefleksikan
tentang realitas dan kebenaran. Para ahli mantiq pun kemudian mendefinisikan
manusiasebagai “hayawan nathiq”(hewan berbicara). Sifat “bicara” tersebut
menjelaskan bahasa yang juga merefleksikan tentang realitas dan kebenaran.
Kedudukan bahasa yang mencerminkan realitas dan kebenaran itulah yang
menjadi latar belakang para ilmuwan Muslim menulis kamus-kamus besar seperti
Lisan al-Arab, al -Mufradat fi Gharib al-Qur`an, Kasysyaf al- Ishthilahat al-Funun
wa al-‘Ulum, dan Taj al-‘Arus. Bahkan leksikon “kecil” seperti al-Ta’rifat yang
ditulis oleh al-Jurjani pun bertujuan untuk menjaga istilah-istilah kunci di dalam
Islam. Bisa dipastikan, jika istilah-istilah tersebut dirusak maknanya, akan terjadi
kekeliruan dalam ilmu (confusion ofknowledge), sebagaimana yang bisa kita lihat
dan rasakan pada zaman sekarang.
Kita ambil contoh kata shalat. Sebelum Islam turun, masyarakat Arab Jahiliyah
tidak mengenal shalat sebagai ritual khusus yang dimulai dengan takbir dan ditutup
dengan salam, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Namun, ketika Islam
turun, kata shalat kemudian diubah maknanya sebagai ibadah yang kita kenal selama
ini. Karena telah diIslamkan seiring dengan turunnya wahyu, kata shalat tidak bisa
diartikan secara sederhana dengan berdoa (pray) saja. Sebab, untuk menyebut kata
yang berarti “doa”, masih ada kata lain yang bisa digunakan selain kata shalat. Untuk
itulah, agar makna sebuah kata bisa difahami dengan jelas, para ilmuwan Muslim
kemudian membuat batasan makna sebuah kata dalam bentuk ta’rif, baik yang
lughawi (etimologi) ataupun ishthilahi (terminologi).
Di sinilah kenapa istilah-istilah kunci di dalam Islam kemudian sering tidak bisa
diterjemahkan kepada bahasa-bahasa lain. Hal ini pula lah yang kemudian
menyebabkan kata-kata kunci di dalam Islam meresap kepada bahasa-bahasa lain
untuk kemudian menjadi kosakata yang inheren dalam bahasa-bahasa tersebut
seperti Bahasa Melayu, Persia, Turki, Urdu, dll. Bahasa-bahasa yang telah dimasuki
oleh istilah-istilah kunci tersebut kemudian disebut oleh Prof. al-Attas sebagai
bahasa-bahasa Islam13
13
Kanaa.”METODOLOGO PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SYARIAH”, dalam
https://www.academia.edu/37604252/METODOLOGI_PENGEMBANGAN_AKUNTANSI_ISLAM, diakses
29 Maret 2023
19
Kemampuan umat Islam untuk menulis leksikon-leksikon pun bisa disebut
sebagai tradisi ilmu yang hanya berkembang dan dimiliki oleh umat Islam. Tidak
ada peradaban dan agama mana pun yang bisa menandingi kemampuan umat Islam
dalam menulis leksikon. Yang lebih mengagumkannya lagi, leksikon-leksikon
tersebut banyak yang ditulis hanya oleh seorang ilmuwan bukan ditulis dalam bentuk
komite khusus tentang bahasa sebagaimana yang lazim terjadi pada zaman sekarang.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bidang akuntansi yang membahas proses pemikiran atau penalaran yang berfungsi
untuk menjelaskan praktik atau memberi justifikasi terhadap praktik dikenal dengan
sebutan teori akuntansi. Ada beberapa pendekatan tradisional pada teori akuntansi, antara
lain:
1. Pendekatan non-teoritis
2. Pendekatan teoritis
1) Pendekatan deduktif
2) Pendekatan induktif
3) Pendekatan etis
4) Pendekatan sosiologis
5) Pendekatan ekonomi
1. Faktor pendorong
Akuntansi konvensional tidak cukup untuk muslim dan organisasi Islam. Tujuan,
karakteristik, dan metode akuntansi konvensional muncul dari nilai filosofis dasar
masyarakat Barat.
2. Faktor penarik
1) Islamisasi pengetahuan, disiplin modern yang dikembangkan dari Barat yang
sekuler tidak cocok dengan ajaran Islam.
2) Berdirinya organisasi Islam, organisasi Islam memiliki tujuan, karakteristik, dan
operasi sesuai dengan syariat, sehingga harus tersedia akuntansi yang dapat
diterapkan dan relevan sesuai kaidah-kaidah syariah agar tujuan dan nilai Islam
secara konsisten diterapkan.
21
modern. Melalui epistemologi berpasangan, akuntansi syari’ah berusaha memberikan
kontribusi bagi akuntansi sebagai instrumen bisnis sekaligus menunjang penemuan
hakikat diri dan tujuan hidup manusia.
Ada empat tahapan yang harus dilalui oleh peneliti dalam menerapkan metodologi
analisis, yaitu logical, environmental, ideological, dan linguistic. Model pengembangan
akuntansi Islam antara lain model Islamisasi AAOIFI, model syariahisasi Ikatan Akuntansi
Indonesia, dan Al-Attas.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dengan judul “Metodologi
Pengembangan Teori Akuntansi Syariah”. Kami yakin dalam penulisan makalah ini masih
terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu mohon saran yang membangun dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, Hani Werdi. 2018. Teori Akuntansi Berdasarkan Pendekatan Syariah. Yogyakarta:
Deepublish.
Pratama, Cinintya Bima. 2017. Penerapan Praktek dan Teori Akuntansi Syariah Berdasarkan
23