Anda di halaman 1dari 19

METODOLOGI EKONOMI ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah

Ekonomi Mikro Islam

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Khifni Nasif, M.E

Disusun oleh Kelompok 2 :

1) Mayasari (2250510065)
2) Thirafi Ahmad Ramadhani (2250510081)
3) Aprilia Maharani (2250510091)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

KUDUS

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, Tidak lupa pula penulis ucapkan terima
kasih kepada Bapak Khifni Nasif, M.E, selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Mikro
Islam yang senantiasa membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas maklah ini.

Makalah yang berjudul “Metodologi Ekonomi Islam” ini disusun untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Ekonomi Mikro Islam.

Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan. Penulis juga berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.

Kudus, 18 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
1. Pengertian Metode dan Metodologi.......................................................................................2
2. Definisi Metodologi Ekonomi Islam.......................................................................................3
3. Ruang Lingkup Metodologi Ekonomi Islam..............................................................................5
4. Metodologi Ilmu Ekonomi dalam Islam.................................................................................8
5. Fungsi Metodologi dalam Penelitian Ekonomi Islam............................................................9
6. Metodologi Ekonomi Islam...................................................................................................10
7. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam.............................................................................12
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................................14
1. Kesimpulan............................................................................................................................14
2. Saran.......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi mikro Islam adalah ilmu yang membahas mengenai masalah produksi,
distribusi, dan konsumsi manusia seperti yang dianjurkan oleh Syariah Islam. Karena Islam
menganjurkan manusia untuk melakukan kegiatan ekonomi menurut Al-Quran dan Al-
Hadits. Dalam memenuhi kebutuhan ini manusia harus selalu memperhatikan keseimbangan
keinginannya.

Dalam era saat ini, Ekonomi Islam sebagai disiplin ilmu masih dalam proses
pengembangan. Ilmuwan masih belajar dan terus mengkaji unsur ilmiah, landasan filosofis,
metodologi dan isi ekonomi Islam. Sasaran yang ingin dicapai dalam dua aspek, diantaranya
adalah :

(1) Pada tingkat ilmiah konsep, teori dan referensi ekonomi muncul Islam sebagai tubuh
pengetahuan dan 
(2) di tingkat praktis penerapan sistem ekonomi Islam menerapkan ajaran dan prinsip-
prinsip Islam dari ekonomi ke realitas. 

Dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, manusia selalu mencari kebenaran yang
dapat dijadikan sebagai prinsip hidup menurut syariat Islam. Oleh karena itu, untuk
memudahkan orang memecahkan masalah mereka, maka disusunlah suatu metodologi ilmu
ekonomi islam.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari Metode dan Metodologi?
2) Bagaimana Definisi dari Metodologi Ekonomi Islam ?
3) Bagaimana Ruang lingkup Metodologi Ekonomi Islam?
4) Bagaimana Metodologi Ilmu Ekonomi dalam Islam?
5) Apa Fungsi Metodologi dalam Penelitian Ekonomi Islam?
6) Bagaimana Penjelasan Mengenai Metodologi Ekonomi Islam itu sendiri?
7) Bagaimana Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam?

C. Tujuan Penulisan
1) Untuk Mengetahui arti dari metode dan metodologi
2) Untuk mendeskripsikan definisi dari metodologi ekonomi islam
3) Untuk mendeskripsikan ruang lingkup metodologi ekonomi islam
4) Untuk Mengetahui Metodologi Ilmu Ekonomi Dalam Islam
5) Untuk Mengetahui Fungsi Metodologi dalam Penelitian Ekonomi Islam
6) Untuk Mengetahui Isi dari Metodologi Ekonomi Islam
7) Untuk Mengetahui Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam

iv
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Metode dan Metodologi

Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang),
hodos (jalan). Jadi metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang
ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu
cara menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau
penelitian. Sedangkan menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi
uraian, penjelasan dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan
keilmuan. Hugo F.Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitian ilmiah,
sistem tentang prosedur dan teknik riset (Nahriyah 2018).

Ketika metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah. Logos berarti “studi
tentang”. Oleh karena itu metodologi tidak lagi sekedar kumpulan cara yang sudah diterima
(well reseived) tetapi berupa kajian tentang metode. Dalam metodologi dibicarakan kajian
tentang cara kerja ilmu pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak ada perbedaan,
refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan. Sebaliknya dalam metodologi terbuka
luas untu mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka dari itu,
metodologi menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan metode tidak (Fanani 2008,9).

Sedangkan menurut Partanto and Al-Barry (1994, 462) metodologi adalah ilmu cara-cara dan
langkah-langkah yang tepat (untuk menganalisa sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara.
Metode didefinisikan sebagai suatu rangkaian sistematik dan urutan ide (pemikiran). Hal ini
merujuk pada suatu struktur berpikir seperti induksi atau deduksi atau teknik penelitian atau
alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data seperti observasi, studi kasus, atau
survey.

Metode merupakan suatu mode, prosedur atau cara investigasi berdasarkan suatu rencana
yang ditentukan. Metode mengarahkan kita bagaimana merangkai ide, opini, dan argument
untuk menginvestigasi atau menjelaskan suatu kebenaran. Sedangkan metodologi merupakan
filosofi penelitian. Metodologi menentukan pendekatan yang diambil oleh peneliti untuk
memahami fenomena-fenomena terentu. Metodologi juga menentukan standar-standar
diterimanya suatu kejadian dan menentukan peran berpikir di dalam investigasi. Metodologi
merupakan suatu ilmu mengenai metode-metode dan pengaplikasiannya pada bidang tertentu.
Metodologi melibatkan ketepatan metode-metode dan teknik-teknik berpikir yang digunakan
di dalam suatu investigasi.

v
2. Definisi Metodologi Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam menggunakan
sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sebagai disiplin ilmu, ekonomi Islam juga harus memiliki metodologi yang jelas dan
sistematis guna untuk pengembangan konsep ilmiah dan kerangka ilmu dan untuk melahirkan
teori-teori ekonomi Islam yang akan menjelaskan fenomena ekonomi. 

Sedangkan, Metodologi menurut Fox adalah “kajian tentang proses melahirkan teori yang
bertujuan menjadikannya valid secara ilmiah. Metodologi menganalisa proses melahirkan
ilmu pengetahuan dan teori dan juga bagaimana membuktikan kebenarannya secara ilmiah”. 1
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa metodologi merujuk pada suatu proses ilmiah yang
mencakup serangkaian metode, teknik, dan mekanisme prosedural untuk menciptakan teori
dan membuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, output dalam kajian metodologi sendiri ada
dua yaitu :2

1) Sebuah set kriteria ilmiah, prinsip dan standar, atau rasionalis, argumentasi dan
justifikiasi untuk melahirkan sebuah teori dan membuktikan kebenarannya mana yang
valid dan tidak valid, benar dan salah.
2) Serangkaian metode, teknik, prosedur ilmiah yang perlu ditempuh dalam melahirkan
teori dan membuktikan kebenaran teori tersebut. Biasanya ini dihasilkan setelah jelas
kriteria ilmiah dan kebenaran.
Dari definisi diatas, dapat diketahui bahwa metodologi ekonomi Islam adalah metode
untuk memahami, menafsirkan, dan menerima ketentuan hukum Al-Qur'an dan Hadits untuk
mengambil keputusan yang paling sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Menurut
Blaug peran metodologi sendiri dalam ilmu ekonomi islam adalah sebagai berikut3, Kajian
metodologi berusaha mengajukan kriteria ilmiah untuk menerima atau menolak sebuah
program riset, menyusun standar yang akan membantu kita membedakan yang benar dan
tidak. Standar tersebut bersifat relatif, dinamis, dan tidak boleh ada ambiguitas dalam hal
pengusulan solusi praktis kepada ekonom tentang masalah ekonomi.

Dalam menentukan metode ekonomi Islam ini sendiri, ada tiga sumber ajaran Islam yang
dijadikan pedoman pendiriannya:

1) Alquran
Ada beberapa cara menafsirkan Al-Qur'an yang diterima oleh sebagian besar ulama, antara
lain:

a) Menafsirkan Alquran dengan Alquran, menafsirkan satu ayat dengan ayat lainnya
yang saling menguatkan, melengkapi dan mengaitkan.

1
Glen Fox, Reason and Reality in the Methodologies of Economics, hal. 33.
2
Hafas Furqani & Mohamed Aslam Haneef, “Theory Appraisal in Islamic Economic Methodology: Purposes and
Criteria.”Humanomics, Journal of System and Ethics, Vol. 28, No. 4 (2012), hal. 270-284
3
Mark Blaug, The Methodology of Economic. hal. 264.

vi
b) Menafsirkan Al-Qur'an dengan Hadits melihat perilaku Nabi karena semua perintah
Nabi mencerminkan apa yang diperintahkan dalam Al-Qur'an.
c) Menafsirkan Al-Qur'an dengan penjelasan para sahabat, karena para sahabat berjuang
bersama Rasulullah untuk menunaikan tugasnya menyebarkan agama Islam.
d) Menafsirkan Al-Qur'an dengan refleksi karena dalam sejarah penafsiran Al-Qur'an
telah terjadi perdebatan yang dinamis antara penafsiran bil ro'i dan bil ma'sur.
2) As Sunnah

Qardhawi menyajikan beberapa prinsip dasar untuk memahami sunnah:

a) Teliti keabsahan Hadits dengan referensi ilmiah yang dikonfirmasi oleh para ahli
Hadits.
b) Mampu memahami dengan benar teks-teks Nabi Muhammad sesuai kaidah bahasa
Arab dan konteks hadits.
c) Pastikan teks tidak bertentangan dengan teks lain yang memiliki posisi lebih kuat.
3) Ijtihad
Ijtihad merupakan salah satu metode hukum yang melestarikan makna ajaran Islam dalam
segala aspek kehidupan menembus ruang dan waktu. Metode umum yang digunakan dalam
Ijtihad adalah:

a) Ijma'
b) Qiyas
c) Istihsan
d) Istihab
e) Maslaha mursala
f) Al-'urf
Kemudian metodologi obyek bertujuan untuk menyelidiki kebenaran, mengkaji realitas
perilaku pelaku ekonomi dan di rumah produsen, di rumah konsumen dan pemerintah, serta
harus memahami juga konsep perilaku ideal menurut Islam. . Ajaran merumuskan apa yang
harus dipakai pelaku ekonomi. dan potensi dampak ekonomi.

Metodologi ekonomi meliputi seperangkat kriteria, aturan dan prosedur untuk memeriksa
sifat, ruang lingkup dan efisiensi ekonomi. Dalam ilmu-ilmu sosial, termasuk ekonomi,
rumusan teori. Oleh karena itu, tujuan utama teori sosial bukanlah untuk meramalkan dan
mengantisipasi masa depan, melainkan untuk menjelaskan dinamika peristiwa yang sedang
berlangsung. Namun ironisnya, ilmu ekonomi khususnya telah lama cenderung banyak
melakukan penelitian yang dijadikan landasan teori untuk memprediksi peluang yang
potensial.

Metodologi sangat erat kaitannya dengan teori-teori tentang benar dan salah, atau baik
dan jahat, yang dijadikan landasan untuk merumuskan suatu metodologi yang disebut
pandangan dunia. Dalam metodologi Islam memiliki pandangan hidup tersendiri dan
bersumber dari ajaran agama, sehingga konsep kebenaran dimulai dari sistem ajaran agama.
Metodologi ekonomi Islam menggunakan tiga sumber:

vii
a) Sumber ajaran agama
b) Sumber ekonomi tradisional
c) Sumber data empiris
Menurut Muhammad Anas Zarqa, ekonomi Islam terdiri dari tiga kerangka metodologi,
yaitu:
1) Asumsi dan gagasan, yaitu. apa yang disebut ide dasar dan prinsip ekonomi Islam.
Pemikiran ini bersumber dari Al-Qur'an, As-Sunnah dan Fiqh al Maqosid. Gagasan ini
nantinya harus ditransformasikan menjadi pendekatan ilmiah ketika kerangka konseptual
ekonomi Islam itu sendiri dibangun.

2) The Nature of Value Judgment atau pendekatan nilai terhadap kondisi ekonomi yang
terdapat dalam Islam. Pendekatan ini terkait dengan konsep utilitas dalam Islam.

3) Positif ekonomi, bagian ini menjelaskan realitas ekonomi dan bagaimana konsep-
konsep Islam dapat diturunkan dalam kondisi nyata dan nyata. Ekonomi Islam didasarkan
pada tiga pendekatan metodologi ini.

3. Ruang Lingkup Metodologi Ekonomi Islam

Membahas mengenai metodologi Ilmu Ekonomi Islam tidak lepas dari pemikiran Islam
yang menjadi sumber untuk pembentukannya. Pemikiran Islam mengenai ekonomi sudah ada
sejak dari zaman kuno kenabian yang terdapat di sumber fikih juga literatur dari cendekiawan
mulim abad pertengahan. Perkembangan pemikiran tersebut menjadi sangat cepat di kurun
waktu terakhir, khususnya pada dekade abad ke-20 dengan adanya paradigma baru mengenai
ekonomi Islam. Namun, meskipun paradigma dan kontribusi akan ekonomi Islam semakin
berkembang, konsep, asumsi dan analisis metodologi dan pendekatan di antara para
pemikirnya masih menjadi diskusi. Tidak menutupi adanya persamaan pandangan, tetapi
perbedaan yang ada tentang isu fundamental mengenai konsep, asumsi, metodologi dan
pendekatan ekonomi Islam ini seharusnya diselesaikan karena untuk kebutuhan
perkembangan ilmiah yang mana apabila tidak ada kesepakatan akan terus menjadi
perdebatan di antara para ekonom Islam.

Ilmu ekonomi Islam dibangun dari pengetahuan ekonomi Islam yang bersumber dari tubuh
pengetahuan dan dikumpulkan oleh fukaha dan sarjana Islam yang menunjukkan ketertarikan
terhadap aspek dan masalah ekonomi Islam di lingkungan sosialnya. Di mana
pertumbuhannya sudah sejak dari tahun hijriah awal (abad Gregorian ke-7) dan berkembang,
berevolusi dari waktu ke waktu seiring pertumbuhan pengetahuan ekonomi Islam dalam
bidang kebijakan fiskal, moneter, perdagangan dan pasar serta transaksi keuangan.

Pada abad ke-20 di mana ekonomi Islam muncul sebagai disiplin ilmu yang baru, yang
tidak diragukan lagi dimotivasi oleh progres pemikiran sekuler pada abad ke-19. Hal ini
menunjukkan bahwa munculnya ekonomi Islam pada abad ke-20 disebabkan paling tidak
karena dari dua atribut. Pertama, merupakan ekspresi dari sejarah Islam, dan yang selanjutnya

viii
karena adanya keinginan untuk memahami isu dan permasalahan ekonomi yang ada
khususnya di dunia muslim pada zaman modern.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, untuk menentukan metodologi yang


digunakan di ekonomi Islam, tidak lepas dari perkembangan sejarah ekonomi Islam, yang
mana kemudian dari sumber pedoman Alquran dan hadis diaplikasikan ke permasalahan
ekonomi yang ada untuk memberikan analisis dan logika yang ada dari perspektif Islam.
Penerapan dari ekonomi Islam tentu tidak lepas dari adanya adopsi prosedur metodologi yang
tepat dari kontribusi teoritisnya. Kemudian perlu adanya usaha bagi peneliti untuk
meminimalisir dan mengeliminasi dari permasalahan aktual yang ada dengan kebutuhan
sosial muslim, yang mana hal ini pasti akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Ruang lingkup metodologi ilmu ekonomi Islam meliputi cara pandang manusia terhadap
kehidupan dunia, sumber rujukan, objek yang dianalisis, metode yang digunakan, dan
terakhir adalah prosedur yang menggambarkan tahapan dalam proses membangun konsep
ekonomi Islam. Ruang lingkup ini diturunkan dari dua unsur metodologi yang pada dasarnya
merupakan sebuah standarisasi pada
cara manusia dalam membentuk ilmu pengetahuan. Unsur yang pertama terkait dengan
kriteria-kriteria yang diperlukan dalam justifikasi teori, dan unsur yang kedua berhubungan
dengan bagaimana metode dan apa saja teknis prosedural yang diperlukan dalam membangun
konsep pengetahuan.

Dua unsur metodologi tersebut dapat diturunkan menjadi sebuah ruang lingkup yang
menjelaskan tentang proses yang dilakukan dalam metodologi ekonomi Islam. Metode
tersebut meliputi :4

1) Cara pandang manusia terhadap kehidupan dunia


Pandangan dunia atau pandangan hidup (worldview) berperan sangat penting dengan
segala dampaknya dalam sistem masyarakat tertentu. Worldview berfungsi sebagai
dasar bagi keseluruhan bangunan pengetahuan. Di bidang ilmu pengetahuan,
worldview berfungsi sebagai media kognitif yang menjelaskan posisi ontologis,
aturan metodologis, kerangka nilai, dan sebagainya.
Dengan worldview, manusia dapat mengetahui apa yang menjadi tujuan hidup dana
pa yang kemudian dianggap benar untuk mencapai tujuan hidup tersebut. Pengaruh
ajaran Islam dalam membangun konsep pengetahuan akan membuat perbedaan yang
signifikan dalam cara pandang manusia terhadap tujuan pengetahuan dibuat. Cara
pandang terebut pada akhirnya tentu akan mempengaruhi keseluruhan proses dan isi
dalam konsep pengetahuan yang dibangun.

2) Sumber Rujukan
Sumber rujukan merupakan sesuatu yang digunakan untuk memperkuat dan
menyokong suatu informasi dengan tegas. Dalam hal ini adalah terkait dengan
bagaimana dan dari mana objek dalam studi ekonomi Islam diperoleh. Cara umum
manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah dengan menggunakan panca-indra,

4
Nurzaman, M. S. (2019). Pengantar Ekonomi Islam: Sebuah Pendekatan Metodologi. Jakarta Selatan: Salemba
Diniyah.

ix
seperti dari melakukan pengamatan, kajian, uji coba, dan lainnya. Selain itu, manusia
juga bisa menggunakan nalar atau akal pikiran dalam menafsirkan sesuatu sebagai
rujukan yang dipakai dalam membangun studi ekonomi Islam. Akan tetapi, sebelum
sumber tersebut dipakai sebagai sumber rujukan dalam ekonomi Islam, Alquran dan
hadis adalah yang terpenting untuk menjadi acuan utama pengetahuan dalam ekonomi
Islam.

3) Objek
Objek kajian adalah inti pembahasan dalam ekonomi Islam, di mana pembahasannya
mencakup juga kriteria kelayakan seperti yang disebutkan dalam definisi metodologi.

4) Metode
Metode terbagi dua, yaitu yang bersifat pola pikir dan bersifat teknis. Metode pola
pikir meliputi cara penalaran yang menggunakan basis deduktif atau basis induktif.
Selain itu, penalaran yang juga penting dalam kajian metodologi ekonomi Islam yang
meliputi bagaimana menguji validitas sebuah konsep yang telah dianggap benar, yang
terbagi menjadi pemahaman yang bersifat falsifikasi dan verifikasi. Pemahaman
falsifikasi akan menempatkan pola pikir yang kritis dalam menerima kebenaran
sebuah konsep pengetahuan. Sementara pemahaman verifikasi akan menempatkan
pola pikir yang detail terhadap sebuah konsep pengetahuan.
Metode teknis dalam metodologi ekonomi Islam terbagi menjadi dua, yaitu metode
yang menggunakan pendekatan islamisasi, dan metode yang menggunakan basis legal
fikih. Perlu dicatat, metode islamisasi berbeda dengan pendekatan patchwork.
Walaupun sama-sama berangkat dari konsep ekonomi konvensional yang saat ini
merupakan konsep mainstream, metode islamisasi tidak sekadar membangun ekonomi
Islam secara pragmatis dengan mengambil apa yang paling sederhana dan mudah
dilakukan dari konsep ekonomi konvensional. Metode islamisasi akan berangkat dan
dibangun dari akar sampai ujung sebuah bangunan ekonomi sehingga ia bersifat
sistematis dan terstruktur dalam prosesnya.
Metode berbasis legal fikih, pada sisi lain akan membuat ekonomi Islam dibangun
dengan pendekatan sejarah, praktik, dan ide-ide yang termaktub dalam Alquran dan
hadis Nabi Muhammad SAW. Jika pendekatan islamisasi berangkat dari kondisi
kontemporer, maka pendekatan fikih akan berangkat dari apa yang telah dibangun
dalam peradaban Islam. Pendekatan ini bisa dikatakan pendekatan yang berusaha
membangun dari sisi ideal sebuah konsep ekonomi Islam karena dianggap pendekatan
yang pasti akan konsisten dengan ajaran itu sendiri.

5) Prosedur
Prosedur tidak hanya meliputi bagaimana keempat unsur awal dibangun, tetapi juga
pada tahapan teknis yang akan dilakukan. Tahapan teknis tersebut akan menjabarkan
langkah yang lebih terperinci serta prasyarat yang diperlukan dalam melakukan
tahapan tersebut. Selain itu, dalam prosedur juga akan memberikan berbagai alternatif
penjelasan yang terjadi dalam konsep yang dibangun.

Kajian metodologi ekonomi Islam dilakukan tidak hanya untuk menghasilkan sebuah
konsep dan teori ekonomi Islam yang terbukti secara empiris. Pada sisi lain, teori ekonomi

x
Islam yang dibangun tentu tidak sekadar mencerminkan konsep normatif yang terkandung
dalam Alquran dan hadis. Teori ekonomi Islam yang baik adalah hasil dari metodologi
kehidupan ekonomi masyarakat.

Dengan demikian, dapat ditarik tiga hal yang menjadi tugas pokok metodologi ekonomi
Islam dalam membentuk teori ekonomi Islam :

1) Menghasilkan teori ekonomi yang bisa “menghubungkan” kondisi ideal dan


realitas.
2) Menghasilkan teori ekonomi yang mampu “menjelaskan” realitas dan
hubungannya secara menyeluruh.
3) Menghasilkan teori ekonomi yang dapat “merealisasikan tujuan”.

4. Metodologi Ilmu Ekonomi dalam Islam

Menurut Hassan (1998) ada dua pendekatan metodologi yang digunakan dalam membangun
ilmu ekonomi. Pertama, all-or-nothing approach yaitu pendekatan yang berpegang pada
prinsip “syariah total atau tidak syariah sama sekali” maksudnya adalah seluruh teori dan
konsep ekonomi konvensional dinegasikan dan diruntuhkan, kemudian dibangunlah ilmu
ekonomi Islam dengan definisi dan konseptualisasinya sendiri. Akan tetapi, kelemahan
pendekatan ini seringkali tidak aplikatif dan sulit di realisasikan. Kedua, step by step
approach yaitu pendekatan gradual maksudnya pendekatan ini terjadi proses filterisasi ilmu
ekonomi konvensional dengan mengeliminasi komponen-komponen yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Namun kelemahan pendekatan ini adalah munculnya kritik bahwa
ekonomi Islam hanya “mengekor” ekonomi konvensional semata, sehingga original
keilmuannya sering dipertanyakan (Beik 2016).

Metodologi ekonomi Islam akan menjelaskan kriteria ilmiah untuk melahirkan teori ekonomi
Islam yang sesuai dengan sumber pengetahuan yang diakui dalam epistemologi Islam. Dalam
hal ini menurut Al-Attas (1993) yang menjadi tantangan adalah bagaimana melahirkan
metodologi yang tepat sehingga kita dapat melahirkan ilmu yang benar dan menghindari
kecacatan atau kesalahan dalam proses ilmiah dalam timbangan epistemologi Islam
sebagaimana yang terjadi dalam tradisi ilmiah Barat akibat sekularisasi dan reduksi dalam
metodologi ilmiah mereka (Furqani 2018, 32).

Ekonomi Islam sebenarnya telah muncul sejak Islam itu dilahirkan. Ekonomi Islam lahir
bukanlah sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri melainkan berbagai integral dari agama Islam.
Sebagai ajaran hidup yang lengkap, Islam memberikan petunjuk terhadap semua aktifitas
manusia, termasuk ekonomi. Sejak abad ke 8 telah muncul pemikiran-pemikiran ekonomi
Islam secara parsial, misalnya peran negara dalam ekonomi, kaidah berdagang, mekanisme
pasar, danlain-lain, tetapi pemikiran secara komprehensif terhadap sistem ekonomi Islam
sesunguhnya baru muncul pada pertengahan abad ke 20 dan semakin marak sejak dua
dasawarsa terakhir (P3EI 2009, 17). Metodologi ekonomi telah menjadi bahan kajian yang
diminati oleh para ekonom, khususnya di tengah-tengah krisis ilmu ekonomi saat ini. Diskusi

xi
yang berkembang tidak saja berkisar kepada mengkritik metodologi logika positivisme
seperti yang dipakai oleh ekonomi neoklasik yang saat ini mendominasi ilmu ekonomi, tetapi
juga mencoba melihat struktur keilmuan ekonomi secara keseluruhan. Banyak perspektif
alternatif telah diajukan untuk menjawab berbagai kekurangan dalam metodologi ilmu
ekonomi. 5

5. Fungsi Metodologi dalam Penelitian Ekonomi Islam

Metode penelitian itu merupakan alat bukan tujuan, maka metode sifatnya netral apa saja
dapat dipakai asalkan memenuhi syarat-syarat keilmuan, valid dan realible. Dengan
demikian, metodologi dapat diartikan sebagai logika dari penelitian ilmiah, studi terhadap
prosedur dan teknik penelitian dan suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian. Jadi,
yang dimaksud dengan metodologi sebagaimana diutarakan Robert Bogdan dan Steven J
Taylor adalah “...the process, principles, and procedures by which we approach problems and
seek answers. In the social sciences the term applies to how one conducts research”. 6
Berdasarkan pengertian ini maka dapat dipahami bahwa metodologi pada hakekatnya adalah
memberikan pedoman, tentang cara-cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa, dan
memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapinya. Metodologi merupakan suatu unsur
yang mutlak harus ada di dalam suatu penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Suatu
kegiatan penelitian dimulai, apabila seorang ilmuwan melakukan usaha untuk bergerak dari
teori, ke pemilihan metode. Di dalam proses ini, akan timbul preferensi seorang ilmuwan
terhadap teori-teori dan metode-metode tertentu.

Soejono Soekanto menguraikan bahwa ada empat peranan metodologi dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu:

1) Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan dan melaksanakan


penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap.
2) Memberikan kemungkinan yang lebih besar, untuk meneliti hal-hal yang belum
diketahui.
3) Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian
interdisipliner.
4) Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan pengetahuan
mengenai masyarakat.7
Pada ilmu-ilmu sosial, termasuk ilmu ekonomi Islam, maka kelangsungan perkembangan
suatu ilmu senantiasa tergantung pada unsur-unsurnya, yaitu teori, metodologi, aktivitas
penelitian dan imajinasi sosial. Suatu teori di samping suatu sistem yang berisikan proposisi-
proposisi yang telah diuji kebenarannya, juga mungkin memberikan pengarahan pada

5
Zulfani Sesmiarni, “Ekonomi dalam Islam”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, Vol. 10, No.2 (Desember 2021), 227.
6
Dikutip oleh Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Pres, 2010, hlm. 6.
7
Ibid. hlm. 7.

xii
aktivitas penelitian yang dijalankan, dan dapat pula suatu teori itu memberikan taraf
pemahaman tertentu. Metodologi digunakan oleh ilmuwan untuk memberikan pedoman dan
arahan dalam mempelajari dan menganalisa lingkungan dan permasalahan yang dihadapinya.
Sedangkan imajinasi sosial berarti bahwa seorang ilmuwan mendasarkan pemikirannya pada
kerangka sistem masyarakat. Hal ini berarti bahwa mungkin seluruh masyarakatyang menjadi
pusat perhatiannya, atau mungkin salah satu komponen dari masyarakat. Walaupun hanya
menelaah salah satu komponen saja, seorang peneliti harus menyadari bahwa komponen
tersebut mempunyai hubungan fungsional dengan komponen-komponen lainnya.

Berdasarkan paparan di atas timbul pertanyaan, yaitu bedakah metodologi penelitian ekonomi
Islam dengan metodologi penelitian ekonomi konvensional? Secara umum, kegiatan-kegiatan
penelitian, yaitu: perumusan masalah, penentuan variabel, cara pengumpulan data,
pengorganisasian data, analisis data, penulisan laporan, baik untuk ilmu ekonomi Islam
maupun konvensional adalah sama. Dengan kata lain, hampir semua alat yang digunakan
dalam ilmu ekonomi konvensional dapat dipakai dalam ekonomi Islam. Meskipun demikian,
pada dataran prinsip, norma dan nilai tetap terdapat perbedaan. Baju misalnya, pada
umumnya dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu baju muslim dan baju konvensional.
Tujuan seseorang memakai baju adalah hampir sama, yaitu sama-sama sebagai alat/media
untuk menutupi tubuh dan keindahan sebagaimana layaknya manusia beradab. Akan tetapi,
tujuan seorang muslim memakai baju muslim tidak hanya terbatas seperti di atas, tetapi juga
menutup aurat sesuai ajaran syariah.8

6. Metodologi Ekonomi Islam

Kritik utama ekonomi Islam terhadap ilmu ekonomi moderen adalah kecenderungan bebas
nilai (Value free) dan amoral (Ahmad, 1981; 1992). Ini besar kemingkinan diakibatkan:
Pertama, karena ilmu ekonomi cenderung berbicara pada dataran positif (positive economics)
memang menjaga obyektifitas ilmu namun amat sering dilanda krisis. Kedua, model dan
masyuarakat ekonomi yang dikembangkan selama 2 abad terakhir berada dalam tradisi
sekularisme Barat. Ketiga, trad isi pemikiran Neo-Klasik cenderung menempatkan falsafah
individualisme (maksimisasi kepuasan dan maksimisasi laba), naturalism (percaya dengan
mekanisme pasar sebagai in visible hand), dan utilitasrianisme sebagai dasar penyusunan
teori dan modelnya.

Dalam sistem ekonomi kapitalis, ilmu ekonomi adalah studi mengenai manusia, terutama
manusia sebagai homo economicus, di mana perilakunya didorong oleh kelangkaan
sumberdaya untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia ekonomi diasumsikan rasional dalam
segala perilakunya. Namun rasional di sini diartikan secara sempit, yaitu rasional yang

8
Ali Wardana, “Penelitian Ekonomi Islam Dan Pengembangannya”, Jurnal UM Tanggerang, Rausyan Fikr.
Vol.13, No.2 (September 2017) 28.

xiii
egoestik karena dalam segala tindak tanduknya manusia dibimbing oleh kepentingannya
pribadi, baik memaksimalkan kepuasan maupun keuntungan.

Konsep islam mengenai rasionalitas tidak menyangkal bahwa kepentingan pribadi merupakan
salah satu penentu perilaku manusia, namun kepentingan pribadi ini dikendalikan dengan
mengkaitkannya dengan tanggung jawab pribadi dan sosialk, serta moralitas secara umum.
Rasionalitas ekonomi dan kepentingan pribadi harus beoperasi dalam kerangka moral dan
hukum, sesuai yang dituntunkan oleh Syariah. Karena itu, ekonomi Islam mencoba
memasukkan konsep yang terlupakan dalam ilmu ekonomi seperti benar dan salah, adil dan
tidak adil, dan sebagainya. Dengan kata lain, keranka Islam memasukkan unsur ni/aJke dalam
analisis ekonomi.

Paradigma yang digunakan dalam ekonomi Islam adalah keadilan social dan ekonomi sebagai
tujuan utama (Qur'an, 57: 25). Oleh karena itu tidak seperti paradigma pasar dalam teori
ekonomi konvensional memaksimalkan kekayaan dan konsumsi, melainkan: menekankan
perlunya keseimbangan kebutuhan material dan spiritual. Kebutuhan spiritual tidak hanya
dipuaskan dengan doa, namun juga terpenuhinya perilaku individu dan sosial ssesuai ajaran
Islam (syariah). Kendari demikian, diperlukannya filter moral dalam paradigma ini bagi
alokasi dan distribusi sumber daya tidak berarti ditolaknya peranan harga dan pasar. Tujuan
utama Ekonomi Islam, pada gilirannya, merupakan realisasi kesejahteraan manusia melalui
aktualisasi ajaran Islam. Dalam konteks inilah dapat dipahami adanya beberapa dennisi
ekonomi Islam sebagai berikut:

"Ekonomi Islam adalah ilmu dan aplikasi petunjuk dan aturan Syariah yang mencegah
ketidakadilan dalam memperoleh dan menggunakan sumberdaya material agar
memenuhi kebutuhan manusia dan agar dapat menjalankan kewajibannya kepada
Allah dan Masyarakat". (Hasanuzzaman, 1984: h. 52)

"Ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi


masyarakat dalam perspektif nilai-nilai Islam". (Mannan, 1986: h.18)

Ekonomi Islam adalah "suaru upaya sistematik untuk memahami masalah ekonomi
dan perilaku manusia yang berkaitan dengan masalah itu dari perspektif Islam:.
(Ahmad, 1992: H.19)

Ekonomi Islam adalah "tanggapan pemikir-pemikir muslim terhadap tantangan


ekonomi pada jamannya. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Qur'an dan Sunnah,
serta alasan dan pengalaman. (Siddiqi, 1992: h.69)

"Ekonomi Islam memusatkan perhatian pada studi tentang kesejahteraan manusia


yang dicapai dengan mengorganisasikan sumberdaya di bumi atas dasar kerjasama
dan partisipasi". (Khan, 1994: h.33)

"Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang membantu


merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusisumberdaya yang
langka, yang sejalan dengan ajaran Islam, tanpa membatasi kebebasan individu

xiv
ataupun menciptakan ketidakseimbangan ekonomi makro dan ekologis." (Chapra,
1996: h33)

Pertanyaan yang mungkin muncul, kemudian, bagaimana hubungan antara ekonomi Islam
dengan ekonomi "konvensional"?

Ekonomi "konvensional" yang selama ini dikenal berisi banyak pernyataan-pernyataan


positif, kendati demikian, peranan nilai tidak setara eksplisit disebutkan. Bagi seorang
muslim (mat) satu-satunya sumber nilai adalah Al Qur'an dan Sunnah Nabi, Konsekuensinya,
apapun nilai yang dibutuhkan dalam proses analisis ekonomi harus diturunkan dari kedua
sumber nilai tersebut. Menurut Zarqa (1992), ekonomi Islam, secara lebih spesifik, terdiri
atas komponen berikut; Pertama, ajaran nilai berasal dari Qur'an, Sunnah, dan sumber sumber
lain (tafsir, fikih, dll.). Kedua, pernyataan positif yang akan masuk dalam ekonomi Islam
berasal dari ekonomi konvensional. Ketiga, penyataan positif yangada dalam ekonomi Islam
berasal dari Qur'an dan Sunnah. Keempat, hubungan antar variaberl ditemukan lewat
observasi, analisis dan eksperimen sebagaisumber ilmu.

Oleh karena itu tugas ekonomi Islam lebih besar daripada ilmu ekonomikonvensional
(Chapra, 1996: h. 35-36). Tugas pertama ekonomi Islam adalahmemperlajari perilaku aktual
individu dan kelompok, perusahaan, pasar, dan pemerintah. Aspek inilah yang diupayakan
oleh ilrnu ekonomi konvensional untukdilakukan, namun agaknya belum memuaskan karena
adanya asumsi perilaku yang mementingkan diri sendiri seperti maksimisasi kekayaan materi
dan maksimisasi kepuasan. Karena itu, tugas kedua ekonomi alsalam adalahmenunjukkan
jenis perilaku yang dibutuhkan untuk merealisasikan tujuan. Karenanilai-nilai moral
beorientasi pada realisasi tujuan, maka ekonomi Islam perlumempertimbangkan nilai-nilai
dan lembaga Islam, dan secara ilmiah menganalisisdampaknya terhadap pencapaian tujuan.
Ketiga, karena adanya perbedaan antaraperilaku ideal dan aktualnya, ekonomi Islam harus
menjelaskan mengapa parapelaku ekonomi tidak bertindak menurut jalan yang seharusnya.
Keempat, karenatujuan utama pencarian ilmu adalah membantu peningkatan kesejahteraan
manusia, ekonomi Islam harus menganjurkan cara bagaimana yang dapat membawa perilaku
semua pemain dipasar yang mempengaruhi alokasi dan distribusi sumberdaya sedekat
mungkin dengan tingkat yang ideal.

7. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam

Konsepsi Islam mengenai manusia ekonomi dirangkum dalam sebutan "Ibadur Rahman (Al
Qur'an, 25: 63). Perilaku "manusia Islam" (ibadur -rahman) dipandang rasional, dalam arti
perilaku dan tindakannya sejalan dengan prinsipprinsip Islam (syariat) dan bertujuan

xv
menciptakan suatu masyarakat yang seimbang. Manusia Islam yang rasional adalah manusia
yang perilakunya berusaha memaksimalkan nilai-nilai konformitas sesuai norma Islam.
Dengan demikian, dalam ekonomi Islam, perilaku yang rasional tidak seialu berarti
maksimisasi.

Rasionalisme versi Islam menganduang elemen dasar sebagai berikut:

(1) konsep sukses dalam Islam selau dikaitkan dengan nilai-nilai moral; (2) skala waktu
dalam perilaku konsumsi; (3) konsep kekayaan; (4) konsep barang; (5) etika konsumsi (Kaft
1992: h. 62-67). Konsep sukses menurut Siddiqi (1972) adalah :

Success lies in being virtuous. The more one's behaviour is in accord with moral
standard and the higher the level of his goodness, the successful he is...
Skala waktu bagi seorang muslim adalah kehidupan sebelum dan setelah mati. Karena
seorang muslim percaya akan adanya hubungan antara kehidupan dunia dan kehidupan
setelah mati, maka akan berdampat terhadap perilaku konsumsi sebagai berikut: Pertama,
hasil pilihan dari setiap tindakan terdiriatas dua bagian, yaitu dampak langsung terhadap
kehidupan di dunia saat ini dan kehidupan nanti di akhirat. Karena itu, utilitas yang diturnkan
dari pilihan semacam itu merupakan total nilai sekarang (present value) dari kedua dampak
ini, Kedua, jumlah alternatif penggunaan pendapatan akan meningkat dengan dimasukkannya
manfaat yang akan diperoleh di akhirat kelak. Contoh alternatif penggunaan pendapatan yang
manfaatnya baru dirasakan di akhirat adalah mernberikan sedekah kepada fakir miskin
maupun orang yang membutuhkan, mernberikan pinjaman tanpa bunga, menyantuni anak
yatim, dll. Jadi jelas bahwa banyak alternatif penggunaan pendapatan mungkin mempunyai
utilitas positif dalam kerangka Islam, meskipun dalam kerangka kapitalis bisa nol atau
negatif.

Kekayaan, menurut ajaran Islam, merupakan karunia Allah. Harta kekayaan hanyalah
merupakan "tihpan" dari Allah. Manusia hanya memeiliki "hak guna' atas kekayaan yang
dimilikinya. Ini dinyatakan dalam hadis yang mengatakan :

None of your property (wealth and income) belong to you except what you eat and
use up, what your wear and wear out, and what you spend on charity, the reward of
which is saved for you (Kathir, 1972: h. 549).

Konsep Islam mengenai barang, terutama barang konsumsi, dikaitkan dengan nilai moral dan
ideologi. Dalam bahasa Qur'an disebut Al-tayyibat (yang disebut sebanyak 18 kali dalam
Qur'an) dan al-risq (yang disebut berulangkali sebanyak 120 dalam Qur'an). Implikasinya,
barang konsumsi versi Islam adalah segala material yang bermanfaat, menguntungkan, dan
dapat dikonsumsi, sedemikian rupa sehingga penggunaannya membawa peningkatan
kesejahteraan konsumen secara material, moral, dan spiritual. Barang yang tidak ada unsur
kebaikannya dan tidak meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukan merupakan barang dan
tidak dapat dianggap sebagai kekayaan/properti menurut konsep Islam. Norma dan etika
Islam dalam konsumsi dapat dirankum dalam beberapa hal pokok berikut (Qhardawi, 1997:

xvi
bab 2; Thahir, et.al, 1992: bab 2-8): Pertama, menafkahkan harta dalam kebaikan dan
menjauhi sifat kikir. Kedua, Islam mengajarkan agar konsumen bersikap sederhana. Dalam
perilaku konsumsi, Islam mengajarkan lima prinsip, yaitu: keadilan (mencari rejeki secara
halal).9

BAB III
PEMBAHASAN
1. Kesimpulan
Metodologi penelitian merupakan bagian yang esensial dalam pengembangan suatu ilmu
pengetahuan, terutama ilmu ekonomi Islam. Sebagai suatu ilmu yang terdapat dalam
wilayah fenomena keagamaan maka penelitian ekonomi Islam sebaiknya didekati dengan
pendekatan penelitian agama. Meskipun alat yang digunakan adalah sama, namun pada
dataran teori dan modelnya berbeda karena diturunkan dari sistem ekonomi yang berbeda.
Sistem ekonomi Islam bersumberkan kepada wahyu (al-Qur’an dan hadits) dan akal
manusia. Sedangkan sistem ekonomi konvensional hanya berlandaskan akal semata.
Apabila penelitian ekonomi konvensional lebih mengarah kepada semboyan “ilmu untuk
ilmu” dan bersifat bebas nilai, maka penelitian ekonomi Islam adalah sarat nilai dan
bertujuan untuk kepentingan pengembangan agama dan umat beragama.

Ekonomi Islam merupakan alternatif terhadap ilmu ekonomi konvensional yang


cenderung semakin bebas nilai. Kecenderungan bebas nilai ini juga terlihat dati
gelombang globalisasi yang melanda seluruh negara di dunia saat ini. Ekonomi Islam
yang sarat dengan ajaran etika Islam menawarkan dimensi normatif maupun positif. Etika
Islam mengajarkan : (1) etika tauhid, bahwa segala sesuaru bersumber dari Allah SWT,
dan meletakkan ketaqwaan kepada Allah sebagai syarat utama bagi reski Allah; (2) etika
tanggung jawab, bahwa "manusia dijadikan Allah sebagai pemimpin dan setiap pemimpin
akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya".

Sebagai sebuah disiplin ilmu, ekonomi islam harus memiliki bangunan keilmuan yang
lengkap seperti body of knowledge yang mantap, metodologi untuk melahirkan teori,
teori yang menjelaskan doktrin dan realitas ekonomi serta akumulasi dan sistemasi ilmu
dalam ekonomi Islam sebagai sebuah body of knowledge. Metodologi ekonomi Islam
harus dibangun berdasarkan prinsip epistemologi Islam yang mengakui wahyu Tuhan (al-
wahy) dalam bentuk alQur‟an dan Al-Hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan, di
samping fakta empiris dan akumulasi pengalaman manusia (facts) dan penalaran akal
(intellectual reasoning). Metodologi ekonomi Islam mempunyai pendekatan yang
menyatukan (unified approach) ketiga sumber ilmu tersebut. Ini bermaksud tidak ada
dikotomi antara „fakta‟ (facts) dan „nilai‟ (values), realita objektif (objective reality) dan
perasaan-emosi subjektif (subjective emotions) atau nilai-nilai normatif (normative
values) seperti dalam epistemologi ilmu-ilmu modern.

9
Mudrajad Kuncoro, “Ekonomi Islam Konsep Dan Metodologi”, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Vol. 12,
No.1 (Tahun 1997).

xvii
Metodologi ekonomi Islam bertujuan melahirkan kriteria ilmiah, prinsip dan standar, atau
rasionalisi, argument dan justifikasi untuk melahirkan sebuah teori dan membuktikan
kebenarannya mana yang valid dan tidak valid, benar dan salah; dan serangkaian metode,
teknik, prosedur ilmiah yang perlu ditempuh dalam melahirkan teori dan membuktikan
kebenaran teori tersebut. Biasanya ini dihasilkan setelah jelas kriteria ilmiah dan
kebenaran. Kerangka metodologis ekonomi Islam adalah kebenaran dan kebaikan,
metodologi ilmu alam, metodologi ilmu sosial dan objek ekonomi Islam. Para ilmuwan
yang terlibat dalam gerakan mengembangkan ekonomi Islam mempunyai beberapa
pendekatan yang merefleksikan perbedaan metodologi, seperti (1) metodologi usul fiqh
dalam mengembangkan ekonomi Islam, (2) pluralisme metodologi dalam
mengembangkan ekonomi Islam dan (3) metodologi Islamisasi ilmu pengetahuan.

2. Saran
Tim penulis menyadari bahwa makalan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk
kedepannya tim penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah
di atas dengan berbagai sumber referensi yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, tim penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran tentang pembahasan materi kami yang berjudul Metodologi Ekonomi Islam

xviii
DAFTAR PUSTAKA

Ali Wardana, “Penelitian Ekonomi Islam Dan Pengembangannya”, Jurnal UM Tanggerang,


Rausyan Fikr. Vol.13, No.2 (September 2017) 28.

Dikutip oleh Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Pres, 2010, hlm. 6.

Glen Fox, Reason and Reality in the Methodologies of Economics, hal. 33.

Hafas Furqani & Mohamed Aslam Haneef, “Theory Appraisal in Islamic Economic
Methodology: Purposes and Criteria.”Humanomics, Journal of System and Ethics,
Vol. 28, No. 4 (2012), hal. 270-284

Ibid. hlm. 7.

Mark Blaug, The Methodology of Economic. hal. 264.

Mudrajad Kuncoro, “Ekonomi Islam Konsep Dan Metodologi”, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Indonesia, Vol. 12, No.1 (Tahun 1997).

Nurzaman, M. S. (2019). Pengantar Ekonomi Islam: Sebuah Pendekatan Metodologi.


Jakarta Selatan: Salemba Diniyah.

Zulfani Sesmiarni, “Ekonomi dalam Islam”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, Vol. 10, No.2
(Desember 2021), 227.

xix

Anda mungkin juga menyukai