Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN
“PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN BERDASARKAN
ASPEK AGAMA, FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN, DAN SENI”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK

NAUFAL RABBANI RAJAB 09120190029

MUHAMMAD ICHRAM SALAM 09120190168

FRURI ANUGRAH YUSUF 09120190123

AMRUL 09120190180

ANDI MUH MAULANA YUSUF 09120190048

PAHRUL ASIR 09120190076

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESA
MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, rasa syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang


Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah metodologi penelitian ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
kita pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang metodologi penelitian
“perkembangan filsafat ilmu pengetahuan”.
Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan
mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf
bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa
kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Makassar, 09 September 2022


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2
1.3 TUJUAN....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
2.1 PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN, AGAMA,
FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN, DAN SENI ............................................ 3
2.1.1 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 3
2.1.2 AGAMA ................................................................................................ 3
2.1.3 FILSAFAT ............................................................................................. 4
2.1.4 ILMU PENGETAHUAN ...................................................................... 5
2.1.5 SENI....................................................................................................... 6
2.2 SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN ................................................................................................... 6
2.2.1 ZAMAN YUNANI KUNO ................................................................... 7
2.2.2 ZAMAN ISLAM ................................................................................... 8
2.2.3 ZAMAN RENAISSANCE .................................................................... 9
2.2.4 ZAMAN KONTEMPORER ................................................................ 10
2.3 HUBUNGAN ASPEK AGAMA, FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN,
DAN SENI DALAM PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN ................................................................................................. 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 15
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................... 15
3.2 SARAN ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Metodologi penelitian merupakan sarana bagi peneliti untuk mengkomunikasi


pemikiranya mengenai masalah yang diteliti dan berfungsi untuk menyakinkan
pembaca atau penilai untuk memberikan manfaat terkait dengan disiplin ilmu
yang bersangkutan. Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang
dilakukan dalam suatu proses penelitian. (Mardalis, 2003). Dalam hal ini kami
mebuat makalah yang menyajikan perkembangan filsafat ilmu pengetahuan
berdasarkan pengembangan empat aspek agama, filsafat, ilmu pengetahuan, dan
seni.
Agama, filsafat, ilmu pengetahuan, dan seni merupakan empat aspek yang
dapat menuntun manusia mencari kebenaran, meskipun keempat aspek tersebut
tidak dapat dikategorikan sesuatu hal yang sama. Secara umum, filsafat
merupakan salah satu kegiatan atau hasil kegiatan yang menyangkut aktivitas dan
olah budi manusia. Agama merupakan hal yang berkaitan dengan masalah
hubungan manusia dan dunianya dengan Allah. Segala sesuatu yang berasal dari
Tuhan, dalam perspektif agama adalah sebuah kebenaran yang tidak dapat ditolak.
Sedangkan ilmu adalah deskripsi total dan konsisten dari fakta – fakta empiris
yang merumuskan secara bertanggung jawab dalam istilah – istilah yang
sesederhana mungkin. Kemudian seni sebagai produk menjadi milik manusia
yang didapat melalui pola pikir analogi ilmiah menggunakan metode keilmuan
yang runtut membawa ke arah titik temu pada suatu konklusi yang bersifat nisbi.
(Kurniawan, 2017).
Keempat aspek tersebut memberikan kontribusi kepada manusia dalam proses
penyelesaian masalah. Ilmu pengetahuan pada saat ini berkembang dengan pesat
seiring dengan perkembangan pemikiran manusia. Dengan ilmu pengetahuan
manusia dapat memecahkan masalah dan memudahkan manusia mencapai tujuan.
Hakikat seorang manusia adalah untuk mencari kebenaran karena dibekali oleh
Allah SWT dengan akal pikiran yang dibimbing oleh nilai – nilai agama. Keempat

1
aspek yang digunakan untuk mencari kebenaran di atas memiliki titik persamaan,
titik perbedaan, dan hubungan antara satu dengan lainnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam paper ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain:

1. Apa yang dimaksud dengan metodologi penelitian, agama, filsafat, ilmu


pengetahuan, dan seni.
2. Bagaimana sejarah singkat perkembangan filsafat ilmu pengetahuan.
3. Apa hubungan antara empat aspek dalam perkembangan filsafat ilmu
pengetahuan.

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah


ini sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metodologi penelitian, agama,
filsfat, ilmu pengetahuan, dan seni.
3. Untuk mengetahui sejarah singkat perkembangan filsafat ilmu pengetahuan
berdasarkan empat aspek agama, filsafat, ilmu pengetahuan, dan seni.
4. Untuk mengetahui hubungan keempat aspek yang mendukung perkembangan
filsafat ilmu pengetahuan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN, AGAMA, FILSAFAT,


ILMU PENGETAHUAN, DAN SENI

2.1.1 METODOLOGI PENELITIAN


Metode penelitian merupakan sarana bagi peneliti untuk
mengkomunikasi pemikiranya mengenai masalah yang diteliti dan
berfungsi untuk menyakinkan pembaca atau penilai untuk memberikan
manfaat terkait dengan disiplin ilmu yang bersangkutan. Metode diartikan
sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam suatu proses
penelitian.(Mardalis, 2003).
Metodologi adalah analisis untuk memahami berbagai aturan, prosedur
dalam metode tersebut. Sedangkan penelitian, dari kata ‘teliti’
didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan dan pengolahan data,
disajikan secara sistematis dan objektif (Ratna, 2010).
Penelitian adalah sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. (Nana, S 2013). Penelitian merupakan gambaran rancangan dan
prosedur yang terdiri dari rumusan masalah, tempat penelitian,
indentifikasi masalah, sampai dengan teknik pengumpulan data yang fokus
terhadap masalah tertentu.
Metodologi Penelitian merupakan langkah persiapan sebelum terjun
ke lapangan (yang dalam penulisan laporan penelitian biasa dimasukkan
dalam bab III Metodologi penelitian) perlu dinyatakan: (1) tempat dan
waktu penelitian (2) metode penelitian, (3) teknik pengambilan sampel, (4)
instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) kriteria dan teknik
pemeriksaan keabsahan data, dan (7) teknik analisis data. (Widyastono,
2007: 773).

2.1.2 AGAMA
Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal,
dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan

3
polapola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut “agama”
(religious). (Bina Ilmu, 1987). Ellis, tokoh terapi kognitif behavioral
menulis dalam Journal of Counseling and Clinical Psychology terbitan
1980. Agama yang dogmatis, ortodoks dan taat (yang mungkin kita sebut
sebagai kesalehan) bertoleransi sangat signifikan dengan gangguan
emosional orang umumnya menyusahkan dirinya dengan sangat
mempercayai kemestian, keharusan dan kewajiban yang absolut. Orang
sehat secara emosional bersifat lunak, terbuka, toleran dan bersedia
berubah, sedang orang yang sangat relegius cenderung kaku, tertutup,
tidak toleran dan tidak mau berubah, karena itu kesalehan dalam berbagai
hal sama dengan pemikiran tidak rasional dan gangguan emosional.
(Rajawali, 1996). Banyak dari apa yang berjudul agama termasuk dalam
superstruktur, agama terdiri atas tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan
nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan
eksistensi mereka, akan tetapi karena agama juga mengandung komponen
ritual maka sebagian agama tergolong juga dalam struktur sosial. (Ghalia
Indonesia & UMM Press, 2002).

2.1.3 FILSAFAT
Secara etimologis, kata filsafat berasal dari kata "philosophia". Kata
ini terbentuk dari dua kata, "phileo" Yang berani mencintai, mencari, dan
"Sophia" Yang berarti hikmat, kebijaksanaan, pengetahuan. Kata filsafat
berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris,
yaitu philosophy, sedangkan bahasa Yunani philein atau philos dan sofien
atau sophi. Ada pula Yang mengatakan berasal dari bahsa Arab, yaitu
falsafah, Yang berarti alhikmah (Salahudin, 2011). Maka filsafat berarti
mencintai atau mencari kebijaksanaan, atau pengetahuan. Dan seorang
filsuf adalah seorang pencinta atau pencari kebijaksanaan atau
pengetahuan (Hamersma, 1981). Disini tidak berarti bahwa seorang
filsufitu adalah orang Yang sudah memiliki kebijaksanaan, atau
pengetahuan melainkan ia sedang mencarinya. Filsafat bermaksud
menyingkapkan hakikat segala sesuatu, tetapi upaya itu tak pemah

4
mencapai tujuan itu sepenuhnya karena apa yang disebut sebagai hakikat
tidak pernah dapat dideskripsikan sebagaimana adanya (Hardiman, 2007).
2.1.4 ILMU PENGETAHUAN
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab "alima" dan berarti pengetahuan.
Pemakaian kata ini dalam bahasa Indonesia kita ekuivalenkan dengan
istilah "science". Science berasal dari bahasa Latin: Scio, Scire yang juga
berarti pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan. Namun, ada berbagai macam pengetahuan.
Dengan "pengetahuan ilmu" dimaksud pengetahuan yang pasti, eksak, dan
betul - betul terorganisir. Jadi, pengetahuan yang berasaskan kenyataan
dan tersusun baik. Ilmu itu haruslah sistematis dan berdasarkan
metodologi, ia berusaha mencapai generalisasi. Dalam kajian ilmiah, kalau
data yang baru terkumpul sedikit atau belum cukup, ilmuwan membina
hipotesis. Hipotesis ialah dugaan pikiran berdasarkan sejumlah data.
Hipotesis memberi arah pada penelitian dalam menghimpun data. Data
yang cukup sebagai hasil penelitian dihadapkan pada hipotesis. Apabila
data itu mensahihkan (valid) / menerima hipotesis, hipotesis menjadi tesis
atau hipotesis menjadi reori. Jika teori mencapai generalisasi yang umum,
menjadi dalil ia dan bila teori memastikan hubungan sebab-akibat yang
serba tetap, ia akan menjadi hukum.
Secara etimologis pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu “knowledge”. Dalam encyclopedia ofphilosophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sementara secara
terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan.
Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau
hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar,
insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi
pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
(knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara
langsung dari kesadarannya sendiri. Orang pragmatis, terutama John
Dewey tidak membedakan pengetahuan dengan kebenaran (antara

5
knowledge dengan truth). Jadi, pengetahuan itu harus benar, kalau tidak
benar adalah kontradiksi.

2.1.5 SENI
Seni menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ahli membuat
karya yang bermutu, dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan
lain sebagainya. Menurut Aristoteles: seni adalah peniruan terhadap alam
tetapi sifatnya harus ideał. Menurut Plato dan Rousseau: seni adalah hasil
peniruan alam dengan segala seginya. Menurut Ki Hajar Dewantara: seni
adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah
sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia. Menurut Ahdian Karta
Miharja: seni adalah kegiatan rohani yang mereflesikan realitas dałam
suatu karya yang bentuk dan isinya untuk membangkitkan pengalaman
tertentu dałam rohaninya penerimanya. Menurut Prof. Drs. Suwaji
Bastomi: seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang
menyatakan dałam bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan
rasa takjub dan haru. Pada Enslikopedia Indonesia: seni adalah penciptaan
segala hal atau benda yang karena keindahannya orang senang melihatnya
atau mendengarnya.
Sesuatu dikatakan indah jika mengandung 3 faktor ułama yaitu (1)
faktor kesempurnaan, (2) faktor keharmonisan, dan (3) sinar
kecemerlangan. Keharmonisan merupakan adanya unsur keserasian,
keselarasan, dan kesesuaian komposisi antar organ/komponen yang satu
dengan yang lain dengan berdasarkan kriteria subjektif yang melekat
padanya.
Seni sebagai produk menjadi milik manusia. Artinya seni didapat
melalui pola pikir analogi ilmiah menggunakan metode keilmuan yang
runtut membawa ke arah titik temu pada suatu konklusi yang bersifat nisbi.

2.2 SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU


PEGETAHUAN

Berbicara asal muasal filsafat ilmu tentu tidak akan lepas dari filsafat yunani
kuno dan aliran yan dianutnya, dimana perkembangan filsafat dimulai dari yunani

6
dan filsafat yang tertua juga berasal dari yunani. Filsafat muncul ketika orang-
orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia dan lingkungan
disekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada gama untuk mencari
jawaban atas pertanyaan yang muncul. Orang yunani yang pertama diberi gelar
filsuf adalah Thales dari Mileta, tetapi filsuf-filsuf yunani yang terbesar adalah
Socrates, Plato dan Aristoteles. Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang
bukanlah muncul secar tiba-tiba tetapi melalui beberapa tahapan dan evolusi.
Banyak literatur yang kita dapatkan mengatkan bahwa tonggak awal
berkembangnya ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban manusia berasal dari
yunani. Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi dengan perubahan paradigma dan
pola pikir yang berkembang saat itu. Dengan paradigma ini, ilmu pengetahuan
berkembang sangat pesat karena menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio
dan meninggalkan kepercayaan terhadap mitologi atau tahayul yang irrasional.
Setelah kemajuan filsafat pada zaman Yunani yang begitu luar biasa, sejarah
filsafat mencatat bahwa pada abad pertengahan (400-1500 M) filsafat berfungsi
sebagai alat untuk pembenaran atau justifikasi ajaran agama (The philosophy as a
hand maiden of theology). Sejauh filsafat bisa melayani teologi, ia bisa diterima.
Namun, filsafat yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama atau gereja,
ditolak dan kebebasan berfikir pun dipangkas. Secara garis besar, periodeisasi
sejarah perkembangan filsafat ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada
zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan
pada zaman kontemporer.

2.2.1 ZAMAN YUNANI KUNO


Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani
disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa
dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana
sudah ada jauh sebelum para filsuf klasik Yunani menekuni dan
mengembangkannya.
Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi
perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia
ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya
terasa hingga sekarang. Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat

7
dijadikan sebagai landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali
ilmu pengetahuan. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Inilah
titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus
mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya. Periode setelah Socrates
disebut dengan zaman keemasan kelimuan bangsa Yunani, karena pada
zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah perpaduan antara
filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol
adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates. Plato, yang
hidup di awal abad ke-4 SM adalah seorang filsuf earliest (paling tua) yang
tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia akademisi hingga saat ini.
Karyanya Timaeus merupakan karya yang sangat berpengaruh di zaman
sebelumnya, dalam karya ini ia membuat garis besar suatu kosmogoni yang
meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut perimbangan dan teori-teori
fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu. Masa keemasan kelimuan
bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia adalah murid
Plato, walaupun ia tidak sepakat dengan gurunya mengenai soal-soal
mendasar. Khususnya, ia menganggap matematika sebagai suatu abstraksi
dari kenyataan ilmiah. Dan ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-
persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika,
matematika fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada
analisis bahasa yang disebut silogisme.

2.2.2 ZAMAN ISLAM


Islam sangat menghargai ilmu, ini terlihat sejak kemunculan agama Islam
itu sendiri yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dominasi para teolog
pada masa ini mewarnai aktivitas ilmiah pergerakan ilmu pengetahuan. Hal
ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah
ancillla theologia atau abdi agama atau dengan kata lain, kegiatan ilmiah
diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Agama Kristen menjadi
problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang
merupakan kebenaran sejati. Inilah yang dianggap sebagai salah satu
penyebab masa ini disebut dengan Abad gelap (dark age). Usaha-usaha

8
menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan oleh raja-raja
besar seperti Alfred dan Charlemagne. Keilmuan berkembang pada zaman
Islam klasik (650-1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang
bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an
dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani
melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban
Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir),
Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery
Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir
diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Pada zaman itu bangsa
Arab juga menjadi pemimpin di bidang Ilmu Alam. Istilah zenith, nadir, dan
azimut membuktikan hal itu. Angka yang masih dipakai sampai sekarang,
yang berasal dari India telah dimasukkan ke Eropa oleh bangsa Arab.
Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang yaitu:

a. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskan


sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang
ini;
b. Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-
obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
c. Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.

2.2.3 ZAMAN RENAISSANCE


Memasuki masa renaisans, Otoritas Aristoteles tersisihkan oleh metode
dan pandangan baru terhadap alam yang biasa disebut Copernicn Revolution
yang dipelopori oleh sekolompok saintis antara lain Copernicus, Galileo
Galilei dan Isaac Newton yang mengadakan pengamatan ilmiah serta
metode-metode eksperimen atas dasar yang kuat. Pembicaraan tentang
filsafat ilmu, ditandai dengan munculnya Roger Bacon, Bacon menanggapi
bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat
berpikir kritis. Menurutnya ilmu harus dipakai untuk memperkuat
kemampuan manusia dibumi, dan ilmu-ilmu berkembang dan nyata dalam
kehidupa manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar

9
pada metode eksperimental dan matematis memasuki abad XVI
mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh abad
pertengahan akhirnya ditinggalkan. Bacon mengarang Novum Organom
untuk menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan
teori baru. Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan
manusia menguasai alam melalui penemuan ilmiah.
Menurut Bacon jiwa manusia yang berakal mempunyai kemampuan
ingata, daya khayal, dan akal. Ketiga aspek tersebut merupakan dasar segala
pengetahuan. Sebagai pelopor perkembangan filsafat ilmu pengetahuan,
Roger Bacon juga menguraikan tentang logika. Bacon menyusun logika
dalam empat macam keterampilan yaitu bidang penemuan, bidang
perumusan kesimpulan yang tepat, bidang mempeprtahankan apa yang
sudah dimengerti dan bidang pengajaran. Bacon mengatakan logika yang
digunakan sejak zaman aristoteles lebih merugikan daripada
menguntungkan.
Di abad ini muncul sejumlah tokoh yang pemikirannya erat kaitannya
dengan perkembangan filsafat ilmu, antara lain William Whewel yang
mendukung adanya intuisi, pertama-tama dalam ilmu pasti mengenai
aksioma-aksioma (pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa
pembuktian) paling dasar. Auguste Comte menyatakan bahwa sejak zaman
teologis dan metafisis sudah ada zama ilmu positif yang defenitif. Dalam
hal ilmu positif Comte membedakan pengetauan menjadi enam macam
ilmu, dari yang paling abstrak yaitu matematika, ilmu falak, fisika, kimia,
ilmu hayat, dan sosiologi. Matematika dipandang sebagai ilmu deduktif,
sedangkan ilmu lima lainnya dalam keadaan mendekati deduktif. Dalam hal
ini Comte berusaha menadakan kesatuan antar ilmu pasti dan ilmu empiris.

2.2.4 ZAMAN KONTEMPORER


Filsafat kontemporer diawali pada awal abad ke-20, ditandai oleh
variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis
bahasa, kebudayaan, kritik sosial, metodologi (fenomenologi, heremeutika,
strukturalisme), filsafat hidup (eksistensialisme), filsafat ilmu, sampai
filsafat tentang perempuan (feminisme). Tema-tema yang banyak dibahas

10
dalam oleh para filusuf dari periode ini antara lain tentang manusia dan
bahasa manusia, ilmu manusia, dan isu-isu aktual yang berkaitan dengan
budaya, sosial, poloitik, ekonomi, teknologi, moral, ilmu pengetahuan dan
hak asasi manusia. Ciri lainnya adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh
profesionalisasi disiplin filsafat. Maksudnya, para filusuf bukan hanya
profesional dibidangnya masing-masing, tetapi juga mereka telah
membentuk komunitas-komunitas dan asosiasi-asosiasi profesional di
bidang-bidang tertentu berdasarkan pada minat dan keahlian mereka
masing-masing. Oleh sebab itu, profesionalisasi disiplin filsafat pun tampak
dengan jelas dari munculnya jurnal-jurnal terkemuka dalam bidang filsafat.
Ada cukup banyak jurnal filsafat, baik yang diterbitkan dalam bentuk cetak
maupun elektronik.

2.3 HUBUNGAN ASPEK AGAMA, FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN,


DAN SENI DALAM PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
PENGETAHUAN

Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama bertujuan untuk kebenaran dan


bertindak atas rumusan mengenai suatu kebenaran. Filsafat berusaha mencari
kebenaran dengan jalan menggunakan akal, pikiran dan logika, ilmu pengetahuan
mencari kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah melalui penelitian,
sedangkan agama berusaha menjelaskan kebenaran melalui wahyu Tuhan.
(Kurniawan, 2017). Perkembangan ilmu pengetahuan dan seni berjalan bersama
dan saling mendukung satu sama lain. Misalnya, seni peran dan seni musik
semakin berkembang setelah ditemukannya listrik, seni rupa semakin berkembang
setelah ditemukannya kamera foto, dunia sastra tulis pun menang atas sastra lisan
setelah Johan Guttenberg menemukan mesin cetak. Di Indonesia, perkembangan
teknologi sangat membantu banyak orang dalam berkomunikasi melalui internet,
tetapi data menunjukkan hari-hari ini Indonesia menduduki peringkat pertama
dalam hal cyber crime sedunia. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan ilmu amaliah.
Teknologi yang mulai bergeser dari teknologi industri menjadi teknologi
informasi sekarang ini, dan semuanya merupakan hasil perkembangan yang saling
berkesinambungan antara seni dan aspek lainnya.

11
Filsafat dan ilmu pengetahuan kedua-duanya adalah sama-sama bersumber
kepada ra’yu (akal, pikiran, budi, rasio, nalar dan reason) manusia untuk mencari
kebenaran. Sedangkan agama berusaha mengungkapkan, menjelaskan dan
membenarkan suatu kebenaran adalah bersumber dari wahyu. Ilmu mencari
kebenaran berdasarkan metode (riset), pengalaman (empiris) dan percobaan
(eksperimen). Sedangkan manusia dalam mencari kebenaran terhadap agama itu
dengan jalan atau mempertanyakan (dalam upaya mencari kebenaran) terhadap
berbagai masalah dari kitab suci dan firman Illahi. (Kurniawan, 2017).
Tidak semua permasalahan dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan karena
ilmu pengetahuan yang terbatas, terbatas subyek dan objeknya (baik objek materi
maupun objek forma), dan terbatas juga oleh metodologinya. Kemudian
permasalahan – permasalahan yang tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan coba
untuk dijawab oleh filsafat. Tidak semua masalah yang tidak atau belum terjawab
oleh filsafat, lantas dengan sendirinya dapat dijawab oleh agama. Agama hanya
memberi jawaban tentang banyak persoalan asasi yang sama sekali tidak terjawab
oleh ilmu pengetahuan, dan filsafat. (Kurniawan, 2017).
Dalam kehidupan bermasyarakat,agama dan kebudayaan adalah dua hal yang
dekat implementasinya meskipun agama dan kebudayaan bukan merupakan
kesatuan yang utuh. Dalam kaidah, sebenarnya agama dan kebudayaan
mempunyai kedudukan masing - masing dan tidak dapat disatukan, karena
agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan. Namun
keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan masyarakat.
Pemahaman masyarakat terhadap perubahan kehidupan jika dilihat dari aspek
agama dan kebudayaan memiliki hubungan yang terikat satu sama lain selama
masyarakat dapat menempatkan posisi agama dan posisi budaya dalam
kehidupan. Agama dan budaya berjalan beriringan sehingga memiliki hubungan
yang erat dalam dialektikanya. Agama sebagai pedoman hidup manusia yang
diciptakan oleh Tuhan, dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan kebudayaan
adalah sebagai kebiasaan tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia
itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan.
(Laode Monto Bauto, 2019).

12
Budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan
kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi
dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan
beberapa kondisi yang objektif. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan
berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif
dari kehidupan penganutnya. Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling
merusak, kuduanya justru saling mendukung dan mempengruhi. Ada paradigma
yang mengatakan bahwa ” Manusia yang beragama pasti berbudaya tetapi
manusia yang berbudaya belum tentu beragama”. Jadi agama dan kebudayaan
sebenarnya tidak pernah bertentangan karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang
mati, tapi berkembang terus mengikuti perkembangan jaman. Demikian pula
agama, selalu bisa berkembang di berbagai kebudayaan dan peradaban dunia.
Kebudayaan menjadi perantara secara terus menerus yang dipelihara oleh
pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.
Sedangkan agama yang terdapat di masyarakat.
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni adalah semua yang diketahui manusia
sebagai pengetahuan yang teruji secara ilmiah menjadi ilmu. Kemampuan berpikir
itu ditransformasikan ke bentuk lambang untuk dikomunikasikan sebagai
simbol/formula tertentu. Teknologi dan seni adalah ilmu tentang cara/ aplikasi dan
implikasi sains untuk pemanfaatan alam bagi kesejahteraan manusia sebagai
animal symbolicum.
Berdasarkan pada hakikat ilmu tentang perlunya kewawasan perkembangan
keilmuan bagi kemaslahatan manusia, berorientasi pada tiga klasifikasi yaitu
sebagai produk, sebagai proses, dan paradigma etika yang secara akumulatif
menimbulkan fenomena bagi umat pada dewasa ini. Kehadiran akan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dapt membantu untuk mempermudah
pemahaman mema'rifati adanya kekuasaan diatas segala-galanya bagi insan
sebagai pelaksan kekhalifahan. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni adalah
semua yang diketahui manusia sebagai pengetahuan yang teruji secara ilmiah
menjadi ilmu sehingga manusia disebut sebagai homo sapiens.
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kurun perkembangannya sangat
didambakan lantaran besarnya manfaat yang diperoleh dari manusia dari padanya.

13
Namun demikian, sering dirasa dampak ilmu, teknologi, dan seni yang kadang
merusak atau melunturkan nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi. Kebudayaan
modern yang bercirikan dominasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
mampu menciptakan krisis identitas diri yang mengkhawatirkan, yang cenderung
merasakan alienasi budaya di masyarakatnya sendiri. Krisis identitas artinya,
kehilangan konsep jati diri karena masuknya peradaban di luar dirinya yang
membawa perubahan tata nilai normatif ke arah perubahan subjektif.
Manusia sebagai pelaku (homo faber) yaitu makhluk yang membuat alat,
kemampuan membuat alat tersebut dimungkinkan oleh pengetahuan. Perpaduan
antara ilmu dan pengetahuan dapat menciptakan alat sehingga ilmu dan
pengetahuan komplementer (saling melengkapi). Evolusi ataupun revolusi
peradaban dan kebudayaan, maka moral harus mampu memberi arah bagi
pengembangan ilmu, teknologi, dan seni bahkan agama merupakan landasan
berpijak pengembangan ilmu dengan keutamaan bagi kemaslahatan manusia.
yang menggali ilmu itu sendiri. Ilmu tanpa agama adalah buta dan agama tanpa
ilmu adalah rapuh.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hakikat seorang manusia adalah untuk mencari kebenaran karena dibekali


oleh Allah SWT dengan akal pikiran yang dibimbing oleh nilai – nilai agama.
Keempat aspek yang mendukung perkembangan filsafat ilmu pengetahuan
memiliki titik persamaan, titik perbedaan, dan hubungan antara satu dengan
lainnya. Agama dan seni berjalan beriringan sehingga memiliki hubungan yang
erat dalam dialektikanya. Agama sebagai pedoman hidup manusia yang
diciptakan oleh Tuhan, dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni adalah
sebagai kebiasaan tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu
sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan dalam
mengembangkan pemikiran. Perkembangan filsafat ilmu pengetahuan disatu sisi
berdampak positif karena dapat memperbaiki kualitas hidup manusia jika
ditunjang teknologi, seperti pada bidang komunikasi, transportasi, medis dan
sarana industri. Disisi lain terkadang ilmu yang ditunjang teknologi dapat
berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan martabat manusia,
sehingga diperlukan tatanan ajaran Agama untuk memberikan petunjuk.

3.2 SARAN

Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, Besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang
akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bauto, Laode Monto . 2014. Perspektif Agama Dan Kebudayaan Dalam Kehidupan
Masyarakat Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi
Desember.
Gazalba, Sidi. 1978. Ilmu Filsafat dan Islam Tentang Manusia dan Agama. Bulan
Bintang : Jakarta.
Nur, Muhammad. 2015. Hakikat Agama dalam Perspektif Filsafat Perenial.
Falsafatuna Jurnal Filsafat ISSN 2442-8981, E ISSN 2442-899X : Gorontalo.
Soegiono, Tamsil Muis. 2012. Filsafat Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya :
Bandung.
Sukardji. 2007. Agama-agama yang Berkembang di Dunia dan Pemeluknya. Angkasa:
Bandung.
Suriasumantri, Jujun. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar
Harapan : Jakarta.
Syam, Mohammad Noor. 2006. Filsafat Ilmu. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Malang : Malang

Anda mungkin juga menyukai