Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puja dan juga puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang
telah memberikan semua nikmatnya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul “Penalaran Deduktif dan Indutif” ini dengan tepat waktu tanpa
adanya kendala yang berarti. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memudahkan para mahasiswa Profesi Kebidanan dalam memahami bagaimana
menerapkan penalaran deduktif dan induktif dalam memberikan asuhan kebidanan
yang profesional.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tentunya bukan atas usaha penulis saja
namun ada banyak pihak yang turut membantu dan memberikan dukungan untuk
menyelesaikan penulisan makalah ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik
secara moril ataupun material sehingga makalah ini berhasil disusun.
Makalah yang ada di hadapan pembaca ini tentu tidak luput dari kekurangan.
Selalu ada celah untuk perbaikan. Sehingga, kritik, saran serta masukan dari pembaca
sangat kami harapan dan kami sangat terbuka untuk itu supaya makalah ini semakin
sempurna dan lengkap.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
COVER Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................3
C. Rumusan Masalah......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penalaran.................................................................................4
B. Ciri Berpikir Dalam Penalaran..................................................................5
C. Jenis Penalaran...........................................................................................6
D. Kesalahan Penalaran..................................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penalaran ilmiah mencakup keterampilan penalaran dan pemecahan
masalah yang terlibat di dalamnya menghasilkan, menguji dan merevisi
hipotesis atau teori, dan dalam kasus yang dikembangkan sepenuhnya
keterampilan, merefleksikan proses akuisisi pengetahuan dan perubahan
pengetahuan yang dihasilkan dari kegiatan penyelidikan tersebut. Ilmu
pengetahuan, sebagai institusi budaya, mewakili ciri khas pencapaian
intelektual spesies manusia dan pencapaian ini didorong oleh keduanya
penalaran individu dan kognisi kolaboratif(Bradley,2012).
Penalaran ilmiah yang efektif membutuhkan keterampilan deduktif dan
induktif. Individu harus memahami bagaimana menilai apa yang saat ini
diketahui atau dipercaya, mengembangkan pertanyaan yangd apat diuji,
menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan yang sesuai dengan
mengoordinasikan bukti empiris dan teori. Alasan seperti itu juga membutuhkan
kemampuan untuk memperhatikan informasi secara sistematis dan menarik
kesimpulan yang masuk akal dari pola yang diamati. Selanjutnya, itu
membutuhkan kemampuan untuk menilai penalaran seseorang pada setiap tahap
dalam proses (Bradley,2012).
Mekanistik dari pengembangan penalaran ilmiah mencakup informasi
tentang proses dimana perubahan ini terjadi, dan bagaimana proses ini
mengarah pada perubahan dari waktu ke waktu. Mekanisme dapat dijelaskan
pada berbagai tingkat (mis., Neurologis, kognitif, interpersonal) dan berbagai
skala waktu. Misalnya, neurologis mekanisme (mis., penghambatan) beroperasi
pada skala waktu milidetik sementara mekanisme pembelajaran dapat
beroperasi selama beberapa menit (mis., menghambat informasi yang tidak
relevan selama penyelesaian masalah). Banyak proses dan mekanisme kognitif
1
2
B. Tujuan
Sebagai ilmu pengetahuan dalam kajian pembuatan paragraf sesuai
kaidah dan aturan yang berlaku. Mahasiswa dapat memahami apa yang akan
ditulis sebagai karya ilmiah dengan melakukan analisa data dan pemilihan kata
yang tepat sebagai bahan kajian yang berkualitas
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang maksud dari penalaran ?
2. Apa maksud penalaran deduktif dan induktif?
3. Adakah salah penalaran, sebutkan kesalahan dalam bernalar?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penalaran
Sejatinya proses berpikir melibatkan empat unsur yakni otak yang sehat,
panca indera, informasi atau pengetahuan sebelumnya, dan fakta. Sehingga dari
empat unsur tersebut dapat dirangkai bahwa definisi bagi akal, pemikiran, proses
berpikir adalah pemindahan pengindraan terhadap fakta melalui panca indera ke
dalam otak untuk menafsirkan fakta yang didapatkan dari informasi terdahulu.
(Adib, 2015)
Penalaran merupakan proses berpikir berupa ilmu pengetahuan yang ditarik
sebagai suatu kesimpulan. Kegiatan berpikir yang memiliki ciri tertentu dan
bukan merupakan kegiatan perasaan juga disebut penalaran.Pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi membutuhkan kekuatan atas kemampuan untuk
menalar. Definisi berpikir secara umum adalah kegiatan yang bertujuan untuk
menemukan pengetahuan yang benar. Definisi berpikir secara khusus adalah
kegiatan menemukan kebenaran ilmiah sehingga digunakan istilah penalaran.
(Adib, 2015)
Pola pikir penalaran adalah pola berpikir yang logis atau sistematik, dan
analitik. Sedangkan logis adalah memiliki alur yang jelas serta runtut atau
memiliki koherensi sehingga antara komponennya terdapat keselarasan. Analitik
artinya proses yang dilakukan secara kritis dengan cara mengajukan
pertanyaan.Pertanyaan yang bisa diajukan dapat berupa pertanyaan tentang apa,
untuk apa, mengapa, bagaimana, dan terus apa (pertanyaan perspektif) / kegiatan
berpikir penalaran dimuai dari suatu pangkal pikir atau premis. Pangkal pikir
atau premis adalah suatu pernyataan atau proposisi dari premis tersebut
kemudian dilakukan penarikan suatu pernyataan kesimpulan.(Putra, 2010)
Sedangkan sikap ilmiah merupakan perilaku yang berguna untuk
membangun pola pikir dan komunikasi ilmiah secara efektif yang terdiri dari :
4
5
C. Jenis Penalaran
Cara penalaran individu ditentukan oleh cara penarikan kesimpulan.
Terdapat dua jenis penalaran yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Penalaran induktif adalah penalaran yang didasarkan pada cara berpikir yang
bertujuan menarik kesimpulan umum secara analitis dari sesuatu yang bersifat
khusus atau individual. Sedangkan penalaran deduktif adalah penalaran yang
didasarkan pada caraberpikiryang bertujuan menarik kesimpulan khusus secara
sintesis dari sesuatu yang bersifat umum. Pengembangan penalaran deduktif
didasarkan atas kebenaran korespondensi yang berarti memerlukan bukti empiris
dalam pembenarannya. (Putra, 2010)
Sedangkan jenis penalaran menurut langkahnya terdapat dua jenis pola
pikir penalaran yakni penalaran langsung maupun tidak langsung. Penalaran
langsung merupakan pola berpikir yang premisnya terdiri dari suatu proposisi
yang kemudian diikuti dengan suatu kesimpulan. Penalaran tidak langsung
adalah pola berpikir yang premisnya terdiri lebih dari satu proposisi dimana
kedua proposisinya terdapat bagian pembanding yang bertujuan guna
membentuk kesimpulan dari proposisi lain. (Putra, 2010)
1. Penalaran Ilmiah Deduktif
Deduksi adalah proses dalam nalar kita untuk menyimpulkan
pengetahuan dari yang “lebih umum” menuju “lebih khusus”. Pengetahuan
yang lebih khusus itu sudah terkandung dalam pengetahuan yang lebih umum
tersebut, tetapi belum dengan tegas dan jelas dapat dilihat dan dirumuskan.
Jadi, masih bersifat potensial (Hadi, 2006). Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan, premis mayor dan premis
minor, dan sebuah kesimpulan. Contohnya:
Semua makhluk mempunyai mulut
7
maka jawabannya adalah “Karena korupsi itu jahat.” Apabila kita uraikan
contoh tersebut ke dalam bentuk silogisme adalah sebagai berikut:
Segala tindak kejahatan adalah tidakbaik
Korupsi adalah salah satu tindakkejahatan
Jadi korupsi itu tidakbaik
Bentuk deduksi seperti inilah yang disebut silogisme dan silogisme
ini dalam logika tradisional digunakan sebagai bentuk standar dari
penalaran deduktif. Silogisme terdiri dari atas tiga proporsi kategorik
(Soekadijo, 2001). Dua proporsi yang pertama berfungsi sebagau premis
sedang yang ketiga berfungsi sebagai konklusi. Contoh di atas memiliki
tiga term yaitu “kejahatan”, “sikap tidak baik”, dan “korupsi”. Ketiga
term tersebut digunakan dua kali. Kata “korupsi” digunakandua kali
sebagai subyek, sekali di premis dan sekali di konklusi. Kata “sikap tidak
baik” berfungsi dua kali sebagai predikat, sekali di premis sekali di
konklusi.
b. Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang mengandung satu premis
atau lebih yang berupa keputusan hipotesis. Adapun contoh dari silogisme
hipotesis adalah sebagai berikut:
Jika kamu makan nasi (antecedens), maka kamu kenyang
(konsekuens)
Kamu makannasi
Jadi kamu kenyang
Dalam silogisme hipotesis berlaku hukum, jika antecedens,
keputusan kondisional yang mengandung syarat, benar dan hubungannya
sah, maka kesimpulan akan benar pula. Namun, jika kesimpulannya
salah (dan hubungannya sah) maka antecedens salah pula.
9
D. Kesalahan Penalaran
Kesalahan penalaran (reasoning atau logical fallacy) adalah gagasan,
perkiran atau simpulan yang keliru atau sesat dalam proses berfikir karena keliru
menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seseorang dikatakan berpikir ilmiah jika dapat berpikir secara logis
dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara
mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan
mengembangkannya.
Penalaran sebagai salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Di dalam
prosesnya ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi, yang
merupakan suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang
benar didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki.
Suatu proses pemikiran dapat dituangkan dalam pembuatan metode ilmiah
dan pembuktian penalaran, yang melahirkan logika sehingga terciptalah
pengetahuan yang baru. Dengan metode berpikir ilmiah lah pengetahuan akan
dianggap sah.
B. Saran
Diharapkan pembaca dapat melatih pola berpikir secara logis dan
sistematis dalam setiap proses mendalami berbagai macam pengetahuan. Hal ini
penting mengingat filsafat ilmu adalah akar berbagai keilmuan yang terus
berkembang pesat seiring waktu.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Adib M., 2015. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemiologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, Edisi ke-3 (revisi), Cetakan I Maret 2015. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo
Priti Shah, Audrey Michalx, Amira Ibrahim. 2017. What Makes Everyday Scientific
Reasoning So Challenging?. Elsevier Inc.
Putra S.T., 2010. Filsafat Ilmu Kedokteran, Edisi I, cetakan I. Surabaya: Airlangga
University Press.