Anda di halaman 1dari 26

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah


"Metodologi Penelitian Ekonomi Islam"

MAKALAH

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Septi Husnah Fadlillah


Nissa Aprilianti
M. Ikhrul Rizal

Dosen Pengampu :
Darti Busni, S,Ag., M.sy

MAHASISWA JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023 GANJIL
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, yang berjudul: “Landasan Teoritis,

Kerangka Berpikir Dan Hipotesis”.


Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu dengan agama Islam.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya karya ilmiah
ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari kesempurnaan, dan sudah pasti
masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat
penulis yang sangat penulis harapkan.
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya

Kerinci, September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
A. Landasan Teori..............................................................................................................................2
B. Kerangka Fikir..............................................................................................................................9
C. Kerangka Konsep........................................................................................................................12
D. Hipotesis.......................................................................................................................................15
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................21
A. Kesimpulan..................................................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


          Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang dimaksudkan untuk mengembangkan dan
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Sebuah kegiatan ilmiah mengandung tiga
persyaratan yakni: dilakukan bertujuan, terencana dan sistematis. Setiap penelitian ilmiah,
baik penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif, peneliti harus melakukan dua tahap
yang tak bisa dilewatkan yaitu tahap proses teorisasi dan proses empirisasi.
Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain, sebab tahapan yang pertama akan
digunakan sebagai pijakan pada tahapan yang kedua. Maka dari itu, teori sering disebut
sebagai pisau bedah fenomena dan sekaligus sebagai pisau analisis data dalam rangka
konstruksi teori baru temuannya. Tajam tidaknya pisau tersebut, sangat tergantung pada
penguasaan kerangka teoritik terkait penelitian yang dipilihnya.

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka dalam proses penelitian


(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi- generalisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Setiap
penelitian yang kita laksanakan haruslah berlandaskan pada teori yang sesuai dengan
permasalahan yang kita teliti agar penelitian yang kita lakukan mempunyai dasar yang kuat
dan tidak asal-asalan.Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu seorang peneliti harus
berpegang pada teori,Teori dapat kita peroleh dengan membaca dan menelaah setuntas
mungkin dari berbagai buku, jurnal ilmiah, majalah, tesis dan sumber-sumber lain yang
sesuai agar kita dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah kita
selanjutnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori

Landasan Teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan
skripsi peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin di temui di tempat
penelitian jika tidak memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya. Dalam skripsi
landasan teori layaknya fondasi pada sebuah bangunan. Bangunan akan terlihat kokoh
bila fondasinya kuat, begitu pula dengan penulisan skripsi, tanpa landasan teori penelitian
dan metode yang digunakan tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat
pengukuran atau tidak memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori. Seperti
yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012:52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar
penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba
(trial and error).
Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep serta proposisi yang telah
disusun rapi serta sistematis tentang variable-variabel dalam sebuah penelitian. Landasan
teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan.
Pembuatan landasan teori yang baik dan benar dalam sebuah penelitian menjadi hal yang
penting karena landasan teori ini menjadi sebuah pondasi serta landasan dalam penelitian
tersebut.
Yang dibahas pada bagian ini adalah teori-teori tentang ilmu-ilmu yang diteliti.
Penyajian teori dalam landasan teori dianggap tidak terlalu sulit karena bersumber dari
bacaan-bacaan. Akibatnya terjadilah penyajian materi yang tidak proporsional, yaitu
mengambil banyak teori walaupun tidak mendasari bidang yang diteliti. Jadi seharusnya
teori yang dikemukakan harus benar-benar menjadi dasar bidang yang diteiti. Selain itu,
pada bagian ini juga dibahas temuan-temuan penelitian sebelumnya yang terkait langsung
dengan penelitian. Teori yang ditulis orang lain atau temuan penelitian orang lain yang
dikutip harus disebut sumbernya untuk menghindari tuduhan sebagai pencuri karya orang
lain tanpa menyebut sumbernya. Etika ilmiah tidak membenarkan seseorang melakukan
pencurian karya orang lain.

2
Menurut Jonathan Turner (dalam babbie,1992) menyatakan bahwa teori dalam
ilmu sosial adalah penjelasan sistematis tentang hukum-hukum dan kenyataan-kenyataan
yang dapat diamati, yang berkaitan dengan aspek khusus dari kehidupan manusia.
Sedangkan Menurut Neuman 2003 (dalam Sugiyono,2012) teori adalah seperangkat
konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematis melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena. Selanjutnya pengertian teori menurut
Djojosuroto Kinayati & M.L.A Sumaryati, Teori adalah serangkaian asumsi, konsep,
konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
Kata teori sendiri memiliki arti yang berbeda-beda pada setiap bidang
pengetahuan, hal itu tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori
merupakan analisis hubungan antara fakta/fenomena yang satu dengan fakta yang lain
pada sekumpulan fakta-fakta.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa suatu teori adalah suatu konseptualitas antara asumsi, konstruk, dan proposisi
untuk menerangkan suatu fenomena yang diperoleh melalui proses sistematis, dan harus
dapat diuji kebenarannya, bila tidak maka itu bukan teori. Teori semacam ini mempunyai
dasar empiris, dimana harus melalui proses eksperimen, penelitian atau observasi,
sehingga teori dapat dikatakan berhasil. Adapun pengertian dari Asumsi,
konsep ,konstruk dan proposisi dalam sebuah teori (menurut Djojosuroto kinayati &
M.L.A Sumayati:2004) adalah sebagai berikut:
a. Asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang realita, harus diverivikasi secara
empiris. Asumsi dasar ini bisa memengaruhi  cara pandang peneliti terhadap
sebuah fenomena dan juga proses penelitian secara keseluruhan, karena setiap
penelitian pasti menggunakan pendekatan yang berbeda sehingga asumsia
dasarnya pun berbeda pada setiap penelitian.
b. Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu
gejala atau menyatakan suatu ide ( gagasan ) tertentu.
c. Konstruk adalah konsep yang ciri-cirinya dapat diam langsung seperti pemecahan
masalah.

3
d. Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep.
Menurut Mark 1963, dalam ( Sugiyono,2012) membedakan adanya tiga macam
teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris, teori ini antara
lain:
a. Teori yang Deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan, atau
pikiran spekulatis tertentu kearah data akan diterangkan.
b. Teori Induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist
c. Teori fungsional: disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan
teori kembali mempengaruhi data.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep,
definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Menurut (Sugiyono,2012) fungsi
teori secara umum adalah:

a. Menjelaskan (explanation). Misalnya, Mengapa air yang mendidih pada suhu


100°C bisa menguap, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan.
b. Meramalkan (prediction). Misalnya, bila air didihkan pada suhu 100°C berapa
besar penguapannya, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi
meramalkan/memperkirakan.
c. Pengendali (control). Misalnya, berapa jarak sambungan rel kereta api yang
paling sesuai dengan  kondisi iklim indonesia, sehingga kereta api jalannya tidak
terganggu, dapat dijawab dengan teori yang berfugsi mengendalikan.

Deskripsi teori adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu


fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan,
pandangan, sikap dan atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai serta
maksud dan tujuan tertentu yang teraktualisasi dalam proses hubungan situasional,
hubungan kondisional, atau hubungan fungsional di antara hal-hal yang terekam dari
fenomena atau realitas tertentu. Dengan menyelam jauh ke dalam deskripsi teori, akan
diketahui kekuatan dan kelemahan suatu teori.

4
Dalam suatu penelitian, deskripsi teori merupakan uraian sistematis tentang teori
dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah teori yang
perlu dikemukakan/dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan
jumlah variabel yang diteliti.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel
yang diteliti, melalui pendefisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai
referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar
variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Teori yang dideskripsikan
dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah
peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau didak. Berikut langkah-langkah
untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah:
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Mencari sumber-sumber bacaan (buku,kamus,ensiklopedia,jurnal ilmia,laporan
penelitian,sekripsi,tesis,disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan relevan
3. Lihatlah daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang akan diteliti.
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan umber yang lain, dan pilih definisi yang
sesuai dengan penelitian yang akan diadakan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang
isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk
tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang
digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
Menurut Neuman (Dalam artikel Prof. Dr. Mudjia Rahardjo) mengemukakan
tentang teori berdasarkan tingkatannya yaitu:
a. Teori tingkat Mikro Level. Dalam tingkat ini memberi penjelasan hanya terbatas
pada peristiwa yang berskala kecil, baik dari sisi waktu, ruang, maupun jumlah
orang. Seperti dalam sosiologi dikenal dengan teori “ Face Work” Erving

5
Goffman yang mengkaji kegiatan ritual dua orang yang saling berhadapan atau
bertatap muka.
b. Teori  Meso Level. Teori ini menghubungkan tingkat mikro dan makro, misalnya
teori organisasi, gerakan sosial, atau komunitas teori Collin tentang kontrol
organisasi.
c. Teori Makro Level. Teori ini menjelaskan objek yang lebih luas seperti lembaga
sosial, sistem budaya,dan masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, teori makro
Lenski tentang stratafikasi social.
Cara yang paling mudah dan tepat untuk belajar membuat sebuah landasan teori
adalah dengan membaca sebanyak mungkin tentang karya-karya sejarah dan budaya yang
sudah ditulis. Membuat landasan teori/kerangka penelitian pada dasarnya adalah
menunjukkan sistimatika berfikir ketika akan memulai sebuah penelitian dengan
menggunakan konsep-konsep yang selama ini berkembang dalam ilmu pengetahuan
sosial dan humaniora. Dalam mengemukakan landasan teori, yang perlu diperhatikan
adalah hal-hal sebagai berikut:
a. Pertama; Menentukan tema sejarah atau budaya apa, sejarah politik, sejarah
ekonomi, sejarah sosial, sejarah intelektual, budaya lokal, kesenian, upacara
keagamaan dan lain-lain.
b. Kedua; Menentukan ilmu bantu yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian,
seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik, ekonomi, dan sebagainya, sesuai
dengan tema dan topic penelitian. Ilmu-ilmu bantu kemudian menjadi pendekatan
penelitian. Pendekatan (approach),selain bagian dari metodologi, juga merupakan
bagian dari metode, oleh karena itu dalam hal ini harus melihat cara apa yang
terdekat untuk menjelaskan topik yang dipilih. Hal ini juga harus sesuai dengan
kebutuhan dari tema dan topik penelitian. Apakah pendekatan politis, ekonomis,
sosiologis, arkeologis, psikologis, dan sebagainya.
c. Ketiga; Menjelaskan konsep-konsep diperlukan untuk menjelaskan permasalahan
penelitian. Konsep yang dipakai harus dipahami. Biasakan diri untuk membuka
berbagai macam kamus, terutama yang sesuai untuk kebutuhan anda untuk
memahami konsep atau istilah tertentu, jangan membuat pengertian dengan
pengertian kira-kira. Jika tiga hal ini sudah ditemukan, tinggal menjelaskan

6
sistematika berpikir dengan meminjam beberapa paradigma atau konsep ilmu lain
yang cocok untuk menjelaskan.
Selanjutnya fokus teori menurut (Moleong,2002) yaitu teori substantif dan teori
formal. (Gleser dan Strauss dalam Maleong, 2002:37-38) mengemukakan Teori
substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam
ingkuiri dalam suatu ilmu pengetahuan, misanya antropologi, sosiologi, dan psikologi.
Sedangkan teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara
konseptual dalam bidang ingkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, contohnya
prilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal
teori. Dalam sebuah penelitian teori yang digunakan harus sudah jelas karena fungsi teori
dalam sebuah penelitian menurut (Sugiyono,2012:57) adalah sebagai berikut:
a. Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau
konstruk variabel yang akan diteliti.
b. Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian
c. Memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang hendak
diteliti.
d. Secara ringkas, menurut Borg dan Gall (1989: 114-119), dan Latief (2012: 43-50)
dalam Website Prof. Dr. Mudjia Raharjo,M.Si menjelaskan setidaknya ada enam
(6) alasan mengapa kajian pustaka / Teori harus dilakukan, sebagaimana uraian
berikut: Sangat bermanfaat untuk menajamkan rumusan masalah penelitian yang
diajukan, sehingga besar kemungkinan rumusan masalah yang sudah dibuat
berubah setelah peneliti membaca pustaka karena telah memiliki wawasan tentang
tema yang diteliti lebih luas daripada sebelumnya. Dengan demikian, rumusan
masalah, terutama dalam penelitian kualitatif, bersifat tentatif. Tidak sedikit
penelitian gagal karena masalah yang diteliti terlalu luas. Rumusan masalah yang
spesifik dan dalam lingkup yang kecil jauh lebih baik daripada yang luas dan
umum. Umumnya, rumusan masalah yang tidak jelas berakibat pada data yang
diperoleh juga tidak jelas, sehingga antara masalah  yang hendak dijawab dan data
yang ada tidak sambung. Ujungnya kesimpulannya tidak berangkat dari data,

7
tetapi pendapat pribadi peneliti. Tentu ini tidak bisa dibenarkan. Hal demikian
bisa dihindari melalui kajian pustaka dengan serius.
e. Kajian pustaka tidak saja untuk mempelajari apa yang telah dilakukan orang lain,
tetapi juga melihat apa yang terlewatkan dan belum dikaji oleh peneliti
sebelumnya.Untuk melihat bahwa pendekatan penelitian  yang kita lakukan steril
dari pendekatan-pendekatan lain. Sebab, pada umumnya kajian pustaka justru
menyebabkan peneliti meniru pendekatan-pendekatan yang sudah lama dipakai
orang lain, sehingga tidak menghasilkan temuan yang berarti. Mencoba
pendekatan baru — walau mungkin salah — lebih baik daripada mengulang hal
yang sama berkali-kali walau benar. Pengulangan justru menunjukkan peneliti
tidak cukup melakukan pembacaan literatur secara memadai. Kesalahan
metodologis akan disusul dan dikoreksi oleh peneliti selanjutnya, sehingga
menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang. Karena itu, dalam ilmu
pengetahuan kesalahan bukan sesuatu yang aib. Proses demikian oleh Polanyi
disebut sebagai falsifikasi.
f. Memperoleh pengetahuan (insights) mengenai metode, ukuran, subjek, dan
pendekatan yang dipakai orang lain dan bisa dipakai untuk memperbaiki
rancangan penelitian yang kita lakukan. Rancangan penelitian, lebih-lebih untuk
penelitian kualitatif, bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan terus diperbaiki
agar diperoleh metode yang tepat untuk memperoleh data dan menganalisisnya.
Kenyataan di lapangan ditemukan racangan penelitian kualitatif seragam dari satu
proyek penelitian ke yang lain. Padahal, walaupun berangkat dari paradigma yang
sama rancangan penelitian kualitatif bisa berbeda dari penelitian ke penelitian
lainnya, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus atau fenomena tertentu.
g. Melalui kajian pustaka, bisa diperoleh pengetahuan berupa rekomendasi atau
saran-saran bagi peneliti selanjutnya. Informasi ini tentu sangat penting karena
rekomendasi atau saran merupakan rangkuman pendapat peneliti setelah
melakukan penelitian. Usai penelitian, kita juga diharapkan bisa memberikan
rekomendasi atau saran bagi peneliti selanjutnya, sebagaimana kita telah
mengambil manfaat dari peneliti sebelumnya. Karena itu, rekomendasi atau saran

8
yang baik bukan sembarang saran, melainkan usulan yang secara spesifik bisa
diteliti.
Untuk mengetahui siapa saja yang pernah meneliti bidang yang sama dengan
yang akan kita lakukan. Orang yang sudah lebih dahulu meneliti bisa dijadikan teman
diskusi mengenai tema yang kita lakukan, termasuk membahas hal-hal yang menjadi
kekurangan atau kelemahan penelitian, sehingga kita bisa memperbaiki, karena dia telah
memperoleh pengalaman lebih dahulu.
Oleh karena itu untuk dapat membuat sebuah landasan teori yang baik harus tahu
banyak tentang metodologi. Jangan berharap paham tentang landasan teori, apalagi untuk
membuat sebuah landasan teori atau kerangka penelitian yang baik, jika tidak tahu
tentang metodologi.
B. Kerangka Fikir
Kerangka pikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan yang
dapat mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka
memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan
antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.
Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka pikir. Kerangka
pikir pada umumnya hanya dipruntukkan pada jenis penelitian kuantatif. Untuk penelitian
kualitatif kerangka berpikirnya terletak pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati
secara langsung oleh penulis. Sedangkan untuk penelitian tindakan kerangka berpikirnya
terletak pada refleksi, baik pada peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka
berpikir yang tajam yang dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.
Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi) tentang
kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan.
Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian kuantitatif, sangat
menentukan kejelasan dan validitas proses penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian
dalam kerangka berpikir, peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-
variabel apa saja yang diteliti dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta
mengapa variabel-variabel itu saja yang diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus
mampu menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang

9
diteliti, sehingga variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan
identifikasi masalah semakin jelas asal-usulnya.
Pada dasarnya esensi kerangka pemikiran berisi: (1) Alur jalan pikiran secara
logis dalam menjawab masalah yang didasarkan pada landasan teoretik dan atau hasil
penelitian yang relevan. (2) Kerangka logika (logical construct) yang mampu
menunjukan dan menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam kerangka teori. (3)
Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk gambar atau model
matematis yang menyatakan hubungan-hubungan variabel penelitian atau merupakan
rangkuman dari kerangka pemikiran yang digambarkan dalam suatu model. Sehingga
pada akhir kerangka pemikiran ini terbentuklah hipotesis.
Dengan demikian, uraian atau paparan yang harus dilakukan dalam kerangka
berpikir adalah perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan asumsi-asumsi logika dalam
menjelaskan atau memunculkan variabel-variabel yang diteliti serta bagaimana kaitan di
antara variabel-variabel tersebut, ketika dihadapkan pada kepentingan untuk
mengungkapkan fenomena atau masalah yang diteliti.
Di dalam menulis kerangka berpikir, ada tiga kerangka yang perlu dijelaskan,
yakni: kerangka teoritis, kerangka konseptual, dan kerangka operasional. Kerangka
teoritis atau paradigma adalah uraian yang menegaskan tentang teori apa yang dijadikan
landasan (grand theory) yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti.
Kerangka konseptual merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep apa saja yang
terkandung di dalam asumsi teoretis yang akan digunakan untuk mengabstraksikan
(mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung di dalam fenomena yang akan diteliti dan
bagaimana hubungan di antara konsep-konsep tersebut. Kerangka operasional adalah
penjelasan tentang variabel-variabel apa saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih
tadi dan bagaimana hubungan di antara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja
yang dijadikan indikator untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka dalam menyusun
kerangka berpikir kita harus memulainya dengan menegaskan teori apa yang dijadikan
landasan dan akan diuji atau digambarkan dalam penelitian kita. Lalu dilanjutkan dengan
penegasan tentang asumsi teoretis apa yang akan diambil dari teori tersebut sehingga
konsep-konsep dan variabel-variabel yang diteliti menjadi jelas. Selanjutnya, kita

10
menjelaskan bagaimana cara mengoperasionalisasikan konsep atau variabel-variabel
tersebut sehingga siap untuk diukur.
Walaupun dalam kerangka berpikir itu harus terkandung kerangka teoretis,
kerangka konseptual, dan kerangka operasional, tetapi cara penguraian atau cara
pemaparannya tidak perlu kaku dibuat per sub bab masing-masing. Hal yang penting
adalah bahwa isi pemaparan kerangka berpikir merupakan alur logika berpikir kita mulai
dari penegasan teori serta asumsinya hingga munculnya konsep dan variabel-variabel
yang diteliti.
Agar peneliti benar-benar dapat menyusun kerangka berpikir secara  ilmiah
(memadukan antara asumsi teoretis dan asumsi logika dalam memunculkan variabel)
dengan benar, maka peneliti harus intens dan eksten menelurusi literatur-literarur yang
relevan serta melakukan kajian terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang
relevan, sehingga uraian yang dibuatnya tidak semata-mata berdasarkan pada
pertimbangan logika. Untuk itu, dalam menjelaskan kerangka teoretisnya, peneliti mesti
merujuk pada literatur atau referensi serta laporan-laporan penelitian terdahulu.
Selanjutnya secara sederhana penyusunan kerangka berpikir dapat dilakukan
dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Menentukan  paradigma atau kerangka teoretis yang akan digunakan, kerangka
konseptual dan kerangka operasional variabel yang akan diteliti.
2. Memberikan penjelasan secara deduktif mengenai hubungan antarvariabel
penelitian. Tahapan berpikir deduktif meliputi tiga hal yaitu: (a) Tahap
penelaahan konsep (conceptioning), yaitu tahapan menyusun konsepsi-konsepsi
(mencari konsep-konsep atau variabel dari proposisi yang telah ada, yang telah
dinyatakan benar). (b) Tahap pertimbangan atau putusan (judgement), yaitu
tahapan penyusunan ketentuan-ketentuan (mendukung atau menentukan masalah
akibat pada konsep atau variabel dependen). (c) Tahapan penyimpulan
(reasoning), yaitu pemikiran yang menyatakan hal-hal yang berlaku pada teori,
berlaku pula bagi hal-hal yang khusus.
3. Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang diteliti.
Argumen teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah upaya untuk
memperoleh jawaban atas rumusan masalah. Dalam prakteknya, membuat

11
argumen teoritis memerlukan kajian teoretis atau hasil-hasil penelitian yang
relavan. Hal ini dilakukan sebagai petunjuk atau arah bagi pelaksanaan penelitian.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, oleh karena argumen teoritis sebagai
upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah, maka hasil dari
argumen teoritis ini adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah
penelitian. Sehingga pada akhirnya produk dari kerangka pemikiran adalah
sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah (hipotesis).
4. Merumuskan model penelitian. Model adalah konstruksi kerangka pemikiran atau
konstruksi kerangka teoretis yang diragakan dalam bentuk diagram dan atau
persamaan-persamaan matematik tertentu. Esensinya menyatakan hipotesis
penelitian. Sebagai suatu kontruksi kerangka pemikiran, suatu model akan
menampilkan: (a) jumlah variabel yang diteliti, (b) prediksi tentang pola
hubungan antar variabel, (c) dekomposisi hubungan antar variabel, dan (d) jumlah
parameter yang diestimasi.

C. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini
gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu
topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori yang dipakai
sebagai landasan penelitian yang didapatkan dibab tinjauan pustaka atau kalau boleh
dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan
dengan garis sesuai variabel yang diteliti. Tinjauan pustaka berisi semua pengetahuan
(teori, konsep, prinsip, hukum maupun proposisi) yang nantinya bisa membantu untuk
menyusun kerangka konsep dan operasional penelitian. Temuan hasil peneliti yang telah
ada sangat membantu dan mempermudah peneliti membuat kerangka konseptual.
Kerangka konseptual diharapkan akan memberikan gambaran dan mengarahkan
asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka konseptual memberikan
petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan masalah penelitian. Peneliti akan
menggunakan kerangka konseptual yang telah disusun untuk menentukan pertanyaan-
pertanyaan mana yang harus dijawab oleh penelitian dan bagaimana prosedur empiris

12
yang digunakan sebagai alat untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan tersebut.
Kerangka konseptual diperoleh dari hasil sintesis dari proses berpikir deduktif (aplikasi
teori) dan induktif (fakta yang ada, empiris), kemudian dengan kemampuan kreatif-
inovatif, diakhiri dengan konsep atau ide baru yang disebut kerangka konseptual.
Keterangan bagan : Konsepsi adalah hasil tangkapan seseorang atau gambaran
tentang objek atau ide terhadap rangsangan (stimulus) objek yang merupakan proses
mental untuk berpikir kreatif. Pertemuan telur dan sperma adalah contoh suatu konsepsi.
Bagaimana supaya telur dan sperma bertemu (konsepsi) pada tempat yang bisa
membuahkan bayi yang sehat, maka proses ini merupakan konseptualisasi.
Konseptualisasi adalah suatu proses mental di mana seorang ilmuwan menyusun konsep
yang didasarkan pengalaman, berpikir deduktif dan induktif. Konsep adalah hasil akhir
dari proses konseptualisasi. Hasil dari proses kegiatan ini menghasilkan sebuah konsep
atau bayi sehat.

Pemilihan kerangka konsepsual yang tepat pada sebagian besar penelitian


ditentukan oleh beberapa landasan, yaitu :

1. Landasan pertama berpikir deduktif; analisis teori, konsep, prinsip, premis yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti harus
membuat analisis secara hati-hati dan kritis serta menelaah semua kepustakaan
yang berhubungan dengan subyek penelitian secara cermat, sebelum

13
memformulasikan hipotesis yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan
penelitian tersebut.

2. Landasan kedua berpikir induktif ; analisis penelusuran hasil penelitian orang lain
yang mendahului yang terkait dengan masalah dan tujuan penelitian.

3. Landasan ketiga adalah merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan


penelitian atas dasar sintesis dari analisis landasan pertama dan ke-empat dengan
cara berpikir kreatif-inovatif; sintesis pengalaman, teori, fakta, tujuan penelitan
dan logika berpikir kreatif disusun menjadikerangka konseptual penelitian.

Ada semacam asas dalam pembuatan kerangka pikir atau kerangka konseptual,
yaitu : Untuk pendidikan sarjana, kerangka konsep mengacu pada suatu konsep yang
telah ada (cukup satu). Variabel yang membentuk kerangka konsep disesuaikan dengan
variabel yang relevan dengan permasalahan yang ada (tujuan penelitian). Jadi mencoba
mencocokkan teori, konsep dengan realita permasalahan di lapangan. Untuk pendidikan
magister, selain berdasarkan kerangka konsep yang ada (bisa lebih dari satu), juga
diminta ada masukan ide atau gagasan baru. Paling tidak ada modifikasi variable yang
disesuaikan realita di lapangan. Tujuan akhir penelitian program magister lebih
diutamakan dalam bentuk ide dan atau teknologi pemecahan masalah. Untuk pendidikan
doktor, maka konsep yang ada harus dimodifikasi, artinya seorang program doktor juga
ada ide, gagasan inovatif dalam mengembangan konsep. Ide inovatif yang disesuaikan
dengan kondisi dan situasi di mana penelitian tersebut diadakan, sehingga menghasilkan
pengetahuan baru.

Tahap penyusunan kerangka konseptual.


Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian. Untuk itu langkah-
langkah yang dilakukan sebelum membuat kerangka konseptual ini adalah :
1. Seleksi dan definisi konsep (logika berpikir untuk mencoba menjelaskan atau
atribut dari masalah yang akan diteliti)
2. Mengembangkan pernyataan hubungan.

14
3. Mengembangkan konsep dalam gambar / kerangka. Yang meliputi : (a)
Disesuaikan dengan pernyataan masalah, (b) Penjelasan bagaimana hubungan
masalah dengan variabel yang lain, yang diduga sebagai penyebab timbulnya
masalah. Arah kerangka sesuaikan dengan variable yang akan diteliti dengan
mengembangkan konsep dalam gambar / kerangka dengan membuat garis mana
yang diteliti dan tidak dengan menggunakan garis sambung atau terputus, serta
buat panah untuk bagian yang ada pengaruhnya dan tidak untuk bagian yang tidak
ada pengaruh, (c) Identifikasi dan analisa teori yang diaplikasikan.

D. Hipotesis

Tidak semua jenis penelitian mempunyai hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan


sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya sesuai dengan model dan analisis yang
cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan
jawaban sementara tas masalah yang dirumuskan.
Hipo artinya bawah, tesis artinya pendapat. Jadi hypotesis berarti pendapat yang
kebenaranya masih dangkal dan perlu diuji, patokan duga, atau dalil sementara, yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hipotesis adalah kesimpulan
teoritis yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti
empiris. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hypotesis ini dapat benar
atau salah, dapat diterima atau ditolak. Hypotesis seyogyanya diturunkan dari suatu teori,
sehingga rumusan hiphotesis harus dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposisi, yang
mengandung hubungan dua variable atau lebih. Sumber Hipotesis bisa dari hasil kajian
teoritis atau melali proses menghubung-hubungkan sejumlah bukti empiris dan juga bisa
hasil perenungan atau reka-reka rasional.
Ada beberapa alasan mengapa hipotesis itu harus dibuat yaitu (a) Hipotesis yang
dirumuskan peneliti dapat dijadikan bukti kuat, bahwa peneliti mempunyai penguasaan
yang cukup luas dan mendalam mengenai fokus kajian, (b) Hipotesis merupakan panduan
peneliti dalam rangka pengumpulan data dan analisa data, penentuan prosedur kerja dan
data yang harus dicari selama proses penelitian.
Hipotesis dapat bersumber dari teori atau hasil perenungan yang mendalam. Dari
manapun sumber hipotesis , tidak menjadi masalah, namun yang paling utama bahwa

15
untuk merumuskan Hipotesis harus digunakan cara tertentu, yaitu cara berpikir bisa
secara induktif maupun deduktif.
Berpikir induktif merupakan cara berpikir melalui penarikan kesimpulan umum
dari sejumlah atau serangkaian gejala spesifik dari peristiwa nyata dan berpikir induktif
merupakan cara berpikir melalui penarikan kesimpulan khusus dari sejumlah atau
serangkaian gejala umum dari peristiwa nyata.
Seperti telah diuraikan diatas, bahwa hipotesis adalah suatu kesimpulan sementara
atau jawaban sementara dari suatu penelitian. Oleh sebab itu hipotesis harus memiliki
landasan teoritis, bukan hanya sekadar suatu dugaan yang tidak mempunyai landasan
ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Ciri-ciri suatu hipotesis adalah
sebagai berikut :
1. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement), bukan dalam bentuk
kalimat Tanya.
2. Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti bahwa
hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang
atau akan diteliti.
3. Hipotesisi harus dapat diuji, hal ini berarti suatu hipotesis harus mengandung atau
terdiri dari variable-variabel yang dapat diukur dan dapat dibanding-bandingkan.
4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas, artinya hipotesis yang tidak menimbulkan
perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Prinsip uji hipotesis adalah melakukan perbandingan antara nilai sampel dengan
nilai populasi yang diajukan. Peluang untuk diterima atau ditolaknya suatu hipotesis
tergantung besar kecilnya perbedaan antara nilai sampel dengan nilai hipotesis. Bila
perbedaan cukup besar peluang untuk menolak hipotesispun besar, dan sebaliknya bila
perbedaanya kecil maka peluang untuk menolak hipotesis pun kecil. Dalam statistik dan
penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu:
1. Hipotesis nol (hipotesis statistik) Pada penelitian, hipotesis nol ini diartikan
sebagai tidak adanya hubungan atau perbedaan antara dua fenomena yang diteliti.
Diberi notasi atau symbol dengan (H0). Contohnya: Tidak ada hubungan antara
motivasi dengan prestasi belajar mahasiswa dalam menyelesaikan studinya.

16
2. Hipotesis alternatif (hipotesis penelitian). Adalah lawannya hipotesisi nol, yang
berbunyi adanya perbedaan atau adanya hubungan antara dua fenomena yang
diteliti (variable bebas dengan variabel terikat), diberi notasi atau symbol dengan
(HI). Contohnya: Ada hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar
mahasiswa dalam menyelesaikan studinya.
Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan hipotesis
dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Hipotesis deskriptif. Yaitu Hipotesis yang menggambarkan spesifik ciri – ciri
suatu tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau
hubungan.Contoh :
Jika rumusan masalah sebagai berikut :
a. Seberapa besar peran keluarga dalam mencegah penularan TB paru
terhadap anggota keluarga yang lain ?
b. Seberapa baik gaya kepemimpinan di lembaga X ?
c. Bagaimanakah intensitas belajar mahasiswa Akper yang tinggal di Asrama
?
Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :
a. Peran keluarga dalam mencegah penularan TB paru terhadap keluarga
yang lain sebagian besar baik.
b. Gaya kepemimpinan dilembaga X telah mencapai 70 % dari yang
diharapkan.
c. Intensitas belajar mahasiswa Akper yang tinggal di Asrama di duga
rendah.
2. Hipotesis komparatif (Perbedaan) Yaitu Pernyataan yang menunjukan dugaan
nilai dengan membuat perbandingan dalam satu variabel atau lebih pada sampel
yang berbeda. Contoh :
Jika rumusan masalah sebagai berikut :
a. Adakah perbedaan status gizi anak yang dibina posyandu dengan anak
yang tidak dibina oleh posyandu?
b. Adakah perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan SMU dengan
mahasiswa lulusan SPK terhadap penampilan Dosen keperawatan dikelas?

17
c. Bagaimanakah perbedaan tingkat prestasi mahasiswa Akperyang tidur di
Asrama Dan di luar asrama ?
Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :
a. Tidak terdapat perbedaan status gizi anak yang dibina posyandu dengan
anak yang tidak dibina oleh posyandu.
3. Hipotesis Asosiatif (hubungan) Suatu pernyataan yang menunjukan dugaan
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Sebagai contoh :
Jika rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan dengan perawatan payudara
semasa nifas ?
b. Bagaimanakah hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar ?
c. Bagaimanakah hubungan antara dukungan keluarga dengan terjadinya
depresi pada usila ?
Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :
a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perawatan payudara semasa
nifas.
b. Ada hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar.
c. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan terjadinya depresi pada
usila.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Jawaban tersebut
masih perlu diuji kebenarannya. Seorang peneliti pasti akan mengamati sesuatu gejala,
peristiwa, atau masalah yang menjadi focus perhatiannya. Sebelum mendapatkan fakta
yang benar, mereka akan membuat dugaan tentang gejala, peristiwa, atau masalah yang
menjadi titik perhatiannya tersebut. Fungsi atau kegunaan hipotesis yang disusun dalam
suatu rencana penelitian, setidaknya ada empat yaitu:
a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta
memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. Untuk dapat sampai
pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah pendidikan,
peneliti harus melangkah lebih jauh dari pada sekedar mengumpukan fakta
yang berserakan, untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada
diantara fakta-fakta tersebut. Antar hubungan dan generalisasi ini akan

18
memberikan gambaran pola, yang penting untuk memahami persoalan. Pola
semacam ini tidaklah menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa
arah. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan
mengemukakan penjelasan. Karena hipotesis tersebut dapat diuji dan
divalidasi (pengujian kesahiannya) melalui penyelidikan ilmiah, maka
hipotesis dapat mebantu kita untuk memperluas pengetahuan.
b. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji
dalam penelitian. Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Penelitian
memang dimulai dengan suatu pertanyaan, akan tetapi hanya hubungan antara
variabel yang akan dapat duji. Misalnya, peneliti tidak akan menguji
pertanyaan apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan
peningkatan hasil belajar murid secara nyata“? akan tetapi peneliti menguji
hipotesis yang tersirat dalam pertanyaan tersebut “komentar guru terhadap
hasil pekerjaan murid, menyebabkan meningkatnya hasil belajar murid secara
nyata“ atau  yang lebih spesifik lagi “skor hasil belajar siswa yang menerima
komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih tinggi dari pada
skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan mereka
sebelumnya“. Selanjutnya peneliti, dapat melanjutkan penelitiannya dengan
meneliti hubngan antara kedua vatiabel tersebut, yaitu komentar guru dan
prestasi siswa.
c. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian. Hipotesis merupakan tujuan
khusus. Dengan demikian hipotesis juga menentukan sifat-sifat data yang
diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut. Secara sangat sederhana,
hipotesis menunjukkan kepada para peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta
yang harus dipilih dan diamati adalah fakta yang adahubungann nya dengan
pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang mentukan relevansi fakta-fakta itu.
Hipotesis ini dapat memberikan dasar dalam pemilihan sampel serta prosedur
penelitian yang harus dipakai. Hipotesis jufga dapat menunjukkan analisis
satatistik yang diperlukan dan hubungannya yang harus menunjukkan analisis
statistik yang diperlukan agar ruang lingkup studi tersebut tetap terbatas,
dengan mencegahnya menjadi terlalu sarat.

19
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
Akan sangat memudahkan peneliti jika mengambil setiap hipotesis secara
terpisah dan menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut.
Artinya, peneliti dapat menyusun bagian laporan tertulis ini diseputar
jawaban-jawaban terhadap hipotesis semula, sehingga membuat penyajian ini
lebih berarti dan mudah dibaca.
Ciri-Ciri Hipotesis yang Baik:
Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung
beberapa hal. Hal – hal tersebut diantaranya :
a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
b. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara
variabel-variabel-variabel
c. Hipotesis harus dapat diuji
d. Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada
e. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.
Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :
a. Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variable. Hipotesis
harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus
dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala
tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel
yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
b. Hipotesis harus Dapat Diuji. Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat
menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan
data-data empiris.
c. Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan. Hipotesis
tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam suatu penelitian kita harus mempunyai Landasan teori agar penelitian
mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba- coba, dengan
adanya landasan teori ini menjadi ciri bahwa penelitian merupakan cara ilmiyah
untuk mendapatkan data .
Dari beberapa hal yang telah penulis paparkan diatas menunjukkan bahwa, dalam
suatu penelitian (kuantitatif) peneliti tidak hanya mengumpulkan data, kemudian
menulisnya tampa suatu landasan, tetapi peneliti harus mempunyai teori–teori yang
cocok dengan rumusan masalah yang akan diteliti, hal ini dilakukan supaya lebih
mudah untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena, dengan adanya teori dalam
suatu penelitian yang menunjukkan bahwa penelitian adalah kegiatan mencari data
secara ilmiyah bukan hanya kegiatan menulis saja, dan juga bukan hanya permainan
jalan-jalan atau mencari banyak teman .
Setelah peneliti menemukan teori yang cocok dengan rumusan masalah yang
akan diteliti maka peneliti harus bisa mendiskripsikan teori tersebut dengan beberapa
penjelasan dari variabel-variabel yang akan diteliti dan untuk bisa melakukan hal itu
peneliti harus banyak membaca buku seperti kamus, buku teks, jurnal dan sumber-
sumber bacaan yang lain. Karena tanpa hal itu peneliti tidak akan bisa mendiskripsikan
teori yang telah di cocokkan atau bahkan juga tidak bisa menemukan atau
mempertautkan rumusan masalah dengan suatu teori .
Apabila peneliti sudah mendiskripsakan teori maka peneliti harus bisa menemukan
atau membuat kerangka berfikir yang dapat menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti.
Hipotesis tersebut harus dinyatakan dalam kalimat yang jelas, agar tidak
menimbulkan banyak penafsiran, dan hipotesis itu juga harus bisa diuji dengan
metode–metode ilmiyah.

21
B. Saran
Dari beberapa hal diatas bisa kita ketahui bahwa dalam suatu penelitian sangat
membutuhkan ketelatenan dan pengetahuan atau pengalaman yang memadai dan juga
biaya yang cukup agar suatu proses penelitian bisa berjalan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak terdapat kesalahan Dan
kekhilafan, untuk itu kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran
yang sifatnya membangun, sehingga dapat menjadi acuan kami kedepan dalam
membuat makalah.

22
DAFTAR PUSTAKA
 
Moleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kinayati,Djojosuroto& M.L.A Sumaryati.2004.Prinsip-prinsip Penelitian Bahasa dan
Sastra.Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Rahardjo,Mudjia.2012.http://www.mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/414-manfaat-kajian-
pustaka-dalam-penelitian.html (diakses tanggal 29 Maret 2013)
Rahardjo,Mudjia.2011.http://www.mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/329-fungsi-teori-dan-state-
of-the-arts-dalam-penelitian.html (diakses tanggal 29 Maret 2013)
Sambas Ali Muhidin, 2011. Panduan Praktis Memahami Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

23

Anda mungkin juga menyukai