METODOLOGI PENELITIAN
“PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN BERDASARKAN
ASPEK AGAMA, FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN, DAN SENI”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
AMRUL 09120190180
2022
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2
1.3 TUJUAN....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
2.1 PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN, AGAMA,
FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN, DAN SENI ............................................ 3
2.1.1 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 3
2.1.2 AGAMA ................................................................................................ 3
2.1.3 FILSAFAT ............................................................................................. 4
2.1.4 ILMU PENGETAHUAN ...................................................................... 5
2.1.5 SENI....................................................................................................... 6
2.2 SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN ................................................................................................... 6
2.2.1 ZAMAN YUNANI KUNO ................................................................... 7
2.2.2 ZAMAN ISLAM ................................................................................... 8
2.2.3 ZAMAN RENAISSANCE .................................................................... 9
2.2.4 ZAMAN KONTEMPORER ................................................................ 10
2.3 HUBUNGAN ASPEK AGAMA, FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN,
DAN SENI DALAM PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN ................................................................................................. 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 15
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 15
3.2 SARAN ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
aspek yang digunakan untuk mencari kebenaran di atas memiliki titik persamaan,
titik perbedaan, dan hubungan antara satu dengan lainnya.
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam paper ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain:
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 AGAMA
Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal,
dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan
3
polapola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut “agama”
(religious). (Bina Ilmu, 1987). Ellis, tokoh terapi kognitif behavioral
menulis dalam Journal of Counseling and Clinical Psychology terbitan
1980. Agama yang dogmatis, ortodoks dan taat (yang mungkin kita sebut
sebagai kesalehan) bertoleransi sangat signifikan dengan gangguan
emosional orang umumnya menyusahkan dirinya dengan sangat
mempercayai kemestian, keharusan dan kewajiban yang absolut. Orang
sehat secara emosional bersifat lunak, terbuka, toleran dan bersedia
berubah, sedang orang yang sangat relegius cenderung kaku, tertutup,
tidak toleran dan tidak mau berubah, karena itu kesalehan dalam berbagai
hal sama dengan pemikiran tidak rasional dan gangguan emosional.
(Rajawali, 1996). Banyak dari apa yang berjudul agama termasuk dalam
superstruktur, agama terdiri atas tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan
nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan
eksistensi mereka, akan tetapi karena agama juga mengandung komponen
ritual maka sebagian agama tergolong juga dalam struktur sosial. (Ghalia
Indonesia & UMM Press, 2002).
2.1.3 FILSAFAT
Secara etimologis, kata filsafat berasal dari kata "philosophia". Kata
ini terbentuk dari dua kata, "phileo" Yang berani mencintai, mencari, dan
"Sophia" Yang berarti hikmat, kebijaksanaan, pengetahuan. Kata filsafat
berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris,
yaitu philosophy, sedangkan bahasa Yunani philein atau philos dan sofien
atau sophi. Ada pula Yang mengatakan berasal dari bahsa Arab, yaitu
falsafah, Yang berarti alhikmah (Salahudin, 2011). Maka filsafat berarti
mencintai atau mencari kebijaksanaan, atau pengetahuan. Dan seorang
filsuf adalah seorang pencinta atau pencari kebijaksanaan atau
pengetahuan (Hamersma, 1981). Disini tidak berarti bahwa seorang
filsufitu adalah orang Yang sudah memiliki kebijaksanaan, atau
pengetahuan melainkan ia sedang mencarinya. Filsafat bermaksud
menyingkapkan hakikat segala sesuatu, tetapi upaya itu tak pemah
4
mencapai tujuan itu sepenuhnya karena apa yang disebut sebagai hakikat
tidak pernah dapat dideskripsikan sebagaimana adanya (Hardiman, 2007).
2.1.4 ILMU PENGETAHUAN
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab "alima" dan berarti pengetahuan.
Pemakaian kata ini dalam bahasa Indonesia kita ekuivalenkan dengan
istilah "science". Science berasal dari bahasa Latin: Scio, Scire yang juga
berarti pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai macam pengetahuan.
Dengan "pengetahuan ilmu" dimaksud pengetahuan yang pasti, eksak, dan
betul - betul terorganisir. Jadi, pengetahuan yang berasaskan kenyataan
dan tersusun baik. Ilmu itu haruslah sistematis dan berdasarkan
metodologi, ia berusaha mencapai generalisasi. Dalam kajian ilmiah, kalau
data yang baru terkumpul sedikit atau belum cukup, ilmuwan membina
hipotesis. Hipotesis ialah dugaan pikiran berdasarkan sejumlah data.
Hipotesis memberi arah pada penelitian dalam menghimpun data. Data
yang cukup sebagai hasil penelitian dihadapkan pada hipotesis. Apabila
data itu mensahihkan (valid) / menerima hipotesis, hipotesis menjadi tesis
atau hipotesis menjadi reori. Jika teori mencapai generalisasi yang umum,
menjadi dalil ia dan bila teori memastikan hubungan sebab-akibat yang
serba tetap, ia akan menjadi hukum.
Secara etimologis pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu “knowledge”. Dalam encyclopedia ofphilosophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sementara secara
terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan.
Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau
hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi
pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
(knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
langsung dari kesadarannya sendiri. Orang pragmatis, terutama John
Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara
5
knowledge dengan truth). Jadi, pengetahuan itu harus benar, kalau tidak
benar adalah kontradiksi.
2.1.5 SENI
Seni menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ahli membuat
karya yang bermutu, dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan
lain sebagainya. Menurut Aristoteles: seni adalah peniruan terhadap alam
tetapi sifatnya harus ideał. Menurut Plato dan Rousseau: seni adalah hasil
peniruan alam dengan segala seginya. Menurut Ki Hajar Dewantara: seni
adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah
sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia. Menurut Ahdian Karta
Miharja: seni adalah kegiatan rohani yang mereflesikan realitas dałam
suatu karya yang bentuk dan isinya untuk membangkitkan pengalaman
tertentu dałam rohaninya penerimanya. Menurut Prof. Drs. Suwaji
Bastomi: seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang
menyatakan dałam bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan
rasa takjub dan haru. Pada Enslikopedia Indonesia: seni adalah penciptaan
segala hal atau benda yang karena keindahannya orang senang melihatnya
atau mendengarnya.
Sesuatu dikatakan indah jika mengandung 3 faktor ułama yaitu (1)
faktor kesempurnaan, (2) faktor keharmonisan, dan (3) sinar
kecemerlangan. Keharmonisan merupakan adanya unsur keserasian,
keselarasan, dan kesesuaian komposisi antar organ/komponen yang satu
dengan yang lain dengan berdasarkan kriteria subjektif yang melekat
padanya.
Seni sebagai produk menjadi milik manusia. Artinya seni didapat
melalui pola pikir analogi ilmiah menggunakan metode keilmuan yang
runtut membawa ke arah titik temu pada suatu konklusi yang bersifat nisbi.
Berbicara asal muasal filsafat ilmu tentu tidak akan lepas dari filsafat yunani
kuno dan aliran yan dianutnya, dimana perkembangan filsafat dimulai dari yunani
6
dan filsafat yang tertua juga berasal dari yunani. Filsafat muncul ketika orang-
orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia dan lingkungan
disekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada gama untuk mencari
jawaban atas pertanyaan yang muncul. Orang yunani yang pertama diberi gelar
filsuf adalah Thales dari Mileta, tetapi filsuf-filsuf yunani yang terbesar adalah
Socrates, Plato dan Aristoteles. Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang
bukanlah muncul secar tiba-tiba tetapi melalui beberapa tahapan dan evolusi.
Banyak literatur yang kita dapatkan mengatkan bahwa tonggak awal
berkembangnya ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban manusia berasal dari
yunani. Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi dengan perubahan paradigma dan
pola pikir yang berkembang saat itu. Dengan paradigma ini, ilmu pengetahuan
berkembang sangat pesat karena menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio
dan meninggalkan kepercayaan terhadap mitologi atau tahayul yang irrasional.
Setelah kemajuan filsafat pada zaman Yunani yang begitu luar biasa, sejarah
filsafat mencatat bahwa pada abad pertengahan (400-1500 M) filsafat berfungsi
sebagai alat untuk pembenaran atau justifikasi ajaran agama (The philosophy as a
hand maiden of theology). Sejauh filsafat bisa melayani teologi, ia bisa diterima.
Namun, filsafat yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama atau gereja,
ditolak dan kebebasan berfikir pun dipangkas. Secara garis besar, periodeisasi
sejarah perkembangan filsafat ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada
zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan
pada zaman kontemporer.
7
dijadikan sebagai landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali
ilmu pengetahuan. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Inilah
titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus
mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya. Periode setelah Socrates
disebut dengan zaman keemasan kelimuan bangsa Yunani, karena pada
zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah perpaduan antara
filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol
adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates. Plato, yang
hidup di awal abad ke-4 SM adalah seorang filsuf earliest (paling tua) yang
tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia akademisi hingga saat ini.
Karyanya Timaeus merupakan karya yang sangat berpengaruh di zaman
sebelumnya, dalam karya ini ia membuat garis besar suatu kosmogoni yang
meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut perimbangan dan teori-teori
fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu. Masa keemasan kelimuan
bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia adalah murid
Plato, walaupun ia tidak sepakat dengan gurunya mengenai soal-soal
mendasar. Khususnya, ia menganggap matematika sebagai suatu abstraksi
dari kenyataan ilmiah. Dan ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-
persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika,
matematika fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada
analisis bahasa yang disebut silogisme.
8
menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan oleh raja-raja
besar seperti Alfred dan Charlemagne. Keilmuan berkembang pada zaman
Islam klasik (650-1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang
bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an
dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani
melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban
Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir),
Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery
Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir
diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Pada zaman itu bangsa
Arab juga menjadi pemimpin di bidang Ilmu Alam. Istilah zenith, nadir, dan
azimut membuktikan hal itu. Angka yang masih dipakai sampai sekarang,
yang berasal dari India telah dimasukkan ke Eropa oleh bangsa Arab.
Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang yaitu:
9
pada metode eksperimental dan matematis memasuki abad XVI
mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh abad
pertengahan akhirnya ditinggalkan. Bacon mengarang Novum Organom
untuk menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan
teori baru. Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan
manusia menguasai alam melalui penemuan ilmiah.
Menurut Bacon jiwa manusia yang berakal mempunyai kemampuan
ingata, daya khayal, dan akal. Ketiga aspek tersebut merupakan dasar segala
pengetahuan. Sebagai pelopor perkembangan filsafat ilmu pengetahuan,
Roger Bacon juga menguraikan tentang logika. Bacon menyusun logika
dalam empat macam keterampilan yaitu bidang penemuan, bidang
perumusan kesimpulan yang tepat, bidang mempeprtahankan apa yang
sudah dimengerti dan bidang pengajaran. Bacon mengatakan logika yang
digunakan sejak zaman aristoteles lebih merugikan daripada
menguntungkan.
Di abad ini muncul sejumlah tokoh yang pemikirannya erat kaitannya
dengan perkembangan filsafat ilmu, antara lain William Whewel yang
mendukung adanya intuisi, pertama-tama dalam ilmu pasti mengenai
aksioma-aksioma (pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa
pembuktian) paling dasar. Auguste Comte menyatakan bahwa sejak zaman
teologis dan metafisis sudah ada zama ilmu positif yang defenitif. Dalam
hal ilmu positif Comte membedakan pengetauan menjadi enam macam
ilmu, dari yang paling abstrak yaitu matematika, ilmu falak, fisika, kimia,
ilmu hayat, dan sosiologi. Matematika dipandang sebagai ilmu deduktif,
sedangkan ilmu lima lainnya dalam keadaan mendekati deduktif. Dalam hal
ini Comte berusaha menadakan kesatuan antar ilmu pasti dan ilmu empiris.
10
dalam oleh para filusuf dari periode ini antara lain tentang manusia dan
bahasa manusia, ilmu manusia, dan isu-isu aktual yang berkaitan dengan
budaya, sosial, poloitik, ekonomi, teknologi, moral, ilmu pengetahuan dan
hak asasi manusia. Ciri lainnya adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh
profesionalisasi disiplin filsafat. Maksudnya, para filusuf bukan hanya
profesional dibidangnya masing-masing, tetapi juga mereka telah
membentuk komunitas-komunitas dan asosiasi-asosiasi profesional di
bidang-bidang tertentu berdasarkan pada minat dan keahlian mereka
masing-masing. Oleh sebab itu, profesionalisasi disiplin filsafat pun tampak
dengan jelas dari munculnya jurnal-jurnal terkemuka dalam bidang filsafat.
Ada cukup banyak jurnal filsafat, baik yang diterbitkan dalam bentuk cetak
maupun elektronik.
11
Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya adalah sama-sama bersumber
kepada ra’yu (akal, pikiran, budi, rasio, nalar dan reason) manusia untuk mencari
kebenaran. Sedangkan agama berusaha mengungkapkan, menjelaskan dan
membenarkan suatu kebenaran adalah bersumber dari wahyu. Ilmu mencari
kebenaran berdasarkan metode (riset), pengalaman (empiris) dan percobaan
(eksperimen). Sedangkan manusia dalam mencari kebenaran terhadap agama itu
dengan jalan atau mempertanyakan (dalam upaya mencari kebenaran) terhadap
berbagai masalah dari kitab suci dan firman Illahi. (Kurniawan, 2017).
Tidak semua permasalahan dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan karena
ilmu pengetahuan yang terbatas, terbatas subyek dan objeknya (baik objek materi
maupun objek forma), dan terbatas juga oleh metodologinya. Kemudian
permasalahan – permasalahan yang tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan coba
untuk dijawab oleh filsafat. Tidak semua masalah yang tidak atau belum terjawab
oleh filsafat, lantas dengan sendirinya dapat dijawab oleh agama. Agama hanya
memberi jawaban tentang banyak persoalan asasi yang sama sekali tidak terjawab
oleh ilmu pengetahuan, dan filsafat. (Kurniawan, 2017).
Dalam kehidupan bermasyarakat,agama dan kebudayaan adalah dua hal yang
dekat implementasinya meskipun agama dan kebudayaan bukan merupakan
kesatuan yang utuh. Dalam kaidah, sebenarnya agama dan kebudayaan
mempunyai kedudukan masing - masing dan tidak dapat disatukan, karena
agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan. Namun
keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan masyarakat.
Pemahaman masyarakat terhadap perubahan kehidupan jika dilihat dari aspek
agama dan kebudayaan memiliki hubungan yang terikat satu sama lain selama
masyarakat dapat menempatkan posisi agama dan posisi budaya dalam
kehidupan. Agama dan budaya berjalan beriringan sehingga memiliki hubungan
yang erat dalam dialektikanya. Agama sebagai pedoman hidup manusia yang
diciptakan oleh Tuhan, dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan kebudayaan
adalah sebagai kebiasaan tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia
itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan.
(Laode Monto Bauto, 2019).
12
Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan
kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi
dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan
beberapa kondisi yang objektif. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan
berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif
dari kehidupan penganutnya. Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling
merusak, kuduanya justru saling mendukung dan mempengruhi. Ada paradigma
yang mengatakan bahwa ” Manusia yang beragama pasti berbudaya tetapi
manusia yang berbudaya belum tentu beragama”. Jadi agama dan kebudayaan
sebenarnya tidak pernah bertentangan karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang
mati, tapi berkembang terus mengikuti perkembangan jaman. Demikian pula
agama, selalu bisa berkembang di berbagai kebudayaan dan peradaban dunia.
Kebudayaan menjadi perantara secara terus menerus yang dipelihara oleh
pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.
Sedangkan agama yang terdapat di masyarakat.
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni adalah semua yang diketahui manusia
sebagai pengetahuan yang teruji secara ilmiah menjadi ilmu. Kemampuan berpikir
itu ditransformasikan ke bentuk lambang untuk dikomunikasikan sebagai
simbol/formula tertentu. Teknologi dan seni adalah ilmu tentang cara/ aplikasi dan
implikasi sains untuk pemanfaatan alam bagi kesejahteraan manusia sebagai
animal symbolicum.
Berdasarkan pada hakikat ilmu tentang perlunya kewawasan perkembangan
keilmuan bagi kemaslahatan manusia, berorientasi pada tiga klasifikasi yaitu
sebagai produk, sebagai proses, dan paradigma etika yang secara akumulatif
menimbulkan fenomena bagi umat pada dewasa ini. Kehadiran akan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dapt membantu untuk mempermudah
pemahaman mema'rifati adanya kekuasaan diatas segala-galanya bagi insan
sebagai pelaksan kekhalifahan. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni adalah
semua yang diketahui manusia sebagai pengetahuan yang teruji secara ilmiah
menjadi ilmu sehingga manusia disebut sebagai homo sapiens.
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kurun perkembangannya sangat
didambakan lantaran besarnya manfaat yang diperoleh dari manusia dari padanya.
13
Namun demikian, sering dirasa dampak ilmu, teknologi, dan seni yang kadang
merusak atau melunturkan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi. Kebudayaan
modern yang bercirikan dominasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
mampu menciptakan krisis identitas diri yang mengkhawatirkan, yang cenderung
merasakan alienasi budaya di masyarakatnya sendiri. Krisis identitas artinya,
kehilangan konsep jati diri karena masuknya peradaban di luar dirinya yang
membawa perubahan tata nilai normatif ke arah perubahan subjektif.
Manusia sebagai pelaku (homo faber) yaitu makhluk yang membuat alat,
kemampuan membuat alat tersebut dimungkinkan oleh pengetahuan. Perpaduan
antara ilmu dan pengetahuan dapat menciptakan alat sehingga ilmu dan
pengetahuan komplementer (saling melengkapi). Evolusi ataupun revolusi
peradaban dan kebudayaan, maka moral harus mampu memberi arah bagi
pengembangan ilmu, teknologi, dan seni bahkan agama merupakan landasan
berpijak pengembangan ilmu dengan keutamaan bagi kemaslahatan manusia.
yang menggali ilmu itu sendiri. Ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa
ilmu adalah rapuh.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, Besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang
akan datang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Bauto, Laode Monto . 2014. Perspektif Agama Dan Kebudayaan Dalam Kehidupan
Masyarakat Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi
Desember.
Gazalba, Sidi. 1978. Ilmu Filsafat dan Islam Tentang Manusia dan Agama. Bulan
Bintang : Jakarta.
Nur, Muhammad. 2015. Hakikat Agama dalam Perspektif Filsafat Perenial.
Falsafatuna Jurnal Filsafat ISSN 2442-8981, E ISSN 2442-899X : Gorontalo.
Soegiono, Tamsil Muis. 2012. Filsafat Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya :
Bandung.
Sukardji. 2007. Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya. Angkasa:
Bandung.
Suriasumantri, Jujun. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar
Harapan : Jakarta.
Syam, Mohammad Noor. 2006. Filsafat Ilmu. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Malang : Malang